PENDAHULUAN
Geokimia adalah cabang ilmu geologi yang berfokus pada studi komposisi
kimia dan distribusi elemen di Bumi, serta bagaimana elemen tersebut berinteraksi
dengan berbagai proses geologi. Kaitan antara geokimia dan geologi sangat erat
karena geokimia memberikan wawasan penting tentang sifat dan evolusi Bumi.
Salah satu tujuan utama geokimia adalah untuk memahami komposisi kimia
namanya titrasi, salah satunya adalah titrasi iodometri. Titrasi iodometri adalah
oksidator dalam suatu larutan berdasarkan reaksi redoksnya dengan ion iodida.
Metode ini telah digunakan secara luas dalam berbagai bidang, termasuk analisis
lingkungan, analisis makanan, farmasi, dan industri. Prinsip dasar titrasi iodometri
melibatkan reaksi antara zat oksidator dengan ion iodida yang menghasilkan ion
iodin. Reaksi ini biasanya dilakukan dalam suasana asam, di mana ion iodida (I-)
akan teroksidasi menjadi iodin (I2). Iodin yang terbentuk kemudian dititrasi
dengan larutan standar yang mengandung zat reduktor, biasanya natrium tiosulfat
larutan yang mengandung iodin. Reaksi antara iodin dan tiosulfat menghasilkan
ion tiosulfat dan mengurangi iodin menjadi ion iodida. Titik ekivalen, yaitu titik di
mana jumlah tiosulfat yang ditambahkan cukup untuk bereaksi dengan semua
iodin yang ada, ditandai oleh perubahan warna larutan dari kuning ke bening atau
biru muda. Titrasi iodometri memiliki beberapa keunggulan. Metode ini relatif
dapat digunakan untuk menganalisis berbagai zat oksidator. Selain itu, metode ini
memiliki tingkat ketepatan yang tinggi dan sensitivitas yang baik. Namun, ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri. Stabilitas iodida
dalam larutan perlu dijaga agar tidak teroksidasi oleh udara atau cahaya, yang
yang akurat dan terkalibrasi dengan baik juga penting untuk mendapatkan hasil
yang akurat.
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum ini adalah memahami cara kerja titrasi
1.2.2 Tujuan
standarisasi larutan Natrium Tiosulfat (Na 2S2O3) dan penentuan kadar sampel
Cu3+.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geokimia
aksi- reaksi kimia alam yang ada di bumi. Geokimia adalah ilmu yang
mempelajari kandungan unsur dan isotop dalam lapisan bumi, terutama yang
yang mengaturnya. Dari dasar ini berkembang beberapa cabang ilmu geokimia di
distribusi dan sifat kimia elemen dan senyawa di dalam kerak Bumi, batuan, air,
dan atmosfer. Disiplin ini berfokus pada studi komposisi kimia dan perubahan
kimia dalam sampel tersebut. Metode analisis yang umum digunakan meliputi
Geokimia memiliki aplikasi yang luas dalam pemahaman tentang Bumi dan
Studi geokimia juga membantu dalam memahami sumber daya air bawah tanah
dan risiko polusi lingkungan. Selain itu, geokimia memberikan kontribusi penting
dalam memahami evolusi atmosfer dan perubahan iklim (Sadisun, I.A., &
Suharyanto. 2013).
2.2 Titrasi
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan standar
larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah
larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat
Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan
jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan
basa organik dan organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian
senyawa itu terutama senyawa organik tidak larut dalam air. Namun demikian
umumnya senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa
organik itu dapat ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk
menentukan asam digunakan larutan baku asam kaut misalnya HCl, sedangkan
untuk menentuan basa digunakan larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik akhir
titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang
Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya
sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat
berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang
dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik
Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau
Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam
titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan
Kesalahan titrasi merupakan kesalahan yang terjadi bila titik akhir titrasi
tidak tepat sama dengan titik ekivalen (≤ 0,1%), disebabkan ada kelebihan titran,
indikator bereaksi dgn analit, atau indikator bereaksi dgn titran, diatasi dgn titrasi
larutan blanko. Larutan blanko larutan yg terdiri atas semua pereaksi kecuali
titrasi yaitu kurva yang menyatakan hubungan antara –log [H+] atau –log [X-]
2.3 Iodometri
Titrasi iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium.
Titrasi iodium termasuk jenis titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk
sampel dengan iodium (langsung), maka pada iodometri, sampel yang bersifat
oksidator direduksi dengan kalium iodide (KI) berlebih dan akan menghasilkan
iodium (I2) yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium triosulfat.
Banyaknya volume natrium trisulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan
KI dalam Susana asam sehingga iod yang dibebskan kemudian di tentukan dengan
tembaga (II) sulfat. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada titrasi iodometri adalah:
(1). Pada umumnya oksidasi langsung Pada umumnya oksidasi langsung dengan
iodometri dilakukan untuk bahan-bahan yang potensial oksidasi yang lebih rendah
dari ion dan sebaliknya. (2). Oksidasi oleh oksigen atmosfer pada reaksi oksidasi
dalam medium asam kuat dapat menghasilkan nilai titran yang salah sehingga
medium basa karena reaksi antara iod dengan hidroksida akan menghasilkan ion
hipoiodit dan iodat akan menjadi 2I 2-. Dimana 2 mol I akan mengoksidasi parsial
tiosulfat menjadi bentuk dioksidasi yang lebih tinggi seperti SO. Penentuan titik
akhir titrasi adalah dengan indikator kanji konsentrasi 0.5% yang dibuat segar
potensiometri dan amperometri. Warna iod dalam pelarut organik misalnya karbon
merah dari iodin dalam karbon tetraklorida dapat dilihat pada larutan iodin dengan
kepekatan yang sangat rendah, sifat inilah yang dipakai untuk menentukan titik
akhir titrasi dengan hilangnya warna merah ungu pada lapisan karbon tetraklorida.
Selain karbon tetraklorida dapat juga dipakai kloroform sebagai indikator dengan
Iodometri adalah analisis titrimetri yang secara tidak langsung untuk zat
yang seperti oksidator seperti besi (III), tembaga (II) dimana zat ini akan
ditentukan dengan larutan baku tiosulfat. kelarutan iodin adalah serupa dengan
klorida dan bromida. Perak merkurium (I), merkurium (II), tembaga (I) dan timbal
iodida adalah garam garamnya yang paling sedikit larut. Reaksi-reaksi ini dapat
(Perdana, 2009)
1. oksigen error, terjadi jika dalam larutan asam, maka oksigen dari udara
meningkatnya asam)
2. reaksi iodometri dilakukan dalam suasana asam sedikit basa (pH <8)
3. larutan kanji yang sudah rusak akan memberikan warna violet yang sulit
larutan thiosulfat menjadi belerang, pada suasana basa (pH>9) thio sulfat
kanji maka penambahan kanji dilakukan pada saat mendekati ttitik ekivalen.
2009).
Dalam larutan yang netral, atau sedikit alkalin, oksidasi menjadi sulfat tidak
muncul, terutama jika iodin dipergunakan sebagai titran. Ada dua metode titrasi
Disebut juga sebagai cara iodimetri. Menurut cara ini suatu zat reduksi
dititrasi secara langsung oleh iodium, misal pada titrasi Na2S2O3 oleh I2.
Indikator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan kanji. Apabila larutan
wujud dari tak berwarna menjadi berwarna biru. Tetapi apabila larutan iodine
Disebut juga sebagai iodometri. Dalam hal ini ion iodide sebagai pereduksi
misal pada penentuan suatu zat oksidator ini (H 2O2). Pada oksidator ini
ditambahkan larutan KI dan asam hingga akan terbentuk iodium yang kemudian
Setelah sangat larut dalam pelarutan yang mengandung ion iodide. Iodium
kalium iodida berlebih dan menitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen
konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai
berat (gram) tiap satuan volume (mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga
satuan kadar seperti ini adalah gram/mililiter. Cara ini disebut dengan cara
berat/volume atau b/v. Disamping cara ini, ada cara yang menyatakan kadar
dengan gram zat terlarut tiap gram pelarut atau tiap gram larutan yang disebut
dengan cara berat/berat atau b/b. Secara matematis, perhitungan kadar suatu
ini dipakai untuk titrasi redoks yang melibatkan iodin (titrasi iodometri dan
yang bewarna biru pekat. Pembentukan warna ini sangat sensitif dan dapat terjadi
walaupun iodin yang ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit (Alauhdin,
2020).
selalu disiapkan untuk setiap titrasi atau larutan tersebut ditambah pengawet
seperti HgI2 (~1 mg/100 mL) atau timol. Amilum juga dapat terhidrolisis menjadi
glukosa yang merupakan gula pereduksi, sehingga hidrolisis sebagian atas amilum
dapat menyebabkan kesalahan pada titrasi redoks dengan indikator amilum ini.
Pada titrasi iodometri, penambahan amilum sebaiknya dilakukan saat menjelang
akhir titrasi yang ditandai dengan warna larutan menjadi kuning muda (awalnya
kuning kecokelatan karena adanya I2 dalam jumlah banyak). Hal ini perlu
banyak I2 yang akan terabsorbsi oleh amilum jika amilum ditambahkan pada awal
titrasi. Alasan kedua adalah biasanya iodometri dilakukan pada media asam kuat
berfungsi untuk menunjukan titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan
warna dari biru menjadi tidak berwarna. Larutan indikator amilum ditambahkan
pada saat akan menjelang titik akhir dititrasi, karena jika indikator amilum
Pemberian indikator amilum ini bertujuan untuk memperjelas titik akhir dari
titrasi. Pemakaian indikator amilum dapat memberikan warna biru gelap dari
komplek iodin-amilum sehingga indikator ini bertindak sebagai suatu tes yang
amat sensitif untuk iodin. Penambahan indikator amilum harus menunggu hingga
titrasi mendeteksi sempurna, hal ini disebabkan bila pemberian indikator terlalu
awal maka ikatan antara ion dan amilum sangat kuat, amilum akan membungkus
iod sehingga iod sukar lepas, akibatnya warna biru sukar hilang dan titik akhir
titrasi tidak kelihatan tajam lagi. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya
warna biru dari larutan yang dititrasi. Iodin sebenarnya dapat bertindak sebagai
indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga dapat memberikan warna ungu atau
violet untuk zatzat pelarut seperti CCl4 dan kloroform sehingga kondisi ini dapat
yang sama dengan berat molekulnya (248,17) maka dari segi ketelitian
karena bersifat tidak stabil pada keadaan biasa (pada saat penimbangan).
Kestabilan larutan mudah dipengaruhi oleh pH rendah, sinar matahari dan adanya
penyimpanan ternyata paling baik bila mempunyai pH antara 9-10. Cahaya dapat
mempengaruhi larutan ini, oleh karena itu larutan ini harus disimpan di botol yang
berwarna gelap dan tertutup rapat agar cahaya tidak dapat menembus botol dan
2002).
murni, tetapi karena kandungan air kristalnya tidak selalu tetap, maka garam ini
bukanlah zat standar primer. Standarisasi larutan tiosulfat dapat dilakukan dengan
zat standar primer seperti garam kalium iodat (KIO3), garam kalium bromat
pengoksidasi yang cukup kuat, sangat stabil dan memiliki derajat kemurnian yang
berfungsi sebagai titran, karena Na2S2O3 bukan larutan standar primer sehingga
natrium tiosulfat dan sebagai pereaksi oksidasi (Asip dan Okta, 2013).
2.7 Larutan KI
sebagai zat pereduksi, yakni membebaskan iod dari iodida sehingga terbentuk I2.
Pada proses iodometri ini, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan KI
berlebih dan akan menghasilkan I2 yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku
sebagai titran setara dengan banyaknya sampel. Adapun I2 yang dibebaskan disini
berfungsi sebagai agen pengoksidasi pada saat dititrasi karena mengalami reduksi
yakni membebaskan iod dari iodida yang berfungsi sebagai agen pengoksidasi
warna ini menunjukkan adanya reaksi antara KI dengan larutan CuSO4. Fungsi
asam, bisa menggunakan H2SO4 atau HCl. Fungsi penambahan asam sulfat
memberikan suasana asam, sebab larutan yang terdiri dari kalium iodat dan
kalium iodida berada dalam kondisi netral atau memiliki keasaman rendah (Tiyas,
2011).
Dalam proses titrasi ini, penambahan asam sulfat menghasilkan kondisi asam
dalam larutan vitamin C saat proses titrasi terjadi dengan solusi dari iodium
Walaupun dalam prosesnya mudah, namun ada beberapa kelebihan dan juga
kekurangan dari metode titrasi iodimetri yaitu sebagai berikut (Khopkar, S.M.
2003) :
2.9.1 Kelebihan
1. Reaksi berlangsung lebih cepat karena titer dan titran langsung bereaksi
lainnya. Hal ini menjadikan metode ini sangat fleksibel dan dapat digunakan
6. Tingkat deteksi yang baik: Metode iodometri memiliki tingkat deteksi yang
baik terhadap senyawa yang dititrasi. Perubahan warna yang terjadi ketika
titik ekivalen.
7. Stabilitas larutan iodin: Larutan iodin dapat disimpan dalam waktu yang
relatif lama dan tetap stabil jika ditempatkan dalam botol kaca coklat yang
metode titrasi lainnya, reaksi reduksi iodin oleh senyawa yang dititrasi
2.9.2 Kekurangan
1. Sensitivitas terhadap keberadaan zat interferen: Metode iodometri dapat
reduksi iodin. Beberapa senyawa atau elemen tertentu dalam sampel dapat
berinteraksi dengan iodin atau senyawa iodida, mengubah hasil analisis yang
akurat.
2. Pengaruh kelebihan zat reduktor: Jika terdapat kelebihan zat reduktor dalam
sampel, hal ini dapat menyebabkan terbentuknya ion iodida yang berlebihan,
mengganggu titrasi dengan iodin. Hal ini dapat menghasilkan nilai yang
3. Waktu reaksi yang lambat: Reaksi reduksi iodin oleh senyawa yang dititrasi
dapat membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai titik ekivalen.
mungkin kurang akurat untuk penentuan kuantitatif. Hal ini disebabkan oleh
perubahan warna yang sulit untuk diamati dengan ketepatan tinggi, serta
larutan.
BAB III
METODE PERCOBAAN
1. Aquades
4. Sampel Cu2+
5. Amilium
1. Gelas Kimia
2. Labu Ukur
3. Buret
5. Sendok Tanduk
6. Batang Pengaduk
7. Elenmeyer
8. Labu Semprot
9. Corong
11. Bulb
terjadi perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna. Ulangi standarisasi
dilanjutkan sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna.
Day, R.A & Underwood, A.L., 2001, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga:.
Jakarta.
Day, R.A & Underwood, A.L., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga:.
Jakarta.