Anda di halaman 1dari 31

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat-obat yangbekerja pada sistem saraf pusat (SSP) merupakan salah

satu obat yang pertama ditemukan manusia primitif dan masih digunakan

secara luas sebagai zat farmakologi sampai sekarang. Disamping

penggunaannya dalam terapi, obat-obat SSP dipakai walaupun tanpa resep

untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang.

Cara kerja bebagai obat pada SSP tidak selalu dapat dijelaskan.

Walaupun demikian, dalam 30 tahun terakhir, banyak kemajuan yang

diperoleh dalam bidang metodologi farmakologi SSP. Saat ini telah dapat

diteliti cara kerja suatu obat pada sel-sel tertentu atau bahkan pada kanal ion

tunggal didalam sinaps. Informasi yang diperoleh dalam studi studi semacam

ini merupakan dasar dari sejumlah perkembangan yang utama dalam

penelitian SSP.

Pertama, telah jelas bahwa hampir semua obat SSP, bekerja pada

reseptor khusus yang mengatur transmisi sinaps. Sejumlah kecil obat seperti

anastesi umum dan alkohol dapat bekerja secara non spesifik pada membran

(meskipun perkecualian ini tidak sepenuhnya diterima), tetapi bahkan kerja

yang tidak diperantarai oleh reseptor inipun akan menghasilkan perubahan

dalam transmisi sinaps yang dapat dibuktikan.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 1


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

Kedua, obat-obatan merupakan salah satu alat terpenting untuk

mempelajari seluruh aspek fisiologi SSP, mulai dari terjadinya bangkitan

sampai penyimpanan memori jangka panjang.

Ketiga, penguraian kerja obat-obat yang efeksi klinisnya diketahui telah

menghasilkan beberapa hipotesis yang sangat berguna berkaitan dengan

berbagai mekanisme penyakit. Misalnya, informasi tentang kerja obat

antipsikotik pada reseptor dopamin memberikan dasar hipotesis yang penting

mengenai patofisiologi skizoprenia.

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan efek obat hipnotika

sedativa. Tujuan dari praktikum ini adalah mengenal, mempraktikan dan

membandingkan onset dan durasi kerja obat hipnotika sedativa pada hewan

uji mencit sehingga kita dapat membandingkan daya hipnotika sedativa dari

obat-obat tersebut.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 2


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan yang dilakukan adalah untuk

menguji efektifitas pengunaan obat hipnotika sedativa terhadap hewan

coba mencit (Mus musculus L.)

2. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

a. Untuk mengetahui onset dan durasi kerja obat hipnotika sedativa pada

hewan uji mencit (Mus musculus L).

b. Untuk mengetahui obat yang paling baik dalam memberikan efek

hipnotika sedativa melalui hewan uji mencit (Mus musculus L).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 3


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Tentang Sistem Saraf Pusat (SSP)

1. Definisi Sistem Saraf

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan

berkesinambungan serta terutama terdiri jaringan saraf. Dalam mekanisme

sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan

diatur (Gunawan, 2007).

2. Penggolongan Sistem Saraf

Sistem saraf yang dapat mengendalikan sistem saraf lainnya

didalam tubuh dibagi dua golongan yaitu :

a. Sistem saraf pusat (SSP) atau sistem saraf sentral, terdiri dari otak

(ensevalon) dan medula spinalis (sumsum tulang belakang)

b. Sistem saraf perifer yang terdiri dari :

a) Saraf-saraf motoris atau saraf eferen yang menghantarkan impuls

(isyarat) listrik dari SSP ke jaringan perifer melalui neuron eferen

(motoris).

b) Saraf-saraf motoris atau saraf aferen yang menghantarkan impuls

dari perifer ke SSP melalui neuro eferen (sensory) (Tjay dan

Rahardja, 2002).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 4


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

B. Teori Tentang Hipnotika Sedativa

1. Definisi Hipnotika Sedativa

Insomnia merupakan gangguan tidur yang meminta evaluasi serius

dalam pengatasannya. Salah satu cara untuk mengatasi insomnia adalah

dengan memberikan obat hipnotik sedativa (Katzung, 2002).

Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapi

diperuntukkan meningkatkan keinginan faali untuk tidur dan

mempermudah atau menyebabkan tidur. Umumnya, obat ini diberikan

pada malam hari. Bila zat-zat ini diberikan pada siang hari dalam dosis

yang lebih rendah untuk tujuan menenangkan, maka dinamakan sedativa

(Tjay dan Rahardja, 2002).

Hipnotika sedativa merupakan golongan obat depresan susunan saraf

pusat (SSP), mulai yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk,

menidurkan, hingga yang berat (kecuali benzodiazepine) yaitu hilangnya

kesadaran, koma dan mati bergantung kepada dosis. Pada dosis terapi obat

sedasi menekan aktifitas, menurunkan respons terhadap rangsangan dan

menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah

tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis (H.

Sarjono, Santoso dan Hadi R D. 1995).

Obat hipnotika-sedativa menimbulkan rangkaian efek depresan

system saraf pusat mulai dari sedasi ringan, meredakan ansietas sampai

anastesi dan koma. Barbiturat dari benzodiazepin adalah subgrup

hipnotika-sedativa yang terpenting (Katzung, 1996).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 5


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

Efek hipnotik meliputi depresi sistem saraf pusat yang lebih kurang

dari pada sedasi, hal ini dicapai dengan semua obat sedatif dengan

peningkatan dosis. Depresi sistem saraf pusat yang bergantung pada

tingkat dosis merupakan karakteristik dari sedativa-hipnotika. Dengan

peningkatan dosis yang diperlukan untuk hipnotik dapat mengarah kepada

keadaan anastesi umum. Masih pada dosis yang tinggi, obat sedatif-

hipnotik dapat mendepresi pusat-pusat pernafasan dan vasomotor

dimedulla, yang dapat mengakibatkan koma dan kematian (Katzung,

1997).

Bentuk yang paling ringan dari penekanan sistem saraf pusat

adalah sedasi, dimana penekanan sistem saraf pusat tertentu dalam dosis

yang lebih rendah dapat menghilangkan respon fisik dan mental, tetapi

tidak mempengaruhi kesadaran. sedativa terutama digunakan pada siang

hari, dengan meningkatkan dosis dapat menimbulkan efek hipnotika. Jika

diberikan dalam dosis yang tinggi, obat-obat hipnotika dan sedativa

mungkin dapat mencapai anestesi, sebagai contoh adalah barbiturat dengan

masa kerja yang sangat singkat yang digunakan untuk menimbulkan

anestesi, natrium thiopental (pentothal) (Katzung, 2002).

2. Penggolongan Hipnotika-Sedativa

Hipnotika dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :

a. Benzodiazepin, contohnya : Flurazepam, lorazepam, temazepam,

triazolam.

b. Barbiturat, contohnya : Fenobarbital, tiopental, butobarbital

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 6


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

c. Hipnotik sedatif lain, contohnya : Kloralhidrat, etklorvinol, glutetimid,

metiprilon, meprobamat

d. Alkohol (Ganiswarna dkk, 1995)

3. Farmakokinetika Obat Hipnotika-Sedativa

a. Benzodiazepin

Proses absorbsi dari obat-obat sedatif-hipnotik tergantung pada

angka lipofilisitasnya. Kelarutan dalam lemak menentukan sampai

bagianmana partikel obat akan masuk ke dalam sistem saraf pusat

(SSP). Misalnya pada triazolam yang mempunya efek cepat pada SSP

(Katzung, 2012).

Sebagian besar benzodiazepin yang mengalami metabolisme fase I

dan berada dalam bentuk aktifnya mempunyai waktu paruh yang

panjang. Semisal pada desmetildiazepam yang mempunyai waktu

paruh lebih dari 40 jam, adalah metabolit aktif dari klordiazepoksida,

diazepam, prazepam,dan klorazepat. Eliminasi singkat pada triazolam

yang mempunyai waktu paruh 2- 3  jam  terjadi  karena  obat  ini  lebih

digunakan sebagai obat hipnotik daripada sebagai obat sedatif

(Katzung, 2004).

Cara kerja obat golongan benzodiazepin dimulai dari pengikatan

GABA (asam gama aminobutirat) ke reseptornya pada membran sel

yang akan membuka saluran klorida, meningkat efek konduksi klorida.

Aliran ion klorida yang masuk menyebabkan hiperpolarisasi lemah,

menurunkan potensi postsinaptik dari ambang letup dan meniadakan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 7


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

pembentukan kerja potensial. Benzodiazepin terikat pada sisi spesifik

dan berafinitas tinggi dari membran sel yang terpisah tetapi dekat

reseptor GABA. Reseptor benzodiazepin hanya terdapat pada SSP

dan lokasinya sejajar dengan neurin GABA untuk neurotransmiter yang

bersangkutan, sehingga saluran klorida yang berdekatan lebih sering

terbuka. Keadaan tersebut akan memacu hiperpolarisasi dan

menghambat letupan neuron. Efek klinis benzodiazepin tergantung pada

afinitas ikatan obat masing-masing pada kompleks saluran ion, yaitu

kompleks GABA reseptor dan klorida (Mycek, 2001).

b. Barbiturat

Barbiturat terabsorbsi cepat dan kemungkinan terabsorbsi

sempurna. Barbiturat juga terdistribusi secara luas dan dapat

melewati plasenta. Barbiturat dengan  kelarutan  dalam  lemak  tinggi,

akan memicu anestesi setelah redistribusi melalui injeksi.

Hampir semua barbiturat, terkecuali fenobarbital yang memiliki

kuantitas tidak signifikan terhadap perubahan ekskresi. Jalur

metabolism utamanya menggunakan oksidasi oleh enzim hepatik

untuk membentukalkohol, asam, dan keton yang muncul dalam urin

dengan bentuk konjugatglukoronat. Eliminasi waktu paruh dari

sekobarbital dan pentobarbital adalah sekitar 18-48 jam tergantung

pada individu pasien. Dosis ganda pada agen ini akan memicu efek

kumulatif (Katzung, 2004).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 8


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

Fenobarbital terekskresi utuh dalam urin dengan rentang 20-30%

pada manusia, dan fase eliminasinya akan bergantung  pada alkalinisasi

dari urin. Fenobarbital sendiri adalah asam lemah dengan pKa 7,4

(Katzung, 2012).

c. Obat hipnotika-sedativa lainnya

Setelah pemakaian secara oral pada formula standar, zolpidem

mencapai level plasma 1,6 jam. Kemudian, zolpidem tereliminasi

dengan waktu paruh 1,5-3,5 jam (Katzung, 2012).

4. Efek Samping Umum

Efek Samping Umum Hipnotika Mirip Dengan Efek Samping

Morfin, yaitu :

a. Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi. Sifat ini paling ringan

pada flurazepam dan zat-zat benzodiazepin lainnya, demikian pula pada

kloralhidrat dan paraldehida.

b. Tekanan darah menurun, terutama oleh barbiturat.

c. Sembelit pada penggunaan lama, terutama barbiturat.

d. “Hang Over”, yaitu efek sisa pada keesokan harinya berupa mual,

perasaan ringan di kepala.

Hal ini disebabkan karena banyak hipnotika bekerja panjang

(plasma-t1/2-nya panjang), termasuk juga zat-zat benzodiazepin dan

barbiturat yang disebut short-acting. Kebanyakan obat tidur bersifat lipofil,

mudah melarut dan berkumulasi di jaringan lemak.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 9


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

5. Mekanisme Kerja

Pada tahun 1977 ditemukan reseptor benzodiazepin spesifik

dipermukaan membran neuron, terutama dikulit otak dan lebih sediki di

otak kecil dan sistem limbis. Barbiturat dan benzodiazepin pada dosis

terapi terutama bekerja dengan jalan peningkatan pada reseptor tersebut.

Efeknya adalah potensiasi penghambatan neurotransmisi oleh GABA

(gammaaminobutyric) di sinaps semua saraf otak dan blokade dari

pelepasan muatan listrik.

GABA adalah salah satu neurotransmitter-inhibisi otak, yang juga

berperan pada timbulnya serangan epilepsi.

Neurodepresi oleh benzodiazepin bersifat self-limiting, karena

tergantung pada pelepasan GABA endogen. Sebaliknya, pada dosis lebih

besar, barbiturat bedanya meniru efek inhibisi dari GABA dan dengan

demikian dapat mengakibatkan depresi SSP kuat. Perbedaan ini

bertanggung jawab atas keamanan benzodiazepin pada overdose. Lagi pula

kerja barbiturat lebih umum, yakni merintangi proses-proses lain di otak

hingga lebihcepat menyebabkan penurunan kesadaran.

Meprobamat, senyawa alkohol, aldehida dan sedativa lainnya tidak

bekerja melalui pendudukan reseptor spesifik, melainkan langsung

terhadap membran-sel (Tjay dan Rahardja, 2002).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 10


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

C. Teori Tentang Mencit(Mus musculus L)

1. Morfologi Mencit (Mus musculus L.)

Mencit (Mus musculus L.) memiliki ciri-ciri berupa bentuk tubuh

kecil,berwarna putih, memiliki siklus estrus teratur yaitu 4-5 hari. Kondisi

ruanguntuk pemeliharaan mencit (Mus musculus L.) harus senantiasa

bersih, kering dan jauh dari kebisingan. Suhu ruang pemeliharaan juga

harus dijaga kisarannya antara 18-19ºC serta kelembaban udara antara 30-

70%. Mencit (Mus musculus L.) termasuk mamalia pengerat (rodensia)

yang cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak,

variasi genetiknya cukup besar serta sifat anatomisnya dan fisiologisnya

terkarakteristik dengan baik. Mencit yang sering digunakan dalam

penelitian di laboratorium merupakan hasil perkawinan tikus putih

“inbreed” maupun “outbreed”. Dari hasil perkawinan sampai generasi 20

akan dihasilkan strain-strain murni dari mencit (Budi, 2010).

2. Klasifikasi Mencit (Mus musculus L.)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 11


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

Upafamili : Murinae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus L (Budi, 2010).

D. Uraian Bahan

1. A.P.I (FI Edisi III, Halaman : 97)

Nama Resmi : AQUA PRO INJECTION

Sinonim : Air untuk injeksi

Pemerian : Keasaman-kebasaan, amonium, besi, tembaga,

timbal, kalsium klorida, nitrat, sulfat, zat

teroksidasi memenuhi syarat yang tertera pada

aqua destilata

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap, jika disimpan dalam

wadah tertutup kapas berlemak harus digunakan

dalam waktu 3 hari setelah pembuatan

K/P : Untuk pembuatan injeksi

2. Alkohol 96% (FI edisi IV, Halaman :63)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Sinonim : Etanol, Alkohol

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna.

Bau khas, dan menyebabkan rasa terbakar pada

lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu

rendah dan mendidih pada suhu 78o. Mudah

terbakar.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 12


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur

dengan semua pelarut organik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api

3. Fenobarbital 30 mg (FI Edisi III, hal. 481)

Nama resmi : PHENOBARBITALUM

Nama lain : Fenobarbital, Luminal

Rumus molekul : C12H12N2O3

Berat molekul : 232,24

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau,

rasa agak pahit

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol

(95%) P, dalam eter P, dalam larutan alkali

hidroksida dan dalam larutan alkali karbonat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

K/P : Hipnotikum yaitu zat-zat yang digunakan untuk

meningkatkan keingianan tidur (Tjay dan

Rahardja, 2002).

Sedativum yaitu zat-zat yang digunakan untuk

menurunkan aktivitas dan menenangkan (Tjay

dan Rahardja, 2002).

Farmakokinetik : Fenobarbital diabsorbsi secara lengkap tetapi

agak lambat; konsentrasi puncak dalam plasma

terjadi beberapa jam setelah pemberian suatu

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 13


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

dosis tunggal. Sebanyak 40% sampai 60%

fenobarbital terikat pada protein plasma dan

terikat dalam jumlah yang sama diberbagai

jaringan, termasuk otak. Sampai 25% dari suatu

dosis dieliminasi melalui ekskresi ginjal yang

tergantung PH dalam bentuk tidak berubah;

sisanya diinaktivasi oleh enzim mikrososm hati.

Sitokrom P450 yang paling bertanggung jawab

adalah CYP2C9, dengan sedikit metabolisme

oelh CYP2C19 dan 2EI. Fenobarbital

menginduksi enzim uridin difosfa glukuronosil

transferase (UGT) dan sitokrom P450 subfamili

CYP2C dan 3 A. Obat-obat yang dimetabolisme

oleh enzim-enzim ini dapat terurai lebih cepat

jika diberikan bersama fenobarbital; yang

penting, kontrasepsi oral dimetabolisme oleh

CYP3A4 (Ganiswarna S, 1995).

