PENDAHULUAN
1.3. Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui tentang oksigen terlarut di suatu perairan dengan
menggunakan metode Winkler.
2. Mahasiswa mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi nilai oksigen
terlarut di suatu perairan.
Compensation Depth
oksigen yang ada, dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan zat organik
menjadi zat anorganik (Tirtowiyadi, 2011).
2.2. Titrasi
Titrasi adalah sebuah metode yang digunakan untuk menentukan konsentrasi
suatu larutan. Caranya adalah dengan menetesi (menambahi sedikit-sedikit)
larutan yang akan dicari konsentrasinya (analit) dengan sebuah larutan hasil
standarisasi yang sudah diketahui konsentrasi dan volumenya (titrant). Tetesan
titrant dihentikan ketika titik ekuivalen telah tercapai. Titik ekuivalen adalah titik
dimana titrant dan analit tepat bereaksi atau jumlah volume larutan titrant dengan
mol tertentu telah sama dengan mol larutan analit. Titik ekuivalen ini susah
diamati. Titik akhir titrasi ditentukan dengan menggunakan larutan indikator.
Indikator ini akan berubah warna jika volume larutan titrant yang menetesi analit
berlebih atau dengan kata lain saat larutan analit sudah bereaksi semua
(Marasabessy, 2010)
Menurut Chandra (2012), untuk mengetahui larutan dengan komponen yang
tidak dikenal, maka dilakukan penambahan larutan standar. Proses yang dilakukan
ini disebut sebagai proses titrasi. Proses titrasi yang dilakukan membutuhkan
larutan standar sebagai titran dan larutan analit sebagai titrat. Larutan standar
merupakan larutan yang sudah diketahui secara pasti konsentrasinya. Larutan
standar dimasukkan ke dalam buret saat proses titrasi. Sedangkan larutan analit
atau titrat adalah larutan yang dicari konsentrasinya. Titrasi akan dihentikan jika
sudah tercapai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi akan tercapai saat tepat terjadi
perubahan warna pada analit. Pada proses perubahan warna, maka dapat
digunakan larutan indikator untuk mengamati perubahan warna saat titik akhir
titrasi tercapai. Titik akhir titrasi berbeda dengan titik ekivalen. Titik ekivalen
yaitu titik saat jumlah titran sama dengan jumlah analit.
Menurut Nuryanti (2010), Jenis-jenis titrasi dibedakan berdasarkan jenis
reaksi yang terjadi. Beberapa jenis titrasi diantaranya adalah :
1. Titrasi asam basa : titik akhir titrasi adalah titik pada saat pH reaktan = 7
dan biasanya ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena
adanya indikator pH fenolftaelin (contoh).
2. Titrasi konduktometri : konduktivitas larutan bergantung pada beberapa
faktor, yaitu konsentrasi, derajat disosiasi, ion valensi, temperatur, dan
mobilitas ion suatu larutan. Titik akhir titrasi dicapai ketika nilai
konduktansi reaktans berada pada posisi paling rendah, karena
penambahan larutan titrant akan menaikkan nilai konduktansi lagi. Grafik
yang terbentuk berbentuk V.
3. Titrasi argentometri : pembentukan endapan dengan ion Ag+. Larutan
analit yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar
garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar
(titrant) yang digunakan sehingga ion Ag + tepat diendapkan, kadar garam
larutan analir dapat ditentukan.
4. Titrasi redoks : suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator berdasarkan
atas reaksi redoks dimana reduktor akan teroksidasi dan oksidator akan
tereduksi.
5. Titrasi kompleksimetri, titrasi khusus, dan lain-lain.
2.3. Titrasi Iodometri
Menurut Patty (2013), prinsip metode Iodometri adalah terjadinya perubahan
warna setelah sampel dititrasi. Analisis ini sangat sulit dilakukan secara langsung
untuk sampel yang berwarna seperti bumbu dapur. Tetapi untuk lebih mengetahui
hasil yang sudah didapat kiranya perlu juga dilakukan pengujian menggunakan
metode iodometri selain menggunakan metode lain yaitu metode X-ray
Fluorescence (XRF).
