Latar Belakang
Insomnia adalah gangguan tidur yang sering kita jumpai, orang dewasa
mengeluh bahwa mereka kesulitan untuk memulai tidur atau memejamkan mata.
Insomnia disebabkan oleh beberapa faktor seperti kesulitan tidur karena adanya
sakit tertentu seperti batuk, nyeri, sesak nafas dsb. Selain itu bisa juga karena
gangguan kecemasan, emosional, tegang, bahkan depresi. Pada dunia medis
perkembangan pengobatan sedatife-hipnotik merupakan golongan obat yang
digunakan untuk mengatasi insomnia.
Rumusan masalah
Tujuan
Sedatif adalah zat yang dalam dosis terapi rendah dapat menekan aktivitas
mental, dengan menekan fungsi system saraf pusat menurunkan respons terhadap
rangsangan emosi sehingga memberi efek menenangkan. Hipnotik adalah zat
yang dalam dosis terapi digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur pada orang
dengan gangguan insomnia. Maka secara klinis dapat diartikan bahwa obat sedatif
hipnotik digunakan sebagai ibat yang berhubungan dengan system saraf pusat
seperti nyeri akut maupun kronik, Tindakan anestesi, penatalaksana kejang dan
insomnia. (Rogers, 2023).
Obat sedatif dan hipnotik meningkatkan rasa kantuk pada pasien, yang
dapat menimbulkan tidur elektroensefalografik yang mirip dengan tidur alami,
obat penenang menyebabkan relaksasi pada penerimanya. Kadang-kadang, istilah
“obat antipsikotik” digunakan untuk merujuk pada obat yang digunakan untuk
mengobati psikosis. Sebagian besar obat sedatif hipnotik saat ini digunakan dalam
praktik klinis untuk mengatasi gangguan kecemasan mungkin mendekati titik
kritis. Kecemasan dan penyakit terkait sering kali diobati dengan psikoterapi dan
pengobatan, yang dianggap sebagai terapi lini pertama.
Sedatif dari kata sedasi yaitu keadaan tenang, rileks, dan mengantuk
karena pemakaian obat penenang. Obat penenang pada umumnya dilakukan saat
procedure pembedahan untuk menghilangkan kecemasan dan mengatasi
ketegangan yang diresepkan pada kondisi medis tertentu. Tiga tingkat sedasi yaitu
minimal (membantu rileks), sedang (membuat mengantuk), deep (membuat
tertidur). Sedasi dan anestesi berbeda, sedasi memberi efek ketenangan dan rileks,
sedangkan anestesi menyebabkan ketidak mampuan merasakan nyeri terkadang
dapat menghilangkan kesadaran. Hipnotik menyerupai benzodiazepine tetapi
tidak sama, hipnotik lebih merujuk pada pengobatan gangguan tidur atau
insomnia. (Cleveland, 2023)
B. klasifikasi obat sedatif hipnotik
1. Benzodiazepine
• Long acting
• Short acting
Obat dimetabolisme tanpa menghasilkan zat aktif atau waktu kerja obat
singkat, jarang menghasilkan efek sisa (tidak terakumulasi pada penggunaan
berulang).
Proses kerja obat kurang dari short acting yaitu 5,5 jam, efek
abstinensianya lebih besar. Semakin kuat zat berikatan dengan reseptor maka
semakin lama waktu kerjanya.
Senyawa-senyawa dari golongan benzodiazepine ini antara lain diazepam,
lorazepam, alprazolam, dan lain-lain. Mekanisme kerja benzodiazepine bekerja
pada aksi gamma-aminobutyric acid (GABA) dengan meningkatkan kepekaan
reseptor GABA A terhadap neurotransmitter sehinga mengurangi transmisi impuls
saraf. Benzodiazepine biasanya digunakan dalam pengobatan gangguan
kecemasan dan panik, yang paling sering diresepkan adalah alprazolam. (Bloom,
F.E., 2023).
2. Barbiturat
Barbiturat secara oral diabsorsi secara sempurna pada lambung dan usus
halus masuk ke darah. Pada pengunaan intra vena biasanya untuk penderita
epilepsy dan anastesi umum. Barbiturate dapat disebar luas dan dapat melewati
plasenta. Barbiturate mudah larut dalam lemak, sehingga pemberian intra vena
akan ditimbun pada jaringan lemak dan otot. Barbiturate lipofilik seperti
aprobarbital, fenobarbital, dimetabolisme sempurna pada hati dan diekskresi di
ginjal.
Barbiturat berdasarkan durasi kerjanya diklasifikasikan sebagai berikut :
durasi jangka Panjang (fenobarbital & barbital) dapat bertahan 24 jam
penggunaan bersama obat lain untuk epilepsy dapat mencegah kejang, durasi
menengah (amobarbital) bekerja selama 6-12 jam untuk meredakan insomnia,
durasi pendek (Pentobarbital) untuk mengatasi kesulitan tidur, durasi ultrapendek
(Natrium Tiopental & Thiamilal) untuk mempertahankan ketidak sadaran pasien
yang akan menjalani operasi. (Rogers, 2023).
3. Nonbenzodiazepine
Obat ini adalah obat golongan hipnotik dimana efek dari obat meniru efek
hypnosis yang bekerja menyerupai benzodiasepin tetapi keduanya tidak sama obat
ini efektif untuk mengatasi insomnia dan gangguan tidur terkait. Contoh obat
nonbenzodiazepine adalah aszopiklon, zaleplon dan zolpidem.
4. Lain lainnya
2. Alganax
3. Antivan
2. Elsigan
Gunawan, S.G. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik. Fakultas Kedokteran. Universitas
Indonesia.
Rogers, Kara. 2023. Obat Sedatif Hipnotis. Sejarah Artikel. Sains & Teknologi.
Ensiklopedia Britannica. Diakses Pada 18 Oktober 2023.
https://www.britannica.com/science/barbiturate
Tjay, T.H & Raharja, K. 2002. Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan
Efek Sampingnya. Edisi V. PT Alex Media Kompatindo. Gramedia.
Jakarta.
Bloom, F.E. 2023. Obat Anti Cemas. Sejarah Artikel. Sains & Teknologi.
Ensiklopedia Britannica. Diakses Pada 18 Oktober 2023.
https://www.britannica.com/science/barbiturate
Rogers, Kara. 2023. Obat Bius Tidur. Sejarah Artikel. Sains & Teknologi.
Ensiklopedia Britannica. Diakses Pada 18 Oktober 2023.
https://www.britannica.com/science/barbiturate