Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KIMIA ANALISIS II

IODIMETRI

Disusun Oleh : kelompok 02

1. Ahmad Rizqi Zamzami (E0021002)


2. Aurora Zahrotun Nisa (E0021006)
3. Dhea Ayu Khoirunnisa (E0021010)
4. Dwi Ajeng Larasati (E0021014)
5. Hana Natasya (E0021018)
6. Lulu Lutfatun Nafisah (E0021022)
7. Muhammad Naufal Baharizqi (E0021026)
8. Nuhrul Auli Faizah (E0021030)
9. Ria Ajheng Eka Savitri (E0021034)
10. Wardah Nuriya (E0021039)
11. Nadilla Arum Maulin (E0021043)
12. Ananda Arba Salsabila (E0021047)

PROGRAM STUDI FARMASI-S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI
SEMESTER III
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaiakan makalah
inidengan judul Iodimetri. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok
dalam mata kuliahan Kimia Analisis I. Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan
dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan.
Makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan. Dalam
menyusun makalah ini kami telah berusaha dengan segenap kemampuan dan kerjasama kami
untuk membuat makalah yang sebaik-baiknya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah yang berjudul “Iodimetri” dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Slawi, 5 Desember 2022

Kelompok 02 Kimia Analisis II


DAFTAR ISI

Iodimetri
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB 1..................................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN................................................................................................................................iv
A.Latar belakang..............................................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................iv
C. Tujuan..........................................................................................................................................iv
D. Manfaat penulisan........................................................................................................................iv
BAB 2....................................................................................................................................................v
PEMBAHASAN...................................................................................................................................v
A.Teori umum iodemetri...................................................................................................................v
B. Prinsip iodemetri..........................................................................................................................vi
C. Perhitungan iodimetri.................................................................................................................vii
D. Titrasi pada iodimetri...................................................................................................................ix
E. Hasil percobaan.............................................................................................................................x
BAB 3.................................................................................................................................................xii
KESIMPULAN...................................................................................................................................xii
SARAN...........................................................................................................................................xii
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Titrasi Iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada
reaksioksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa jika
dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena perbandingan
stokiometri yang sederhana pelaksanaannya, praktis dan tidak banyak masalah dan
mudah.

Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung
dan tidak langsung. Dilakukan percobaan ini untuk menentukan kadar-kadar zat
oksidator secara langsung, seperti kadar yang terdapat pada serbuk vitamin C. Dalam
bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat-zat yang
mengandung oksidator, misalnya Cl 2Fe (III), Cu (II) dan sebagainya. Sehingga
mengetahui kadar suatu zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya.

B. Rumusan Masalah
 Prinsip iodimetri
 Perhitungan iodimetri
 Contoh titrasi secara iodimetri

C. Tujuan
 Kita dapat mengetahui prinsip iodimetri
 Mengetahui perhitungan iodimetri.
 Mengetahui contoh titrasi pada iodimetri

D. Manfaat penulisan
 Sebagai pedoman untuk menambah pengetahuan dalam membuat makalah
 Untuk menambah pengetahuan tentang iodimetri pada kimia analisis
 Sebagai bahan bacaan.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Teori umum Iodimetri

Iodimetri merupakan metode titrasi atau volumetri yang pada penentuanatau


penetapan berdasar pada jumlah I (Iodium) yang bereaksi dengan sampel atau
terbentuk dari hasil reaksi antara sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel
dengan ion iodide (I).

Metode ini tergolong titrasi langsung, berbeda dengan metode iodometri yang
sama-sama menggunakan I2 sebagai dasar penetapannya. Iodimentri termasuk titrasi
redoks dengan I2 sebagai titran sepetri dalam reaksi redoks umumnya yang harus
selalu ada oksidator dam reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah bilangan
oksidasinya (melepaskan electron), maka harus ada suatuunsure yang bilangan
oksidasinya berkurang atau turun (Menangkap electron), jadi tidak mungkin hanya
ada oksidator atau reduktor saja. Dalam metode analisisini analit dioksidasikan oleh
I2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodide, dengan kata lain I2 bertindak sebagai
oksidator dengan reaksi

I2+ 2e- 2l-

Indikator yang digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi biasanya adalah
kanji atau amilum 0,5-1%, karbon tetraklorida atau kloroform dapat mengetahui titik
akhir titrasi akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (disperse koloidal) kanji.
Warna yang terjadi adalah biru tua hasil reaksi I2 – Amilum. Titrasi iodimetri
dilakukan dalam keadaan netral atau dalam kisaran asam lemah dan basa lemah. pH
tinggi (basa kuat) maka iodine dapat mengalami reaksi disproporsionasi menjadi
hipoidat.

2+ 2OH-IO3- + I- + H2O (Hamdani, 2012)

Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi


(iodimetri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuatuntuk
dititrasi secara langsung dengan iodium, maka jumlah penentuan penentuaniodimetrik
adalah sedikit, akan tetapi banyak pereaksi oksidasi yang cukup kuatuntuk bereaksi
sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodimetrik. Suatu
kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasiyang ditentukan, dengan
pembahasan iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat.

Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang dinamakan iodimetri)


mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan ion standar. Metode titrasi tak langsung
(kadang-kadang dinamakan iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang
dibebaskan dalam reaksi kimia.
B. Prinsip Iodimetri

Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi


(iodimetri). Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda penentuan
atau penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang
bereaksi dengan sample atau terbentuk dari hasil reaksi antara sample dengan ion
iodida. Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai penitar

Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat– zat yang potensial
oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium–iodida, sehingga zat tersebut akan
teroksidasi oleh iodium. Cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa
pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut iodimetri, dimana digunakan larutan
iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif
pada titik ekivalennya.

Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan


menggunakan iodium. Iodimetri ini terdiri dari 2, yaitu :

a) Iodimetri metode langsung bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku
Iodium. Contohnya pada penetapan kadar Asam Askorbat.

b) Iodimetri metode residual (titrasi balik), bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan
baku iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iodakan dititrasi dengan larutan
baku natrium tiosulfat. Contohnya pada penetapan kadar Natrium Bisulfit.

Dalam titrasi iodimetri, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen pengoksidasi,


namun dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup kuat sebagai
unsur reduksi yang dititrasi langsung dengan iodin. Karena itu jumlah dari penentuan-
penentuan iodimetrik adalah sedikit. Substansi-substansi penting yang cukup kuat
sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodin yaitu zat-zat
dengan potensial reduksi yang jauh lebih rendah adalah tiosulfat, arsenik (III),
antimon (III), sulfida, sulfit, timah (II) dan ferosianida, zat-zat ini bereaksi lengkap
dan cepat dengan iod bahkan dalam larutan asam. Dengan zat pereduksi yang agak
lemah, misal arsen trivalen atau stibium trivalen, reaksi yang lengkap hanya akan
terjadi bila larutan dijaga tetapnetral atau sangat sedikit asam, pada kondisi ini
potensial reduksi dari zat pereduksi adalah minimum atau daya mereduksinya adalah
maksimum.
C. Perhitungan Iodimetri

Iodium merupakan oksidator yang relatif lemah. Oksidasi potensial sistem yodium
yodida ini dapat dituliskan sebagai reaksi berikut ini : I2 + 2 e- 2 I- Eo = + 0,535 vol.
1. Iodimetri sebagai titran

Metode titrasi iodimetri adalah titrasi redoks yang menggunakan larutan


standar iodium sebagai titran dalam suasana netral atau sedikit asam. Titrasi ini
disebut juga dengan titrasi langsung karena dalam proses titrasi ini I2 berfungsi
sebagai pereaksi. Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidatordan reduktor,
sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan electron),
maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun
(menangkap electron), jadi tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupun
reduktor saja. Dalam metode analisis ini , analat dioksidasikan oleh I2 , sehingga I2
tereduksi menjadi ion iodida :
A ( Reduktor ) + I2→ A ( Teroksidasi ) + 2 I-
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat (lemah), sehingga hanya zat-
zat yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi. Indikator yang digunakan
adalah amilum yang akan memberikan warna biru pada titik akhir penitaran .
I2 + 2 e- → 2 I-
Larutan I2 dibuat dengan melarutkan I2 murni selanjutnya distandarisasi
dengan Na-tiosulfat. I2 merupakan oksidator yang bersifat moderat, maka jumlah
zat yang dapat ditentukan secara iodimetri sangat terbatas, beberapa contoh zat
yang sering ditentukan secara iodimetri adalah H2S, ion sulfite, Sn2+, As3+ atau
N2H4. Akan tetapi karena sifatnya yang moderat ini maka titrasi dengan I2 bersifat
lebih selektif dibandingkan dengan titrasi yang menggunakan titrant oksidator kuat.
Pada umumnya larutan I2 distandarisasi dengan menggunakanstandar primer
As2O3, As2O3 dilarutkan dalam natrium hidroksida dankemudian dinetralkan
dengan penambahan asam. Disebabkan kelarutaniodine dalam air nilainya kecil
maka larutan I2 dibuat dengan melarutkanI2 dalam larutan KI, dengan demikian
dalam keadaan sebenarnya yangdipakai untuk titrasi adalah larutan I3-. Titrasi
iodimetri dilakukan dalam keadaan netral atau dalamkisaran asam lemah sampai
basa lemah. Pada pH tinggi (basa kuat) makaiodine dapat mengalami reaksi
disproporsionasi menjadi hipoioda.

