Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu kimia yang mempelajari bahan-bahan yang
digunakan sebagai obat mencakup struktur, modifikasi struktur, sifat kimia fisika
obat yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan mekanisme kerja
obat. Selain itu ilmu kimia farmasi juga menetapkan hubungan struktur kimia dan
aktivitas biologis, menghubungkan perilaku biodinamik melalui sifat fisika dan
reaktivitas kimia senyawa obat, serta mempelajari identifikasi dan analisis obat-
obatan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Ilmu Kimia merupakan ilmu yang mengkaji sifat zat, dan secara khusus
mempelajari reaksi yang mentransformasi satu zat menjadi zat lain. Kimia
menyediakan pedoman untuk menyesuaikan sifat-sifat zat yang ada agar dapat
memenuhi beberapa kebutuhan atau penerapan khusus dan menciptakan bahan
yang benar-benar baru yang dirancang sejak awal agar memiliki sifat tertentu
yang diinginkan. Melalui semua keberhasilan itu, kimia telah memberi andil yang
luarbiasa dalam perbaikan produk Pertanian, pengendalian penyebaran penyakit,
peningkatan produksi energi, dan penurunan pencemaran lingkungan. Ilmu kimia
Merupakan ilmu tentang materi, sifatnya, strukturnya, perubahan/reaksinya serta
energi yang menyertai perubahan tersebut. Kimia secara khusus dibagi menjadi
beberapa bidang utama, yaitu: Kimia analisis, kimia organik, kimia anorganik,
kimia fisik, dan biokimia
Kimia Analisis adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang
penggunaan sejumlah teknik dan metode untuk memperoleh aspek kualitatif,
kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada khususnya.
Analisis kuantitatif berhubungan dengan berapa banyaknya suatu zat tertentu yang
ada dalam sampel. Zat yang ditetapkan disebut konstituen yang diinginkan atau
analit. Sedangkan jumlah banyaknya suatu zat tertentu dalam sampel biasanya
dinyatakan sebagai kadar atau konsentrasi, misalnya persen berat, molar, gram per
liter, atau ppm.
Analisis kualitatif adalah kimia Analisa yang hanya membahas tentang
identifikasi atau ada/tidaknya unsur/zat di dalam suati bahan, sedangkan analisis

1
kuantitatif adalah kimia Analisa yang berhubungan dengan komposisi atau jumlah
unsur/zat dalam suatu bahan. Salah satu metode analisis kuantitatif adalah analisis
iodo/iodimetri
Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang
didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan
dalam analisa jika dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini
karena perbandingan stoikometri yang sederhana pelaksanannya praktis dan tidak
benyak masalah dan mudah. Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor
dengan titrasi langsung dan tidak langsung.
Titrasi tidak langsung iodometri dilakukan terhadap zat-zat oksidator
berupa garam-garam besi (III) dan tembaga sulfat dimana zat-zat oksidator ini
direduksi dahulu dengan KI dan iodin dalam jumlah yang setara dan ditentukan
kembali dengan larutan natrium tiosulfat baku. Dalam bidang farmasi metode ini
digunakan untuk menentukan kadar zat-zat yang mengandung oksidator misalnya
Cl2, Fe (III), Cu (II) dan sebagainya, sehingga mengetahui kadar suatu zat berarti
mengetahui mutu dan kualitasnya.
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi
(iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif
beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara
langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodimetrik adalah sedikit.
Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan
ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion
iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan
pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat.
Reaksi antara iodium dan tiosulfat berlangsung secara sempurna.
1.2 Tujuan Praktikum
Untuk memahami metode analisis secara kualitatif dengan metode
iodometri dan iodimetri
1.3 Manfaat Praktikum
Agar mahasiswa dapat memahami metode analisis secara kualitatif dengan
metode iodometri dan iodimetri

