Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
PH, ACIDITY AND ALKALYMETRY
A. pH
pH (Power of Hydrogen) adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH merupakan suatu
parameter penting untuk menentukan kadar asam/basa dalam air. Penentuan pH
merupakan tes yang paling penting dan paling sering digunakan pada kimia air. pH
digunakan pada penentuan alkalinitas, CO2, serta dalam kesetimbangan asam basa. Pada
temperatur yang diberikan, intensitas asam atau karakter dasar suatu larutan diindikasikan
oleh pH dan aktivitas ion hidrogen. Perubahan pH air dapat menyebabkan berubahnya
bau, rasa, dan warna. Pada proses pengolahan air seperti koagulasi, desinfeksi, dan
pelunakan air, nilai pH harus dijaga sampai rentang dimana organisme partikulat terlibat.
Asam dan basa pada dasarnya dibedakan dari rasanya kemudian dari efek yang
ditimbulkan pada indikator. Reaksi netralisasi dari asam dan basa selalu menghasilkan
air. Ion H+ dan OH- selalu berada pada keseimbangan kimiawi yang dinamis dengan H2O
berdasarkan reaksi
pH = 7 menunjukkan keadaan netral
0 < pH < 7 menunjukkan keadaan asam
7 < pH < 14 menunjukkan keadaan basa (alkalis)
Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan
logam berat dan korosi. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan
pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya.
Berdasarkan SNI AMDK dan EC rules air yang baik ph-nya antara 6 sampai 8, air
mineral 6,5 sampai 8,5 dan air demineral 5,0 sampai 7,5. Nilai ambang batas pH untuk air
minum sesuai dengan Permenkes No 492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu 6,5 – 8,5. Air
dengan pH rendah (<6,5) berupa asam, mengandung padatan rendah, dan korosif. Air
dengan kondisi seperti ini dapat mengandung besi, dan lain-lain. Hal ini dapat
menyebabkan kerusakan pada pipa transmisi, selain itu juga menimbulkan rasa yang
asam, noda pada baju, noda pada kloset, dan lain sebagainya, serta menimbulkan dampak
buruk pada kesehatan. Sedangkan untuk air dengan pH tinggi (>8,5) berupa basa. Air
tersebut tidak terlalu berdampak buruk pada kesehatan, akan tetapi dapat menimbulkan
masalah berupa rasa basa pada air.
1.1. Analisa pH
Kertas Lakmus
Larutan
Lakmus Merah Lakmus Biru
Berubah menjadi
Asam Tetap merah merah
Netral Tetap merah Tetap biru
Berubah menjadi
Basa biru Tetap biru
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa larutan asam akan mengubah
warna kertas lakmus biru menjadi merah, larutan netral tidak mengubah warna pada
kertas lakmus, dan larutan basa dapat mengubah kertas lakmus merah menjadi biru.
Indikator yang dapat digunakan untuk mengenal sifat asam atau basa suatu
larutan serta menentukan harga pH dapat digunakan indikator universal. Cara
penggunaan indikator universal dalam menentukan pH suatu larutan adalah sebagai
berikut :
1.1.3. pH meter
Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH
meter, yaitu alat pengukur pH yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit atau
konduktivitas suatu larutan. Cara pengoperasian dari alat ukur pH meter yaitu
menggeser tombol on pada alat, kemudian alat langsung dicelupkan pada larutan yang
akan diukur, selanjutnya ditunggu kurang lebih 1 menit, dan secara otomatis hasilnya
akan dapat terbaca.
Gambar 2 pH Meter
B. Alkalinitas
Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion
karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan
tawar. Nilai ini menggambarkan kapasitas air untuk menetralkan asam, atau biasa juga
diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH.
Perairan.mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif
stabil terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil.
Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu,
dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3.
Pemilihan pH 8,3 sebagai titik akhir pada titrasi tahap pertama ialah berdasarkan
pada alkalimetri. Nilai pH 8,3 ini untuk titrasi karbonat menjadi bikarbonat:
Penggunaan pH 4,5 untuk titik akhir titrasi pada tahap kedua dari titrasi sesuai
dengan perkiraan untuk titik keseimbangan untuk konversi dari ion bikarbonat
menjadi asam karbonat:
Dalam hal ini tepat pada titik akhir titrasi akan tergantung pada awal konsentrasi
ion bikarbonat didalam sampel tersebut. Penggunaan ini dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
Dimana 𝐻𝐶𝑂3 0,01 M sesuai dengan alkalinitas 500 mg/l 𝐶𝑎𝐶𝑂3 sebagai titik
kesetimbangan. Dalam hal ini asam karbonat atau karbon dioksida yang terbentuk
dari bikarbonat tidak akan hilang selama titrasi berlangsung (Sawyer,1998)
2.2.2. Metode Potensiometri
Metode potensiometri ini menggunakan pH meter dimana dalam mengukur pH
sampel memakai elektroda yang bersih.
C. Asiditas
Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, asam-
asam lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan
daripada alkalinitas, karena dua kontributor utamanya adalah CO2 dan H2S merupakan
larutan volatile yang segera hilang dari sample.(Syafila, Mindriany)
a. Karbondioksida
Umumnya terdapat dalam air permukaan dimana co2 diserap dari udara jika tekanan
CO2 dalam air > tekanan udara. CO2 juga terdapat dalam air karena proses
dekomposisi (oksidasi) oleh zat orgnaik oleh mikroorganisme. Umumnya juga
terdapat pada air yang tercemar.
b. Asam mineral
Umumnya terdapat pada limbah industry pengolahan logam atau pembuatan senyawa
kimia. Kadang – kadang juga terdapat di air alam.
c. Asam Humus
Umunya terdapat di rawa atau danau karena terdapat rumput – rumputan atau tumbuh
– tumbuhan hidup yang ada di dalam air tersebut melepaskan senyawa asam dan
warna.
Jenis – jenis asiditas
a. Asiditas total
Asiditas total merupakan asiditas yang disebabkan adanya CO2 dan asam
mineral. Karbondioksida merupakan komponen normal dalam air alami. Sumber
CO2 dalam air dapat berasal dari adsorbsi atmosfer, proses oksidasi biologi
materi organik, aktivitas fotosintesis, dan perkolasi air dalam tanah.
Karbondioksida dapat masuk ke permukaan air dengan cara adsorbsi dari
atmosfer, tetapi hanya dapat terjadi jika konsentrasi CO2 dalam air <
kesetimbangan CO2 di atmosfer. Karbondioksida dapat diproduksi dalam air
melalui oksidasi biologi dari materi organik, terutama pada air tercemar. Pada
beberapa kasus, jika aktivitas fotosintesis dibatasi, konsentrasi CO2 di dalam air
dapat melebihi keseimbangan CO2 di atmosfer dan CO2 akan keluar dari air. Air
permukaan secara konstanmengadsorpsi atau melepas CO2 untuk menjaga
keseimbangan dengan atmosfer. Air tanah dan air dari lapisan hypolimnion di
danau dan reservoir biasanya mengandung CO2 dalam jumlah yang cukup
banyak. Konsentrasi ini dihasilkan dari oksidasi materi organik oleh bakteri
dimana materi organik ini mengalami kontak dengan air dan pada kondisi ini
CO2 tidak bebas untuk keluar ke atmosfer. CO2 merupakan produk akhir dari
oksidasi bakteri secara anaerobik dan aerobik. Oleh karena itu konsentrasi CO2
tidak dibatasi oleh jumlah oksigen terlarut.
b. Asiditas mineral (asiditas metil orange)
Asiditas mineral merupakan asiditas yang disebabkan oleh asam mineral. Dapat
juga disebut asiditas metil orange karena untuk menentukan titik akhir titrasi
digunakan indikator metil orange untuk mencapai pH 3,7. Asiditas mineral di
dalam air dapat berasal dari industri metalurgi, produksi materi organik sintetik,
drainase buangan tambang, dan hidrolisis garam - garam logam berat. Asiditas
mineral terdapat di limbah industri, terutama industri metalurgi dan produksi
materi organik sintetik. Beberapa air alami juga mengandung asiditas mineral.
Kebanyakan dari limbah industri mengandung asam organik. Kehadirannya di
alam dapat ditentukan dengan titrasi elektrometrik dan gas chromatografi
Ada 2 cara menentukan asiditas
1. Asiditas total, ditentukan oleh titrasi dengan basa mencapai titik akhir fenolftalain
(ph 8,3)
2. Asam mineral bebas, ditentukan oleh titrasi dengan basa mencapai titik akhir
methyl orange (Ph 4,5)
Asiditas dalam air disebabkan oleh karbon dioksida (CO2) asam mineral.
Adanya asiditas dalam air ditunjukkan oleh pH air tersebut di bawah 8,5. Air
dengan pH < 4,5 hanya mengandung asam mineral (kuat). Asiditas oleh CO2 dan asam
mineral ini ditentukan dengan menggunakan larutan baku asam. Asam mineral di
titrasi sampai pH mencapai kira - kira 4,5. Karena Methyl Orange (MO) / metil
jingga biasanya digunakan sebagai indicator untuk penentuan asiditas oleh asam
mineral, maka biasa disebut sebagai asiditas MO. Titrasi dengan menggunakan
indicator PP sampai pH 8,3 untuk menentukan asam mineral dan asam lemah
(asiditas jumlah). Asiditas jumlah ini sering disebut sebagai asiditas phenol pthalein