Anda di halaman 1dari 11

JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK KUANTITATIF

TITRASI IODOMETRI DAN APLIKASINYA


STANDARISASI LARUTAN Na2S2O3 DAN MENENTUKAN KADAR Cl2
DALAM PEMUTIH
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Titrasi adalah salah satu metode dalam menentukkan konsentrasi larutan
suatu zat dengan cara mereaksikan larutan (sampel) tersebut dengan zat lain yang
diketahui konsentrasinya (larutan standar). Titrasi dapat digunakan untuk
menentukkan kadar suatu zat dalam suatu sampel. Salah satunya adalah
Iodometri. Titrasi iodometri adalah metode titrasi analisis kimia secara kuantitatif
yang juga merupakan bagian dari titrasi reduksi –oksisidasi. Titrasi ini didasarkan
atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks.
Titrasi iodometri biasa digunakan untuk menentukan kadar Cl2 pada cairan
pemutih pakaian. Pemutih terdiri dari campuran kalsium hipoklorit dan klorida
basa (CaCl2), Ca(OH)2.H2O. Kalsium hipoklorit atau yang biasa disebut kaporit
adalah senyawa kimia yang memiliki rumus kimia Ca(OCl)2. Dalam bentuk cair
atau padat, klor sering digunakan sebagai oksidan, pemutih, atau desinfektan.
Kebanyakan klor diproduksi untuk digunakan dalam pembuatan senyawa klorin
untuk sanitasi, pemutihan kertas, desinfektan, dan proses tekstil.
Maka dari itu dilakukannya praktikum titrasi iodometri dengan tujuan
penentuan kadar Cl2 pada pemutih. Pasalnya air bekas rendaman baju yang telah
dipakaikan pemutih langsung dibuang dan langsung mengalir ke pembuangan.
Semua perairan alami mengandung klorida yang kadarnya sangat bervariasi mulai
dari beberapa milligram sampai puluhan ribu milligram (air laut). Keberadaa ion
Cl- dalam air akan berpengaruh terhadap tingkat keasinan air. Semakin tinggi
konsentrasi Cl- , berarti semakin asin air dan semakin rendah kualitasnya.
Pelaksanaan praktikum ini untuk menentukkan kadar Cl2 pada pemutih yang
aman dan tidak mencemari lingkungan.
Oleh karena itu untuk menentukkan kadar Cl2 yang terkandung dalam suatu
sampel perlu dilakukannya percobaan titrasi iodometri ini. Sehingga kita dapat
mengetahui kadar Cl yang terkandung dalam suatu sampel yang aman bagi
lingkungan. Pemahaman dan praktek dari titrasi iodometri ini sangat penting
untuk kita pelajari agar dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Titrasi
Didik Setiyo & Retno Ariadi, (2010:67) menjelaskan bahwa titrasi adalah
metode analisis kuatitatif yang dilakukan untuk mengukur volume laritan standar
yang bereaksi kuantitatif dengan analit (sampel). Pada metode percobaan dengan
titrasi terdapat titran dan analit. Titran adalah larutan yang terletak di dalam buret,
yang berupa larutan standar. Analit adalah larutan yang terletak di dalm
Erlenmeyer, yang merupakan larutan baku. Pada metode titrasi biasannya
menggunakan beberapa jenis alat yang umum digunakan, seperti buret,
Erlenmeyer, statif.
2.2 Titrasi Oksidimetri
Salah satu jenis reaksi kimia yang digunakan analisis volumetri adalah reaksi
oksidasi reduksi, yang di kenal dengan istilah oksidimetri. Titrasi oksidimetri atau
titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling banyak
jenisnya, diantaranya: permanganometri, dikromatometri, cerimetri, iodimetri,
iodatometri, bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya titrasi ini
dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan semua
senyawa oksidator dan reduktor sehingga pastinya akan melibatkan senyawa
reduktor dan oksidator, karena titrasi redoks melibatkan rekasi oksidasi dan
reduksi diantaranya titran dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka
sampelnya adalah oksidator.
2.3 Titrasi Iodometri
Iodometri adalah suatu proses analitis tak langsung yang melibatkan iod.
Iodometri adalah salah satu metode analisis kimia secara kuantitatif yang juga
merupakan bagian dari titrasi reduksi –oksisidasi. Titrasi ini berdasarkan reaksi
reduksi-oksidasi secara tidak langsung antar senyawa reduktor dan oksidator. Ion
iodida berlebih ditambahkan pada suatu zat pengoksid sehingga membebaskan
iod, yang kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat. Cara titrasi redoks yang
menggunakan larutan iodida sebagai pentiter disebut iodometri. Titrasi iodometri
menggunakan larutan standar natrium tiosulfat. Suatu kelebihan ion iodida
ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan
iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara
iodium dan tiosulfat berlangsung secara sempurna. Metode iodometri hanya dapat
mengukur iodium dalam bentuk iodat saja. Sehingga iodium dalam bentuk
senyawa lain belum tentu bisa diukur oleh metode ini (Saksono, Nelson. 2002).
2.4 Standarisasi Larutan
Didik Setiyo & Retno Ariadi, (2010:38) menyatakan bahwa standarisasi
larutan dapat dilakukan dengan cara mengencerkan larutan pekat yang telah
diketahui konsentrasinya. Untuk menentukkan standarisasi larutan dapat
digunakan persamaan :
massa Na2 S 2O 3 1000
 [Na2S2O3] = x
massa molar Na 2 S 2 O3 volume

 N Na2S2O3= M Na2S2O3x Ekivalen


 Mol ekivalen Na2S2O3 = Mol ekivalen KIO3
 N Na2S2O3 x V Na2S2O3= N KIO3 x V KIO3
 Normalitas rata-rata = (N1 + N2 + N3) : 3
2.5 Titik Akhir Dan Titik Ekivalen
Iodimetri adalah titrasi dengan larutan standar iodium (I2). Iodometri adalah
titrasi terhadap iodium yang dibebaskan dari suatu reaksi redoks, menggunakan
larutan standar Natrium tiosulfat Na2S2O3. Potensial oksidasi reaksinya adalah
0,535 volt.
I2 + 2 e  2 I-
Iodium termasuk oksidator lemah dibandingkan kalium permanganat maupun
kalium dikromat. Beberapa reaksi oksidasinya adalah:
2 S2O32- + I2  S4O62- + 2 I-
Jika oksidator kuat ditambahkan ion iodida missal KI berlebihan dalam
suasana asam atau netral, maka jumlah zat reduktor yang mengalami oksidasi
(I2) secara kuantitatif dapat ditentukan. Dalam hal ini jumlah iodium yang
dilepaskan ( yang setara dengan zat oksidator) dititrasi dengan zat standar
(reduktor), yang sering digunakan adalah natrium tiosulfat. Jumlah I2 adalah
setara dengan zat oksidator selama penambahan KI berlebihan. Reaksi yang
terjadi pada titrasi dengan tiosulfat adalah:
2 S2O32- + I2  S4O62- + 2 I-
I2 dapat membentuk kompleks berwarna biru terhadap amilum. Bila indikator
amilum digunakan dalam titrasi ini maka titik ekuivalen ditandai dengan
hilangnya warna biru dari larutan. Indikator amilum sebaiknya ditambahkan
sesaat sebelum titik ekivalen terjadi, yaitu ketika larutan yang dititrasi telah
berubah menjadi kuning jerami. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
kesalahan titrasi, sebab kompleks iod amilum tidak larut secara sempurna dalam
pelarut air.
2.6 Indikator
Svehla, G. (1979:56) menyatakan bahwa indikator adalah suatu zat yang
memiliki warna berbeda-beda yang sesuai dengan konsentrasi ion hidrogennya.
Indikator dapat berupa asam atau basa organic lemah yang dipakai dalam larutan
yang encer. Pada titrasi digunakan indikator untuk menentukan titik akhir reaksi.
Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna oleh indikator.
Adapun jenis indicator yang biasa digunakan pada titrasi redoks, antara lain :
1. Indikator Sendiri
Apabila titrant dan analit salah satunya sudah berwarna, sebagai contoh
penentuan oksalat dengan permanganate dimana lautan oksalat adalah larutan
yang tidak berwarna sedangkan permanganate berwarna ungu tua, maka warna
permanganate ini dapat dipakai sebagai indikator penentuan titik akhir titrasi.
Pada saat titik akhir titrasi terjadi maka warna larutan akan berubah menjadi
berwarna merah muda akibat penambahan sedikit permanganate. Contoh lain
titrasi redoks yang melibatkan indikator sendiri adalah titrasi alkohol dengan
menggunakan kalium dikromat.
2. Indikator Amilum
Indikator amilum dipakai untuk titrasi redoks yang melibatkan iodine.
Amilum dengan iodine membentuk senyawa kompleks amilum-iodin yang
bewarna biru tua. Titrasi redoks yang biasa menggunakan indikator amilum
adalah iodimetri dan iodometri.
3. Indikator Redoks
Indikator redoks melibatkan penambahan zat tertentu kedalam larutan yang
akan dititrasi. Zat yang dipilih ini biasanya bersifat sebagai oksidator atau
reduktor lemah atau zat yang dapat melakukan reaksi redoks secara reversible.
Warna indikator dalam bentuk teroksidasi dengan bentuk tereduksinya berbeda
sehingga perubahan warna ini dapat dipakai untuk penentuan titik akhir titrasi
redoks. Reaksi indikator dapat dituliskan sebagai berikut: (Inox bentuk
teroksidasi dan Inred bentuk tereduksi)
Inox + ne- <-> Inred
2. 7 Larutan Kalium Iodidat
Larutan–larutan iodine standar dapat dibuat melalui penimbangan langsung
iodine murni dan pengenceran dalam sebuah labu volumetric . Iodine akan
dimurnikan oleh sublimasi dan ditambahkan kedalam sebual larutan KI yang
konsentrasi iodatnya berjalan cukup cepat, rekasi ini juga hanya membutuhkan
sedikit kelebihan ion hydrogen untuk menyelesaikan reaksi. Reaksi bromat
berjalan lebih lambat, namun kecepatannya dapat ditingkatkan dengan menaikkan
konsentrasi ion hydrogen. Biasanya, sejumlah kecil ammonium molibdat
ditambahkan sebagai katalis (Underwood,1998).
2.8 Natrium Tiosulfat Pentahidrat( Na2S2O3 )
Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik
adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na S
O .5H O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara
langsung, tetapi harus distandarisasi terhadap standar primer. Larutan natrium
tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Sejumlah zat padat digunakan
sebagai standar primer untuk larutan natrium tiosulfat. Iodium murni merupakan
standar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena kesukaran dalam
penanganan dan penimbangan. Lebih sering digunakan pereaksi yang kuat yang
membebaskan iodium dari iodida, suatu proses iodometrik (Underwood, 1986).
2.9 Larutan KI
Kompleks iodium-amilum memiliki kelarutan yang kecil dalam air, sehingga
umumnya ditambahkan pada titik akhir titrasi. Jika larutan iodium dalam KI pada
suasana netral dititrasi dengan natrium thiosulfat, maka :
2.10 Asam Klorida
Asam klorida memiliki nama resmi yaitu Acidium Hydrocloridum. Dengan
rumus molekul HCl. Berat molekul HCl adalah 36,46. HCL merupakan cairan
tidak berwarna, volatile (mudah menguao), memiliki bau yang menyengat. Bahan
kimia seperti asam klorida memiliki sifat dapat merusak peralatam logam di
laboratorium (korosif) dan bila mengenai kulit akan menyebabkan iritasi.tingkat
iritasi bergantung pada konsentrasi dan waktu kontak denganm bahan kimia
tersebut. Hindari pula bahan-bahan korosif/ iritan mengenai bagian tubuh yang
lembab, seperti mata, selaput lendir atau saluran pernafasan. Selain asam klorida,
bahan kimia yang bersifat korosif / iritan lainnya adalah asam sulfat, asam nitrat.
(Didik & Retno. 2010:67)
2.11 Indikator Kanji
Indikator kanji atau amilum 1% biasa digunakn pada titrasi iodometri.
Indikator amilum dipakai untuk titrasi redoks yang melibatkan iodine. Amilum
dengan iodine membentuk senyawa kompleks amilum-iodin yang bewarna biru
tua. Penambahan amilum dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi agar amilum
tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk
kembali ke senyawa semula. Kepekaan dari indikator amilum yang berkurang
pada larutan sampel yang berwarna, sehingga akan mempengaruhi hasil akhir
titrasi (Saksono, Nelson. 2002)
2.12 Pemutih
Bubuk pemutih terdiri dari campuran kalsium hipoklorit dan klorida basa
(CaCl2), Ca(OH)2.H2O. Kalsium hipoklorit atau yang biasa disebut kaporit adalah
senyawa kimia yang memiliki rumus kimia Ca(OCl) 2. Kaporit biasanya
digunakan untuk menjernihkan air . Kalsium hipoklorit adalah padatan putih yang
siap didekomposisi di dalam air untuk kemudian melepaskan oksigen dan klorin.
Senyawa aktifnya adalah hipoklorit yang mempunyai daya untuk memutihkan.
Kalsium hipoklorit utamanya digunakan sebagai agen pemutih atau disinfektan.
Senyawa ini adalah komponen yang digunakan dalam pemutih komersial, larutan
pembersih, dan disinfektan untuk air minum, sistem pemurnian air, dan kolam
renang. Ketika berada di udara, kalsium hipoklorit akan terdegradasi oleh sinar
matahari dan senyawa-senyawa lain yang terdapat di udara. Di air dan tanah,
kalsium hipoklorit berpisah menjadi ion kalsium (Ca2+) dan hipoklorit (ClO-). Ion
ini dapat bereaksi dengan substansi-substansi lain yang terdapat di air.
2.13 Ammonium Molibdat
Ammonium molybdate adalah senyawa anorganik dengan rumus kimia
(NH4 )6 Mo7O24. Ini adalah padatan putih yang dibuat dengan memperlakukan
molibdenum trioksida dengan amonia berair. Berat molekul : 1163,80. Titik
lebur : 206oC. Berat jenis uap (udara=1) : 2,498 (tetrahidrat). Larut dalam : asam,
alkali. Tidak larut dalam: alkohol. Setelah pemanasan solusi ini, amonia hilang,
untuk memberikan amonium heptamolybdate ((NH4 )6 Mo7O24 . 4H2O).
Ammonium orthomolybdate digunakan sebagai inhibitor korosi dan merupakan
perantara dalam beberapa skema untuk memenangkan molibdenum dari bijihnya.
2.14 H2SO4
Asam sulfat merupakan asam mineral yang kuat. Zat ini larut dalam air pada
semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan
salah satu produk utama industri kimia. Pada titrasi iodometri ini dilakukan
penambahan asam sulfat. Hal ini untuk memberikan suasana asam, karena titik
akhir titrasi lebih mudah diamati bila reaksi dilakukan dalam suasana asam dan
reaksi H2SO4 tersebut tidak menghasilkan produk dan tidak bereaksi dengan titran.
(Frischa A. dan R. Djarot, 2016).
2.15 Klor
Klor adalah salah satu unsur kimia dengan simbol “Cl” dan mempunyai
nomor atom 17. Dalam tabel periodik, unsur ini termasuk kelompok halogen atau
golongan VIIA. Dalam bentuk ionya, unsur ini biasanya sebagai pembentuk
garam dan senyawa lain yang tersedia di alam dalam jumlah yang sangat
berlimpah. Dalam bentuk gas, klorin berwarna kuning kehijauan, dan sangat
beracun. Dalam bentuk cair atau padat, klor sering digunakan sebagai oksidan,
pemutih, atau desinfektan Kebanyakan klor diproduksi untuk digunakan dalam
pembuatan senyawa klorin untuk sanitasi, pemutihan kertas, desinfektan, dan
proses tekstil. Klor digunakan untuk pembuatan klorat, kloroform, karbon
tetraklorida, dan ekstrasi brom.
Semua perairan alami mengandung klorida yang kadarnya sangat bervariasi
mulai dari beberapa milligram sampai puluhan ribu milligram (air laut).
Keberadaa ion Cl- dalam air akan berpengaruh terhadap tingkat keasinan air.
Semakin tinggi konsentrasi Cl- , berarti semakin asin air dan semakin rendah
kualitasnya.
2.16 Kelebihan dan Kekurangan Iodometri
Kelebihan:
1.Penitaran berlangsung lebih cepat karena titrat dan titran langsung bereaksi.
2.Penambahan kanji diawal titrasi.
3.Warna titik akhir lebih mudah teramati dari tidak berwarna menjadi biru.
Kekurangan:
1.Penitarnya mudah terurai oleh cahaya sehingga preparasi contoh harus
dilakukan terlebih dahulu.
2.Pada saat titrasi dikhawatirkan kehilangan ion iod.
3.Dalam keadaan asam, larutan iod dapat dioksidasi oleh udara
2.17 Penentuan Kadar Cl2
Rumus perhitungan yang digunakan untuk menentukan kadar Cl2 pada
sampel adalah sebagai berikut :
 Massa Sampel = V x ρ
 molek Na2S2O3 = molek Cl2
 N. V = molek Cl2
 massa Cl2 = molek Cl2 . BE
 % Massa Cl2 = Massa Cl2 X 100% . Massa Sampel
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 ALAT
1. Gelas ukur 1 buah
2. Botol timbang 2 buah
3. Timbangan 1 buah
4. Labu ukur 100 mL I buah
5. Buret, 50 mL 1 buah
6. Statif dan klem 1 buah
7. Pipet 20 buah
8. Erlenmeyer 250 ml 3 buah
3.2 BAHAN
1. Na2S2O3 ± 25 gram
2. Natrium Karbonat 0,2 gram
3. Larutan Na2S2O3 ± 100 mL
4. Kalium Iodidat ± 0,357 gram
5. Lartan Kalium Iodidat ±0,1 N± 40 mL
6. Larutan KI 20 % ± 12 mL
7. Aquades ± 200 mL
8. Kertas putih 1 lembar
9. HCl 4 N ±6 mL
10. Larutan Kanji 1% ±10 mL
11. Pemutih ± 6 mL
12. H2SO4 1:6 6 mL
13. Amonium Molibdat 3% 9 tetes
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. EGC. Jakarta.

Khopkar S. 2002. Konsep Dasar kimia Analitik. Jakarta : UI Press.

Putra, Frischa A dan R. Djarot S. 2016. Perbandingan Metode Analisis


Permanganometri dan Serimetri dalam Penentuan Kadar Besi(II). Jurnal
sains dan seni, vol. 5, no.1, (2016) 2337-3520.
Svehla, G. 1979. Vogel : Buku teks analisis anorganik kualitatif makro dan
semimikro. London : Longman group (terjemahan oleh L. setiono dan A.
handayana P). Jakarta : Kalman Media Pusaka.
Saksono, Nelson. 2002. ANALISIS IODAT DALAM BUMBU DAPUR DENGAN
METODE IODOMETRI DAN X-RAY FLUORESCENCE. JURNAL
TEKNOLOGI, VOL. 6, NO. 3.
Underwood, A. L. 1981. Analisis Kimia Kiantitatif Edisi ke Enam. Erlangga. Jakarta.

Widodo, Didik S dan Lusiana, Retno A. 2010. Kimia analisis kuantitatif : dasar
penguasaan aspek eksperimental. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai