Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sediaan farmasi tidak hanya sebatas sediaan padat, semi padat, dan

cair.Selain itu, terdapat juga sediaan galenik dan sediaan steril.Sediaan steril

ini terdiri dari obat tetes mata (guttae ophthalmic), obat tetes telinga (guttae

auricause), obat tetes hidung (guttae nasales), tetes mulut (guttae oris), salep

mata dan injeksi.Injeksi terdiri dari injeksi volume kecil (ampul dan vial) dan

sediaan volume besar (infus).Sediaan steril termasuk sediaan yang agak rumit

karena pengerjaannya harus memperhatikan keadaan bahan, alat, dan

lingkungan yang steril serta pengerjaan yang dilakukan secara aseptic dan juga

harus hati-hati untuk menghindari terjadinya kontaminasi mikroba dan bahan

asing.

Wadah dosis tungaal umunya disebut Ampul, tertutup rapat dengan

melebur wadah gelas dalam kondisi aseptis.Ampul adalah wadah berbentuk

silindris yang terbuat dari gelas yang memiliki ujung runcing (leher) dan

bidang dasar datar. Ampul adalah wadah takaran tinggi oleh karena total

jumlah cairannya ditentukan dalam satu kali pemakaian untuk satu kali injeksi.

Penggunaan injeksi dapat dilakukan dengan berbagai rute

pemberian kepada pasien yang tidak dapat atau sukar menelan obat atau tidak

dapat diserap dari mukosa saluran cerna.Sediaan injeksi tidak semua jernih

atau tidak berwarna tetapi sediaan injeksi ini pula berwarna tergantung dari

bahan obat yang dipakai.Sediaan injeksi baik yang berwarna maupun yang

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

tidak berwarna harus tetap steril. Oleh karena itu, seorang farmasis harus

mengetahui bagaimana cara pembuatan dan pemakaiannya.

Pembuatan Dexametason, Ranitidin, dan Vitamin C, dilakukan

dengan tujuan diberikan pada pasien yang tidak dapat menelan obat dan

biasanya digunakan untuk pasien gawat darurat.Dexametazon berkhasiat

sebagai Adrenoglukokortikoidum(obat untuk pemakaian setempat pada

penyakit kulit).Vitamin C berkhasiat sebagai Antiskorbut (untuk mengobati

sariawan).Berdasarkan uraian diatas, maka sangat perlu membahas lebih

dalam lagi tentang pembuatan sediaan Dexametason, Ranitidin, danVitamin

C.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

B. Tujuan

Adapun tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan memahami cara meracik atau membuat sediaan

steril (Ampul) bentuk sediaan injeksikhususnya dengan menggunakan

bahan Dexametazon,Ranitidin dan Vitamin C.

2. Untuk mengetahui khasiat dan penggunaan obat Vitamin C.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Wadah dosis tungaal umunya disebut Ampul, tertutup rapat dengan

melebur wadah gelas dalam kondisi aseptis.Wadah gelas dibuat mempunyai leher

agar dapat dengan mudah dipisahkan dari bagian badan wadah tanpa terjadi

serpihan-serpihan gelas.Sesudah dibuka, isi ampul dapat dihisapkedalam alat

suntik dengan jarum hipodermik. Sekali dibuka, ampul tidak dapat ditutup

kembali dan digunakan lagi untuk suatu waktu kemudian, karena sterilitas isinya

tidak dapat dipertanggung jawabkan lagi (Ansel,2005).

Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang

memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar.Ukuran nominanya adalah

1, 2, 5, 10, 20.Kadang-kadang juga hanya 25 atau 30 mL. Ampul adalah wadah

takaran tinggi oleh karena total jumlah cairannya ditentukan dalam satu kali

pemakaian untuk satu kali injeksi. Ampul dibuat dari bahan gelas yang tidak

berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang pekat terhadap cahaya dapat

digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas berwarna coklat tua. Ampul tidak

memerlukan zat pengawet.ampul dimaksudkan untuk penggunaan parenteral yang

mana bila tutup dibuka tidak dapat ditutup kembali dengan jaminan sediaan tetap

steril.(Syamsuni, 2006).

