Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan reaksi oksidasi-oksidasi


dipergunakan secara luas dalam analisa titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur
dapat hadir dalam kondisi yang berbeda, menghasilkan kemungkinan terjadi
banyak reaksi redoks. Dalam banyak prosedur analisis analitnya memiliki lebih
dari satu kondisi oksidasi sehingga harus di konversi menjadi satu kondisi
oksidasi  tunggal sebelum titrasi (Day& Underwood, 2002). Titrasi iodometri
yaitu titrasi yang tidak langsung dimana oksidator yang dianalisa kemudian
direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang sesuai yang
selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan titrasi dengan larutan
standar.
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi
kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan
bilangan oksidasi. Proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan   reduksi
memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung
mengalami penurunan oksidasi.Sebaliknya pada reduktor ,atom yang berlangsung
bersama dan saling menkompensasi satu sama lain.Istilah oksidator reduktor
mengacu pada suatu senyawa,tidak kepada atomnya saja.(Khopkar,2003)
Iodometri adalah salah satu metode yang paling mudah, cepat dan akurat
untuk penentuan jumlah suatu zat yang bersifat sebagai pengoksidasi, seperti sisa
klor. Amilum merupakan salah satu indikator yang paling sering digunakan
dalam titrasi iodometri. Titrasi iodometri merupakan salah satu metode yang
paling mudah dan paling akurat dalam penentuan kadar klorin (Yoshinaga et al,
2001)
Titrasi iodometri ini termasuk golongan titrasi redoks dimana mengacu
pada transfer electron (Day&Underwood, 2002). Metode titrasi iodometri
langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar.
Metode titrasi iodometri tidak langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan
titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia (Basset,1994). Titrasi
iodometri merupakan titrasi redoks. Banyaknya volume Natrium Tiosulfat yang
digunakan sebagai titran setara dengan iodium yang dihasilkan sebagai titrat dan
setara dengan banyaknya sampel (Silviana, 2020). Pada titrasi iodometri atau
titrasi tidak langsung, sampel dengan potensial oksidasi lebih besar dari sistem
iodium-iodida atau sampel yang bersifat oksidator akan direduksi oleh kalium
iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium. Selanjutnya iodium dititrasi
dengan larutan baku natrium tiosulfat, dimana banyaknya natrium tiosulfat yang
digunakan sebagai titran setara dengan iodium yang dihasilkan (Sutisna, 2018).
Larutan I2 digunakan untuk mengoksidasi reduktor secara kuantitatif pada
titik ekivalennya. Namun, cara pertama ini jarang diterapkan karena I2 merupakan
oksidator lemah, dan adanya oksidator kuat akan memberikan reaksi samping
dengan reduktor. Adanya reaksi samping ini mengakibatkan penyimpangan hasil
penetapan (Mulyono, 2011). Hal – hal yang harus diperhatikan dalam titrasi
iodometri dan iodimetri adalah:
1. Oksigen error, terjadi jika dalam larutan asam, maka oksigen dari
udara akan mengoksidasi iodide menjadi iod (kesalahan makin besar
dengan meningkatnya asam)
2. Reaksi iodometri dilakukan dalam suasana asam sedikit basa (pH < 8)
3. Larutan kanji yang sudah rusak akan memberikan warna violet
yang sulit hilang warnanya, sehingga akan mengganggu peniteran
4. Pemberian kanji terlalu awal akan menyebabakan iod
menguraikan amilum dan hasil peruraian mengganguperubahan warna
pada titik akhir
5. Penambahan KI harus berlebih, karena I2 yang dihasilkan sukar larut
dalam air tetapi mudah larut dalam KI.
6. Larutan Thiosulfat dalam suasana yang sangat asam dapat
menguraikan larutan thiosulfat menjadi belerang, pada suasanabasa
(pH>9) thio sulfat menjadi ion sulfat

