Anda di halaman 1dari 23

LABORATORIUMFARMAKOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

SISTEM SARAF PUSAT I

OLEH :

NAMA : ANDI SELVI

STAMBUK : 15020170130

KELAS : C6

KELOMPOK :4

ASISTEN : KENANGA ISYANDA ARDHADINI K, S.Farm

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem saraf pusat (SSP) merupakan sistem saraf yang dapat mengendalikan

sistem saraf lainnya didalam tubuh dimana bekerja dibawah kesadaran atau

kemauan.SSP biasa juga disebut sistem saraf sentral karena merupakan sentral atau

pusat dari saraf lainnya.Sistem saraf pusat ini dibagi menjadi dua yaitu otak

(ensevalon) dan sumsum tulang belakang (medula spinalis).

Sistem saraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang

tidak spesifik misalnya hipnotik sedativ.Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat

terbagi menjadi obat depresan saraf pusat yaitu anastetik umum, hipnotik sedativ,

psikotropik, antikonvulsi, analgetik, antipiretik, inflamasi, perangsang susunan saraf

pusat.

Dalam percobaan ini mahasiswa farmasi diharapkan mampu untuk mengetahui

dan memahami bagaimana efek farmakologi obat depresan saraf pusat dimana

dalam percobaan ini mahasiswa mengamati anastetik umum dan hipnotik sedativ

yang diujikan pada hewan coba mencit (Mus musculus). Obat yang digunakan untuk

anastetik umum yaitu eter, kloroform dan alkohol 96%, sedangkan untuk hipnotik

sedativ digunakan diazepam dan fenobarbital.

Adapun dalam bidang farmasi pengetahuan tentang sistem saraf pusat perlu

untuk diketahui khususnya dalam bidang ilmu farmakologi toksikologi karena

mahasiswa farmasi dapat mengetahui obat-obat apa saja yang perlu atau bekerja
pada sistem saraf pusat. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan

ini.

1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

1.2.1 Maksud Praktikum

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami cara pemberian obat dan efek obat dari sistem saraf pusat pada

hewan uji.

1.2.2 Tujuan Praktikum

a. Untuk menentukan efek obat anestesi umum, hipnotik dan sedativ

(diazepam) terhadap hewan coba mencit (Mus musculus) berdasarkan

parameter onset dan durasi.

b. Untuk menentukan efek obat antidepresi terhadap hewan coba mencit (Mus

musculus) berdasarkan parameter onset dan durasi.

c. Stimulant susunan saraf pusat terhadap hewan coba mencit (Mus

musculus) berdasarkan parameter onset dan durasi

1.3 Prinsip Percobaan

Penentuan efek dari obat-obat anastesi, hipnotik-sedative, stimulant

system saraf, dan antidepresi berdasarkan pengamatan terhadap waktu onset

dan durasi serta frekuensi geraknya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

Hampir semua fungsi pengendalian tubuh manusia dilakukan oleh sistem

saraf.Secara umum sistem saraf mengendalikan aktivitas tubuh yang cepat seperti

kontraksi otot.Daya kepekaan dan daya hantaran merupakan sifat utama dari

makhluk hidup dalam bereaksi terhadap perubahan sekitarnya.Rangsangan ini

dinamakan stimulus.Reaksi yang dihasilkan dinamakan respons. Makhluk hidup yang

bersel satu (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler) ditentukan kemampuan

fungsinya oleh protoplasmasel (Syaifuddin, 2011).

Hubungan reseptor dengan efektor terjadi melalui sistem sirkulasi.Dengan

perantaraan zat kimia yang aktif melalui hormone melewati tonjolan protoplasma dari

satu sel berupa benang (serabut).Sel ini dinamakan neuron. Serangkaian neuron

terdiri dari neuron reseptor dan neuron efektor yang akan membentuk arkus refleks.

Arkus refleks terdiri dari dua neuron, yaitu neuron reseptor dan neuron sensorik.

Antara neuron sensorik dan neuron motorik satu sama lain saling berhubungan

(Syaifuddin, 2011).

Terdapat dua tonjolan neuron sensorik, yaitu ke saraf perifer dan saraf pusat,

yang ke perifer berhubungan dengan organ ujung (otot dan kulit) dan dikenal sebagai

dendrite dan tonjolan ke pusat disebut akson (neurit) (Syaifuddin, 2011).