2. Indikator dalam iodimetri


Pada titrasi iodimetri ini dilakukan dalam keadaan netral atau dalam kisaran
asam lemah sampai basa lemah. Pada pH tinggi (basa kuat) maka iodine dapat
mengalami reaksi disproporsionasi menjadi hipoiodat.
I2 + 2OH- <-> IO3- + I- + H2O
Sedangkan pada keadaan asam kuat maka biasanya indikator yang digunakan
adalah kanji/amilum.
Indikator yang digunakan pada titrasi iodimetri dan iodometri adalah larutan
kanji. kanji atau pati disebut juga amilum yang terbagi menjadi dua yaitu : Amilosa
(1,4) atau disebut b-Amilosa dan Amilopektin (1,4) ; (1,6) disebut a-Amilosa.
Namun untuk indicator, lebih lazim digunakan larutan kanji, karena warna biru tua
kompleks pati– iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih
besar dalam larutan sedikit asam dari pada dalam larutan netral dan lebih besar
dengan adanya ion iodida.
Molekul iod diukat pada permukaan beta amilosa, suatu konstituen kanji.
Indikator kanji yang dipakai adalah amilosa, karena jika dipakai amilopektin, maka
akan membentuk kompleks kemerah-merahan (violet) dengan iodium, yang sulit
dihilangkan warnanya karena rangkaiannya yang panjang dan bercabang dengan
Mr=50.000–1.000.000. Warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens
sehinggai odin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga
memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut seperti
karbon tetraklorida dan kloroform dan terkadang kondisi ini dipergunakan dalam
mendeteksi titik akhir dari titrasi-titrasi. Namun, pada percobaan iodimetri kali ini
kita menggunakan larutan kanji sebagai indikator. Kanji bereaksi dengan iod,
dengan adanya iodida membentuk suatu kompleks yang berwarna biru kuat, yang
akan terlihat pada konsentrasi-konsentrasi iod yang sangat rendah. Kepekaan reaksi
warna ini adalah sedemikian rupa sehingga warna biru akan terlihat bila
konsentrasi iod adalah 2 x 10-5 M dan konsentrasi iodida lebih besar dari pada 4 x
10-4 M pada 20oC. Kepekaan warna berkurang dengan naiknya temperatur larutan.
Kanji tidak dapat digunakan dalam medium yang sangat asam karena akan terjadi
hidrolisis pada kanji itu sendiri. Keunggulan pada pemakaian kanji ini yaitu bahwa
harganya murah, namun terdapat kelemahan-kelemahan yaitu sebagai berikut : (i)
bersifat tidak dapat larut dalam air dingin ; (ii) ketidak stabilan suspensinya dalam
air; (iii) dengan iod memberi suatu kompleks yang tak dapat larut dalam air,
sehingga kanji tidak boleh ditambahkan terlalu dini dalam titrasi (karena itu, dalam
titrasiiod larutan kanji hendaknya tak ditambahkan sampai tepat sebelum titik
akhir, ketika warna mulai memudar). Iodida pada konsentrasi < 10-5 M dapat
dengan mudah ditekan oleh amilum. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut
yang digunakan.
Kompleks iodium-amilum mempunyai kelarutan kecil dalam air sehingga
biasanya ditambahkan pada titik akhir reaksi amilum yang dipakai sebagai
indikator akan terhidrolisis, selain itu pada keadaan ini iodide (I-) yang dihasilkan
dapat diubah menjadi I2 dengan adanya O2 dari udara bebas, reaksi ini melibatkan
H+ dari asam.
4I- + O2 + 4H + -> 2I2 + 2H2O

3. Penentuan Titik Akhir Titrasi Iodimetri


Seperti yang telah kita ketahui bahwa titik akhir titrasi (TAT) redoks dapat
dilakukan dengan megukur potensial larutan dan dengan menggunakan indikator.
Penentuan titik akhir titrasi didasarkan adanya I2 yang bebas. TAT dengan
mengukur potensial memerlukan peralatanyang agak lebih banyak deperti
penyediaan voltameter dan elektroda khusus, dan kemudian diikuti dengan
pembuatan kurva titrasi redoks maka dengan alasan kemudahan dan efisiensi maka
TAT dengan menggunakan indikator yang lebih banyak untuk diaplikasikan.

D. Titrasi pada iodimetri

1. Alat yang digunakan:

 Buret 50ml
 Corong
 Erlenmeyer 250 ml
 Gelas ukur 50 ml dan 10 ml
 Gelas kimia 500 ml dan 100 ml
 Labu ukur 100 ml
 Pipet tetes

2. Bahan yang digunakan

 Aquadest
 Asam sulfat 10% 5 ml
 Indikator kanji 1%d.
 Larutan baku I2 0,1 N
 Vitamin C 0,2 g

3. Prosedur kerja percobaan

Penetapan kadar vitamin :

 Disiapkan alat dan bahan


 Ditimbang 400 mg asam askorbat dan dilarutkan dalam 100ml aquadest bebas Co2
dan 5 ml H 2SO4 dalam erlenmeyer
 Ditambahkan indikator kanji 2-3 tetes kedalam erlenmeyerd.
 Dititrasi dengan I2 yang telah dibakukan sampai terjadiperubahan warna biru ke
bening (hilang)
 Diulangi percobaan sebanyak 2 kali

Pembuatan larutan baku I2 0,01 N

 Disiapkan alat dan bahan


 Ditimbang dengan teliti 7 g I2 murni dengan botol timbang,dimasukkan kedalam
gelas piala
 Ditimbang sampai 18 g KI dan larutkan dalam 50 ml air.Ditambahkan dalam gelas
piala yang berisi 7 g. I2 diadukdengan baik hingga homogen.
 Dipindahkan kedalam labu ukur, diencerkan dengan air sulingsehingga volumenya
menjadi 500 ml (sampai tanda batas)sambil dikocok dengan baik hingga homogen.
 Disimpan didalam botol yang tertutup berwarna coklat dalamtempat yang gelas dan
diberi etiket.

E. Hasil percobaan

Pada percobaan iodimetri menggukana metode titrasilangsung yang mana dilakukan


untuk zat-xat dengan oksidasipotensial yang rendah dari sistem iodida, iodida
denganmenggunakan larutan baku adalah (I2), zat uji yang digunakanpada percobaan ini
adalah serbuk vitamin C.

Untuk mentapkan kadar vitamin C digunakan air bebas O2.Guna untuk menghindarkan
tereduksinya vitamin C oleh udara.Dalam hal ini larutan iodium dapat dunakan sebagai
indikator I2dalam air.

Pada percobaan ini diperoleh volume titrasi erlenmeyer I2,8 ml dengan persen kadar
24,7%, perubahan warna dari birumenjadi bening (hilang). Pada erlenmeyer II didapat
volume titrasi1,2 ml dengan persen kadar 10,7 % dan terjadi perubahan warnadari biru
menjadi bening hilang.

Telah terjadi perubahan warna pada percobaan ini tetapiada yang tidak sesuai dengan literalur
hasil yang didapatkan yaituperubahan warna dari biru tetapi tidak menjadi bening sempurna.

Rata-rata persen kadar yang di dapat adalah 17,7% inimenunjukkan hasilnya tidak sesuai
dengan literatur padafarmakope yang menyatakan bahwa kadar dari asam askorbattidak
kurang dari 99,9%.

Adapun perbedaan yang diperoleh tidak sesuai denganliteratur. Disebabkan karena beberapa
faktor kesalahan, yaitu :

 Alat yang digunakan kurang steril


 Kurang ketelitian dalam menimbang sampel
 Pereaksi yang digunakan telah terkontaminasi
 Kurangnya ketelitian saat melakukan praktikum
BAB 3

KESIMPULAN
Dari bab pembahasan di atas, maka kami dapat menyimpulkan bahwayang dimaksudTitrasi
Iodimetri adalah salah satu metode titrasi yangdidasarkan pada reaksi oksidasi reduksi.
Metode ini lebih banyak digunakandalam analisa jika dibandingkan dengan metode lain.
Alasan dipilihnyametode ini karena perbandingan stokiometri yang sederhana
pelaksanaannya, praktis dan tidak banyak masalah dan mudah.Iodimetri adalah jika titrasi
terhadap zat-zat reduktor dengan titrasilangsung dan tidak langsung.
SARAN
Adapun saran yang dapat kami berikan dalam makalah ini yaitusebaiknya mahasiswa lebih
mendalami pemahaman tentang materiiodimetri ini karena materi ini merupakan materi dari
salah satu matakuliah umum yang perlu di luluskan untuk pengambilan sks berikutnya.Kami
dari praktikan sangat mengharapkan bimbingan kakakasisten baik saat praktikum maupun
dalam pembuatan laporan. Dandiharapkan alat dan bahan yang rusak mohon
diganti/diperbaiki dandilengkapi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. //www.iodo-iodimetri.com.2012

Anonim, 2010.//www. Titrasi iodometri dan iodimetri.com


Anonim. 2012.//www. Titrasi iodimetri.com

David. 2010.Analisis farmasi . Buku kedokteran : Jakarta

Direktur jenderal RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III .


Departeman RI :Jakarta

Gholib, ibnu. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar :


Yogyakarta.

Mulyono, 2011. Membuat Reagen Kimia. Bumi Aksara : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai