Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KIMIA FARMASI II

PENETAPAN KADAR ANTALGIN

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 2

NAMA ANGGOTA:

ROSDIANA (19.036.AF)

SATRI AGUSTINA (19.037.AF)

SELLAHHARSELINA (19.038.AF)

SHABBRINA DAFFA ULHAQ (19.039.AF)

TISNA MAHARANI (19.040.AF)

WINDA (19.042.AF)

ANASTASIA RINDIANI (19.045.AF)

ANUGRAH TRI WAHYUNI (19.177.AF)

ROSMIDA UPA’ (19.175.AF)

NUR AINI HASBAR (19.177.AF)

KELAS :REGULER A

INSTRUKTUR : A.TENRIUGI DAENG PINE,S.Si.,M.Si

AKADEMI FARMASI YAMASI MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah,puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum kimia farmasi yang berjudul penetapan kadar antalgin.

Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak/ibu yang telah membantu kami baik
secara morak maupun material.Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-
teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami biasa
menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari bahwa laporan praktikum penetapan kadar antalgin yang


kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penyusun, kritik, saran
maupun penulisannya.oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bias
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga jenis laporan praktikum.penetapan kadar asam salisil in bias


menambah wawasan para pembaca dan bias bermanfaat untuk perkembangan
dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Makassar, juni 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kimia analitik pada dasarnya menyangkut penentuan komposisi kimiawi


suatu materi.dahulu hal tersebut adalah tujuan utama seseorang ahli kimia
analitik.Tetapi dalam kimia analitik modern ,aspek-aspeknya juga meliputi
identitas suatu zat,elusidusi struktur dan analisa kuantitatif komposisinya

Titrasi iodometri dan iodimetri adalh salah satu metode titrasi yang
didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi.Metode ini lebih banyak digunakan dalam
analisa jika di bandingkan dengan metode lain,Alasan dipilihnya metode ini karena
perbandingan stoikometri yang sederhana pelaksanaanya praktis dan tidak banyak
masalah dan mudah.

Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi


langsung dan tidak langsung,seperti uuang kadar terdapat dalam serbuk antalgin.

Titrasi Tisak langsung iodometri dilakukan terhadap zat-zat oksidator beruapa


garam-garam besi (III) dan tembaga di mana zat-zat oksidator ini di reduksi dahulu
dengan KI dan iodin dalam jumlah yang setara dan di tentukan kembali dengan
larutan natrium triosulfat balku,titrasi iodimetri digunakan untuk menentukan
kadar dari zat-zat uji yang bersifat reduktor dengan titrasi langsung,sedangkan
untuk iodimetri adalah kebalikannya.

Dalam Bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat-
zat yang mengandung oksidator misalnya Cl2,Fe (III), Cu (II) dan sebagainya,
sehingga mengetahui kadar suatu zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya
Adapun dalam Farmakope Indonesia,Titrasi Iodometri digunakn untuk
menetapkan Kadar dari asam Askorbat,Natrium Askorbat,Metampiron
(antalgin),Natrium Triosulfat dan lain-lain.
I.2Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud Percobaan

Untuk Mengetahui Cara penetapan kadar Antalgin dengan

metode Titrasi iodometri.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Menentukan Kadar antalgin dengan metode Iodometri

I.3 Prinsip Percobaan

Penentuan kadar antalgin dengan sediaan tablet dengan metode


iodometri.Metode ini berdasarkan reaksi redoks dengan cara titrasi
langsung,dimana antalgin direakasikan dengan larutan baku I2 Berlebih kemudian
Kelebihan I2 di titrasi dengan larutan Baku Na 2S2O3 0,1 N sampai warna biru tepat
hilang dengan menggunakan indicator kanji.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Titrasi-titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara titrasi


dengan analitik. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri untuk
mendeteksi titik akhir, meskipun demikian penggunaan indikator yang dapat
berubah warnanya dengan adanya kelebihan titrasi juga sering digunakan. Titrasi
yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu titrasi langsung
(iodimetri) dan titrasi tidak langsung (iodometri) (Rohman,2007)

Pada farmakope Indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk menetapkan


kadar asam askorbat, natrium tiosulfat, metampiron (antalgin), serta natrium
tiosulfat dan sediaan injeksi. (Ibnu Gholib, 2007)