Susunan saraf terdiri dari susunan saraf sentral dan perifer.Susunan saraf

sentral terdiri dari otak (otak besar, otak kecil, dan batang otak) dan medulla
spinalis.Susunan saraf perifer terdiri dara saraf somatic dan saraf otonom (saraf

simpatis dan parasimpatis) (Syaifuddin, 2011).

Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan saraf pusat

(SSP).Efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan

tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran,

keadaan anestesi, koma dan mati (Gunawan, 2007).

Mekanisme kerja dari benzodiazepin: pengikatan GABA (asam gama

aminonutirat) ke reseptornya pada membran sel akan membuka saluran klorida,

meningkatkan efek konduksi klorida. Aliran ion klorida yang masuk menyebabkan

hiperpolarisasi lemah menurunkan potensi postsinaptik dari ambang letup dan

meniadakan pembentukan kerja-potensial.Benzodiazepin terikat pada sisi spesifik

dan berafinitas tinggi dari membran sel, yang terpisah tetapi dekat reseptor

GABA.Reseptor benzodiazepin terdapat hanya pada SSP dan lokasinya sejajar

dengan neuron GABA.Pengikatan benzodiazepin memacu afinitas reseptor GABA

untuk neuro-transmiter yang bersangkutan, sehingga saluran klorida yang berdekatan

lebih sering terbuka. Keadaan tersbut akan memacu hiperpolarisasi dan menghambat

letupan neuron (Richard A. Harvey. 2013).

Penggolongan satu obat ke dalam golongan hipnotik-sedatif menandakan bahwa

obat tersebut mampu menimbulkan sedasi (disertai redanya ansietas) atau membantu

tidur.Karena mengandung berbagai variasi kimia, penggolongan obat ini lebih didasari

pada penggunaan klinis ketimbang kesamaan struktur kimia.Ansietas dan gangguan

tidur adalah masalah yang lazim ditemui sehingga hipnotik-sedatif banyak diresepkan

di seluruh dunia (Katzung, Bertram G, 2010).


2.2 Uraian bahan dan Obat
a. Uraian bahan

1. Amitriptilin (25 mg)

Zat aktif : Amitriptilin Hidroklorida (FI III, 1979)

Golongan : Antidepresan trisiklik/polisiklik (Harvey, 2013)

Indikasi : Depresi, gangguan distimik, depresi atipikal,

skizofrenia depresi, nocturnal enuresis pada anak.

(Tjay, 2007)

Kontraindikasi : Koma atau depresi sistem saraf pusat, rusaknya area

subarakhnoid, gangguan darah atau depresi sumsum

tulang, MCl. (Tjay, 2007).

Efek samping : Diaforesis, mulut kering, pandangan kabur,

takikardia, mengantuk, konstipasi, hipotensi. (Tjay,

2007).

Interaksi obat : Hipnotik dan antiansietas, analgesik opioid,

antipsikotik, antidepresan lain, alkohol, antihistamin

meningkatkan efek sedasi. Tidak boleh diberikan

bersama MAO. (Gunawan, 2012)

Dosis : Depresi : dosis awal sampai 75 mg/hari, dalam dosis

terbagi, naikkan bertahap sampai 150-200 mg

(sampai 300 mg untuk pasien rawat inap). Sampai

150 mg dapat diberikan sebagai dosis tunggal

sebelum tidur. (Gunawan, 2012)


Farmakodinamik : Sebagian efek antideprsesi trisiklik mirip efek

promazin

Farmakokinetik : Rearbsorpsi dari usus dengan BA ca 40% PP-nya

diatas 90%, plasma t1/2 -nya rata-rata 15 jam. Dalam

hati sebagian besar zat didemetilasi menjadi

metabolit aktif nortriptilyn dengan daya sedative lebih

ringan, t1/2nya rata-rata 36 jam.Ekskreksinya

berlangsung terutama lewat kemih.

2. Diazepam

Zat aktif : Diazepam 5 mg

Golongan obat : Benzodiasepin (Harvey& Champe, 2013)

Indikasi : Untuk pengobatan jangka pendek pada gejala

ansietas. Sebagai terapi tambahan untuk

meringankan spasme otot rangka karena

inflamsiatau trauma (Tjay, 2007).