Titrasi iodometri (redoksimetri) termasuk dalam titrasi dengan cara tidak
langsung, dalam hal ini ion iodide sebagai pereduksi diubah menjadi iodium yang
nantinya dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3. Cara ini digunakan untuk
penentuan oksidator H2O2. Pada oksidator ditambahkan larutan KI dan asam
sehingga akan terbentuk iodium yang akan dititrasi dengan Na2S2O3. Sebagai
indikator, digunakan larutan kanji. Titik akhir titrasi pada iodometri apabila warna
biru telah hilang. Ttitrasi dengan larutan standar Na2S2O3 terhadap pembebasan
iodium dari suatu reaksi redoks. Proses titrasi dapat dilakukan dalam analisis
kuantitatif volumetri secara reduksimetri dan oksidimetri. Hal ini disebut sebagai
iodometri. Titrasi reduksimetri adalah titrasi yang dilakukan dengan larutan
standar adalah reduktor dan analit adalah oksidator. Sedangkan titrasi oksidimetri
adalah titrasi saat reduktor sebagai analit dan oksidator sebagai titran atau larutan
standar. Iodometri dapat digunakan dalam pengukuran angka peroksida pada
minyak. Reaksi antara peroksida pada minyak yang dilarutkan pada medium
campuran asetat dan kloroform akan menghasilkan reaksi oksidasi sehingga
membebaskan iod dari kalium iodida (Tirtowiyadi, 2011)
2.4. Metode Winkler
Metode winkler merupakan metode dengan prinsip titrasi iodometri. Metode
ini banyak digunakan dalam penentuan kadar DO. Metode Winkler akan
menghasilkan endapan MnO2 yang dilakukan dengan menambahkan larutan
MnCl2 dan NaOH KI pada sampel air laut. Endapan tersebut akan dilarutkan
kembali untuk dilakukan titrasi iodometri menggunakan larutan standar Na2S2O3.
Pelarutan endapan MnO2 menggunakan larutan HCl atau H2SO4. Larutan indikator
yang digunakan adalah larutan amilum (Chandra, 2012).
Menurut Simanjuntak (2012), metode titrasi dengan cara Winkler secara umum
banyak digunakan untuk menentukan kadar DO. Prinsipnya dengan menggunakan
titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan
MnCl2 dan NaOH atau KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan
menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan
juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan DO. Iodium
yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat
(Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang
terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :
MnCI2 + NaOH Mn(OH)2 + 2 NaCI
Mn(OH)2 + O2 2 MnO2 + 2 H2O
MnO2 + 2 KI + 2 H2O Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
I2 + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaI
Menurut Septiawan (2014), Kelebihan metode Winkler dalam menganalisis
DO (Dissolved Oxygen), yaitu:
a. Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan standarisasi tio secara analitis, akan
diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang akurat.
b.
Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen
terlarut dengan cara DO meter.
c.
DO (Dissolved Oxygen),yaitu:
a.
Penambahan indikator amilum harus dilakukan pada saat mendekati titik akhir
titrasi agar amilum tidak membungkus I2 karena akan menyebabkan amilum
b.
PARAMETER FISIKA
SATUAN
BAKU MUTU
Kecerahan
Coral:
>5<10%
perubahan
euphotic
depth mangrove: 2
Kecerahan
lamun: >3
Alami
Kekeruhan
NTU
<5
Mg/l
Coral:20<10%
perubahan
konsentrasi
rata-
NO.
PARAMETER FISIKA
SATUAN
rata musiman
BAKU MUTU
Sampah
Nihil
Suhu
Alami3 (c)
Coral: 28-30 ( c )
Lamun:28-30( c )
Lapisan Minyak
Nihil
NO.
PARAMETER FISIKA
SATUAN
BAKU MUTU
pH
7-8,5d<0,2 satuan
perubahan pH
/00
Salinitas
Alami3( e )
Coral: 33-34( e )
mangrove:
s/d
34(e)
3
mg/l
Lamun: 33-34( e)
>5>6(>80-90%
kejenuhan)
BOD
PAH
6
7
8
9
10
11
12
NO.
13
14
15
16
17
18
19
Mg/l
(Paliaromatik Mg/l
Hidrokarbon)
Senyawa Fenil total
PCB total (poliktor bifenil)
Surfaktan (deterjen)
Minyak dan lemak
Pestisida
TBT (Tributil tin)
LOGAM TERLARUT
Raksa (Hg)
PARAMETER FISIKA
Kromium heksavalen (Cr(VI))
Arsen (As)
Kadmium (Cd)
Tembaga (Cu)
Timbal (Pb)
Seng (Zn)
Nikel (Ni)
BIOLOGI
20
0,003
Mg/l
Mg/l
Mg/l MBAS
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
0,002
0,01
1
1
0,01
0,01
SATUAN
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
BAKU MUTU
0,005 0,002
0,012 0,002
0,001 0,015
0,008
0,008
0,05
0,05
0,001 0,05
20
21
22
23
Coliform (total)
Patogen
Plankton
RADIO NUKLIDA
Komposisi
yang
MPN/100 ml
Sel/100 ml
Sel/100 ml
tidak Bq/I
diketahui
Waktu
Tempat
Pukul
1000 g
Nihil
Tidak bloom
4
Tempat
Nama Alat
Botol Reagen
Gambar
Fungsi
Sebagai
tempat
menyimpan
sampel
Gelas Ukur
Untuk
mengukur
volume
bahan cair
Labu Ukur
Pipet Tetes
Untuk
memindahkan
cairan
Corong
cair
ke
tempat
yang
Tissue
Erlemayer
Nama Bahan
Gambar
Sampel Air Laut
Fungsi
Sebagai sempel yang akan diuji
125 mL
HCl
Untuk
meleburkan/melarutkan
kembali endapan
Na2S3O
Sebagai
larutan
standar
untuk
menitrasi sampel
Amilum
MnCl2
sample
dan
membuat
KI- NaOH
sample
dan
membuat
3.3. Metode
3.3.1 Cara Kerja Pengambilan Sampel
Alat-alat untuk mengambil sampel disiapkan dahulu
SELESAI
SELESAI
4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Perubahan Warna Selama Titrasi Iodometri
berpengaruh, pada saat meneteskan HCl pekat, konsentrasi dari HCl pekat yang
diteteskan terlalu banyak sehingga mempengaruhi sampel tersebut, pada proses
penetesan indikator amilum dapat kelebihan atau bahkan kurang yang dapat
mempengaruhi sampel juga.
Hasil perhitungan kadar oksigen yang diperoleh dari 14 sampel berbeda-beda.
Pada hasil perhitungan kadar oksigen terlarut yang diperoleh dari ekosistem
lamun memiliki hasil kadar oksigen terlarut berkisar antara 11,52 mg/l sampai
dengan 36,16 mg/l, untuk hasil perhitungan kadar oksigen terlarut yang diperoleh
dari ekosistem rumput laut berkisar antara 9,6 mg/l sampai 80 mg/l dan untuk
hasil perhitungan kadar oksigen terlarut yang diperoleh dari ekosistem mangrove
berkisar antara 14,72 mg/l sampai 35,84 mg/l.
Terlihat dari hasil yang diperoleh dari seluruh sampel, kadar DO dari
ekosistem rumput laut lebih tinggi dari pada ekosistem lamun hal ini dapat
dikarenakan rumput laut adalah merupakan lokasi perkembangbiakan ikan dan
kerang yang mendukung ketersediaan pangan bagi manusia, sehingga jumlah
organisme yang terdapat disuatu ekosistem tersebut maka dapat mempengaruhi
DO dari suatu ekosistem, sama halnya dengan hasil DO yang didapat di ekosistem
lamun dan ekosistem mangrove, pada ekosistem lamun memiliki hasil
perhitungan kadar DO yang lebih tinggi, hal ini dapat disebabkan karena
ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem laut dangkal yang mempunyai
peranan penting berbagai biota laut dan merupakan salah satu ekosistem bahari
yang paling produktif namun memiliki kandungan zat hara yang rendah yang
dapat mempengaruhi, pada ekosistem mangrove hasil perhitungan kadar DO yang
didapat sedikit lebih rendah hal yang dapat disebabkan atau dapat dipengaruhi
oleh pengaruh dari dekatnya ekosistem dari pantai dan pada organisme yang
terdapat di suatu ekosistem tersebut. Distribusi oksigen terlarut yang rendah
umumnya ditemukan pada lokasi yang dekat ke pantai. Hal ini dipengaruhi oleh
bioproses yang banyak terjadi di perairan estuarine, sedangkan kadar oksigen
terlarut yang tinggi pada umumnya ditemukan di lokasi yang semakin jauh dari
pantai, hal ini dipengaruhi oleh lancarnya oksigen untuk masuk ke dalam air
melalui proses difusi dan proses fotosintesa, namun hal ini tidak dapat menjadi
patokan utama.
yang dapat
V.
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar
oksigen terlarut dalam sampel air laut yang didapatkan oleh kelompok kami
adalah sebesar 26,88 mg/l. Didapat pula hasil rata-rata tiap ekosistem yang
didapat seluruh kelompok yaitu pada ekosistem lamun kadar oksigen terlarutnya
adalah 22,857 mg/l, pada ekosistem rumput laut sebesar 35,2 mg/l dan pada
ekosistem mangrove sebesar 23,95 mg/l
5.2. Saran
1. Sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum disesauikan
dengan standarnya agar hasil yang didapat bisa akurat, seperti amilum dan
natium tiosulfat seharusnya dibuat secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, A.D. 2012. Rancang Bangun Kontrol pH Berbasis Self Tuning PID
Melalui Metode Adaptive Control. ITS. Surabaya.
Marasabessy, M.D. 2010. Pemantauan Kadar Logam Berat dalam Air Laut dan
Sedimen di Perairan Pulau Bacan, Maluku Utara. Pusat Penitian
Oceanografi. Jakarta
Nuryanti, S. 2010. Indikator Titrasi Asam-Basa dari Ekstrak Bunga Sepatu. UGM.
Yogyakarta
Patty, S. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas dan Oksigen Terlarut di Perairan Kema,
Sulawesi Utara. LIPI. Belitung.