Larutan standar yang digunakan dalam proses iodometri adalah natrium


tiosulfat. Larutan Natrium Tiosulfat merupakan larutan standar yang digunakan
dalam kebanyakan proses iodometri (Silviana, 2020). Garam ini biasanya
berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi
dengan penimbangan secara langsung,tetapi harus distandarisasi dengan larutan
baku primer.Larutan natrium tiosulfat tidak stabil dalam waktu yang lam
(Day&Underwood,2002)
Iodium merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan dalam jumlah
sedikit dalam tubuh. Iodium ada di dalam kelenjar tiroid yang digunakan untuk
mensistesis protein hormon tiroksin untuk pertumbuhan normal, perkembangan
fisik dan mental pada manusia. Iodium yang biasa ditambahkan pada fortifikasi
makanan yaitu dalam bentuk KIO3 karena KIO3 lebih stabil jika dibandingkan
dengan KI. Konsentrasi larutan iodium hasil adsorpsi dapat ditentukan dengan
cara batch maupun kontinyu digunakan metode titrasi. Larutan iodium hasil
adsorpsi dimasukkan kedalam erlenmeyer sebanyak 5 mL. Titrasi dengan larutan
natrium tiosulfat 0,1 N, bila warna kuning dari larutan telah samar tambahkan
beberapa tetes larutan kanji (amilum) sebagai indikator larutan akan berubah
warna jadi biru. Titrasi kembali larutan sampai warnanya berubah menjadi bening.
Dari hasil titrasi konsentrasi iodium dalam larutan dapat ditentukan.
Warna larutan iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja
sebagai indikatornya sendiri.Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan
kanji,karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk  suatu uji
peka terhada iodium.(Day&Underwood,1986). Penambahan indikator amylum
dilakukan saat mendekati titik akhir agar iod berikatan dengan amylum yang sukar
dipecah dan tidak kembali ke senyawa semula. Setelah penambahan amylum akan
merubah warna menjadi biru kehitaman karena adanya ikatan I2 dengan amylum
lalu dititrasi kembali sehingga terbentuk warna hijau atau titik akhir (Fadjria et al,
2019).
Tembaga murni dapat digunakan sebagai standar primer untuk natrium
tiosulfat dan dianjurkan apabila natrium tiosulfat harus digunakan untuk
penentuan tembaga. (Day&Underwood,2002). Tembaga adalah logam merah
muda yang lunak, dapat ditempa, liat, dan melebur pada suhu 1038°C. Senyawa-
senyawa yang dibentuk oleh logam tembaga mempunyai bilangan valensi yang
dibawanya. Logam tembaga juga dinamakan cupro untuk yang bervalensi +1 dan
cupri yang bervalensi +2. Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru,
baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air (Andaka, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Andaka, G. 2008. Penurunan kadar tembaga pada limbah cair industri kerajinan
perak dengan presipitasi menggunakan natrium hidroksida. Jurnal Teknologi.
1(2). 127-134.

Basset, J., R. C. Denney, G.H Jeffrey, & J. Mendhom. 1994. Buku Ajar Vogel
Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik. EGC. Jakarta.

Day, R A, dan Underwood, A L. 2002. Analsis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.


Erlangga. Jakarta.

Fadjria, N., Z. Zulfisa, A. Arfiandi, & I. Yolandari. 2019. Penentuan Kadar


Karbohidrat pada Biji Cempedak Hutan (Artocarpus champeden Lour.)
dengan Metoda Tembaga-Iodometri. Jurnal Riset Kimia. 10(2). 93-97.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

Mulyono. 2011. Perencanaan Pembelajaran Kimia. FMIPA UPI. Bandung.

Silviana, E., F. Fauziah, & A. Adriani. 2020. The Comparison of Potassium Iodate
Concentration In Jangka Salt of Matang Glumpang Dua Production From The
Cooking And Natural Drying Process By Iodometri Method. Lantanida
Journal. 7(2). 135-146.

Sutisna, A. 2018. Penentuan Angka Dissolved Oxygen (Do) pada Air Sumur
Warga Sekitar Industri Cv. Bumi Waras Bandar Lampung. Jurnal Analis
Farmasi. 3(4). 246-251.

Yoshinaga, T., et al. 2001. Polyvinyl Alcohol as a Useful Indicator on Iodometry:


Volumetric and Spectrophotometric Studies on Iodine-PVA and Iodine-starch
Complexes. Journal Analytical Science. 1(17) : 333-337.

Anda mungkin juga menyukai