PRAKTIKUM IV
Disusun Oleh:
NIM : 15040076
Kelompok :3
2018
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
II.2. Diazepam
II.4. Rotarod
Rotarod merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
koordinasi motorik pada hewan pengerat (mencit dan tikus). Pada alat ini
hewan uji diletakkan pada batang horizontal yang berputar. Batang
horizontal tersebut memiliki permukaan yang menonjol sehingga tidak
licin dan hewan coba dapat berpegangan. Namun dalam hal ini perlu
diperhatikan kesesuaiannya karena apabila tonjolan-tonjolan terlalu besar
akan membuat hewan uji dapat berpegangan dengan baik dan
pergerakannya menjadi statis. Sedangkan apabila tonjoloan terlalu kecil
mencit menjadi mudah jatuh karena tidak dapat berpegangan (Deacon,
2013).
BAB III
METODOLOGI
No Alat No Bahan
1 Rotarod 1 Tikus
2 Spuit dan sonde 2 Alkohol
3 Kapas 3 Aquadest
4 Timbangan 4 Tablet diazepam
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
1. Penimbangan Hewan Uji
3. Pemberian Diazepam
4. Pengujian Aktivitas Spontan Tikus dengan Rotarod
Jumlah Jatuh
No Pra
Menit 5 Menit 10 Menit 20 Menit 30
Perlakuan
1 6 5 5 2 4
2 5 3 - - -
3 - 3 3 4 4
IV.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami melakukan praktikum “Sedatif dan
Tranquilizer”. Praktikum kali ini bertujuan untuk melakukan pengujian
efek obat penekan susunan saraf pusat dan tranquilizer dengan menetapkan
aktivitas spontan tikus dengan alat rotarod serta mengevaluasi perbedaan
efek diazepam pada berbagai dosis dengan mengamati perubahan aktivitas
spontan tikus. Obat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah obat
Diazepam yang berfungsi sebagai penenang dengan dosis 5 mg dan 10 mg
pada manusia. Rute pemberian yang diberikan yaitu melalui peroral serta 1
tikus tidak dilakukan perlakuan apapun sebagai tikus kontrol.
Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan penimbangan
berat badan masing-masing tikus untuk menghitung dosis diazepam yang
diberikan kepada masing-masing hewan uji. Serta diamati ukuran pupil
hewan uji dan hewan uji diadaptasikan dengan alat rotarod terlebih dahulu
selama 2 menit dengan tujuan agar tikus tersebut terbiasa dengan alat
rotarod dan tidak langsung terjatuh ketika alat rotarod dijalankan.
Tikus pertama diberikan diazepam dosis pada manusia 5 mg
melalui rute oral. Tikus ditimbang dan dihitung dosis diazepam yang akan
diberikan. Berat badan tikus 1 adalah seberat 150 g dan diazepam yang
diberikan adalah sebanyak 0,225 ml. Tikus diberikan diazepam melalui
rute oral dengan spuit yang dilengkapi dengan sonde.
Tikus kedua diberikan diazepam dosis pada manusia 10 mg
melalui rute oral. Tikus ditimbang dan dihitung dosis diazepam yang akan
diberikan. Berat badan tikus 1 adalah seberat 150 g dan diazepam yang
diberikan adalah sebanyak 0,45 ml. Tikus diberikan diazepam melalui rute
oral dengan spuit yang dilengkapi dengan sonde.
Tikus ketiga tidak diberikan perlakuan apapun. Tikus ketiga ini
digunakan sebagai tikus kontrol atau pembanding antara tikus yang
diberikan diazepam dan tikus yang tidak diberikan diazepam.
Pengamatan yang pertama yang dilakukan adalah pengamatan
berapa kali tikus terjatuh dari alat rotarod pada saat pra perlakuan tikus,
dimana tikus belum diberikan obat apapun. Ini dilakukan sebagai
perbandingan antara tikus sebelum diberikan obat diazepam dan sesudah
diberikan obat diazepam. Hasil yang didapat yaitu tikus 1 terjatuh
sebanyak 6 kali dan tikus 2 sebanyak 5 kali dalam waktu 2 menit.
Pengamatan berikutnya dilakukan pada menit ke 5. Pada menit ke
5 tikus 1 terjatuh sebanyak 5 kali, tikus 2 terjatuh sebanyak 3 kali dan
tikus 3 terjatuh sebanyak 3 kali dari alat rotarod. Terjadi penurunan jumlah
jatuh tikus dari alat rotarod jika dibandingkan pada saat pra perlakuan.
Pengamatan selanjutnya dilakukan pada menit ke 10. Pada menit
ke 10 tikus 1 terjatuh sebanyak 5 kali, tikus 2 tidak terjatuh dan tikus
ketiga terjatuh sebanyak 3 kali. Terdapat jumlah jatuh tikus yang stabil
pada tikus 1 dan tikus 3, namun tikus 2 tidak terjatuh sama sekali
meskipun tikus 2 merupakan tikus yang diberikan dosis diazepam 10 mg
dosis manusia.
Pengamatan berikutnya dilakukan pada menit ke 20. Pada menit ke
20 tikus 1 terjatuh sebanyak 2 kali, tikus 2 tidak terjatuh dan tikus 3
terjatuh sebanyak 4 kali. Terjadi penurunan jumlah jatuh tikus pada tikus
ke 1 sedangkan tikus 2 tetap tidak terjatuh dan terjadi peningkatan jumlah
jatuh pada tikus ke 3.
Pengamatan berikutnya dilakukan pada menit ke 30. Pada menit ke
30 tikus 1 terjatuh sebanyak 4 kali, tikus 2 tetap tidak terjatuh dan tikus 3
sebanyak 4 kali. Terjadi peningkatan jumlah jatuh tikus pada tikus ke 1
sedangkan tikus 2 tetap tidak terjatuh dan tikus 3 stabil di angka 4.
Hasil yang didapat dari pengamatan jumlah jatuh tikus ini tidak
sesuai dengan literatur. Dimana seharusnya semakin besar dosis dan
semakin lama durasi, maka semakin berefek pula obat tersebut didalam
tubuh. Sehingga seharusnya jumlah jatuh tikus bertambah dengan
bertambahnya durasi. Dan jumlah jatuh tikus terbanyak seharusnya pada
tikus ke 2 karena diberikan dosis diazepam terbesar dibandingkan dengan
dosis 1. Hal ini mungkin terjadi karena kurangnya ketelitian praktikan
pada saat melaksanakan praktikum, terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan hasil yang tidak sesuai dengan literatur ini. Diantaranya
adalah kesalahan pada saat pemberian obat diazepam pada hewan uji,
kesalahan pada saat pengujian di alat rotarod sehingga menimbulkan
angka yang tidak sesuai dengan literatur.
Pengamatan selanjutnya yaitu pengamatan perubahan diameter
pupil dari hewan uji pada saat pra perlakuan dan setelah menit ke 30
diberikan obat diazepam. Salah satu efek dari diazepam menurut
Mozayani dan Raymon tahun 2012 adalah dapat mengecilkan ukuran pupil
mata. Hasil yang didapat pada praktikum kali ini yaitu terdapat sedikit
perbedaan dari diameter pupil hewan uji, dimana setelah diberikan obat
diazepam, ukuran diameter pupil hewan uji mengalami pengecilan. Hal ini
menunjukkan bahwa efek diazepam bekerja yang ditandai dengan
perubahan ukuran pupil.
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
1. Dari praktikum yang dilakukan, jumlah jatuh tikus terbanyak adalah
pada tikus 1 yang diberikan diazepam dosis 5 mg pada manusia.
2. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur yang disebabkan
kurangnya ketelitian praktikan pada saat praktikum.
V.2. Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti dan lebih berhati –
hati dalam melaksanakan praktikum di dalam laboratorium dan diharapkan
agar dapat menambah fasilitas laboratorium agar kedepannya praktikum
dapat dilakukan lebih maksimal dan efektif serta efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Anna. 2013. Uji Efek Sedatif Ekstrak n-Heksana dari Daun Kratom
(Mitragyna speciosa Korth.) pada Mencit Jantan Galur BALB/c. Pontianak:
Universitas Tanjungpura.
Kee, Joyce, L., dan Hayes, Evelyn, R. 2000. Farmakologi “Pendekatan Proses
Keperawatan”. Jakarta: EGC.
Mawarsari, Titis. 2015. Uji Aktivitas Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Etanol
Umbi Talas Jepang (Colocasia esculenta L. Schott var. antiquorum) Pada
Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah.
Mozayani, Ashraf dan Lionel Raymon. 2012. Handbook of Drug Interaction. New
York: Humana Press.