Farmakodinamik : Efek sampingnya berkaitan dengan efek

sedasinya, yakni pusing, mengantuk, ataksia dan

pada anak-anak mudah terangsang. Efek samping

ini dapat dikurangi dengan penambahan obat-obat

lain (Ganiswarna S, 1995).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 14


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

Mekanisme kerja : Menghambat kejang kemungkinan melibatkan

potensiasi penghambatan sinaps melalui suatu

kerja pada reseptor GABA, rekaman intrasel

neuron korteks atau spinalis kordata mencit

menunjukan bahwa fenobarbital meningkatkam

respons terhadap GABA yang diberikan secara

iontoforetik (Tjay dan Raharadja, 2002).

Dosis : 1-2 dd 30-125 mg, maksimal 400 mg (dalam 2

kali); pada anak-anak 2-12bulan 4 mg / kg berat

badan sehari; pada status epilepticus dewasa 200-

300 mg (Tjay dan Raharadja, 2002).

4. Na. CMC 0,5% ( FI. Edisi III, Hal. 401 )


Nama Resmi : NATRII CARBOXY METHYCELLULOSUM

Sinonim : Natrium Karboksimetil Selulosa, Natrium CMC

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading,

tidak berbau atau hampir tidak berbau, higroskopis.

Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspense

Kelarutan : koloidal, tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam

eter P dan dalam pelarut organik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

K/P : Pensuspensi

BAB III

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 15


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat Yang Digunakan

a. Aluminium foil

b. Batang pengaduk

c. Canula spoit 1 cc, 3 cc dan 5 cc

d. Gelas Kimia1000 mL

e. Gelas ukur 10 mL

f. Hot plate

g. Kertas perkamen

h. Lumpang dan alu

i. Stop watch

j. Timbangan analitik

k. Timbangan digital

2. Bahan Yang Digunakan

a. Aquadest

b. Aqua pro injeksi

c. Alkohol 96%

d. Fenobarbital injeksi

e. Fenobarbital tablet 30 mg

f. Na CMC 0,5 %

3. Hewan Uji

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 16


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

Mencit (Mus musculus L)

B. Cara Kerja

1. Pembuatan Na. CMC 0,5% 200 mL

a. Ditmbang sebanyak 1gram Na CMC

b. Dipanasakan air sebanyak 200 mL.

c. Dimasukkan Na. CMC kedalam air sedikit demi sedikit sambil diaduk

hingga larut dan bening.

d. Diangkat lalu didinginkan, kemudian ditutup dengan alumminium foil.

2. Perlakuan untuk Hewan Uji

a. Hewan uji dipuasakan 6-8 jam dan tetap diberi minum air ad libitum,

ditimbang dan dikelompokan sesuai perlakuan

a) Kelompok 1 diberi Fenobarbital 10 mg/kgbb oral

b) Kelompok 2 diberi Fenobarbital 20 mg/kgbb oral

c) Kelompok 3 diberi Fenobarbital 30 mg/kgbb oral

d) Kelompok 4 diberi Fenobarbital 40 mg/kgbb oral

e) Kelompok 5 diberi Fenobarbital 50 mg/kgbb oral

f) Kelompok 6 diberi Na. CMC 0,5 %

b. Dihitung waktu setelah peberian fenobarbital.

c. Dicatat mulai terjadinya sleeping time (ONSET).

d. Dicatat waktu bangun tidur yang ditandai dengan refleks balik badan

(mulai timbulnya onset dan kembali bangun) /DURASI/Lama sleeping

time).

BAB IV

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 17


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

DATA PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan

BB Mencit Volume
Perlakuan Onset Durasi
(gram) Pemberian(mL)
(waktu) (waktu)

Fenobarbital
19,00 gram 0,63 mL 2 jam 14 menit
10 mg
Fenobarbital
20,35 gram 0,67 mL 2 jam 12 menit
20 mg
Fenobarbital
27,14 gram 0,90 mL 2 jam 30 menit
30 mg
Fenobarbital
24.72 gram 0,82 mL 2 jam 45 menit
40 mg
Fenobarbital
25,14 gram 0,83 mL 50 menit 55 menit
50 mg
Na. CMC 0,5 % 15,75 gram 0,52 mL 0 0

B. Grafik

Lama Waktu Tidur


60

50

40

30
waktu

20

10

0
fenobarbital fenobarbital fenobarbital fenobarbital fenobarbital Na CMC
10 mg 20 mg 30 mg 40 mg 50mg 0,5%

Obat

BAB V

PEMBAHASAN

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 18


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

Pada praktikum ini ilakukan pengujian terhadap efek Hipnotika-Sedativa

pada hewan coba mencit (Musmusculus L) dengan menggunakan obat

Fenobarbital 10 mg, Fenobarbital 20 mg, Fenobarbital 30 mg, Fenobarbital 40

mg, Fenobarbital 50 mg dan Na CMC 0,5 % sebagai kontrol.

Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapi

diperuntukkan meningkatkan keinginan faali untuk tidur dan mempermudah atau

menyebabkan tidur. Umumnya, obat ini diberikan pada malam hari. Bila zat-zat

ini diberikan pada siang hari dalam dosis yang lebih rendah untuk tujuan

menenangkan, maka dinamakan sedativa.

Hewan coba mencit digunakan sebagai hewan uji karena mencit hampir

identik secara genetis, karakteristik biologi dan perilakunya sangat mirip manusia

dan banyak gejala kondisi manusia dapat direplikasi pada mencit.

Adapun percobaan untuk obat Hipnotika-Sedativa dengan menggunakan

Fenobarbital dimana mekanisme kerja dari obat ini yaitu penghambatan sinaps

melalui suatu kerja pada reseptor GABA.

Hasil pengamatan yang dilakukan setelah pemberian Fenobarbital, pada

kelompok pertama pemberian Fenobarbital 10 mg sebanyak 0,63 mL secara per

oral dengan onset 2 jam dan durasinya 14 menit, kelompok kedua pemberian

Fenobarbital 20 mg sebanyak 0,67 mL secara per oral dengan onset 2 jam dan

durasinya 12 menit, kelompok ketiga pemberian Fenobarbital 30 mg sebanyak

0,90 mL secara per oral dengan onset 2 jam dan durasinya 30 menit, kelompok

keempat pemberian Fenobarbital 40 mg sebanyak 0,82 mL secara per oral dengan

onset 2 jam dan durasinya 44 menit, kelompok kelima pemberian Fenobarbital 50

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 19


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

mg sebanyak 0,83 mL secara per oral dengan onset 50 menit dan durasinya 55

menit.

Berdasarkan hasil pengamatan grafik, jumlah lama waktu tidur pada hewan

uji mencit bahwa pada pemberian obat Fenobarbital 10 mg memiliki jumlah lama

waktu tidur yaitu sebanyak 14 menit. Pada pemberian Obat Fenobarbital 20 mg

memiliki jumlah lama waktu tidur yaitu sebanyak 12 menit, dimana seharusnya

lama waktu tidur pada pemberian obat Fenobarbital 20 mg lebih lama

dibandingkan dengan pemberian obat Fenobarbital 10 mg, ini mungkin

disebabkan pada saat penyuntikan obat secara oral, sebagian obat tersebut tumpah

dan tidak sepenuhnya masuk kedalam mulut hewan uji mencit. Dengan demikian

dosis yang diberikanpun berkurang, hal ini akan mempengaruhi durasi / lama

sleeping time dan akan memberikan efek yang berbeda. Adapun pada pemberian

obat Fenobarbital 30 mg memiliki jumlah lama waktu tidur yaitu sebanyak 30

menit. Pada pemberian obat Fenobarbital 40 mg memiliki jumlah lama waktu

tidur yaitu sebanyak 45 menit, dan pada pemberian obat Fenobarbital 50 mg

memiliki jumlah lama waktu tidur yaitu sebanyak 55 menit. Karena semakin besar

pemberian obat Fenobarbital, maka semakin lama pula waktu tidur / sleeping

time.

Hal ini sesuai dengan literatur, dimana onset yaitu mulai terjadinya sleeping

time (waktu tidur), berlangsung antara 1-6 jam dan durasi yaitu mulai timbulnya

onset dan kembali bangun, berlangsung antara 10-60 menit dikarenakan

Fenobarbital adalah obat tidur jangka panjang.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 20


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

Percobaan ini menggunakan kontrol Na CMC didapatkan hasil pada mencit

dengan volume pemberian 0,52 mL didapatkan onset dan durasinya nol dan

dihentikan pengamatan saat mencit yang diberi Fenobarbital sadar, gejala yang

ditimbulkan yaitu gelisah dan tidak memberikan efek tidur berbeda dengan

Fenobarbital.

Adapun obat yang paling baik memberikan efek yaitu Fenobarbital 50 mg,

ini sesuai dengan literatur dosis Hipnotika-Sedativa yaitu 15-50 mg. Jadi semakin

besar pemberian obat Fenobarbital, maka semakin cepat pula memberikan efek

sleeping time (tidur).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 21


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa :

1. Fenobarbital 10 mg sebanyak 0,63 mL dengan onset 2 jam dan durasinya 14

menit, Fenobarbital 20 mg sebanyak 0,67 mL dengan onset 2 jam dan

durasinya 12 menit, Fenobarbital 30 mg sebanyak 0,90 mL dengan onset 2

jam dan durasinya 30 menit, Fenobarbital 40 mg sebanyak 0,82 mL dengan

onset 2 jam dan durasinya 44 menit, Fenobarbital 50 mg sebanyak 0,83 mL

dengan onset 50 menit dan durasinya 55 menit.

2. Obat yang paling baik dalam memberikan efek hipnotika sedativa melalui

hewan uji mencit (Mus musculus L) yaitu Fenobarbital 50 mg.

B. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan adalah diharapkan kepada

praktikan untuklebih serius dalam melakukan praktikum agar ilmu yang

didapat benar-benar dipahami dan harus mengikuti prosedur percobaan.

Diharapkan juga agar tetap menjaga kebersihan dan ketertiban dalam

laboratorium.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 22


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Akbar. 2010. Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif


YangBerpotensi Sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta : Adabia
Press

DepkesRI.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.

DepkesRI.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta.

Ganiswarna, Sulistia G (Ed), 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Gunawan, Gan Sulistia. 2007. Farmakologi dan terapi. Jakarta : Balai Penerbit
FK UI

H. Sarjono, Santoso dan Hadi R D., 1995, Farmakologi dan Terapi, Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta.

Katzung, B. G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi XIII. Buku 3.
Translation of Basic and Clinical Pharmacology Eight Edition
Alih bahasa oleh Bagian Farmakologi Fakultas kedokteran
Universitas Airlangga. Jakarta: Salemba Medika

Katzung, B.G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik : Prinsip Kerja Obat
Antimikroba. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp. 699.

Katzung, 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi pertama, 449, 462,
Salemba Medika, Jakarta.

Katzung, B. G., 1996, Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahkan oleh Staf
Pengajar Laboratorium Farmakologi, 287, Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya, EGC, Jakarta.

Katzung, B. G., 2012, Buku Bantu Farmakologi, 137, Fakultas Kedokteran


Universitas Sriwijaya, EGC, Jakarta.

Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Jakarta :


Widya Medika

Tjay, T. H. Dan Rahardja. K. (2002). Obat-Obat Penting. Edisi Kelima


CetakanKedua. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 23


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

LAMPIRAN

A. Skema Kerja Uji Hipnotif Sedatif pada hewan coba mencit (Mus muculusL)

Mencit dipasakan 6-8 jam

Mencit ditimbang

Fenobarbital Fenobarbital Fenobarbital Fenobarbbital Fenobarbital Na. CMC


10 mg 20 mg 30 mg 40 mg 50 mg 0,5 %

Diamati efek Hipnotik-Sedatif pada menit


ke 15, 30, 45, dan 60

Dicatat onset dan durasi

Pembahasan

Kesimpuan

B. Perhitungan bahan

Na.cmc 0,5% 200 mL

b xgram
% = ×100 %
w ymL

x
0,5 % = ×100 %
200

100
x = =1 gram
100

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 24


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

C. Perhitungan dosis

a. Fenobarbital 10 mg

Dosis konversi = Dosis lazim x Faktor konversi

= 10 mg x 0,0026

= 0,026 mg

BBMax
Dosis pemberian = xdosiskomversi
BBMin

30 gram
= x 0,026 mg
20 gram

= 0,039 mg

Dosis pemberian
Bobot yang ditimbang = xbobot rata−rata
Dosis etiket

0,039 mg
= x 0,12 gram
30 mg

= 0,000156 mg/mL

Disuspensikan dalam 30 mL = 0,000156 mg/mL x 30 mL

= 0,00468 mg/mL

BB mencit yang digunakan


Volume pemberian = x1
BB m ax

19,00 gram
= x 1 mL
30 mg

= 0,63 mL

b. Fenobarbital 20 mg

Dosis konversi = Dosis lazim x Faktor konversi

= 20 mg x 0,0026

= 0,052 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 25


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

BBMax
Dosis pemberian = xdosis kon versi
BBMin

30 gram
= x 0,052 mg
20 gram

= 0,078 mg

Dosis pemberian
Bobot yang ditimbang = xbobot rata−rata
Dosis etiket

0,078 mg
= x 0,12 gram
30 mg

= 0,00046 mg/mL

Disuspensikan dalam 30 mL = 0,00046 mg/mL x 30 mL

= 0,0138 mg/mL

BB mencit yang digunakan


Volume pemberian = x1
BB max

20,35 gram
= x 1 mL
30 gram

= 0,67 mL

c. Fenobarbital 30 mg

Dosis konversi = Dosis lazim x Faktor konversi

= 30 x 0,0026

= 0,078 mg

BB Max
Dosis pemberian = x dosis komversi
BB Min

30
= x 0,078
20

= 0,117 mg

Dosis pemberian
Bobot yang ditimbang = x Bobot rata table
Dosis lazim

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 26


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

0,117 mg
= x 0,12 gram
30 mg

= 0,000468mg/mL

Disuspensikan dalam 30 ml

= 0,000468 mg/mL x 30 mL

= 0,014 mg/mL

BB mencit
Volume pemberian = x vol . pemberian max
BB Max

27,14 gr
= x 1 mL
30 gr

= 0,90 mL

d. Fenobarbital 40 mg

Dosis konversi = Dosis lazim x Faktor konversi

= 40 mg x 0,0026

= 0,104 mg

BBMax
Dosis pemberian = xdosiskomversi
BBMin

30 gram
= x 0,104 mg
20 gram

= 0,156 mg

Dosis pemberian
Bobot yang ditimbang = x bobot rata−rata
Dosis etiket

0,156 mg
= x 0,12 gram
30 mg

= 0,0006 mg/mL

Disuspensikan dalam 30 mL = 0,0006 mg/mL x 30 mL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 27


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

= 0,018 mg/mL

BB mencit yang digunakan


Volume pemberian = x1
B B max

24,72 gram
= x 1 mL
30 gram

= 0,824 mL

e. Fenobarbital 50 mg

Dosis konversi = Dosis lazim x Faktor konversi

= 50 x 0,0026

= 0,13 mg

BB Max
Dosis pemberian = x dosis komversi
BB Min

30 gram
= x 0,13 mg
20 gram

= 0,195 mg

Dosis pemberian
Bobot yang ditimbang = x bobot rata−rata
Dosis lazim

0,195 mg
= x 0,12 gram
30 mg

= 0,00078 mg/mL

Disuspensikan dalam 30 mL

= 0,00078 mg/mL x 30 ml

= 0,0234 mg/mL

BB mencit
Volume pemberian = x vol . pemberian max
BB Max

25,14 gr
= x 1 mL
30 gr

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 28


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

= 0,83 mL

f. Dosis Fenobarbital 30 mg, dibuat 10 mg, 20 mg, 30 mg, 40 mg, dan 50 mg.

10 mg
1. Fenobarbital 10 mg = ×0,117 mg
30 mg

= 0,038 mg

20 mg
2. Fenobarbital 20 mg = ×0,117 mg
30 mg

= 0,077 mg

30 mg
3. Fenobarbital 30 mg = ×0,117 mg
30 mg

= 0,117 mg

40 mg
4. Fenobarbital 40 mg = × 0,117 mg
30 mg

= 0,155 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 29


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

50 mg
5. Fenobarbital 50 mg = ×0,117 mg
30 mg

= 0,194 mg

D. Gambar

1. Saat pemberian obat per oral

2. Pengamatan onset dan durasi tidur mencit

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 30


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II HIPNOTIKA SEDATIVA

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 31

Anda mungkin juga menyukai