Anda di halaman 1dari 3

C.

Dampak Penyalahgunaan Penggunaan Bagi Tubuh

Sedatif dan hipnotik adalah senyawa yang dapat menekan sistem saraf pusat sehingga
menimbulkan efek sedasi lemah sampai tidur pulas. Sedatif adalah senyawa yang menimbulkan
sedasi, yaitu suatu keadaan terjadinya penurunan kepekaan terhadap rangsangan dari luar karena
ada penekanan sistem saraf pusat yang ringan. Dalam dosis besar, sedatif berfungsi sebagai
hipnotik, yaitu dapat menyebabkan tidur pulas. Sedatif digunakan untuk menekan kecemasan
yang diakibatkan oleh ketegangan emosi dan tekanan kronik yang disebabkan oleh penyakit atau
faktor sosiologis, untuk menunjang pengobatan hipertensi, untuk mengontrol kejang dan
menunjang efek anestesi sistemik. Sedatif mengadakan potensial dengan obat analgesik dan
penekanan sistem saraf pusat yang lain (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Hipnotik digunakan untuk pengobatan gangguan tidur, seperti insomnia. Efek samping
yang umum golongan sedatif - hipnotik adalah pengantuk dan perasaan tidak enak ketika bangun
tidur. Kelebihan dosis dapat menyebabkan koma dan kematian karena terjadi depresi di pusat
medula yang vital pada otak. Pengobatan jangka Panjang menyebabkan ketergantungan fisik.
Obat sedatif - hipnotik menimbulkan rangkaian efek depresan sistem saraf pusat mulai dari
sedasi ringan, meredakan ansietas sampai anestesi dan koma.

Dalam penggunaannya, efek benzodiazepin yang diinginkan adalah efek hipnotik-


sedatif. Sifat yang diinginkan dari penggunaan hipnotik-sedatif antara lain adalah perbaikan
ansietas, euforia dan kemudahan tidur sehingga obat ini sebagai pilihan utama untuk insomnia.
Jika keadaan ini terjadi terus menerus, maka pola penggunaanya akan menjadi kompulsif
sehingga terjadi ketergantungan fisik. Hampir semua golongan obat-obat hipnotik-sedatif dapat
menyebabkan ketergantungan. Efek ketergantungan ini tergantung pada besar dosis yang
digunakan tepat sebelum penghentian penggunaan dan waktu paruh serta golongan obat yang
digunakan. Obat-obatan hipnotik-sedatif dengan waktu paruh lama akan dieliminasi lama untuk
mencapai penghentian obat bertahap sedikit demi sedikit. Sedangkan pada obat dengan waktu
paruh singkat akan dieliminasi dengan cepat sehingga sisa metabolitnya tidak cukup adekuat
untuk memberikan efek hipnotik yang lama. Oleh karena itu, penggunaan obat dengan waktu
paruh singkat sangat bergantung dari dosis obat yang digunakan tepat sebelum penghentian
penggunaan (Savard, 2003).
D. Pola Konsumsi Sedatif/Hipnotik dan Benzodiazepin

Menurut Badan Pengawas Obat RI dalam pemberhentian dosis benzodiazepin


secara bertahap, sekitar 1/8 (dalam interval 1/10 hingga 1/4 ) dari dosis sehari, hal ini
dapat dilakukan setiap malam ke 4. Masukan atau saran untuk protokol penghentian obat
pada pasien yang memiliki kesulitan sebagai berikut :

1. Pada pasien yang mengganti dengan obat setara dengan dosis diazepam per hari,
sebaiknya dikonsumsi malam hari.
2. Menurunkan dosis diazepam bertahap setiap 2–3 minggu sebanyak 2 atau 2,5
mg,apabila gejala putus obat muncul, pertahankan dosis obat ini hingga gejala
membaik.
3. Menurunkan dosis lebih lanjut, apabila perlu bertahap dengan dosis lebih kecil. Lebih
baik penurunan dosis dilakukan dengan lebih lambat daripada dilakukan terlalu cepat.
4. Penghentian total. Waktu yang dibutuhkan untuk penghentian total dapat bervariasi
dari sekitar 4 minggu hingga 1 tahun atau lebih.

Berikut adalah tabel dosis dari sedatif/hipotonik yang dikelompokkan menjadi


benzodiazepines, barbiturates, dan jenis sedatif/hipotonik lainnya:
DAFTAR PUSTAKA

Badan Informasi Obat Nasional, Badan Pengawas Obat dan Pangan Republik Indonesia.
Hipnosis dan Ansietas.

Savard J et al. 2003. Chronic insomnia and immune functioning. America : American
psychosomatic Society.

Siswandono & Soekardjo, B. 2000. Kimia Medisinal. Edisi 2. Airlangga University Press:
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai