JUDUL PERCOBAAN :
Titrasi Oksidimetri (redoks) dan Aplikasi pada Penentuan kadar asam askorbat dalam
vitamin C “IPI”
Alat
1. Neraca ohauss 1 buah
2. Spatula 1 buah
3. Labu ukur 100mL 1 buah
4. Buret 25 mL 1 buah
5. Pipet gondok 10 mL 1 buah
6. Erlenmeyer 250 mL 3 buah
7. Statif dan klem 1 buah
8. Corong 1 buah
9. Kertas putih 1 lembar
10. Pipet tetes 3 buah
11. Gelas ukur 100ml 1 buah
Bahan
1. Aquades secukupnya
2. KI 20% secukupnya
3. Na2S2O3 secukupnya
4. Indikator kanji secukupnya
5. KIO3 0,357 gram
6. Vitamin C IPI 1,5 gram
7. HCl 4 N 3 ml
VI. ALUR PERCOBAAN
1. Penentuan (standarisasi) larutan Na2S2O3 ± 0,01 N dengan KIO3 p.a sebagai baku
Larutan KIO3
Larutan KIO3
Konsentrasi rata-rata
Larutan Na2S2O3
2. Standarisasi larutan I2
10 Ml Na2S2O3
Kadar rata-rata
Cl2 dalam
pemutih
3. Penentuan kadar asam askorbat dalam Vit. C “IPI”
0,5 gram vit. C
1.Dilarutkan dalam 50 mL
air
2.Ditambah 5 mL indikator
kanji/amilum
3.Dimasukkan ke dalam
erlenmeyer
250 mL
4.Dititrasi dengan
I2
Larutan berwarna
biru tua
1.Dihitung volume standar I2 yang digunakan
2.Diulang hingga 3 kali
Di mana n adalah valensi KIO3 dan p adalah volume pelarut maka dari
perhitungan rumus tersebut diperoleh kosentrasi larutan KIO3 adalah sebesar
0,100 N.
Langkah selanjutnya, larutan KIO3 tersebut kemudian diambil
sebanyak 10 mL dengan pipet seukuran dan dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer 250 mL. Larutan KIO3 yang jernih tak berwarna dalam erlenmeyer
ditambahkan dengan 2 mL larutan KI 20% yang tidak berwarna dan
dihasilkan larutan yang tidak berwarna. Penambahan larutan KI 20%
bertujuan untuk mereduksi sampel yang bersifat oksidator sehingga
menghasilkan I2.
Reaksi yang terjadi :
12H+ + 2IO3- + 10e- 6H2O + I2
2I-(aq) I2 + 2e-
Dalam proses ini, larutan Na2S2O3 termasuk larutan baku sekunder karena
kosentrasinya dapat diketahui melalui larutan baku primer yaitu KIO3.
b. Penentuan (standarisasi) larutan I2 dengan Na2S2O3 sebagai baku
Pada percobaan penentuan (standarisasi) larutan I2, dilakukan dengan
metode titirasi iodometri menggunakan larutan I2 sebagai titran. Larutan I2
juga perlu distandardisasi karena tidak stabil akibat penguapan, rekasi dengan
karet, gabus, atau bahan organik lain yang mungkin masuk lewat debu dan
asap, serta oksidasi oleh udara pada pH rendah dengan intensitas panas dan
cahaya yang tinggi. Hal pertama yang dilakukan adalah 10 mL larutan
Na2S2O3 yang jernih tak berwarna dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250
mL menggunakan pipet seukuran. Kemudian ditambahkan 5 mL larutan
amilum atau kanji yang tidak berwarna sehingga dihasilkan larutan yang
jernih tidak berwarna. Dalam hal ini penambahan larutan amilum atau kanji
berfungsi untuk mengetahui titik akhir titrasi karena amilum merupakan
indikator yang spesifik. Amilum dapat bereaksi dengan cara yang spesifik
dengan salahsatu reagen dalam suatu titrasi untuk menghasilkan sebuah
warna. Amilum dengan I2 dapat membentuk kompleks iod-amilum yang
berwarna biru tua meskipun konsentrasi I2 sangat kecil dan molekul iod
terikat kuat pada permukaan 𝞫-amilosa seperti amilum.
I2+amilum→I2-amilum
I2-amilum + 2S2O32- →2I- + amilum + S4O6-
IX. Kesimpulan
1. Pada penentuan (standarisasi) larutan Na2S2O3 ±0,1 N dengan KIO3
sebagai baku melalui titrasi iodometri (titrasi tidak langsung) diperoleh
konsentrasi rata-rata larutan Na2S2O3 sebesar 0,051 N
2. Pada penentuan (standarisasi) larutan I2 dengan larutan Na2S2O3 melalui
titrasi iodometri (titrasi tidak langsung) diperoleh konsentrasi rata-rata
larutan I2 sebesar 0,096 N
3. Pada aplikasi titrasi iodometri yaitu menentukan kadar asam askorbat
dalam vitamin C (merk vitacimin) diperoleh kadar rata-rata asam askorbat
sebesar 87,29%.
X. Jawaban Pertanyaan
Pertanyaan titrasi iodometri
A.
1. Tuliskan reaksi yang terjadi pada titrasi permanganometri, jika reduktornya
adalah ion ferro! Setiap mol ion ferro sama dengan berapa ekivalen?
Jawab :
Oksidator + KI → I2 + 2e
Reduktor + I2 → 2I-
𝑉𝐻2 𝑂2 = 5,0 𝑚𝐿
𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 = 1,01 ⁄𝐿 mengandung 3,05 berat H2O2
Ditanya :
𝑉 𝐾𝑀𝑛𝑂4 =?
Jawab :
MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O (× 2)
H2O2 → O2 + 2 H+ + 2 e- (× 5)
MnO4- + 6 H+ + 5 H2O2 → 2 Mn2+ + 8 H2O + 5 O2
Mol ekivalen KMnO4 = mol ekivalen H2O2
𝑉(𝑛. 𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑀. 𝑛. 𝑉 =
𝑀𝑟
𝑔 𝑔
0,03 𝑀. 5. 𝑉 = 5 𝑚𝐿. (2.3,05.1,01 ⁄𝐿)(34 ⁄𝐿)
𝑉 𝐾𝑀𝑛𝑂4 = 6,04 𝑚𝐿
Daftar Pustaka
Gandjar, I.G dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Hendayana, Sumar, dkk. 2000. Buku Materi Pokok Kimia Analitik. Jakarta :
Universitas Terbuka
Ibnu,M. Sodiq, dkk. 2004. Kimia Analitik I. Malang: Jurusan Kimia Fakultas MIPA
Universitas Negeri Malang.
Puspitasari, Indarini Dwi. 2014. Kimia Analitik Dasar dengan Strategi Problem
Solving dan Open-ended Experiment. Bandung : Alfabeta.
Safaryani, Nurhayati, dkk. 2007. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap
Penurunan Kadar Vitamin C Brokoli. Semarang : Buletin Anatomi dan
Fisiologi, Vol. XV, No. 2 Universitas Diponegoro
LAMPIRAN 1
DOKUMENTASI
Titrasi Oksidimetri (Iodometri)
1. Penentuan (standarisasi) larutan Na2S2O3 ± 0,01 N dengan KIO3 p.a
sebagai baku
Pengukuran massa KIO3 p.a Larutan KIO3 p.a dalam labu Larutan dimasukkan
ukur 100 ml kedalam erlenmeyer
penambahan 2 ml KI 20%
2. Standarisasi larutan I2
Pengukuran massa Vit C Pelarutan Vit C dalam air Penambahan larutan dengan
amilum
PERHITUNGAN
Jawab :
= 0,0166 M
Titrasi Pertama
Mol ek. KIO3 = Mol ek. Na2S2O3
N1 x V1 = N2 x V2
6 x 0,0166 M x 10 ml = N2 x 19,3 ml
N2 Na2S2O3 = 0,051 N
Titrasi Kedua
Mol ek. KIO3 = Mol ek. Na2S2O3
N1 x V1 = N2 x V2
6 x 0,0166 x 10 ml = N2 x 19,2 ml
N2 Na2S2O3 = 0,051 N
Titrasi Ketiga
Mol ek. KIO3 = Mol ek. Na2S2O3
N1 x V1 = N2 x V2
6 x 0,0166 M x 10 ml = N2 x 19,1 ml
N2 Na2S2O3 = 0,052 N
Jadi :
0,051 + 0,051 + 0,052
N Na2S2O3rata-rata = = 0,051 N
3
2. Standarisasi larutan I2
Diketahui : N Na2S2O3 = 0,051 N
V Na2S2O3 = 10 ml
V I2 = 5,3 ml ; 5,4 ml ; 5,2 ml
Jadi :
0,096 + 0,094 + 0,098
N I2rata-rata = = 0,096 N
3
Titrasi Pertama
VNa2 S2 O3 ×NNa2 S2 O3 ×BE× 50/10
% C6H8O6= ×100%
massa vit. c
176
10,2 ml × 0,096 N × 2 mg/mol 50/10
% C6H8O6= ×100%
500 mg
% C6H8O6= 86,16 %
Titrasi Kedua
VNa2 S2 O3 ×NNa2 S2 O3 ×BE× 50/10
% C6H8O6= ×100%
massa vit. c
176
10,3 ml × 0,096 N × 2 mg/mol 50/10
% C6H8O6= ×100%
500 mg
% C6H8O6= 87,01 %
Titrasi Ketiga
VNa2 S2 O3 ×NNa2 S2 O3 ×BE× 50/10
% C6H8O6= ×100%
massa vit. c
176
10,5 ml × 0,096 N × 2 mg/mol 50/10
% C6H8O6= ×100%
500 mg
% C6H8O6= 88,70 %
Jadi :
Kadar asam askorbat dalam vit c “IPI” rata-rata =
86,16 % + 87,01 % + 88,70 %
= 87,29%
3
87,29
Dalam miligram = x 500 = 436,45 mg
100