Pada pembuatan produk parenteral dosis tunggal ahli farmasi harus

mempertimbangkan bukan hanya segi fisika kimia obat saja tetapi juga

penggunaan terapi yang diharapkan dari produk itu sendiri. Beberapa sediaan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

dosis tunggal yang diberikan secara cepat dibuat dalam volume kecil, tetapi

sediaan lain diberikan dengan lambat (tetes demi tetes) ke dalam system peredaran

selama beberapa jam. Sebagian terbesar produk parenteral bervolume kecil

diformulasikan sehingga menjadi larutan dengan jumlah yang tepat, katakana 0,5

– 25 mL, mengandung obat sebanyak dosis lazim, walaupun volume diperbesar

dengan mengencerkan larutan yang sering diberikan lewat intravena atau

intramuscular. Umunya diperdagangan tersedian obat suntik dengan beberapa

konsentrasi berbeda, yang memungkinkan dokter untuk leluasa memilih tanpa

memboroskan obat seperti yang akan terjadi bila dokter memberikan hanya

sebagian dari larutan parenteral dosis tunggal (Ansel, 2005)

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

BAB III

FORMULA

A. Master Formula
1. Dexametason

R/ Dexametason 0,5 mg

NaCl 0,9 % qs

A.P.I ad 5 mL

m.f. Ampul dtd No. III

2. Ranitidin

R/ Ranitidin HC l 25 mg

NaCl 0,9
% qs

A.P.I ad 5
mL

3. Vitamin C

R/ Vitamin C 50 mg

NaCl 0,9
% qs

A.P.I ad 5
mL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

B. Kelengkapan Formula

1. Dexametason

Dr. Mia

SIP. 996/IDI/2014

Jln. Mekar jaya No. 45 Kendari

Telp. 03735464883

No : 01 Kendari, 31 Oktober 2016

R/Dexametason 0,5 mg

NaCl 0,9 % qs

A.P.I ad 5 mL

m.f. Ampul dtd No. III

Pro: Suria

Umur : Dewasa

Alamat : Jl. Konasara

Ket :

ad : add : Hingga

A.P.I : Aqua Pro Injection : Air untuk Injeksi

dtd : da tales doses : Berikan sekian takaran

m.f : misce fac : Campur dan Buat

No. : nomero : Sebanyak

Pro : Pronum : Untuk

R/ : Recipe : Ambillah

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

2. Ranitidin

Dr. Sesil

SIP. 997/IDI/20112

Jln. Ahmad Yani No. 04 Kendari

Telp. 03736255740

No : 02 Kendari, 31 Oktober 2016

R/ Ranitidin HC l 25 mg

NaCl 0,9 % qs

A.P.I ad 5 mL

m.f. Ampul dtd No. III

Pro : Rifcha

Umur : Dewasa

Alamat : Jl. Lumba-lumba

Ket :

ad : add : Hingga

A.P.I : Aqua Pro Injection: Air untuk Injeksi

dtd : da tales doses : Berikan sekian takaran

m.f : misce fac : Campur dan Buat

No. : nomero : Sebanyak

Pro : Pronum : Untuk

R/ : Recipe : Ambillah

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

3. Vitamin C

Dr. Elen

SIP. 997/IDI/20112

Jln. Ahmad Yani No. 04 Kendari

Telp. 03736255740

No : 03 Kendari, 31 Oktober 2016

R/ Vitamin C 50 mg

NaCl 0,9 % qs

A.P.I ad 5 mL

m.f. Ampul dtd No. III

Pro : Neymar

Umur : Dewasa

Alamat : Jl. Kamboja

Ket :

ad : add : Hingga

A.P.I : Aqua Pro Injection : Air untuk Injeksi

dtd : da tales doses : Berikan sekian takaran

m.f : misce fac : Campur dan Buat

No. : nomero : Sebanyak

Pro : Pronum : Untuk

R/ : Recipe : Ambillah

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

C. Alasan Penggunaan Bahan aktif dan tambahan

1. Alasan penggunaan bahan aktif

a. Dexametason

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, 1979.

Dexametason merupakan obat yang berfungsi sebagai

Adrenoglukokortikoidum yaitu obat yang memberikan pengaruh

terhadap metabolisme nutrisi.

b. Ranitidine HCl

Ranitidine merupakan salah satu obat yang berfungsi untuk

menghambat senyawa-furan terhadap sekresi asam yang lebih

kuat dari pada simetidin. Tidak merintangi perombakan oksidatif

dari obat-obat lain sehingga tidak mengakibatkan interaksi yang

tidak diinginkan (Tan Hoan Tjay, 2007)

c. Vitamin C

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, 1979. Vitamin C

merupakan obat yang berfungsi sebagai Antiskorbut yaitu obat

untuk mengobati sariawan, dan digunakan sebagai anti oksidan

alami, meningkatkan system kekebalan tubuh (imunitas) dan

sebagai suplemen energi yang baik.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

2. Alasan penggunaan bahan tambahan

a. NaCl

Nilai osmotik normal untuk semua jaringan tubuh misalnya

darah, air mata atau cairan jaringan lainnya. Identik yang

diberikan oleh suatu larutan 0,9 % NaCl dengan demikian 0,9 %

NaCl dikatakan isotonik atau fisiologis yaitu memiliki tekanan

osmosis yang sama dengan cairan jaringan manusia (Scoville’s

Hal. 151)

b. API

API di gunakan karena pelarut yang paling sering

digunakan pada pembuatan obat suntik secara besar-besaran

adalah air untuk suntik ( water for injection VSP) (Ansel, 1989 :

406). Adapun Kelarutan ondansetron dalam air yaitu sedikit larut

dalam air (Martindal, 2009).

Steril water for injection ( air steril untuk injeksi ) adalah

air untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas dengan cara yang

sesuai tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan tambahan

lainnya ( Stefanus Lukas, 2 ).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

D. Uraian Bahan

1. NaCl (FI Edisi III hal. 403)

Nama resmi : NATRII CHLORIDUM

Sinonim : Natrium Klorida

Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk

hablur putih; tidak barbau; rasa asin.

Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air

mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian

gliserol P; sukar larut dalam etanol (95%)P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

K/P : Sumber ion klorida dan ion natrium.

2. RANITIDIN HCl (FI Edisi IV hal. 733)

Nama resmi : RANITIDINI HYDROCHLORIDUM

Sinonim : Ranitidin Hidroklorida

Rumus molekul : C13H22N4O3S.HCl

BM : 350,87

Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai kuning pucat; praktis

tidak berbau; peka terhadap cahay dan

kelembaban. Melebur pada suhu lebih kurang 140º,

disertai peruraian.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; cukup larut dalam

etanol dan sukar larut dalam kloroform.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahaya.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

3. VITAMIN C (FI Edisi III hal. 47)

Nama resmi : ACIDUM ASCORBICUM

Sinonim : Asam askorbat, Vitamin C

Rumus molekul` : C6H8O6

BM : 176,13

Pemerian : Serbuk atau hablur; putih atau agak kuning; tidak

berbau; rasa asam. Oleh pengaruh lambat laun

menjadi gelap. Dalam keadaan kering, mantap

diudarah, dalam larutan cepat teroksidasi.

Kelarutan : mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam

etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam

kloroform P, dalam eter P dan dalam benzen P.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

K/P : Antiskorbut.

4. AQUA PRO INJEKSI ( FI Edisi III halaman 87)

Nama resmi : AQUA PRO INJEKSI

Sinonim : air untuk injeksi

Pemerian : keasaaman, kabasaan, ammonium, besi, tembaga,

timbal, kalsium klorida, nitrat nifat, zat teroksidasi

memenuhi syarat yang tertera pada aqua destillata.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup kedap, jika dalam wadah

tertutup rapat berlemak harus digunakan dalam

waktu 3 hari setelah pembuatan.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

K/P : Sebagai pelarut untuk injeksi.

5. DEXAMETASON (FI Edisi III hal: 195)

Nama resmi : DEXAMETHASONUM

Sinonim : Deksametason

Rumus molekul : C22H29FO5

BM : 392,47

Pemerian : hablur atau serbuk hablur; putih atau hampir putih;

tidak berbau; rasa agak pahit.

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air; larut dalam 42 bagian

etanol (95%) P dan dalam 165 bagian kloroform P.

Penyimpana : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

K/P : Adrenoglukokortikoidum.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

BAB IV

METODE KERJA

A. Alat dan bahan

a. Alat yang digunakan

1) Autoclaf

2) Batang pengaduk

3) Botol vial

4) Corong

5) Gelas kimia 100 Ml

6) Gelas ukur 100 mL

7) Labu ukur 500 mL

8) Sendok tanduk

9) Timbangan digital

10) Spoit 1 cc, 3 cc, 5 cc dan 10 cc

b. Bahan yang digunakan

1) Aluminium foil

2) API5 mL

3) Dexametason 0,5 mg

4) Ranitidine HCl 25 mg

5) Tali godam

6) Vitamin C 50 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

B. Perhitungan bahan

1. Dexametason

0,5 mg
C=
5 mL
0,5× 20
¿
5× 20
10
¿
100
¿ 0,1 mg
¿ 0,0001 g

0,52−(a × c)
B=
b
0,52−(0,09× 0,0001)
¿
0,576
0,52−0,000009
¿
0,576
0,519
¿
0,576
0,90
¿
20
¿ 0,04 gram/ mL

0,90
5 mL ampul¿ ×5
100
¿ 0,04 gram

0,9
ε= ×V −(W × ε )
100
0,9
¿ ×5−( 0,0005 x 0,17 )
100
¿ 0,045−0,00009

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

¿ 0,04 gram

perhitungan bahan :

V = ( n x v2)
¿ 3 x ( 5+0,30 )
¿ 3 x 5,3
¿ 15,9 mL

0,0005 x 15,9
1.) Dexametason ¿
5
¿0,001 gram
 Dosis butuh = 0,001 gram
dosis butuh
 Dosis yang ditimbang = x bobo t zat
dosis etiket
0,001
= x 0,212
0,0005
= 0,424 gram
= 0,42 gram

0,04 x 15,9
2.) NaCl ¿
5
¿ 0,127 mL
3.) A.P.I ¿ 15,9−(0,001+0,127)
¿ 15,9−0,128
¿ 15,772 mL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

2. Ranitidine HCl

25 mg
C=
5 mL

25 x 20
¿
5 x 20

500 mg
¿
100mL

¿ 5 mg
¿ 0,005 gram

0,52−(0,10 x 0,005)
C=
0,576
0,52−( 0,0005)
¿
0,576
0,519
¿
0,576
0,9010
¿
20
= 0,04 gram/mL

0,901
Untuk 5 mL Ampul ¿ x5
100
¿ 0,04 mL

0,9
ε= x ν – (w x ε)
100

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

0,9
= x 5 – (0,025 x 0,20)
100
= 0,045 – 0,005
= 0,04 gram

perhitungan bahan
V = 3 x 5 mL + 0,30
= 3 x 5,3
= 15,9ml

1.) Ranitidine HCl


0,025 x 15,9
¿
5 mL
¿ 0,075 gram

2.) NaCl
0,04 x 15,9
¿
5 mL
= 0,1272 mL

3.) API
= 15,9 - (0,075 + 0,1272)
= 15,9 – (0,2022)
= 15,69 mL

3. Vitamin C

50mg
C¿
5 mL
50 x 20
¿
5 x 20

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

1000mg
¿
100 mL
1 gram
¿
100mL

0,52 x (a . c )
B ¿
b
0,52 x (0,10 x 1)
¿
0,576
0,42
¿
0,576
0,72
¿
20
= 0,036 gram/mL

0,72
Untuk buat 5 mL¿ x 5 mL
100
¿ 0,03 gram

0,9
ε= x v−( w x ε)
100
0,9
¿ x 05 x 0,18 ¿
100
¿ 0,045−0,009
¿ 0,036 gram

V =3 x ( 5+0,30 )
¿ 3 x 5,3
¿ 15,9 mL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

0,05 X 15,9
1.) Vitamin C ¿
5
¿ 0,159 gram

0,04 x 15,9
2.) NaCl ¿
5
¿ 0,143 mL

3.) A.P.I ¿ 15,9 – (0,159 + 0,143)


¿ 15,9−0,302
¿ 15,598 mL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

C. Cara Kerja

1. Dexametason

a) Disiapkan alat dan bahan.

b) Dilakukan sterilisasi pada semua alat yang di gunakan.

c) Ditimbang bahan sesuai perhitungan:

- Dexametason 0,001 gram

- NaCl 0,127 ml

- diukur A.P.I 15,772 ml

d) Dilarutkan Dexametason dalam gelas kimia dengan sedikit A.P.I di

aduk hingga homogen.

e) Dimasukkan NaCl kedalam larutan Dexametasondan di aduk

hingga homogen.

f) Disaring dengan menggunakan kertas saring dengan bantuan

corong kaca lalu dimasukkan sisa A.P.I diaduk hingga homogen.

g) Di ukur pH larutan dengan pH universal.

h) Dimasukkan 5,3 ml larutan kedalam ampul dengan menggunakan

spoit.

i) Ditutup lubang ampul dengan las

j) Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121º selama 15 menit dalam

posisi terbalik.

k) Diberi etiket, brosur dan kemasan.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

2. Ranitidina HCl

a) Disiapkan alat dan bahan.

b) Dilakukan sterilisasi pada semua alat yang di gunakan.

c) Ditimbang bahan sesuai perhitungan:

- Ranitidin HCl 0,075 gram

- NaCl 0,1272 ml

- diukur A.P.I 15,69 ml

d) Dilarutkan Ranitidin HCldalam gelas kimia dengan sedikit A.P.I di

aduk hingga homogen.

e) Dimasukkan NaCl kedalam larutan Ranitidin HCl dan di aduk

hingga homogen.

f) Disaring dengan menggunakan kertas saring dengan bantuan

corong kaca lalu dimasukkan sisa A.P.I diaduk hingga homogen.

g) Di ukur pH larutan dengan pH universal.

h) Dimasukkan 5,3 ml larutan kedalam ampul dengan menggunakan

spoit.

i) Ditutup lubang ampul dengan las

j) Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121º selama 15 menit dalam

posisi terbalik.

k) Diberi etiket, brosur dan kemasan.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

3. Vitamin C

a) Disiapkan alat dan bahan.

b) Dilakukan sterilisasi pada semua alat yang di gunakan.

c) Ditimbang bahan sesuai perhitungan:

- Vitamin-C 0,159 gram

- NaCl 0,143 ml

- diukur A.P.I 15,598 ml

d) Dilarutkan Vitamin C dalam gelas kimia dengan sedikit A.P.I di

aduk hingga homogen.

e) Dimasukkan NaCl kedalam larutan Vitamin C dan di aduk hingga

homogen.

f) Disaring dengan menggunakan kertas saring dengan bantuan corong

kaca lalu dimasukkan sisa A.P.I diaduk hingga homogen.

g) Di ukur pH larutan dengan pH universal.

h) Dimasukkan 5,3 ml larutan kedalam ampul dengan menggunakan

spoit.

i) Ditutup lubang ampul dengan las

j) Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121º selama 15 menit dalam

posisi terbalik.

k) Diberi etiket, brosur dan kemasan.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

BAB V

HASIL PENGAMATAN

EVALUASI SEDIAAN
KELOMPOK
pH Kejernihan Kebocoran Keseragaman

VI Jernih Tidak seragam


Bocor
-

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

BAB VI

PEMBAHASAN

Dalam percobaan kali ini, akan dibuat sediaan steril yaitu injeksi ampul.

Ampul merupakan wadah dosis tunggal, tertutup rapat dengan melebur wadah

gelas dalam kondisi aseptis. Wadah gelas dibuat mempunyai leher agar dapat

denga mudah dipisahkan dari bagian badan wadah tanpa terjadi serpihan-serpihan

gelas.

Dari pembuatan ampul ini diperlukan ketelitian agar sediaan terhindar dari

mikroba dan benda-benda asung lainnya. Ketelitian ini sangat diharapkan karena

sediaan injeksi ampul ini tidak menggunakan pengawet dan digunakan untuk satu

kali pemakaian. Sama halnya dengan pembuatan sediaan steril lainnya. Hal

pertama yang dilakukan dalam pembuatan ampl ini adalah proses pensterilan alat-

alat dan bahan yang akan digunakan dalam autoklaf, alat-alat yang disterilkan

dalam autoklaf adalah gelas kimia, corong gelas, batang pengaduk, wadah ampul

dan gelas ukur yang disterilkan pada suhu 1210C selama 15 menit.

Setelah proses sterilisasi dilakukan maka dilakukan penimbangan bahan.

Bahan yang digunakan adlah vitamin-C sebagai zat aktif yang berkhasiat sebagai

antiskorbut ( untuk mengobati sariawan ), NaCl sebagai zat pengisotonis, dan

A.P.I ( Aqua Pro Injeksi ) yang digunakan sebagai pelarut.

Selanjutnya dilakukan uji kebocoran pada ampul, yang dimaksudkan

untuk mendeteksi ampul yang ditutup denga sempurna, sehingga ampul tersebut

dapat dibuang. Ampul yang ditutup pada ujungnya kelihatannya tidak begitu

sempurna penutupannya dengan ampul yang ditutup dengan segel tarik.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

Setelah ampul ditutup dengan cara dilas selanjutnya disterilkan dengan

posisi terbalik dengan ujungnya yang dilas berada dibawah dalam autoklaf pada

suhu 1210C selama 15 menit. Wadah yang bocor isinya akan kosong atau

berkurang setelah disterilisasi. Dari hasil praktikum ini tidak dapat sediaan ampul

yang mengalami kebocoran. Setelah dilakukan uji kebocoran, selanjutnya

dilakukan uji keseragaman volume yang dimaksudkan untuk mengetahui sejajar

dan tidaknya volume pada setiap sediaan ampul dari hasil praktikum, ketiga

sediaan ampul yang digunakan memiliki ukuran yang berbeda-beda, meskipun

volume yang dimasukkan ke dalam wadah ampul memilki volume yang sama.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada pembuatan ampul Vitamin C, dimana ditimbang terlebih dahulu

Vitamin C dengan A.P.I sesuai perhitungan, kemudian dilarutkan

Vitamin C dengan A.P.I sedikit demi sedikit hingga larut dan

ditambahkan NaCl.

2. Vitamin C berkhasiat sebagai antiskorbut yaitu untuk mengobati

sariawan.

B. Saran

Diharapkan agar semua praktikan memakai masker, handscun, dan

penutup kepala saat membuat sediaan ampul Vitamin C agar dapat terjaga

kebersihan dan kesterilan sediaan ampul yang dibuat. Sebaiknya dalam

memformulasikan sediaan Vitamin C sebagai formulator labih teliti dan

akurat lagi dalam memformulasi sediaan.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA


LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II DIPLOMA - III

DAFTAR PUSTAKA

Anief.2008. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Press.

Ansel, Howard C.1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi

Keempat.Jakarta:UI Press.

Anonim.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta : Depkes RI.

Anonim.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta : Depkes RI.

Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril.Yogyakarta:C.V ANDI OFEST.

Lachman, Leon. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI Press.

Rahardja, Kirana. 2007.Obat-Obat Penting.Jakarta:Gramedia.

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM

Press.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

Anda mungkin juga menyukai