DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 2
NAMA ANGGOTA:
ROSDIANA (19.036.AF)
SELLAHHARSELINA (19.038.AF)
WINDA (19.042.AF)
KELAS :REGULER A
2021
KATA PENGANTAR
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak/ibu yang telah membantu kami baik
secara morak maupun material.Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-
teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami biasa
menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Titrasi iodometri dan iodimetri adalh salah satu metode titrasi yang
didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi.Metode ini lebih banyak digunakan dalam
analisa jika di bandingkan dengan metode lain,Alasan dipilihnya metode ini karena
perbandingan stoikometri yang sederhana pelaksanaanya praktis dan tidak banyak
masalah dan mudah.
Dalam Bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat-
zat yang mengandung oksidator misalnya Cl2,Fe (III), Cu (II) dan sebagainya,
sehingga mengetahui kadar suatu zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya
Adapun dalam Farmakope Indonesia,Titrasi Iodometri digunakn untuk
menetapkan Kadar dari asam Askorbat,Natrium Askorbat,Metampiron
(antalgin),Natrium Triosulfat dan lain-lain.
I.2Maksud dan Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Oksigen eror, terjadi jika dalam larutan asam, maka oksigen dari
udara akan mengoksidasi iodide menjadi iod (kesalahan makin besar
dengan meningkatnya asam)
2. Reaksi iodometri dilakukan dalam suasana asam sedikit basa (pH <8)
3. Larutan kanji yang sudah rusak akan memberikan warna violet yang
sulit hilang warnanya, sehingga akan mengganggu peniteran.
4. Pemberian kanji terlalu awal akan menyebabkan iod menguraikan
amilum dan hasil peruraian mengganggu perubahan warna pada titik
akhir.
Indikator kanji : warna dari sebuah larutan iodin 0,1N cukup intens sehingga
iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan
warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetra
klorida dan kloroform,dan terkadang kondisi inidipergunakan dalam mendeteksi
titik akhir dari titrasi-titrasi, Namun demikian, suatu larutan (penyebaran kolodial)
dari kanji lebih umum di pergunakan ,karena warna biru gelap dari kompleks iodin-
kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk iodin. Mekanisme
pembentukan kompleks yang berwarna ini tidak diketahui,namun ada pemikiran
bahwa molekul-molekul iodin tertahan di permukaan –amylose,suatu konstituen
dari kanji. Larutan-larutan kanji dengan mudah didekomposisinya oleh bakteri, dan
biasanya sebuah substansi, seperti asam borat, ditambahkan sebagai bahan
pengawet.(Underwood,2002)
3. Larutan yang terjadi disimpan pada tempat yang tidak terkena cahaya
matahari.
Tetapi reaksi itu lambat dan tak terjadi bila tiosulfat dititrasikan kedalam
larutan iod yang asam, asal larutan diaduk dengan baik. Reaksi antara iod dan
tiosulfat jauh lebih cepat daripada reaksi penguraian. Iodin mengoksidasi tiosulfat
menjadi ion tetrationat:
I2 + 2s2O32- 2I + S4O62-
Reaksinya berjalan cepat, sampai selesai, dan tidak ada reaksi sampingan. Berat
ekivalen dari Na2S2O3, 5H2O adalah berat molekulnya, 248,17. Tiosulfat
teroksidasi secara parsial menjadi sulfat:
2-
4I2 + S2O3 + 5H2O 8I + 2SO42- + 10H+
-
(Underwood, 2002)
Dalam larutan yang netral, atau sedikit alkalin, oksidasi menjadi sulfat tidak
muncul, terutama jika iodin di pergunakan sebagai titran. Ada dua metode totrasi
iodometri, yaitu: (Underwood, 2002)
Dan sangat larut dalam pelarutan yang mengandung ion iodide, iodium sedikit
larut dalam air (0,00134 mol liter pada 25 C) (Underwood, 2002)
Pada iodometri langsung sering menggunakan zat pereduksi yang cukup kuat
seperti tiosulfat, Arsen (III), Stibium (III), Antimon (II), Sulfida, sulfie, Timah (II),
Ferasianida.
kekuatan reduksi yang dimiliki beberapa dari substansi ini tergantung pada
konsentrasi ion hidrogen, dan reaksi dengan iodin baru dapat dianalisis secara
kuantitatif hanya bila kita melakukan penyesuaian pH yang repot, Dalam proses
iodimetri langsung ini reaksi antara iodium dan thiosulfate dapat berlangsung
sempurna.
Dalam ion iodide sebagai pereduksi diubah menjadi iodium – iodium yang
terbentuk dititrasi, dengan larutan standar Na2s2o3. Jadi cara iodometri
digunakan untuk menentukan zat pengeksidasi, misalpada penentuan suatu zat
oksidator ini (H2O2). Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI dan asam hingga
akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan.
BAB III
Metode Kerja
1). Alat dan Bahan Yang Digunakan
a) Alat
Beker gelas, buret, erlenmeyer, gelas ukur, lumpang dan stamfer, pipet
tetes, pipet volume, sendok tanduk, timbangan analitik.
b) Bahan
Larutan kanji, Na. Teosulfat, asam klorida, tab. Antalgin, air suling,
larutan baku iodiodium.
a) Penetapan kadar
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Penetapan kadar
11,3781
Berat rata-rata tab = 20
= 0,5689
0,2
Berat serbuk antalgin = 0,5 × 0,5689 = 0,2275
Penimbangan 1
Mgrek Antalgin ≈ Mgrek Na. Tiosulfat
mg
= (Volume blanko – Volume Titrasi) × N. Na 2 S2 O3
BE
mg
= (19,1 mL – 15 mL) × 0,0927
175,7
mg
= 4,1 mL × 0,0927
175,7
Mg = 66,7782
g = 0,0667
0,0667
Kadar praktek = 0,2288 × 0,5689
= 0,1658
0,1658
% Kadar kemurnian = 0,5 × 100 %
= 33,16 %
Penimbangan 2
Mgrek Antalgin ≈ Mgrek Na. Tiosulfat
mg
= (Volume blanko – Volume Titrasi) × N. Na2 S2 O3
BE
mg
= (19,1 mL – 14 mL) × 0,0927
175,7
mg
= 5,1 mL × 0,0927
175,7
Mg = 83,0656
g = 0,0830
0,0830
Kadar praktek = 0,2250 × 0,5689
= 0,2098
0,2098
% Kadar kemurnian = 0,5 × 100 %
= 41,96 %
33,16 %−41,96 %
% rata-rata kadar kemurnian = 2
= 37,56 %
IV.2 Pembahasan
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa % kadar kemurnian antalgin tidak
memenuhi kadar yang ditetapkan oleh farmakope Indonesia yaitu 99% - 101 %
dan tidak lebih dari 105 % dan hasil yang didapatkan adalah 37,56 %
V.2 Saran
Sebaiknya alat yang akan digunakan dalam keadaan tidak terkontaminasi bahan
lain. Dan praktikan lebih berhati-hati dalam proses titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta
Jakarta