2.1 Titrasi
Didik Setiyo & Retno Ariadi, (2010:67) menjelaskan bahwa titrasi adalah
metode analisis kuatitatif yang dilakukan untuk mengukur volume laritan standar
yang bereaksi kuantitatif dengan analit (sampel). Pada metode percobaan dengan
titrasi terdapat titran dan analit. Titran adalah larutan yang terletak di dalam buret,
yang berupa larutan standar. Analit adalah larutan yang terletak di dalm
Erlenmeyer, yang merupakan larutan baku. Pada metode titrasi biasannya
menggunakan beberapa jenis alat yang umum digunakan, seperti buret,
Erlenmeyer, statif.
2.2 Titrasi Oksidimetri
Salah satu jenis reaksi kimia yang digunakan analisis volumetri adalah reaksi
oksidasi reduksi, yang di kenal dengan istilah oksidimetri. Titrasi oksidimetri atau
titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling banyak
jenisnya, diantaranya: permanganometri, dikromatometri, cerimetri, iodimetri,
iodatometri, bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya titrasi ini
dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan semua
senyawa oksidator dan reduktor sehingga pastinya akan melibatkan senyawa
reduktor dan oksidator, karena titrasi redoks melibatkan rekasi oksidasi dan
reduksi diantaranya titran dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka
sampelnya adalah oksidator.
2.3 Titrasi Iodometri
Iodometri adalah suatu proses analitis tak langsung yang melibatkan iod.
Iodometri adalah salah satu metode analisis kimia secara kuantitatif yang juga
merupakan bagian dari titrasi reduksi –oksisidasi. Titrasi ini berdasarkan reaksi
reduksi-oksidasi secara tidak langsung antar senyawa reduktor dan oksidator. Ion
iodida berlebih ditambahkan pada suatu zat pengoksid sehingga membebaskan
iod, yang kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat. Cara titrasi redoks yang
menggunakan larutan iodida sebagai pentiter disebut iodometri. Titrasi iodometri
menggunakan larutan standar natrium tiosulfat. Suatu kelebihan ion iodida
ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan
iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara
iodium dan tiosulfat berlangsung secara sempurna. Metode iodometri hanya dapat
mengukur iodium dalam bentuk iodat saja. Sehingga iodium dalam bentuk
senyawa lain belum tentu bisa diukur oleh metode ini (Saksono, Nelson. 2002).
2.4 Standarisasi Larutan
Didik Setiyo & Retno Ariadi, (2010:38) menyatakan bahwa standarisasi
larutan dapat dilakukan dengan cara mengencerkan larutan pekat yang telah
diketahui konsentrasinya. Untuk menentukkan standarisasi larutan dapat
digunakan persamaan :
massa Na2 S 2O 3 1000
[Na2S2O3] = x
massa molar Na 2 S 2 O3 volume
3.1 ALAT
1. Gelas ukur 1 buah
2. Botol timbang 2 buah
3. Timbangan 1 buah
4. Labu ukur 100 mL I buah
5. Buret, 50 mL 1 buah
6. Statif dan klem 1 buah
7. Pipet 20 buah
8. Erlenmeyer 250 ml 3 buah
3.2 BAHAN
1. Na2S2O3 ± 25 gram
2. Natrium Karbonat 0,2 gram
3. Larutan Na2S2O3 ± 100 mL
4. Kalium Iodidat ± 0,357 gram
5. Lartan Kalium Iodidat ±0,1 N± 40 mL
6. Larutan KI 20 % ± 12 mL
7. Aquades ± 200 mL
8. Kertas putih 1 lembar
9. HCl 4 N ±6 mL
10. Larutan Kanji 1% ±10 mL
11. Pemutih ± 6 mL
12. H2SO4 1:6 6 mL
13. Amonium Molibdat 3% 9 tetes
DAFTAR PUSTAKA
Widodo, Didik S dan Lusiana, Retno A. 2010. Kimia analisis kuantitatif : dasar
penguasaan aspek eksperimental. Yogyakarta : Graha Ilmu.