Larutan I2 digunakan untuk mengoksidasi reduktor secara kuantitatif pada


titik ekuevalennya. Namun, cara pertama ini jarang diterapkan karena I2
merupakan oksidator lemah, dan adanya oksidator kuat akan memberikan reaksi
samping dengan reduktor. Adanya reaksi samping ini mengakibatkan
penyimpangan hasil penetapan. (Mulyono, 2001)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam titrasi iodimetri dan iodometri :


(Perdana,2009)

1. Oksigen eror, terjadi jika dalam larutan asam, maka oksigen dari
udara akan mengoksidasi iodide menjadi iod (kesalahan makin besar
dengan meningkatnya asam)

2. Reaksi iodometri dilakukan dalam suasana asam sedikit basa (pH <8)

3. Larutan kanji yang sudah rusak akan memberikan warna violet yang
sulit hilang warnanya, sehingga akan mengganggu peniteran.
4. Pemberian kanji terlalu awal akan menyebabkan iod menguraikan
amilum dan hasil peruraian mengganggu perubahan warna pada titik
akhir.

5. Penambahan KI harus berlebi, karena I 2 yang dihasilkan sukar larut


dalam air tetapi mudah larut dalam KI

6. Larutan thiosulfate dalam suasana yang sangat asam dapat


menguraikan larutan thiosulfate menjadi belerang, pada suasana
basa (pH >9) thiosulfate menjadi ion sulfat

Kekurangan kanji sebagai indikator : (Perdana, 2009)

1. Kanji tidak larut dalam air dingin

2. Suspensinya dalam air tidak stabil

3. Bila penambahan kanji dilakukan pada awal titrasi dengan I 2 akan


membentuk kompleks iod – amilum. Jika dalam titrasi indikator kanji
maka penambahan kanji dilakukan pada saat mendekati titik
ekiuvalen.

Dalam proses iodometri dan iodimetri sebaiknya mengggunakan indikator


larutan natrium amylumglikolad. Indikator ini dengan I 2 tidak akan membentuk
kompleks iod amilum sehingga dapat ditambahkan pada awal titrasi. (Perdana,
2001)

Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah


natrium thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat
Na2S2O3.5H2O. larutan ini tidak boleh distandarisasi memberikan hasil-hasil yang
sempurna dan lebih cepat daripada penentuan elektrolit tembaga.
Metode klasik dari Winkler adalah sebuah metoda sensitif untuk menentukan
oksigen yang di larutkan dalam air. Kedalam sampel air ditambahkan sejumlah
berlebih garam mangan (II), natrium iodide, dan natrium hidroksida. (Underwood,
2002)
Iodium hanya sedikit larut dalam air (0,00134 mol per liter pada 25 oC) tetapi
agak larut dalam larutan yang mengandung iodida. Larutan iodium standar dapat
dibuat dengan menimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol
volumetrik. Iodium, dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan pada suatu
larutan KI pekat yang ditimbang dengan teliti sebelum dan sesudah penambahan
iodium. Akan tetapi biasanya larutan distandarisasikan terhadap suatu standar
primer, As2O3 yang paling biasa digunakan (Underwood, 2001)

Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan secara


luas dalam analisa titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam
kondisi oksidasi yang berbeda-beda menghasilkan kemungkinan terjadi banyak
reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untukdigunakan
dalam analisa trimetrik, dan penerapan-penerapannyacukup banyak.
(Underwood,2002)

Sistem reduks iodin (triodida) –Iodida3 + 2e 3I mempunyai potensial standar


sebesar +0,54 V. karena itu iodin adalah sebuah agen pengoksidasi yang jauh lebih
lemah daripada kalium permanganat, senyawa serium (IV), dan kalium dikromat.
Dilain pihak, ion iodide adalah agen pereduksi yang termasuk kuat, lebih kuat,
sebagai contoh daripada ion Fe(II). Dalam proses analitis, iodin dipergunakan
sebagai sebuah agen pengoksidasi (Iodometri), dan ion iodida dipergunakan
sebagai sebuah agen pereduksi (Iodometri). Dapat dikatakan bahwa sedikit saja
substansi yang cukup kuat sebagaii unsur reduksi untuk titrasi langsung dengan
iodin. Karena itu jumlah dari penetuan-penetuan iodimetri adalah sedikit. Namun
demikian, banyak agen pengoksidasi yang cukup kuat untuk bereaksi secara
lemgkap dengan ion iodida, dan aplikasi dari proses iodometri cukup banyak.
Kelebihan dari ion iodide ditambahkan dalam agen pengoksidasi yang sedang
ditentukan, membesakan iodin, yang dikemudian dititrasi dengan larutan natrium
thiosulfat. (Underwood, 2002)

Indikator kanji : warna dari sebuah larutan iodin 0,1N cukup intens sehingga
iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan
warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetra
klorida dan kloroform,dan terkadang kondisi inidipergunakan dalam mendeteksi
titik akhir dari titrasi-titrasi, Namun demikian, suatu larutan (penyebaran kolodial)
dari kanji lebih umum di pergunakan ,karena warna biru gelap dari kompleks iodin-
kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk iodin. Mekanisme
pembentukan kompleks yang berwarna ini tidak diketahui,namun ada pemikiran
bahwa molekul-molekul iodin tertahan di permukaan –amylose,suatu konstituen
dari kanji. Larutan-larutan kanji dengan mudah didekomposisinya oleh bakteri, dan
biasanya sebuah substansi, seperti asam borat, ditambahkan sebagai bahan
pengawet.(Underwood,2002)

Banyak agen pengoksidasi yang kuat dapat dianalisa dengan menambahkan


kalium iodide berlebih dan mentitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen
pengoksidasi membutuhkan suatu larutan asam untuk bereaksi dengan iodin,
natrium tiosulfat biasanya dipergunakan sebagai titrannya. (Underwood, 2002)

Penentuan – penentuan iodometrik: ada banyak aplikasi proses iodometrik


dalam kimia analisis. Penentuan iodometrik tembaga banyak dipergunakan baik
untuk bijih maupun paduannya. Metoda ini memberikan hasil-hasil yang sempurna
dan lebih cepat daripada penentuan elektrolit tembaga.
Metode klasik dari Winkler adalah sebuah metoda sensitif untuk menentukan
oksigen yang di larutkan dalam air. Kedalam sampel air ditambahkan sejumlah
berlebih garam mangan (II), natrium iodide, dan natrium hidroksida. (Underwood,
2002)
Penggunaan air masih mengandung CO2 sebagai pelarut akan menyebabkan
peruraian S2O32- membentuk balerang bebas, Balerang ini menyebabkan
kekeruhan. Terjadinya peruraian itu juga dipicu bakteri Thiobacillus thioparus,
Bakteri yang memakan balerang akhirnya masuk kelarutan itu, dan proses
metaboliknya akan mengakibatkan balerang koloidal. Balerang ini akan
menyebabkan kekeruhan, bila timbul kekeruhan larutan harus dibuang.
(Underwood,2002)
Pembuatan natrium thiosulfate dapat ditempuh dengan cara:
(Underwood,2002)

1. Melarutkan garam kristalnya pada aquadest yang mendidih

2. Menambahkan 3 tetes kloroform (CHCI3) atau 10 mg merkuri klorida


(HgCI2) Dalam 1 liter larutan.

3. Larutan yang terjadi disimpan pada tempat yang tidak terkena cahaya
matahari.

Biasanya air yang digunakan untuk menyiapkan larutan tiosulfat di didihkan


agar steril, dan sering ditambahkan boraks atau natrium karbonat sebagai
pengawet. Oksidasi tiosulfat oleh udara berlangsung lambat. Tetapi runutan
tembaga yang kadang-kadang terdapat dalam air suling akan mengkatalis oksidasi
oleh udara ini. Tiosulfat diuraikan dalam larutan asam dengan membentuk
belerang sebagai endapan mirip susu.
(underwood, 2002)

S2O32 + 2H+ H2S2O3 H2S2O3 + S

Tetapi reaksi itu lambat dan tak terjadi bila tiosulfat dititrasikan kedalam
larutan iod yang asam, asal larutan diaduk dengan baik. Reaksi antara iod dan
tiosulfat jauh lebih cepat daripada reaksi penguraian. Iodin mengoksidasi tiosulfat
menjadi ion tetrationat:

I2 + 2s2O32- 2I + S4O62-

Reaksinya berjalan cepat, sampai selesai, dan tidak ada reaksi sampingan. Berat
ekivalen dari Na2S2O3, 5H2O adalah berat molekulnya, 248,17. Tiosulfat
teroksidasi secara parsial menjadi sulfat:
2-
4I2 + S2O3 + 5H2O 8I + 2SO42- + 10H+
-

(Underwood, 2002)
Dalam larutan yang netral, atau sedikit alkalin, oksidasi menjadi sulfat tidak
muncul, terutama jika iodin di pergunakan sebagai titran. Ada dua metode totrasi
iodometri, yaitu: (Underwood, 2002)