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Titrasi redoks adalah titrasi yang melibatkan proses oksidasi dan reduksi.
Kedua proses ini selalu terjadi secaara bersamaan. Dalam titrasi redoks biasanya
menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik akhir. Untuk mengetahui
kadar vitamin C metode titrasi redoks yang digunakan adalah titrasi langsung
yang menggunakan iodium. Iodium akan mengoksidasi senyawa – senyawa yang
mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C
mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil daripada iodium sehingga dapat
dilakukan titrasi langsung dengan iodium. Pendeteksian titik akhir pada titrasi
iodimetri ini adalah dilakukan dengan menggunakan indikator amilum yang akan
memberikan warna biru pada saat tercapainya titik akhir (Gandjar, dkk., 2007).
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih
besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa- senyawa yang bersifat
oksidator seperti CuSO4.5H2O. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator
direduksi dengan kalium iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang
selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Banyaknya volume
natrium tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iodium yang
dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel (Rohman, 2007).
Titrasi Iod harus dilakukan dengan lambat agar I 2 sempurna bereaksi
dengan antalgin, jika titrasi tepat maka 12 tidak bereduksi sempurna dengan
antalgin sehingga titik akhir lebih cepat, tercapai, dan hasilnya tidak akurat.
Deteksi titik akhir ada iodimetri ini dilakukan dengan menggunakan indikatir
kanji oleh amilum yang akan memberikan warna biru pada saat terjadinya titik
akhir titrasinya.
Dalam proses analitis, iod digunakan sebagai zat pengoksid (iodimetri),
dan ion iodidadigunakan sebagai zat pereduksi (iodometri). Relatif beberapa zat
merupakan pereaksi reduksiyang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung
dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi
banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksisempurna dengan ion iodida,

3
dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ioniodida
ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan dengan larutan natrium
tiosulfat.Iodometri adalah suatu proses analitis tak langsung yang melibatkan iod.
Ion iodida berlebih ditambahkan pada suatu zat pengoksid sehingga
membebaskan iod, yang kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat (Underwood,
2002).
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi
kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan
bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan
reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang
terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor,
atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi
harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain.
Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya
saja (Khopkar, 2003).
Penggunaan air yang masih mengandung CO₂ sebagai pelarut akan
menyebabkan peruraian S2O32- membentuk belerang bebas. Belerang ini
menyebabkan kekeruhan. Terjadinya peruraian itu juga dipicu bakteri
Thiobacillus thioparus. Bakteri yang memakan belerang akhirnya masuk
kelarutan itu, dan proses metaboliknya akan mengakibatkan belerang koloidal.
Belerang ini akan menyebabkan kekeruhan, bila timbul kekeruhan larutan harus
dibuang. Pembuatan natrium thiosulfat dapat ditempuh dengan cara: (Underwood,
2002).
1. Melarutkan garam kristalnya pada aquades yang mendidih
2. Menambahkan 3 tetes kloroform (CHCl3) atau 10 mg merkuri klorida
(HgCl2) dalam 1 liter larutan
3. Larutan yang terjadi disimpan pada tempat yang tidak terkena cahaya
matahari.
Biasanya air yang digunakan untuk menyiapkan larutan tiosulfat
dididihkan agar steril, dan sering ditambahkan boraks atau natrium karbonat
sebagai pengawet. Oksidasi tiosulfat oleh udara berlangsung lambat. Tetapi
runutan tembaga yang kadang-kadang terdapat dalam air suling akan mengkatalis

4
oksidasi oleh udara ini. Tiosulfat diuraikan dalam larutan asam dengan
membentuk belerang sebagai endapan mirip susu (Underwood, 2002).
S2O32- + 2H+  H2S2O3H2SO3 + S
Tetapi reaksi itu lambat dan tak terjadi bila tiosulfat dititrasikan kedalam
larutan iod yang asam, asal larutan diaduk dengan baik. Reaksi antara iod dan
tiosulfat jauh lebih cepat dari pada reaksi penguraian. Iodin mengoksidasi
tiosulfat menjadi ion tetrationat: (Underwood 2002)
I2 + 2S2O32-  2I- + S4O62-
Reaksinya berjalan cepat, sampai selesai, dan tidak ada reaksi sampingan.
Berat ekivalen dari Na2S2O3.5H2O adalah berat molekulnya, 248,17. Tiosulfat
teroksidasi secara parsial menjadi sulfat: (Underwood, 2002)
412 + S2O32-  5H2O  81- + 2SO42- + 10H+
Dalam larutan yang netral, atau sedikit alkalin, oksidasi menjadi sulfat
tidak muncul, terutama jika iodin dipergunakan sebagai titran. Ada dua metode
titrasi iodometri, yaitu: (Underwood: 2002)
1. Secara langsung (iodimetri) Disebut juga sebagai iodimetri. Menurut cara
ini suatu zat reduksi dititrasi secara langsung oleh iodium, misal pada titrasi
Na2S2O3 oleh I2 (Underwood, 2002).
2Na2S2O3 + I2  2Nal + Na2S4O6
Indikator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan kanji. Apabila
larutan tiosulfat ditambahkan pada larutan iodin, hasil akhirnya berupa perubahan
penampakan dari tak berwarna menjadi berwarna biru. Tetapi apabila larutan
iodin ditambahkan kedalam larutan tiosulfat maka hasil akhirnya berupa
perubahan penampakan dari berwarna menjadi berwarna biru (Underwood: 2002).
2. Secara tak langsung (iodometri) Disebut juga sebagai iodometri.Dalam hal
ini ion iodide sebagai pereduksi diubah menjadi iodium-iodium yang terbentuk
dititrasi, dengan larutan standar Na2S2O3. Jadi cara iodometri digunakan untuk
menentukan zat pengoksidasi, misal pada penentuan suatu zat oksidator ini
(H2O2). Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI dan asam hingga akan
terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan (Underwood, 2002).
Na2S2O3. H2O2 + 2HCl  12+ 2KCI + 2H2O

5
lodium sedikit larut dalam air (0.00134 mol/liter pada 25 Berdasarkan
reaksi : 12 + 1- 13- dengan tetapan kesetimbangan pada 25 °C. Larutan baku ion
dapat langsung dibuat dari unsur murninya. Cara titrasi oksidasi reduksi yang
dikenal ada dua :
a. Oksidimetri yaitu titrasi redoks dengan menggunakan larutan baku yang
bersifat oksidator. Misal: Sulfur dioksida dan hydrogen sulfide, timah (II) klorida,
logam dan amalgam (Underwood, 2002).
b. Reduksimetri yaitu titrasi redoks dengan menggunakan larutan baku yang
bersifat reduktor. Misal: Natrium dan Hidrogen Peroksida, Kalium dan amonium
peroksidisulfat,natrium Bismutat (NaBiO3). Ada dua proses metode titrasi
iodometri, yaitu: (Underwood, 2002)
1. Proses-proses iodometrik langsung
Pada Iodometri langsung sering menggunakan zat pereduksi yang cukup
kuat seperti tiosulfat, Arsen (III), Stibium (III), Antimon (II), Sulfida, sulfite,
Timah (II), Ferasianida. Kekuatan reduksi yang dimiliki oleh beberapa dari
substansi ini tergantung pada konsentrasi ion hidrogen, dan reaksi dengan iodin
baru dapat dianalisis secara kuantitatif hanya bila kita melakukan penyesuaian pH
yang repot. Dalam proses iodometri langsung ini reaksi antara iodium dan
tiosulfat dapat berlangsung sempurna. Kelebihan ion Iodida yang ditambahkan
pada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, kelebihan
ini dapat dititrasi dengan Natrium Tiosulfat. Menurut cara ini suatu zat reduksi
dititrasi secara langsung oleh iodium, misal pada titrasi Na 2S2O3 oleh 12
(Underwood, 2002).
2Na2S2O3 + I2  2NaI + Na2S4O6
Indikator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan kanji. Apabila
larutan thiosulfat ditambahkan pada larutan iodin, hasil akhirnya berupa
perubahan penampakan dari tak berwarna menjadi berwarna biru. Tetapi apabila
larutan iodine ditambahkan kedalam larutan thiosulfat maka hasil akhirnya berupa
perubahan penampakan menjadi berwarna biru (Underwood, 2002).
2. Proses – proses Tak Langsung atau Iodometrik dalam ion iodide
Sebagai pereduksi diubah menjadi iodium-iodium yang terbentuk dititrasi,
dengan larutan standar Na2S2O3. Jadi cara iodometri digunakan untuk menentukan

6
zat pengoksidasi, misal pada penentuan suatu zat oksidator ini (H2O2). Pada
oksidator ini ditambahkan larutan KI dan asam hingga akan terbentuk iodium
yang kemudian dititrasi dengan larutan (Underwood, 2002).
Na2S2O3. H2O2 + 2HCl  12 + 2KCl + 2H2O
Banyak agen pengoksidasi yang kuat dapat dianalisa dengan
menambahkan kalium iodida berlebih dan menitrasi iodin yang dibebaskan.
Karena banyak agen pengoksidasi membutuhkan suatu larutan asam untuk
bereaksi dengan iodin, natrium tiosulfat biasanya dipergunakan sebagai titrannya,
dalam keadaan pH 3-4. Titrasi dengan arsenik (III) (di atas) membutuhkan sebuah
larutan yang sedikit alkalin (Underwood, 2002).
Proses iodimetri banyak digunakan seperti analisis besih dalam biih besi
maupun paduannya. Selain itu titrasi iodometri juga dapat dilakukan untuk
menentukan oksigen terlarut dalam air (terkenal sebagai metode klasik dari
winkler). Sampel air dilarutkan dengan sejumlah garam Mn (II), natrium iodide
berlebih, dan natrium hidroksida. Endapan yang dihasilkan berupa Mn (OH 2)
berwarna putih yang secara cepat dioksidasi menjadi Mn(OH)3 yang berwarna
coklat. Larutannya kemudian diasamkan dan Mn (OH)3 mengoksidasi iodide
menjadi iodin. Iodin yang dibebaskan selanjutnya dititrasi dengan natrium
tiosulfat (Pursitasari, 2014).
Amilum merupakan indikator redoks khusus yang digunakan sebagai
petunjuk telah terjadi titik ekuivalen pada titrasi iodometri. Hal ini disebabkan
warna biru gelap dari kompleks iodin - amilum merupakan warna yang spesifik
untuk titrasi iodometri. Mekaismenya belum diketahui dengan pasti namun ada
asumsi bahwa molekul iodin tertahan di permukaan B-amilosa. Larutan amilum
mudah terkomposisi oleh bakteri, sehingga biasanya ditabahkan sebagai pengawet
(Pursitasari, 2014).
Senyawa Natrium tiosulfat mengikat lima molekul air dengan rumus kimia
Na2S2O3.5H2O. Natrium tiosulfat merupakan larutan standar karena tidak stabil
terhadaap oksidasi dari udara, asam, dan bakteri. Penambahan boraks atau
natrium karbonat terhadap larutan natrium tiosulfat dilakukan untuk sebagai
pengawet. Iodin mengoksidasi ion tiosulfat menjadi ion tetrationat. Pada larutan

7
dengan pH lebih dari 9 menyebabkan ion tiosulfat teroksidasi secara parsial
menjadi sulfat: (Pursitasari, 2014).
Adapun fungsi reaksi Iodometri dan Iodimetri yakni dalam reaksi
iodometri, senyawa oksidator direduksi menjadi senyawa yang kurang oksidatif.
Iodin bertindak sebagai indikator dalam reaksi ini karena iodin berubah warna
ketika direduksi menjadi ion iodida. Jumlah senyawa oksidator dalam sampel
dapat dihitung dengan mengukur jumlah iodin yang direduksi oleh senyawa
tersebut.
Dalam reaksi iodimetri, senyawa reduktor dioksidasi menjadi senyawa
yang lebih oksidatif. Iodin juga bertindak sebagai agen pengoksidasi dalam reaksi
ini. Jumlah senyawa reduktor dalam sampel dapat dihitung dengan mengukur
jumlah iodin yang dioksidasi oleh senyawa tersebut.
Contoh penerapan reaksi iodometri adalah dalam penentuan kadar vitamin
C dalam sampel buah atau sayuran, di mana senyawa vitamin C berperan sebagai
senyawa reduktor yang direaksikan dengan larutan iodin. Contoh penerapan
reaksi iodimetri adalah dalam penentuan kadar klorin dalam air minum, di mana
klorin berperan sebagai senyawa oksidator yang direaksikan dengan larutan
iodida.
2.2. Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POMM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, etanol
Rumus molekul : C2H5OH
Rumus struktur : H H
H – C – C – OH
H H
Berat molekul : 46,07 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah terbakar, berbau khas panas, memberikan nyala
biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan
dalam eter P

8
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, yaitu terhindar dari
cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api
Kegunaan : Sebagai larutan uji, juga pembersih alat praktikum
yang dapat membunuh kuman
Manfaat : Sebagai antiseptik (menghambat pertumbuhan dan
membunuh mikroorganisme)
2.2.2 Aquadest (Dirjen POM, 2020)
Nama resmi : AQUA DESTILATA
Nama lain : Aquadest
Rumus molekul : H₂O
Rumus struktur :

Berat molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berasa dan jernih.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya dan
tidak larut pada pelarut non polar.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
2.2.3 KI (Ditjen POM, 1995)
Nama resmi : KALII IODIDUM
Nama lain : Kalium iodida
Rumus molekul : KI
Rumus struktur :

Berat molekul : 66,0 g/mol


Pemerian : Hablur heksahedral, transparan, atau tidak berwama
atau agak buram dan putih atau serbuk granul putih
agak higroakopik, larutan menunjukkan pereaksi
netral atau basa terhadap lakmus
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, terlebih dalam air

9
mendidih, mudah larut dalam gliserin larut dalam
etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
2.2.4 KIO3 (Ditjen POM, 1995)
Nama resmi : KALIUM IODAT
Nama lain : Kalium iodat
Rumus molekul : KIO3
Rumus struktur :

Berat molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Serbuk hablur, putih
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel

2.2.5 Asam sulfat (Ditjen POM, 1995)


Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asam sulfat
Rumus molekul : H₂SO4
Rumus struktur :

Berat molekul : 98,07 g/mol


Pemerian : Cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna, bau
sangat tajam dan korosif.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan
menimbulkan panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

10
Kegunaan : Sebagai sampel
2.2.6 Na2S2O3 (Ditjen POM, 1995)
Nama resmi : NATRII THIOSULFAT
Nama lain : Natrium tiosulfat / Hipo
Rumus molekul : Na2S2O3
Rumus struktur :

Berat molekul : 248,17 g/mol


Pemerian : Hablur besar tidak berwarna atau serbuk hablur kasar.
Dalam udara lembab meleleh basah
Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air; praktis tidak larut dalam
etanol (95%)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel

11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Kimia Analisis dengan materi Iodometri dan Iodimetri
dilaksanakan pada hari Kamis, 30 Maret 2023 pukul 14.00 WITA sampai dengan
selesai. Bertempat di Laboratorium Kimia Analasisi, Jurusan Farmasi, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini, yaitu batang pengaduk,
buret, cawan porselin, corong, gelas kimia, gelas ukur, labu erlenmeyer, neraca
analitik, dan pipet kaca,
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam praktikum kali yaitu alkohol
70%, Aaquadest, H2SO4, KI 10%, KIO3, Na2S2O3, tepung kanji, tisu dan pembalut.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Standarisasi Larutan Titran
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan KIO3 5 mL, KI 2,5 mL, dan H2SO4 2,5 mL ke dalam
erlenmeyer hingga berwarna kuning kecoklatan
3. Dimasukkan Na2S2O3 kedalam buret menggunakan corong sebanyak 50
mL
4. Dititrasi larutan yang di erlenmeyer hingga berwarna kuning
5. Dimasukkan ½ sendok tepung kanji kedalam gelas kimia
6. Ditambahkan aquadest sebanyak 10 mL kedalam gelas kimia yang berisi
tepung kanji lalu diaduk hingga larut
7. Ditambahkan larutan amilum yang telah dibuat sebanyak beberapa tetes
kedalam erlenmeyer yang telah dititrasi hingga berwarna biru gelap
8. Dititrasi kembali erlenmeyer hingga warna biru hilang atau hingga
menjadi warna bening.

3.3.2 Penetapan Kadar Klor dalam Pemablut

12
1. Ditimbang kapas pembalut sebanyak 1 gram dan dimasukkan kedalam
labu erlemeyer
2. Ditambahkan aquadest sebanyak 5 mL lalu diaduk
3. Ditambahkan indikator amilum sebanyak beberapa tetes kedalam
erlenmeyer hingga warnanya menjadi warna biru gelap
4. Ditambahkan KI 2,5 mL dan H2SO4 2,5 mL kedalam labu erlenmeyer lalu
diaduk
5. Dimasukkan Na2S2O3kedalam buret hingga 50 mL
6. Dititrasi larutan hingga warna birunya hilang atau warna putih
7. Dicatat hasil yang didapatkan

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Standarisasi Na2S2O3
Penambahan Titik Akhir
Sampel Kondisi Awal
Indikator Titrasi

KIO3

Volume titran 12,1 mL


4.1.2 Penetapan kadar klorin
Penambahan Titik Akhir
Sampel Kondisi Awal
Indikator Titrasi

Pembalut

Volume titran 3,2 mL


4.2 Perhitungan
a. Standarisasi Na2S2O3
Na2S2O3 = V KIO3 x N KIO3
V Na2S2O3
= 5 mL x 0,1 = 0,04 N
12,1

14
b. Penentuan kadar klor
Be Cl = Ar Cl = 35,5
Valensi 1
= 35,5
Kadar klor = V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x Be Cl x 100%
Mg contoh
= 5,2 x 0,04 x 35,5 x 100%
1000
= 0,4544%
4.3 Pembahasan
Titrasi iodometri adalah metode analisis kimia yang digunakan untuk
menentukan kadar senyawa oksidator dalam sampel dengan menggunakan larutan
iodin sebagai agen pengoksidasi. Sedangkan titrasi iodimetri adalah metode
analisis kimia yang digunakan untuk menentukan kadar senyawa reduktor dalam
sampel dengan menggunakan larutan iodida sebagai agen reduktor. Kedua metode
ini sering digunakan dalam analisis kimia untuk menentukan kadar senyawa
tertentu dalam sampel yang dianalisis. Cara melakukan analisis dengan
menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut titrasi
iodimetri, dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-
reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekuivalennya
(Triwulandari, E., & Purwaningsih. H, 2016).
Pada percobaan iodometri dan iodimetri ini melakukan standarisasi
Na2S2O3 dan penentuan kadar klor pada pembalut, alat dan bahan yang
dibutuhkan yaitu alat, buret, pipet tetes, erlenmeyer, gelas kimia serta labu takar
100 mL, bahan yang digunakan yaitu tepung kanji, pembalut, KIO 3, KI, Na2S2O3
dan tisu. Berdasarkan literatur Wulandari, D., Sutarno, S., & Nurjanah, S (2018),
Standarisasi titran adalah proses untuk menentukan konsentrasi suatu larutan
titran dengan mengukur volume titran yang diperlukan untuk bereaksi sepenuhnya
dengan suatu zat standar yang diketahui konsentrasinya. Proses ini penting dalam
analisis kimia karena memastikan bahwa konsentrasi titran yang digunakan dalam

15
titrasi benar-benar diketahui secara akurat, sehingga hasil analisis yang diperoleh
dapat diandalkan.
Menurut Zhou dkk (2021), Pada standarisasi titran, reaksi kimia terjadi
antara larutan standar dan larutan analit. Reaksi ini biasanya merupakan reaksi
asam-basa atau oksidasi-reduksi, tergantung pada sifat larutan yang akan dititrasi.
Pada reaksi asam-basa, ion hidrogen (H +) dari larutan asam akan bereaksi dengan
ion hidroksida (OH-) dari larutan basa untuk membentuk air (H2O). Pada reaksi
oksidasi-reduksi, elektron akan ditransfer dari suatu zat ke zat lainnya. Pada
standarisasi titran, tujuan utama adalah untuk mencapai titik ekivalen di mana
jumlah mol titrant yang ditambahkan setara dengan jumlah mol analit yang hadir
dalam sampel. Indikator pH digunakan untuk membantu menentukan titik
ekivalen dengan mengubah warna solusi sesuai dengan perubahan pH. Dengan
mengetahui jumlah mol titrant yang digunakan dalam reaksi, konsentrasi larutan
analit dapat dihitung menggunakan rumus stoikiometri yang sesuai.
Hal pertama yang dilakukan yaitu standarisasi Na2S2O3 dengan KIO3
sebagai sampel, dipipet larutan KIO3 sebanyak 5mL kedalam erlenmeyer,
kemudian ditambahkan KI sebanyak 2,5 mL. Berdasarkan literatur menurut
Gholivand & Shokrollahi (2018), pada standarisasi primer Na2S2O3 dengan KIO3
untuk sampel, KIO3 digunakan sebagai standar primer untuk menentukan
konsentrasi larutan Na2S2O3. KIO3 dioksidasi menjadi iodin oleh larutan asam, dan
iodin yang terbentuk kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Setelah standar
primer KIO3 diukur, larutan Na2S2O3 yang akan digunakan untuk menitrasi
sampel juga harus diukur dengan cermat dan diencerkan sesuai dengan
kebutuhan. Menurut Syamsuat dkk (2017), Fungsi penambahan kalium iodida ini
untuk memperbesar larutan iodium yang sukar larut dalam air dan kalium iodida
ini untuk memprediksi analit sehingga bisa dijadikan standarisasi.
Ditambahkan 2,5 mL H2SO4, Menurut fricina A. D dan R. Djarot S
(2016), Fungsi penambahan asam sulfat untuk memberikan suasana asam. Hal ini
dilakukan karena titik akhir titrasi lebih mudah diamati bila reaksi dilakukan

16
dalam suasana asam dan reaksi H2SO4 tersebut tidak menghasilkan produk dan
tidak bereaksi dengan titran. Dimasukkan natrium tiosulfat ke dalam buret
sebanyak 50 mL. Menurut Ernita Silviana dkk (2019), Larutan natrium tiosulfat
merupakan larutan standar yang sering digunakan dalam proses iodonetri. Lalu
dititrasi larutan kalium iodidat dengan cara diletakkan erlenmeyer di bawah buret
lalu dibuka pengunci buret secara perlahan agar titran menetes dan digoyangkan
erlenmeyer selama titran mengalir sampai larutan berubah warna menjadi kuning.
Menurut Ata dkk (2015), Saat titrasi erlenmeyer harus terus digoyangkan
perlahan-lahan secara konstan. Hal ini bertujuan untuk menyempurnakan dan
melarutkan reaksi antara titran dan titrasi di seluruh bagian larutan yang ada di
dalam erlenmeyer. Persamaan reaksi yang dihasilkan yaitu:
KIO3 + 5KI + 3H2SO4 → 3I2 + 3H2O + 3K2SO4
Reaksi penentuan kadar senyawa oksidator dengan natrium tiosulfat (Na2S2O3):
I2 + 2S2O32- → S4O62- + 2I-
Dimasukkan 1
/2 sendok makan tepung kanji kedalam gelas beker,
ditambahkan aquadest sebanyak 10 mL. Menurut Al-Mahasneh, M. A., &
Ibrahim, H (2011), Produk amilum yang dihasilkan dari tepung kanji yang telah
ditambahkan aquasets umumnya memiliki sifat fungsional yang lebih baik, seperti
daya ikat air yang tinggi dan kestabilan yang baik pada suhu tinggi. Ditambahkan
beberapa tetes larutan amilum yang telah dibuat tadi sampai berwarna biru gelap.
Menurut Ade manaulfa (2015), Penambahan amilum berfungsi sebagai indikator
untuk melakukan titrasi agar titrasi yang ditandai dengan perubahan warna dari
biru menjadi tidak berwarna. Dititrasi kembali larutan sampai warna birunya
hilang. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa sebelum ditambahkan
indikator ditetesi natrium tiosulfat sebanyak 9,6 mL berubah dari warna kuning
kecoklatan menjadi kuning dan setelah ditambahkan indikator berubah warna dari
biru menjadi putih setelah ditetesi natrium tiosulfat sebanyak 2,6 mL.
Pada perlakuan penentuan kadar klor pada pembalut. Hal pertama yang
dilakukan yaitu ditambahkan kapas pembalut sebanyak 1 gram. Menurut
Marques, E. P., da Silva, A. F., & da Silva, J. B (2020), Pada penentuan kadar

17
kalor, pembalut digunakan untuk mengisolasi sampel dari lingkungan sekitar dan
mengurangi kehilangan panas. Dengan cara ini, panas yang dihasilkan oleh
sampel selama pembakaran tidak akan hilang ke lingkungan sekitar, sehingga
dapat diukur secara akurat. Selain itu, pembalut juga dapat menghindari
kontaminasi sampel oleh bahan-bahan asing yang dapat memengaruhi hasil
analisis, ditimbang menggunakan neraca analitik. Menurut Syahputra dkk
(2012), Neraca analitik berfungsi untuk menimbang bahan atau zat yang akan
digunakan sebelum melakukan suatu percobaan yang membutuhkan suatu
penimbangan.
Dimasukkan kapas pembalut yang telah ditimbang ke dalam erlenmeyer
dan ditambahkan aquadet sebanyak 5 mL. Menurut Pictoria. I. T dan Margareta
Haiti (2020), Aquadest adalah pelarut universal yang sangat baik. Ditimbang
kalium iodida dan asam sulfat masing-masing sebanyak 2,5 mL. Menurut
Sarwar, M. A (2012), Penambahan kalium iodida (KI) dan asam sulfat (H 2SO4)
dalam larutan merupakan salah satu metode yang umum digunakan dalam titrasi
iodometri. KI berfungsi untuk mengubah senyawa oksidator yang akan dititrasi
menjadi ion iodida (I-) yang kemudian dapat dioksidasi oleh iodin (I 2) dalam
larutan. H2SO4 juga ditambahkan untuk meningkatkan kestabilan ion iodida (I -)
dan mencegah terjadinya reaksi yang tidak diinginkan. Dalam titrasi iodometri,
iodin (I2) biasanya dihasilkan oleh reaksi antara ion iodida (I -) dan senyawa
oksidator yang dititrasi, sehingga jumlah senyawa oksidator yang dititrasi dapat
dihitung dengan mengukur jumlah iodin yang dihasilkan. Dimasukkan 50 mL
larutan Na2S2O3 kedalam buret, dititrasi dan ditambahkan indikator amilum
sebanyak beberapa tetes sampai berwarna biru gelap. Dititrasi larutan sampai
berwarna putih. Persamaan reaksi yang di hasilkan yaitu:
KI + H2SO4 → K2SO4 + 2HI
Reaksi oksidasi ion iodida (I-) oleh senyawa oksidator yang dititrasi dengan
natrium tiosulfat (Na2S2O3):
I2 + 2S2O32- → S4O62- + 2I-
Adapun kemungkinan kesalahan pada praktikum perccobaan ini yaitu
kesalahan dalam meneteskan indikator amilum dengan menggunakan pipet tetes
yang mungkin dilakukan secara berlebihan dan kurang hati-hati sehingga hasil

18
akhir yang didapat belum sesuai dengan ketentuan. Kemungkinan kesalahan
lainnya yaitu saat melihat atau dalam proses penentukan volume titran yang
dilakukan dengan kurang tepat sehingga mendapatkan hasil yang kurang akurat.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
Metode iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang
didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan
dalam analisa jika dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini
karena perbandingan stoikiometri yang sederhana pelaksanaanya, praktis dan
tidak banyak masalah serta mudah titrasi iodometri adalah suatu proses titrasi tak
langsung yang melibatkan iod.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Kepada Jurusan
Saran kepada jurusan Farmasi Universitas Negeri Gorontalo agar lebih
menunjang kegiatan praktikum Kimia Analisis agar lebih maksimal. Baik itu
melengkapi fasilitas yang kurang, dan lainnya.
5.2.2 Saran Kepada Laboratorium
Saran kepada laboratorium dapat memberikan dukungan dalam hal
kelengkapan alat-alat laboratorium agar praktikan dapat melaksanakan praktikum
dengan lebih maksimal, seperti sarana dan prasarana.
5.2.3 Saran Kepada Asisten
Saran kami untuk asisten agar lebih membimbing praktikan dalam
menjalankan praktikum Kimia Analisis sehingga praktikan dapat menjalankan
prosedur kegiatan dengan lebih baik lagi pada praktikum selanjutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA
Alberty RA. dan Daniels F. 2012. Kimia Fisika. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Keenan, C. 1980. Ilmu kimia untuk universitas. Jakarta: Erlangga

Nora Susanti. 2016. SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI


BAB I: ILMU KEFARMASIAN. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan

20

Anda mungkin juga menyukai