Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

FUNDAMENTAL OF CHEMISTRY

Reaksi Asam dan Basa

Disusun oleh:

Elizabeth Intan Prasetya

472018039

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Larutan asam dan basa berperan penting dalam proses yang terjadi dalam tubuh kita.
Asam merupakan zat yang menghasilkan ion hidrogen, sedangkan basa merupakan zat yang
menghasilkan ion hidroksida. Untuk mengetahui larutan tersebut larutan asam atau basa dapa
menggunakan indikator asam basa. Dalam praktikum yang telah dilakukan, kita dapat
mengetahui kandungan asam dan basa yang terdapat di bahan kimia dan ekstrak bahan alami
yang diperkirakan mengandung asam dan basa menggunakan indikator kertas lakmus.

Kertas lakmus akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan akan
berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa. Asam memiliki indikator pH < 7 dan
memiliki rasa masam, basa memiliki indikator pH > 7 dan memiliki rasa yang pahit dan
netral memiliki pH 7. Penetralan dilakukan dengan cara menambahkan cairan asam atau basa
ke dalam suatu larutan yang mengalami asam atau basa.

Dalam pengujian larutan asam dan basa dapat dilakukan dengan bahan kimia dan
ekstrak bahan alami. Karena hal tersebut, maka perlu dicari indikator alternatif (indikator
alami) yang mudah diperoleh serta ramah lingkungan. Indikator alami dapat dibuat dari
berbagai tumbuhan berwarna yang ada di sekitar kita. Akan tetapi, tidak semua tumbuhan
berwarna dapat memberikan perubahan warna yang jelas pada kondisi asam maupun basa.

1.2 Tujuan

Praktikum ini dilakukan dengan tujuan agar praktikan dapat mengerti dan memahami
sifat asam dan basa serta praktikan terampil dalam melakukan analisa sederhana mengenai
asam dan basa, baik dengan menggunakan indikator buatan maupun alami.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Indikator asam basa yang sering digunakan di Laboratorium kimia saat ini adalah
indikator sintesis. Setiap indikator sintesis memiliki karakteristik berupa trayek pH yang
ditunjukkan oleh perubahan warna pada kondisi asam dan basa serta harga tetapan indikator.
Keberadaan indikator sintesis yang terbatas menyebabkan pemakaiannya dibatasi. Selain itu,
indikator sintesis harganya cukup mahal, serta dapat menyebabkan polusi lingkungan
(Pathade, 2009)

Indikator alami dapat dibuat dari berbagai tumbuhan berwarna yang ada di sekitar
kita. Akan tetapi, tidak semua tumbuhan berwarna dapat memberikan perubahan warna yang
jelas pada kondisi asam maupun basa, oleh karena itu hanya beberapa saja yang dapat
dipakai, misalnya bunga sepatu yang memberikan perubahan warna merah pada suasana
asam dan hijau pada suasana basa (Nuryanti, 2010)

Senyawa-senyawa organik yang dapat digunakan sebagai indicator mempunyai


karakteristik yaitu senyawa memberikan perubahan warna terhadap perubahan suasana pH
larutan. Perubahan warna dapat terjadi melalui proses keseimbangan bentuk molekul dan ion
dari senyawa indikator tersebut. Perubahan kesetimbangan ion yang diikuti perubahan warna
dari tidak berwarna pada kondisi asam menjadi merah pada kondisi basa. Dari reaksi
kesetimbangan, diketahui bahwa senyawa indikator berada dalam bentuk ion yang dapat
menghasilkan perubahan warna merah (Purwono dan Mahardani, 2009).

Dalam suatu identifikasi larutan asam dan basa dapat menggunakan kertas lakmus.
Ada dua jenis kertas lakmus yaitu kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru. Jika kertas
lakmus warna biru di dalam larutan asam warna kertas berubah menjadi merah, sedangkan di
dalam larutan netral atau basa warna kertas tidak berubah (tetap biru). Kertas lakmus warna
merah di dalam larutan basa warna kertas berubah menjadi biru, sedangkan di dalam larutan
netral atau asam warna kertas tidak berubah (tetap merah) (Johari, 2012)
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikan dilaksanakan pada Jumat, 12 Oktober 2018 pukul 11.00 – 13.00 WIB di
Laboratorium Biokimia, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya
Wacana

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada saat praktikum adalah beaker glass 100 mL, kertas pH
universal, kertas lakmus merah dan lakmus biru, tabung reaksi, mortar, pipet tetes, dan kertas
label. Sedangkan bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, cuka makan, urin, air liur,
bunga kembang sepatu, obat maag, gula pasir, garam, kapur, akuades, kubis ungu, bunga
kamboja, kunyit, jeruk nipis, minuman soda, dan larutan NaOH

3.3 Metode

Metode yang dilakukan pada saat praktikum adalah pembuatan larutan pembanding,
pengujian asam basa larutan pembanding, pengujian dan pengelompokkan larutan asan basa,
dan pengujian asam basa dari ekstrak bahan alam.

3.3.1 Pembuatan Larutan Pembanding

Pada larutan pembanding pertama adalah buatlah larutan cuka dengan perbandingan
1:4 dengan ditambahkan aquades. Ambil sebanyak 20 mL dari larutan tersebut, lalu
tambahkan aquades sampai 100 mL. Kedua ialah buatlah kapur dengan dihaluskan sekitar 1-
2 gram kapur tembok atau tulis, kemudian larutkan dalam sekitar 10 mL aquades, dan aduk
hingga rata.Pisahkan larutan dengan endapan yang terbentuk di bagian bawah permukaan
gelas.

Ambil sebanyak 20 mL dari larutan tersebut, lalu tambahkan aquades sampai 100 mL.
Ketiga ialah buatlah larutan garam, larutan NaOH, dan larutan obat maag, masing-masing
dengan ditimbang sekitar 1 gram garam dapur, lalu dilarutkan dalam 10 mL aquades.
Keempat ialah buatlah larutan gula dengan ditimbang sekitar 2 gram gula pasir, lalu
dilarutkan dalam 10 mL aquades. Kelima ialah peras buat jeruk, lalu ambil sekitar 2 mL air
perasan jeruk, kemudian ditambahkan aquades sampai 10 mL.
3.3.2 Pengujian Asam Basa Larutan Pembanding

Pada pengujian asam basa larutan pembanding yang dilakukan terlebih dahulu adalah
tuangkan aquades, larutan cuka, dan larutan kapur secukupnya ke dalam beaker glass
kemudian dimasukka kertas lakmus (merah dan biru) ke dalam larutan tersebut, kemudian
berikan tanda centang dalam table pengamatan yang dialami perubahan warna pada kertas
lakmus. Kemudian dimasukkan kertas indikator pH universal ke dalam larutan, lalu catat
berapa pH yang Nampak dari kontrol pH pada kertas indikator universal yang digunakan lalu
pastikan untuk diberikan label pada peralatan gelas yang berisi sampel agar tidak tertukar.

3.3.3 Pengujian dan Pengelompokkan Larutan Asam Basa

Pada pengujian dan pengelompokkan larutan asam basa dilakukan dengan


dimasukkan kertas lakmus dan kertas indikator pH universal ke dalam larutan sampel.
Kemudian berikan tanda centang dalam table pengamatan pada kertas lakmus yang dialami
perubahan warna atau tanda silang pada kertas lakmus yang tidak dialami perubahan warna.
Kemudian dimasukkan pula kertas indikator pH universal ke dalam masing – masing larutan ,
lalu catat berapa pH yang nampak dari kontrol pH pada kertas indikator universal yang
digunakan.

Kemudian berikan tanda centang pada sifat larutan yang dihasilkan (asam atau basa
atau netral) lalu untuk air liur dan urin, ambilah dari 2 anggota praktikan lalu berikan catatan
pada masing – masing sampel tersebut terkait dengan kondisi praktikan (sehat atau sakit) dan
makanan atau minuman yang dikonsumsi sebelum pengambilan sampel. Kemudian pastikan
untuk diberikan label pada peralatan gelas yang berisi sampel agar tidak tertukar.

3.3.4 Pengujian Asam Basa dari Ekstrak Bahan Alam

Pada pengujian asam basa dari ekstrak bahan alam praktikan terlebih dahulu cuci
sampel bahan alam yang akan digunakan sampai bersih, kemudian haluskan masing – masing
sampel tersebut dengan bantuan mortar. Untuk bunga, gunakanlah bagian mahkota bunganya,
sedangkan untuk daun dapat digunakan seluruh bagian daunnya. Khusus untuk kunyit,
gunakan bagian dalam kunyit yang berwarna kuning. Kemudian tambahkan sedikit air agar di
dapatkan sampel larutan bahan alam saat proses penghancuran.

Kemudian lihatlah warna ekstrak yang dihasilkan pada sampel yang digunakan, lalu
pisahkan masing – masing sampel dalam wadah yang berbeda, kemudian tetesi secara
perlahan dengan larutan cuka atau larutan kapur. Kemudian tuliskan perubahan warna yang
terbentuk akibat pemberian larutan cuka atau larutan kapur.Kemudian tanda centang pada
bagian bioindikator jika terjadi perubahan warna di antara keduanya dan pastikan untuk
diberikan label pada peralatan gelas agar tidak tertukar
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tabel pengujian Larutan Pembanding Asam dan Basa

INDIKATOR pH
SAMPEL LAKMUS KERTAS pH
MERAH BIRU

Akuades Merah Merah 2


Larutan Cuka Merah Merah 2
Larutan Kapur Merah Merah 6

4.1.2 Tabel perbandingan asam dan basa hasil praktikum

INDIKATOR pH SIFAT LARUTAN


SAMPEL LAKMUS KERTAS ASAM BASA NETRAL
MERAH BIRU pH
Air Liur 1 Merah Biru 6 V X X
(Alfon)
Air Liur 2 Merah Biru 6 V X X
(Kezia)
Air Mineral 1 Merah Merah 3 V X X
Air Mineral 2 Merah Merah 6 V X X
Air Selokan Merah Biru 7 X X V
Akuades Merah Merah 2 V X X
Alkohol 70% Merah Merah 3 V X X
Cuka Makan Merah Merah 2 V X X
Larutan Merah Biru 6 V X X
Garam
Larutan Gula Merah Merah 4 V X X
Larutan Merah Merah 6 V X X
Jeruk Nipis
Larutan Merah Merah 6 V X X
Kapur
Larutan Biru Biru 13 X V X
NaOH
Obat Maag Biru Biru 9 X V X
Urin 1 Merah Merah 6 V X X
(Alfon)
Urin 2 Merah Merah 6 V X X
(Kezia)
Minuman Merah Merah 5 V X X
Soda

4.1.3 Tabel perbandingan asam dan basa bioindikator hasil praktikum

SAMPEL WARNA SAMPEL BIOINDIKATOR


ASAL CUKA KAPUR YA (V) TIDAK (X)
Kunyit Orange Orange Jernih Orange Keruh V X
Rhoeo Discolor Hijau Ungu Hijau Jernih V X
Bunga Merah Merah Merah Maroon V X
Kembang
Sepatu
Kubis Ungu Ungu Merah Maroon Ungu V X
Bayam Merah Ungu Pekat Ungu Keruh Ungu Terang V X
Bunga Kamboja Kuning Jernih Keruh V X

4.2 Pembahasan

Pada hasil praktikum akuades dan larutan cuka memiliki pH 2 dan memiliki sifat
asam dan pada kertas lakmus keduanya sama pada kertas lakmus merah memiliki warna yang
tetap yaitu merah dan pada kertas lakmus biru berubah warna mennjadi warna biru, tetapi
sebenarnya pH akuades adalah 7 atau bersifat netral karena akuades melalui proses
penyulingan yang kemudian logam yang mengandung ion dimatikan dan yang tersisa logam
yang yang diperlukan tubuh yang bersifat netral.

Kemudian pada larutan cuka memiliki pH sifat asam karena cuka mengandung asam
asetat pekat yang bersifat korosif dengan rumus asam cuka ialah CH3 – OOH atau CH3CO2H.
Pengaruh kadar asam cuka pada proses perendaman dan rasio berat rumput laut (Gracilaria
yang berasal dari Bali) dengan volum pelarut air terhadap koefisien transfer massa volumetrik
dan rendemen. Didapatkan bahwa kadar asam cuka pada proses perendaman dan rasio berat
rumput laut dengan volume pelarut berpengaruh terhadap koefisien transfer massa volumetrik
dan rendaman (Distantina, 2009).

Kemudian pada larutan kapur yang memiliki pH 6 yang bersifat asam serta pada
kertas lakmus merah memiliki warna tetap yaitu merah dan pada kertas lakmus biru berubah
warna menjadi warna merah, ini karena larutan kapur seharusnya memiliki pH lebih dari 7
dan bersifat basa karena larutan kapur memiliki rasa pahit. Kemudian pada air liur alfons dan
kezia memiliki pH 7 dan bersifat netral dan warna pada kertas lakmus dan biru tetap, karena
alfons dan kezia kumur menggunakan akuades yang memiliki sifat netral sehingga akuades
tersebut dapat menetralkan air liur atau yang di dalam mulut tersebut menjadi netral.

Kemudian pada urin alfons pada malam hari memiliki pH 6 yang bersifat asam dan
kertas lakmus pada warna merah tetap dan lakmus biru menjadi merah, karena alfons
sebelumnya makan nasi, telur, sosis dan hati ayam serta minum teh manis yang dimana beras
putih, telur dan teh yang memiliki sifat asam yang menyebabkan urin tersebut menjadi asam.
Kemudian pada urin kezia pada pagi hari memiliki pH 6 dan bersifat asam serta kertas
lakmus berwarna merah tetap dan kertas lakmus pada warna biru menadi merah, karena
makanan yang telah dimakan kezia pada malam hari ialah mie ayam dan teh yang dimana
ayam dan teh memiliki sifat asam yang dapat menyebabkan urin tersebut menjadi asam.

Kemudian terdapat air mineral 1 dan 2 yang bersifat asam dan keduanya memiliki pH
yang berbeda, pada air mineral 1 memiliki pH 3 dan air mineral 2 memiliki pH 6 serta kertas
lakmus berwarna merah tetap dan lakmus biru berubah menjadi merah. Memang pada air
mineral sendiri memiliki pH 6 – 7, tetapi air mineral terkadang memiliki pH yang berbeda
karena air mineral merupakan air minum dalam kemasan yang mengandung mineral dalam
jumlah tertentu tanpa menambahkan mineral sedangkan air demineral merupakan air minum
dalam kemasan yang diperoleh melalui proses pemurnian secara destilasi, deionisasi, reverse
osmosis atau proses setara.

Air minum dalam kemasan dikemas dalam berbagai bentuk wadah 19 ltr atau galon ,
1500 ml / 600 ml ( botol ), 240 ml /220 ml (cup). Air kemasan diproses dalam beberapa tahap
baik menggunakan proses pemurnian air (Reverse Osmosis / Tanpa Mineral) maupun proses
biasa water treatment processing (mineral), dimana sumber air yang digunakan untuk air
kemasan mineral berasal dari mata air pengunungan, untuk air kemasan non mineral biasanya
dapat juga digunakan dengan sumber mata air tanah / mata air pengunungan (Susanti,2010).
Pada air selokan memiliki pH 7 dan bersifat netral pada lakmus merah dan biru
berwarna tetap yaitu merah dan biru memang air selokan pH netral dikarenakan air selokan
yang datang dari kota dan desa pada umumnya kaya akan bahan organik yang mengandung
karbohidrat, protein, lemak, dan senyawa-senyawa lain. Adanya bahan-bahan tersebut pada
satu sisi menguntungkan pertumbuhan suatu organisme. (Fandeli, Chafid, 2009).

Pada hasil praktikum alkohol 70% memiliki pH 3 dan memiliki sifat asam serta pada
lakmus merah berwarna tetap dan lakmus biru berubah warna menjadi merah, pada nyatanya
pH alkohol 70% adalah 7 atau netral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alkohol 70% yang
belum digunakan memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri, hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa alkohol menunjukan aktifitas sebagai antifungi dan dapat
mendenaturasi protein, alkohol mempunyai aktifitas sebagai bakterisid yang membunuh
bakteri dalam bentuk vegetatifnya (Noviansari, 2013)

Pada larutan garam memiliki pH 7 dan bersifat netral serta warna kedua lakmus
tersebut tetap itu dikarenakan garam walaupun memiliki rasa asin tetapi garam dapat
menetralkan. Kemudian pada larutan gula, larutan jeruk nipis dan minuman soda memiliki
sifat asam dan lakmus ketiganya memiliki perubahan warna yang sama yaitu lakmus biru
berubah menjadi merah dan lakmus merah berwarna tetap tetapi ketiganya memiliki pH yang
berbeda yaitu larutan gula memiliki pH 4, larutan jeruk nipis memiliki pH 6 dan minuman
soda memiliki pH 5.

Pada larutan gula seharusnya memiliki pH 7 atau netral karena gula dapat
menetralkan. Pada larutan jeruk nipis seharusnya memiliki pH 10 karena jika jeruk masuk ke
dalam tubuh jeruk mengalami perubahan proses menjadi basa. Kemudian pada minuman soda
aslinya memiliki pH 5 yang bersifat asam karena minuman soda memiliki tingkat keasaman
pada setiap larutan minuman soda tersebut.

Pada hasil praktikum larutan NaOH dan obat maag memiliki pH diatas 7 dan bersifat
basa, pada larutan NaOH memang memiliki pH diatas 7 karena NaOH merupakan senyawa
hasil reaksi Na+ + OH-. Kemudian pada obat maag memiliki pH diatas 7 dan bersifat basa
karena obat maag membantu untuk menyetarakan keasaaman dalam lambung berkurang
maka dari itu obat maag bersifat basa.
Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang kehadirannya atau
perilakunya di alam berkorelasi dengan kondisi lingkungan dan perubahan warna pada setiap
bahan alami atau ekstrak bahan alami yang digunakan, sehingga dapat digunakan dan dapat
diamati sebagai petunjuk kualitas lingkungan dama kehidupannya pada suatu bahan alam
tersebut (Boonsoong, 2010).

Pada hasil praktikum kunyit, Rhoeo discolor, bunga kembang sepatu, kubis ungu,
bayam merah, bunga kamboja termasuk bioindikator tetapi nyatanya bunga kamboja bukan
termasuk bioindikator karena perubahan warna yang terjadi tidak drastis. Kemudian dalam
perbandingan bioindikator bahan alam menggunakan cuka dan kapur supaya bisa melihat
perubahan warna yang terdapat dalam ekstrak bahan alami tersebut
BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan yang di dapat dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan oleh
praktikan adalah praktikan dapat membuat larutan pembanding dan praktikan mengetahui
pengujian dan pengelompokkan dari larutas asam basa serta pengujian asam basa dari ekstrak
bahan alam serta praktikan terampil dalam melakukan pengamatan larutan asam basa serta
mengetahui pH pada setiap larutan.
Daftar Pustaka

Boonsoong B, Sangpradub N, Barbour MT, Simachaya W. 2010. An Implementation Plan

For Using Biological Indicator To Improve of Water Quality In Thailand. Journal


Environ Monit Assess. 165 : 205

Distantina, S., Rusman, O., dan Hartati, S.. 2006. Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat pada

Perendaman Terhadap kecepatan Ekstraksi Agar – Agar. Ekuilibrium 5, 34-39.

Fandeli, Chafid, 2009. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup. Yayasan Pembina

Fakultas Kehutanan, UGM, Yogyakarta

Johari, J. M. C.. 2012. Konsep Asam Basa. Grafindo Media Pratama : Bandung

Nuryanti, S., Matsjeh, S., Anwar, C. & Raharjo, T. J. (2010). Indikator titrasi asam-basa dari

ekstrak bunga sepatu (hibiscus rosa sinensis l). Jurnal AGRITECH, 30(3), 178-183.

Noviansari, R.,Sudarmin, Siadi, K.2013. Transformasi Metil Eugenol Menjadi 3-(3,4

Dimetoksi Fenil)-1-Propanol Dan Uji Aktivitasnya Sebagai Antibakteri, Jurnal


Jurusan Kimia FMIPA Universitas NegeriSemarang,2(2)

Purwono, B. dan Mahardani, C. (2009). Pembuatan senyawa turunan azo dari eugenol dan

penggunaannya sebagai indikator titrasi. Indonesian Journal of Chemistry 9: 9598.

Pathade, K.S., Patil, S.B., Kondawar, M.S., Naikwade, N.S.& Magdum, C.S. (2009). Morus

alba fruit-herbal alternative to synthetic acid base indicators. International Journal of


ChemTech Research CODEN( USA), 1(3), 549-551.

Susanti, W. 2010, Analisa Kadar Ion Besi, Kadmium dan Kalsium dalam Air Minum

Kemasan Galon dan Air Minum Kemasan Galon Isi Ulang dengan Metode
Spektofotometri Serapan Atom, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sumatra Utara, Medan.
Lampiran Gambar

Tabel 1 Larutan Pembanding Asam dan Basa

Akuades pH universal akuades Kertas lakmus akuades

Kertas lakmus larutan cuka


Larutan Cuka
pH universal larutan
cuka

Larutan kapur pH universal larutan Kertas lakmus larutan kapur


kapur
Tabel 2 Perbandingan asam dan basa

pH universal dan kertas lakmus air pH universal dan kertas lakmus air Air liur Kezia
liur Alfons liur Kezia
Air liur Alfons Air mineral 1, kertas lakmus, dan Air Mineral 2, kertas lakmus, dan

pH universal pH universal

Kertas lakmus alkohol 70%


Air selokan, pH universal dan pH universal alkohol 70%
kertas lakmus

Cuka makan Kertas lakmus cuka makan


pH universal cuka makan

pH universal larutan garam Kertas lakmus larutan garam pH universal jeruk nipis

Kertas lakmus larutan jeruk nipis pH universal NaOH Larutan NaOH

Kertas lakmus NaOH Obat Maag Kertas lakmus obat maag


pH universal urin alfons Kertas lakmus urin alfons Kertas lakmus urin kezia

pH universal urin kezia Minuman soda, pH universal dan


kertas lakmus
Tabel 3. Perbandingan asam dan basa bioindikator hasil praktikum

Kunyit asal, kunyit cuka dan kunyit Rhoeo discolor Bunga kembang sepatu asal
kampur

Bunga kembang sepatu dengan Bunga kembang sepatu dengan Kubis ungu asal
cuka kapur

Kubis ungu dengan kapur Kubis ungu dengan cuka Bayam merah asal
Bayam merah dengan kapur Bayam merah dengan cuka
Bunga kamboja asal

Bunga kamboja dengan kapur Bunga kamboja dengan cuka

Anda mungkin juga menyukai