Kontraindikasi : Penderita hipersensitifitas, bayi dibawah 6 bulan,

wanita hamil dan menyusui, depresi pernafasan,

gangguan pulmonar akut dan keadaan phobia

(Gunawan, 2012)

Efek samping : Mengantuk, ataksia, kelelahan, erupsi pada kulit,

edema, mual dan konstipasi sakit kepala, amnesia,

hipotensi dan retensi urin. (Gunawan, 2012)

Farmakokinetik : Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja

utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron


dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai

mediator pada sistim syaraf pusat.Dimetabolisme

menjadi metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan

oxazepam. (Gunawan, 2012)

Farmakodinamik : Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 1 - 2 jam

pemberian oral. Waktu paruh bervariasi antara 20 -

50 jam sedang waktu paruh desmetildiazepam

bervariasi hingga 100 jam, tergantung usia dan

fungsi hati. (Ganiswarna, 2012)

Interaksi obat : Penggunaan bersama obat-obat depresan susunan

saraf pusat atau alkohol dapat meningkatkan efek

depresan. Rifampisin dapat meningkatkan bersihan

benzodiasepin. (Tjay, 2007)

3. Kloroform (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : CHLOROFORM

Nama lain : Kloroform

RM / BM : CHCl3 / 119,38

Pemerian : Cairan tidak berwarna, mudah menguap, bau khas

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air, mudah larut

dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dan dalam

sebagaian besar pelarut organic, dalam minyak atrsiri

dan dalam minyak lemak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


4. Na-CMC ( Ditjen POM 1979 Hal. 401)

Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYL CELLULOSUM

Nama lain : Natrium karboksimetil selullosa

Berat Molekul : 90.000 – 700.000

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading;

tidak berbau atau hampir tidak berbau hidrofobik.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, tidak larut dalam etanol

(95%) eter P dan pelarut organik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai kontrol

5. Theophilin ( FI IV hal 783, FI III hal 597)

Rumus Molekul : C7H8N4O2.H2O

Berat Molekul : 198,18

Pemerian : Serbuk berserat atau granul, bearna putih, suspensi

dalam air bereaksi netral terhadap lakmus P,

mengembang dalam air dan membentuk suspensii

yang jernih hingga opalesen kental,koloidal

Kelarutan : sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam larutan

alkali hidroksida dan dalam ammonium hidroksida

agak sukar larut dalam etanol.

Penggunaan : obat asma, stimulasi SSP dan pernafasan, stimulasi

jantung bekerja sebagai diuretik lemah.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik


b. Uraian Hewan (itis.gov)
Klasifikasi Hewan Coba Mencit ( Mus Musculus L )
Kingdom : Animalia
Phylum : Cordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus L
BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat yang digunakan

Adapun alat yang digunakan yaitu baskom, benang godam kanula, kapas, spoit

1 mL, Statif dan Toples kaca.

3.2 Bahan percobaan

Adapun bahan yang digunakan adalah amitriptilin (25mg), diazepam (5 mg),

khloroform dan teofilin (130 mg).

3.3 Prosedur Kerja

a. Penyiapan Hewan Coba

1. Dipilih mencit yang sehat

2. Hewan coba hendaknya dipuasakan 8 jam sebelum percobaan

3. Sebelum digunakan hewan tersebut harus terlebih dahulu ditimbang

4. Diberikan tanda pada bagian tertentu dari hewan coba untuk menyatakan

berat, nomor hewan coba dsb

b. Pembuatan Bahan Obat

1. Teofilin (Stimulan SSP)

Disiapkan alat dan bahan. Ditimbang sediaan amytriptilin. Kemudian larutkan

dengan NaCMC, lalu homogenkan.kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur

10 ml.

2. Amitriptylin (Antidepresan)
Disiapkan alat dan bahan.Ditimbang sediaan amytriptilin. Kemudian larutkan

dengan NaCMC lalu homogenkan, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur

10 mL.

3. Diazepam

Disiapkan alat dan bahan.Ditimbang sediaan diazepam. Kemudian larutkan

dengan NaCMC lalu homogenkan, lalu masukkan kedalam labu takar 10 mL

c. Cara kerja

1. Anastesi

a) Mencit dimasukkan ke dalam toples dan ditutup rapat.

b) Kapas dibasahi dengan kloroform kemudian dimasukkan dalamtoples dan

ditutup rapat kembali.

c) Ditunggu sampai mencit teranastesi kemudian dihitung onset dan

durasinya.

2. Hipnotik sedative

a) Mencitdiberi diazepam secara oral.

b) Diamati respon yang terjadi.

c) Dihitung onset dan durasinya.

3. Antidepresan

a) Ekor mencit digantung di statif

b) Dihitung frekuensi geraknya

c) Diturunkan dan diberi obat amitriptylin secara oral

d) Diamkan selama 2 menit

e) Dihitung frekuensi geraknya

4. Stimulan
a) Disiapkan mencit dan mencit diletakkan diwadah berisi air

b) Mencit diberi obat teofilin

c) Mencit dimasukkan lagi kedalam wadah yang berisi air

d) Dicatat frekuensi dan durasi gerak dari hewan coba


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel Hasil Pengamatan

a. Kelompok lV (Anastesi)

Perlakuan BB VP Onset Durasi

Anastesi 24 gram 1 mL 23,33 detik 3 menit 8

kloroform detik

29 gram 1 mL 20,92 detik 3 menit 35

detik

b. Kelompok lll (Hipnotik dan Sedatif)

Perlakuan BB VP Onset Durasi

Diazepam 28 gram 0,9 mL 1 menit 44, 34

Oral menit

c. Kelompok l (Antidepresan)

Perlakuan BB VP Frekuensi gerak awal

(menit)

Amitriptyline Awal 30 60

21 gram 0,7 mL 55 105 97


d. Kelompok ll (Stimulant)

Perlakuan BB VP Frekuensi

(Teofilin) Gerak

Sebelum sesudah

Direndam di 25 gram 0,766 mL 52 gerakan/ 415 gerakan/30

dalam 2 menit menit

baskom 949 gerakan/60

menit

4.2 Pembahasan

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan berkesinambungan

serta terutama terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan

internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Susunan saraf terdiri dari susunan

saraf pusat dan susunan saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri dari otak (ensevalon)

dan medula spinalis (sumsum tulang belakang).

Anestetik umum adalah senyawa obat yang dapat menimbulkan anestesi atau

narkosa, yakni suatu keadaan depresi umum yang bersifat reversible dari banyak

pusat sistem saraf pusat, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan, agak

mirip dengan pingsan.

Hipnotik atau obat tidur (hypnos=tidur), adalah suatu senyawa yang bila

diberikan pada malam hari dalam dosis terapi, dapat mempertinggi keinginan

fisiologis normal untuk tidur, mempermudah dan menyebabkan tidur. Bila senyawa ini

diberikan untuk dosis yang lebih rendah pada siang hari dengan tujuan
menenangkan, maka disebut sedativa (obat pereda). Perbedaannya dengan

psikotropika ialah hipnotik-sedativ pada dosis yang benar akan menyebabkan

pembiusan total sedangkan psikotropika tidak. Persamaannya yaitu menyebabkan

ketagihan.

Adapun percobaan yang akan dilakukan yaitu percobaan anastesi, hipnotik-

sedatif, antidepresan dan stimulant. Langkah kerja untuk anestetik yaitu disiapkan alat

dan bahan, lalu dimasukkan mencit ke dalam toples yang berisi kapas yang sudah

dibasahi dengan kloroform dengan posisi mencit terbalik dan diamati onset (mulai dari

mencit dimasukkan hingga dikeluarkan dari dalam toples) dan durasinya (mulai dari

mencit dikeluarkan dari dalam toples hingga efek obat tidak beraksi lagi atau mencit

kembali ke kaadaan semula. Untuk uji hipnotik sedatif langkah-langkahnya yaitu

disiapkan alat dan bahan, mencit ditimbang bobotnya. Mencit diberi diazepam secara

oral. Diamati onset dan durasinya, didapat onset mencit dengan bobot 28 yaitu 1

menit dan dengan durasi 44,34 menit

Pada uji anestetik saat diberikan kloroform, onset yang tercatat untuk mencit

dengan bobot 24 gram yaitu 22,33 detik dan memiliki durasi 3 menit 8 detik dan untuk

mencit b dengan bobot 29 gram yaitu 20,92 detik dan memiliki durasi 3 menit 35 detik.

Hal ini menunjukkan bahwa obat yang diberikan lebih cepat bereaksi pada mencit

dibandingkan obat itu hilang efeknya dari mencit tadi. Sehingga dapat disimpulkan keadaan

mencit melemah saat diberikan anestesi dibandingkan sebelum memberikan anestesi.

Pada uji obat antidepresan digunakan obat amitriptilin,dengan pemberian secara

oral. Mula-mula dihitungan gerakan mencit setelah digantung dan belum diberi

antidepresan yakni 52 gerakan/2 menit, setelah itu mencit kemudian digantung pada

statif menggunakan benang godam dan telah diberi obat antidepresan hasil yang
didapat setelah 30 menit yaitu 415 gerakan dan untuk menit ke 60 sebanyak 949

gerakan .

Pada uji obat stimulant digunakan teofilin dengan pemberian secara oral.

Pertama mencit dimasukkan kedalam baskom berisi air kemudian dihitung

pergerakannya didalam air sebelum diberi obat stimulan pada menit ke 2 tercatat 8

putaran sedangkan pada menit ke 4 terjadi penurunan menjadi 4 putaran namun

setelah mencit diberi obat stimulan hasil yang didapat untuk menit ke 2 yaitu 15

putaran dan untuk menit ke 4 yaitu 7 putaran. Hal ini menandakan bahwa terjadi

peningkatan kekuatan pada mencit setelah diberi obat stimulant yang di tandai

dengan meningkatnya putaran yang ia lakukan setelah pemberian obat.

Adapun faktor kesalahan yang mungkin saja terjadi yaitu tidak kesesuaian

volume pemberian obat dan bobot mencit sehingga efek yang ditimbulkan obat

kurang maksimal. Faktor lain juga mungkin disebabkan oleh ketidaktelitian

pengamatan oleh praktikan sehingga respon, onset, dan durasi yang dicatat kurang

tepat.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini yaitu hasil pada percobaan anestesi menggunakan

kloroform didapatkan onset untuk mencit a dengan bobot 24 gram yaitu 22,33 detik

dan memiliki durasi 3 menit 8 detik dan untuk mencit b dengan bobot 29 gram yaitu

20,92 detik dan memiliki durasi 3 menit 35 detik, pada percobaan hipnotik dan sedatif

menggunakan diazepam didapatkan Untuk uji hipnotik sedatif didapat onset mencit

dengan bobot 28 yaitu 1 menit dan dengan durasi 44,34 menit. pada percobaan

antidepresan menggunakan amitriptilin didapatkan setelah digantung dan belum

diberi antidepresan yakni 52 gerakan/2 menit, setelah itu mencit digantung pada statif

dan telah diberi obat antidepresan hasil yang didapat setelah 30 menit yaitu 415

gerakan dan untuk menit ke 60 sebanyak 949 gerakan. Dan untuk percobaan

stimulan didapat pada menit ke 2 tercatat mencit melakukan 8 putaran sedangkan

pada menit ke 4 terjadi penurunan menjadi 4 putaran namun setelah mencit diberi

obat stimulan hasil yang didapat untuk menit ke 2 yaitu 15 putaran dan untuk menit ke

4 yaitu 7 putaran.

5.2 Saran

Adapun saran saya pada praktikum kali ini yaitu sebaiknya kelompok yang

bertugas menyiapkan alat dan bahan lebih teliti dalam mengerjakan tugasnya agar

mwminimalisir terjadi kesalahan saat menjalankan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2018.Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi II.Makassar : Universitas


Muslim Indonesia.
Dirjen POM,. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ketiga. Jakarta:DEPKES RI.

Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta: FK-UI.

Harvey, Richard A. & Pamela C. Champe.(2013). Farmakologi ulasan bergambar.Jakarta :


EGC.

Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.

Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: Gramedia.
LAMPIRAN

SKEMA KERJA
1. Anastesi

Hewan Coba

Toples + kapas +
kloroform

Hitung onset dan


durasi

2. Hipnotik Sedatif

Hewan Coba

Induksi
Diazepam

Dihitung onset dan


durasi
3. Antidepresan
Hewan Coba

Digantung ekornya pada statif


(dihitung frekuensi gerakan)

Diinduksi obat amitriptyline

Diamati pada menit ke- 0’, 15‘, 30, 45’, 60’


(hitung frekuensi gerakan)

4. Stimulasi system saraf pusat


Hewan Coba (mencit)

Dimasukkan kedalam wadah + air


(dihitung frekuensi gerakan)

Diinduksi dengan teophilin

Diamati pada menit ke- 0’, 15‘, 30, 45’, 60’


(hitung frekuensi gerakan)
Perhitungan Dosis Obat
a. Diazepam 5 mg, BR = 256,7 mg , BB= 28 gram
5 𝑚𝑔
Dosis Dewasa = = 0,083 𝑚𝑔/𝑘𝑔𝐵𝐵
60 𝑘𝑔
37
Dosis mencit = 0,083 mg/kgBB × = 1,023 𝑚𝑔/𝑘𝑔𝐵𝐵
3
1,023 𝑚𝑔
Dosis mencit 30 gram = × 30𝑔 = 0,030mg
1000𝑔
10 𝑚𝑙
Larutan stok = × 0,030 𝑚𝑔 = 0,3 mg/10ml
1 𝑚𝑙
0,3 𝑚𝑔
Berat Yang Ditimbang = 𝑥 256,7 𝑚𝑔 = 15,402 𝑚𝑔/10ml
5 𝑚𝑔
28 𝑔𝑟𝑎𝑚
Vp = 𝑋 1 ml = 0,933 ml
30 𝑔𝑟𝑎𝑚

b. Amitriptyline 25 mg, BR = 206,3 mg , BB =23 gram


25 𝑚𝑔
Dosis Dewasa = = 0.416𝑚𝑔/𝑘𝑔𝐵𝐵
60 𝑘𝑔
37
Dosis mencit = 0,416mg/kgBB × = 5,130 𝑚𝑔/𝑘𝑔𝐵𝐵
3
5,130 𝑚𝑔
Dosis mencit 30 gram = × 30𝑔 = 0,153 mg
1000𝑔
10 𝑚𝑙
Larutan stok = × 0,153 𝑚𝑔 = 1,53 𝑚𝑔/10 ml
1 𝑚𝑙
1,53 𝑚𝑔
Berat Yang Ditimbang = 𝑥 206,3 𝑚𝑔 = 12,625 𝑚𝑔/10𝑚𝑙
25 𝑚𝑔
23 𝑔𝑟𝑎𝑚
Vp = 𝑋1m l= 0,766 ml
30 𝑔𝑟𝑎𝑚

c. Theophylin 130 mg, BR = 297,25 mg , BB = 27 gram


130 𝑚𝑔
Dosis Dewasa = = 2,166 𝑚𝑔/𝑘𝑔𝐵𝐵
60 𝑘𝑔
37
Dosis mencit = 2,166 mg/kgBB × = 26,714 𝑚𝑔/𝑘𝑔𝐵𝐵
3
26,714 𝑚𝑔
Dosis mencit 30 gram = × 30𝑔 = 0,801 mg
1000𝑔
10 𝑚𝑙
Larutan stok = × 0,801 𝑚𝑔 = 8,01 𝑚𝑔/10ml
1 𝑚𝑙
8,01𝑚𝑔
Berat Yang Ditimbang = 130 𝑚𝑔 𝑥 297,25 𝑚𝑔 = 18,315 𝑚𝑔/10𝑚𝑙
27 𝑔𝑟𝑎𝑚
Vp = 𝑋1m l= 0,9 ml
30 𝑔𝑟𝑎𝑚
d. Kloroform

mencit A = 24 gram
24 𝑔𝑟𝑎𝑚
Vp = 𝑋 1 ml= 0,8 ml
30 𝑔𝑟𝑎𝑚

Mencit B= 29 gram
29 𝑔𝑟𝑎𝑚
Vp = 𝑋 1 ml= 0,966 ml
30 𝑔𝑟𝑎𝑚

Anda mungkin juga menyukai