1. Secara langsung (iodimetri)


disebut juga sebagai iodimetri. Menurut cara ini suatu zat reduksi dititrasi secara
langsung oleh iodium, missal pada titrasi Na2S2O3 oleh I2. 2Na2S2O3 + 12
2NaI + Na2S4O6 indikator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan kanji.
Apabila larutan thiosulfat ditambahkan pada larutan iodine, hasil akhirnya berupa
perubahan penampakan dari tak berwarna menjadi berwarna biru. Tetapi apabila
larutan iodine ditambahkan kedalam larutan thiosulfate maka hasil akhirnya
berupa perubahan penampakan dari berwarna menjadi berwarna biru.
secara tak langsung (iodometri)
disebut juga sebagai iodometri. Dalam hal ini ion iodide sebagai pereduksi diubah
menjadi iodium-iodium yang terbentuk dititrasi, dengan larutan standar Na2SO3.
Jadi cara iodometri digunakan untuk menentukan zat pengoksidasi, missal pada
penentuan suatu zat oksidator ini (H2O2), Pada oksidator ini ditambahkan larutan
KI dan asam Hingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan
larutan.

Na2S2O3.H2O2 + 2HCI I2 + 2KCI + 2H2O

Dan sangat larut dalam pelarutan yang mengandung ion iodide, iodium sedikit
larut dalam air (0,00134 mol liter pada 25 C) (Underwood, 2002)

berdasarkan reaksi I2 +I- 13- Dengan tetapan

Ada dua proses metode titrasi iodometri, yaitu: (Underwood, 2002)

1. Proses-proses iodimetrik langsung

Pada iodometri langsung sering menggunakan zat pereduksi yang cukup kuat
seperti tiosulfat, Arsen (III), Stibium (III), Antimon (II), Sulfida, sulfie, Timah (II),
Ferasianida.
kekuatan reduksi yang dimiliki beberapa dari substansi ini tergantung pada
konsentrasi ion hidrogen, dan reaksi dengan iodin baru dapat dianalisis secara
kuantitatif hanya bila kita melakukan penyesuaian pH yang repot, Dalam proses
iodimetri langsung ini reaksi antara iodium dan thiosulfate dapat berlangsung
sempurna.

Kelebihan ion lodida yang ditambahkan pada pereaksi oksidasi yang


ditentukan, dengan pembebasan iodium, kelebihan ini dapat dititrasi dengan
Natrium Tiosulfat. Menurut cara ini suatu zat reduksi dititrasi secara langsung oleh
iodium, missal pada titrasi Na2S2O3 oleh I2. 2Na2S2O3 + I2 2NaI + Na2S4O6
indikator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan kanji. Apabila larutan
Thiosulfat ditambahkan pada larutan iodin, hasil akhirnya berupa perubahan
penampakan dari tak berwarna menajdi berwarna biru. Tetapi apabila larutan
iodine ditambahkan kedalam larutan thiosulfate maka hasil akhirnya berupa
perubahan penampakan menjadi berwarna biru.

2. Proses-proses tak langsung atau iodometrik

Dalam ion iodide sebagai pereduksi diubah menjadi iodium – iodium yang
terbentuk dititrasi, dengan larutan standar Na2s2o3. Jadi cara iodometri
digunakan untuk menentukan zat pengeksidasi, misalpada penentuan suatu zat
oksidator ini (H2O2). Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI dan asam hingga
akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan.

Na2S2O3. H2O2 + 2HCL I2 + 2KCI + 2H2O

Banyak agen pengoksidasi yang kuat dapat dianalisa dengan menambahkan


kalium iodide berlebih dan menitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen
pengoksidasi membutuhkan suatu larutan asam untuk bereaksi dengan iodin,
natrium tiosulfat biasanya dipergunakan sebagai titrannya, dalam keadaan Ph 3-4.
Titrasi dengan arsenic (III) (Di atas) membutuhkan sebuah larutan yang sedikit
alkalin.(Underwood,2002)
Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan
konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai
berat (gram) tiap satuan volume (milliliter) atau tiap satuan larutan, sehingga
satuan kadar seperti ini adalah gram\militer. Cara ini disebut dengan cara berat\
volume atau b\v. Disamping cara ini, ada cara yang menyatakan kadar dengan
gram zat terlarut tiap gram pelarut atau tiap gram larutan yang disebut dengan
cara berat\berat atau b\b. secara volumetric dapat menggunakan rumus-rumus
umum berikut. (Rohman, 2007)

I.2 Uraian Bahan

1. Air Suling (AQUADEST) (FI III : 96)


Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air Suling
RM : H2O
BM : 18,02
Struktur : H-O-H
Kelarutan : larut dalam etanol dan gliserol
Pemerian : Cairan jernih, tida berwarna, tidak berasa, tidak
berbau.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Iodium (FI III,31)


Nama Resmi : IODUM
Nama Lain : Iodum
RM : I2
BM : 126,96
Kelarutan : Larut dalam 3500 bagian air, dalam 13 bagian

Etanol,dalam 8 Bagian Gliserol

Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilap seperti


logam hitam kelabu dan bau khas
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

kegunaan : Sebagai sampel

3. Natrium Tiosulfat (FI III,428)


Nama resmi : NATRI THIOSULFAS
Nama lain : Natrium tiosulfat\ hipo
RM : Na2S2O3 . 5H2O
BM : Hablur besar tidak berwarna\ serbuk hablur
kasar. Dalam lembab
meleleh basah, dalam hampaudara merapuh.
Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air, praktis tidak larut
dalam etanol
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai penitrasi

4. Asam Klorida (FI edisi III, hal : 53)


Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDIUM
Nama Lain : Asam Klorida
RM\BM : HCL \ 36,46
Kelarutan : Larut dalam etanol, Asam asetat, tidak larut
dalam air.

Penyimpanan : dalam baja tahan karat

Kegunaan :untuk mengatur Keasaman pH

BAB III

Metode Kerja
1). Alat dan Bahan Yang Digunakan

a) Alat

Beker gelas, buret, erlenmeyer, gelas ukur, lumpang dan stamfer, pipet
tetes, pipet volume, sendok tanduk, timbangan analitik.

b) Bahan

Larutan kanji, Na. Teosulfat, asam klorida, tab. Antalgin, air suling,
larutan baku iodiodium.

2). Prosedur kerja

a) Penetapan kadar

1) Ditimbang 20 tablet antalgin lalu ditimbang berat rata-rata tablet.

2) Ditimbang bobot antalgin yang telah diserbukkan setara dengan 200

3) Dilarutkan dengan 20 ml aquadest, lalo kocok.

4) Disaring (bila perlu)

5) Ditambahkan 5 ml HCl 2N kemudian ditambahkan 25 ml larutan


baku iodium 0,1N

6) Dibiarkan selama 10 menit di tempat yang gelap

7) Dititrasi dengan larutan baku Na. Teosulfat 0,1N hingga berwarna


kuning

8) Ditambahkan 2 ml larutan kanji

9) Dititrasi dan dilanjutkan sampai titik akhir tercapai.

10) Dilaukan titrasi blangko

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data pengamatan

a. Penetapan kadar

11,3781
Berat rata-rata tab = 20
= 0,5689

0,2
Berat serbuk antalgin = 0,5 × 0,5689 = 0,2275

No. Berat zat (g) Pembaca Skala Buret Volume


Titik Awal Titik Akhir Titrasi
(mL)
1. 0,2288 0 mL 15 mL 15 mL
2. 0,2250 15 mL 29 mL 14 mL
Blanko 0,3 mL 19,4 mL 19,1 mL

Penimbangan 1
Mgrek Antalgin ≈ Mgrek Na. Tiosulfat
mg
= (Volume blanko – Volume Titrasi) × N. Na 2 S2 O3
BE
mg
= (19,1 mL – 15 mL) × 0,0927
175,7
mg
= 4,1 mL × 0,0927
175,7
Mg = 66,7782
g = 0,0667

0,0667
Kadar praktek = 0,2288 × 0,5689
= 0,1658
0,1658
% Kadar kemurnian = 0,5 × 100 %
= 33,16 %
Penimbangan 2
Mgrek Antalgin ≈ Mgrek Na. Tiosulfat
mg
= (Volume blanko – Volume Titrasi) × N. Na2 S2 O3
BE
mg
= (19,1 mL – 14 mL) × 0,0927
175,7
mg
= 5,1 mL × 0,0927
175,7
Mg = 83,0656
g = 0,0830

0,0830
Kadar praktek = 0,2250 × 0,5689
= 0,2098
0,2098
% Kadar kemurnian = 0,5 × 100 %
= 41,96 %

33,16 %−41,96 %
% rata-rata kadar kemurnian = 2
= 37,56 %
IV.2 Pembahasan

Titrasi iodometri digunakan untuk mengetahui zat oksidator,


sedangkan pada titrasi iodimetri digunakan untuk mengetahui zat reduktor.
Titrasi iodometri dan iodimetri ini adalah dua dari banyak metode titrasi
pada titrasi redoks.
Iodometri adalah analisa titrimetric untuk zat-zat reduktor seperti
misalnya natrium tiosulfat, konjugat dengan menggunakan larutan
iodimetri atau secara langsung.
−¿¿
2J J 2 +¿ 2e
Iodometri juga dapat dilakukan dengan cara penambahan larutan iodin,
dan kelebihan iodi titrasi dibagi dengan larutan tiosulfat. Reaksinya :
J 2 +¿ 2 Na 2 S2 O3 2NaJ +¿ Na 2 S 4 O6
Iodometri adalah analisa nitrimetri secara tidak langsung untuk zat-
zat oksidator seperti garam besi (III), tembaga (II), dan zat-zat indikator ini
direduksi lebih dulu dengan kalium iodide, dan iodi yang dihasilkan dalam
jumlah yang setara ditentukan kembali larutan natrium tiosulfat baku.
Pada percobaan penetapan kadar antalgin ini dapat dilakukan tanpa
menggunakan indikator dari luar, karena larutan I 2 sendiri berwarna
sehingga akan memberikan titik akhir berupa hilangnya endapan biru. Pada
percobaan ini juga digunakan asam klorida, sebagai katalisator agar reaksi
oksidasi reduksi dapat berjalan lenih cepat. Pada titrasi iodometri titrasi
harus dalam keadaan asam lemah atau netral karena dalam keadaan alkali
akan terbentuk iodat yang terbentuk dari ion hipoiodit yang merupakan
reaksi mula-mula antara iodin dan ion hidroksida.
Indikator kanji merupakan indikator yang sangat lazim digunakan,
namun indikator kanji yang digunakan harus selalu dalam keadaan segar
dan baru karena larutan kanji mudah terurai oleh bakteri sehingga untuk
membuat larutan indikator yang tahan lama hendaknya dilakukan sterilisasi
atau penambahan suatu pengawet.
Pada metode iodometri ini, setelah dilakukan penambahan larutan
iodium sampel didiamkan selama 10 menit. Hal ini bertujuan untuk
membiarkan sampel mengendap. Hal ini dilakukan agar pada saat bereaksi
dengan natrium tiosulfat beserta indikator kanji, warna dari sampel akan
cepat berubah menjadi bening.
Selanjutnya sampel dititrasi dengan larutan Natrium tiosulfat.
Penggunaan larutan standar natrium tiosulfat ( Na2 S2 O3) sebagai titrant
didasarkan karena natrium tiosulfat merupakan pereduksi yang baik yang
akan bereaksi dengan analit yang bersifat oksidator dimana akan
mengubah iodide menjadi iodium. Adapun perubahan warna yang terjadi
adalah dari coklat ke bening. Adapun volume titran yang didapatkan secara
berurutan adalah 15 mL dan 14 mL, dan berdasarkan volume titran
tersebut persentase kadarnya adalah 33,16 % +¿ 41,96 %.
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa % kadar kemurnian antalgin tidak
memenuhi kadar yang ditetapkan oleh farmakope Indonesia yaitu 99% - 101 %
dan tidak lebih dari 105 % dan hasil yang didapatkan adalah 37,56 %

V.2 Saran

Sebaiknya alat yang akan digunakan dalam keadaan tidak terkontaminasi bahan
lain. Dan praktikan lebih berhati-hati dalam proses titrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015,Penuntun Praktikum Kimia Organik,Fakultas Farmasi

Universitas Muslim Indonesia:Makassar.

Day,R.A & Underwood,A.L.,2001,Analisi Kimia kuantitatif,Erlangga:

Jakarta

Day,R.A & Underwood,A.L,2002,Analisi Kimia Kuantitatif,Erlangga:

Jakarta

Ditjen POM 1979,Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta:Depkes RI

Gholib,Ibnu,2007,Kimia Farmasi Analisis,Pustaka Pelajar;Yogyagkarta

Mulyono,2011,Membuat Reagen kimia,Bumi Aksara: Jakarta

Rohman,Abdul,2007,Kimia Farmasi Analisis,Penerbit Pustaka Pelajar,Yogyakarta.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai