“Titrasi Iodometri”
Oleh :
Nim : E2005079
T.A 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Karena iod mudah larut dalam larutan iodida. Reaksi sel setengah itu
lebih baik ditulis sebagai:
Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat
bekerja sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberi warna ungu atau
merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut sebagai karbon
tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk
mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu
larutan (dispersi koloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-
iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium.
B. Prinsip Iodometri
Iod bebas seperti halogen lain dapat menangkap elektron dari zat
pereduksi, sehingga iod sebagai oksidator. ion I- siap memberikan elektron
dengan adanya zat penangkap elektron, sehingga I- bertindak sebagai zat
pereaksi.
Reaksinya :
I2 (padat) + 2e → 2I-
Diantara sekian banyak contoh teknik atau cara dalam analisis kuantitatif
terdapat dua cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa
pereduksi iodium yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung
disebut iodimetri (digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-
reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya).
Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium sendiri
merupakan oksidator yang lemah. Sedangkan cara tidak langsung disebut
iodometri (oksidator yang dianalisis kemudian direaksikan dengan ion iodida
berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan
secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan natrium thiosilfat standar atau
asam arsenit).
I2 + 2e → 2I
ANALIT REAKSI
3IO- IO3- + 2I-
ANALIT REAKSI
D. Larutan Baku
I2 + I I3-
Untuk penyiapan larutan iod standar harus digunakan iod pro analisis
atau yang disublimasi-ulang dan kalium iodida yang bebas iodat
(misalnya pro analisis).
1. Keasaman
Jika HCl pekat maka yang terjadi adalah hidrogen sulfida dan
hidrogen polisulfida dan tidak terbentuk ditionat atau sulfat,
sedangkan dengan HCl yang kurang pekat terutama jika ada
katalisator arsen trioksida maka akan terbentuk pentationat. Larutan
tiosulfat paling stabil pada pH antara 9 - 10. Tops menganjurkan
pemberian natrium carbonat, pada pembuatan larutan baku tiosulfat,
akan tetapi hal ini akan mengakibatkan terjadinya reaksi samping
pada saat titrasi larutan iodium yang netral. Di samping itu pada
larutan yang sangat alkalis maka kemungkinan terjadi reaksi sebagai
berikut :
H₂O + CO₂ → H₂CO₃
Na₂S₂O₃ + H₂CO₃ → NaHCO₃ + NaHSO₃ + S
3. Mikroorganisme
Na2SO4 + O → NaSO3 dan
Oleh karena itu larutan tiosulfat yang dibuat steril akan stabil
sekali dan hanya kalau terjadi kontaminasi bakteri belerang maka
akan terurai perlahan - lahan.
E. Standardisasi
Taruh 100 cm³ air suling dingin, yang baru dididihkan, dalam
sebuah labu erlenmeyer 500 cm³, sebaiknya 3 g kalium iodida yang
bebas iodida, dan 2 g natrium hidrogenkarbonat yang murni, dan
kocok sampai garam-garam itu melarut. Tambahkan 6 cm³ asam
klorida pekat perlahan-lahan sambil mengolak labu perlahan-lahan
untuk mencampurkan cairan-cairan : alirka 25,0 cm³ kalium
dikromat 0,1 N standar (1), campurkan larutan-larutan baik-baik, dan
cuci dinding tabung dengan sedikit air yang telah dididihkan, dari
botol pencuci. Sumbat labu (atau tutupi dengan sebuah kaca arloji
kecil), dan diamkan di tempat gelap selama 5 menit untuk
melenkapkan reaksi. Bilas sumbat atau kaca arloji; dan encerkan
larutan dengan 300 cm³ air dingin yang telah dididihkan
sebelumnya. Titrasi iod yang dibebaskan dengan larutan natrium
tiosulfat yang terkandung dalam sebuah buret, sementara terus-
menerus cairan diolak supaya larutan-larutan bercampur. Bila
bagian terbesar iod telah bereaksi seperti ditunjukkan oleh larutan
yang memperoleh warna hijau kekuningan, tambahkan 2 cm³ larutan
kanji dan bilas ke arah bawah dinding labu; warna harus berubah
menjadi biru. Teruskan penambahan larutan tiosulfat setetetes demi
setetes, dan olak cairan terus-menerus, sampai 1 tetes mengubah
warna dari biru kehijauan menjadi hijau muda. Titik akhir tajam,
dan mudah diamati pada cahaya yang baik dengan latar belakang
putih. Lakukan suatu penetapan blanko, dengan mengganti larutan
kalium dikromat dengan air suling; jika kalium iodida itu bebas
iodat, blanko ini mestinya kecil terabaikan.
Catatan:
Jika ini lebih disukai, boleh ditimbang dengan cermat kira-kira
0,20 g kalium dikromat pro analis, larutkan dalam 50 cm³ air dingin,
yang sebelumnya telah dididihkan, dan lakukan titrasi seperti
diperinci di atas.
Prosedur pilihan lain tersebut, mempergunakan serunutan
tembag sulfat sebagai katalis untuk meningkatkan kecepatan reaksi;
akibatnya, asam yang lebih lemah (asam asetat) boleh digunakan,
dan oksidasi oleh atmosfer terhadap asam iodida akan berkurang.
Taruh 25,0 cm³ kalium dikromat 0,1 N dalam sebuah labu
erlenmeyer 250 cm³, tambahkan 5,0 cm³ asam asetat glasial, 5 cm³
tembaga sulfat 0,001 M, dan cuci dinding labu dengan air suling.
Tambahkan 30 cm³ larutan kalium iodida 10 persen, dan titrasi iod
yang dibebaskan dengan larutan tiosulfat kira-kira 0,1 N, dengan
memasukkan sedikit indikator kanji menjelang akhir. Titrasi boleh
dilengkapkan dalam 34 menit setelah penambahan larutan kalium
iodida. Kurangi 0,05 cm³ sebagai perhitungan atas iod yang
dibebaskan oleh katalis tembaga sulfat.
Suatu larutan kalium permanganat yang telah distandarisasi
dapat digunakan sebagai ganti larutan kalium dikromat, dengan
menambahkan 2 cm³ asam klorida pekat kepada tiap porsi @ 25 cm³
larutan kalium permanganat; dalam hal ini prosedur pilihan lain,
dimana ditimbang suatu bagian dari garam bersangkutan, tak dapat
dipakai.
Jika suatu larutan iod standar tersedia, ini dapat digunakan untuk
menstandarkan larutan tiosulfat. Ukuran satu porsi @25cm3 larutan
iod standar dan masukkan dalam sebuah labu erlenmeyer 250cm3 ,
tambahkan kira-kira 150cm3 air suling dan titrasi dengan larutan
tiosilfat, dengan menambahkan 2cm3 larutan kanji ketika cairan
berwarna kuning pucat.
Bila larutan tiosulfat ditambahkan kepada suatu larutan yang
mengandung iod, reaksi keseluruhan yang terjadi dengan cepat dan
secara stoikiometris pada kondisi-kondisi eksperimen biasa (pH <5)
adalah:
2 S2O32- + I2 → S4O62- +2I- atau 2 S2O32- + I3- → S4O62- + 3I-
Telah diperlihatkan bahwa zat perantara S2O3I- yang tak
berwarna, terbentuk oleh reaksi reversibel yang cepat:
S2O32- + I2 ↔ S2O3I- + I-
Zat perantara ini bereaksi dengan ion tiosulfat dengan memberi
bagian utama dari reaksi keseluruhan :
S2O3I- + S2O32- → S4O62- + I-
Zat perantara ini juga bereaksi dengan ion iodida :
2 S2O3I- + I- → S4O62- + I3-
Ini menjelaskan pemunculan kembali iod setelah titik akhir pada
titrasi larutan-larutan iod yang sangat encer dengan tiosulfat.
1. Suhu dinaikan
2. Larutan mengandung alkaohol, pada konsentrasi alkohol >50% menjadi
tidak berwarna
1. Harganya murah
2. Mudah didapat
3. Perubahan warna pada titik akhirtitrasi jelas
1. Tidak higroskopis
2. Mudah larut dalam air
3. Lebih stabil
4. Dengan iodium tidak membentuk kompleks yang sukar larut, sehingga
penambahanya tidak perlu mendekat titik akhir.
5. Pada larutan yang encer, tidak terjadi pergeseran titik akhir.
Na-glikolat dengan larutan iodium pekat berwarna hijau dan bila
kadar iodium turun berubah menjadi biru.
a. Larutan I2
Kelarutan iodida adalah serupa dengan klorida dan bromida yakni larut
dalam air. Garam perak iodida, merkurium (I) iodida, merkurium (II)
iodida, tembaga (I) iodida, dan timbal iodida merupakan garam iodida
yang paling sedikit larut.
Pengaruh pemanasan
f. Indikator Redoks
Indikator ini dipakai pada Iodometri dan Iodimetri, indikator yang biasa
digunakan adanya Amylum dan Chloroform. Pemakaian indikator ini
tidak terpengaruh oleh naik turunnya bilangan oksidasi atau potensial
larutan, melainkan berdasarkan pembentukan kompleks dengan iodium.
1) Amylum
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak
larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati
merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk
menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam
jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai
sumber energi yang penting.
Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan
amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa
memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan
sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin
sedangkan amilopektin tidak bereaksi.
Sifat Fisika
Sifat Kimia
Bahan
Asam asetat 2 N
Aquadest
Kalium iodide
Kanji
Natrium bikarbonat
Natrium tiosufat 0,1 N
e. Cara Kerja
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Ditimbang seksama CuSO4 0,3277 gram (triplo)
3) Dimasukkan masing-masing kedalam iodine flash 250 mL
4) Dilarutkan dengan 25 mL aquadest
5) Ditambahkan 5 mL asam asetat 2 N dari leher erlenmmeyer
dantutupnya dibasahi dengan air,ditutup.
6) Ditamabahkan 2 gram KI dan 1 gram NaHCO3 dikocok hingga
larut
7) Dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 sampai berwarna kuning
mudah,kemudian ditambahkan 2 mL indicator kanji 2% dan
titrasi dilanjutkan sampai warna biru pada larutan hilang.
8) Dihitung kadar kemurnian CuSO4
KESIMPULAN
4. Titrasi Yodometri mengggunakan zat yang mudah terurai oleh udara maupun
cahaya, sehingga untuk melakukan titrasi yodometri sebaiknya dilakukan
beberapa hal yang dapat mencegah terurainya I2 dan Natrium Tiosulfat,
diantaranya:
1) Mengurangi terpaparnya I2 dengan udara dengan cara menggunakan
erlenmeyer yang bertutup (erlenmeyer asah).
2) Mengurangi terpaparnya I2 oleh cahaya, yakni denga menggunakan buret
gelap untuk titrasi iodimetri. Juga dapat dilakukan dengan cara
menyimpan larutan standar I2 di tempat yang gelap.
3) Natrium Tiosulfat bersifat tidak stabil dalam waktu lama, sehingga
diusahakan Natrium Tiosulfat yang telah dibuat dengan segera
digunakan, tidak disimpan dalam waktu lama.
DAFTAR PUSTAKA
https://nurirjawati.wordpress.com/bout-pharmacy/colap/iodo-iodimetri/ tanggal 4
Mei 2021 pukul 08.25