UJI SEDATIF-HIPNOTIK
FAKULTAS FARMASI
S1 FARMASI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu mendepresi system
saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas moderat yang
memberikan efek menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi yang dapat
memberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan onset serta
mempertahankan tidur. Pemakaian sedativa-hipnotika dalam dosis kecil dapat
menenangkan, dan dalam dosis besar dapat membuat orang yang memakainya
tertidur. Obat-obat penekan susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat
luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktivitas SSP secara
spesifik atau secara umum. Obat yang efek utamanya terhadap SSP yaitu anestesi
umum, hipnotik sedatif, psikofarmaka, antikonvulsi, pelemas otot yang bekerja
sentral, analgetik antipiretik, analgesik narkotika dan perangsangan SSP.. Sedatif
adalah obat tidur yang dalam dosislebih rendah dari terapi yang diberikan pada siang
hari untuk tujuan menenangkan. Sedatif termasuk ke dalam kelompok psikoleptika
yang mencakup obat-obat yang menekan atau menghambat sisemsaraf pusat.
Salah satu tanaman obat yang digunakan adalah pegagan (Centella asiatice (l.)
Urban). Sejak dahulu telah digunakan sebagai obat kulit, gangguan saraf dan
memperbaiki peredaran darah. Pegagan juga dikenal sebagai obat yang memiliki
berbagai macam efek pada system saraf pusat seperti stimulasi saraf, peningkatan
memori serta intelgensi, penenang dan sedasi, karena pegagan dapat diberikan pada
penderita insomnia maupun pada kelainan mental.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini antara lain untuk membandingkan efek obat sedative
dengan bahan alam menggunakan metode rotaroad.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah Infusa Pegagan mempunyai efek sedative ?
2. Bagaimana perbandingan efek sedative pada Phenobarbital, Diazepam dan Infusa
Pegagan?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Farmakokinetik
Barbiturat secara oral diabsorpsi cepat dan sempurna dari lambung dan usus halus
kedalam darah. Secara IV barbiturat digunakan untuk mengatasi status epilepsi dan
menginduksi serta mempertahankan anastesi umum. Barbiturat didistribusi secara luas
dan dapat melewati plasenta, ikatan dengan protein plasma sesuai dengan kelarutan
dalam lemak; tiopental yang terbesar. Barbiturat yang mudah larut dalam lemak,
misalnya tiopental dan metoheksital, setelah pemberian secara IV, akan ditimbun di
jaringan lemak dan otot. Hal ini akan menyebabkan kadarnya dalam plasma dan otak
turun dengan cepat. Barbiturat yang kurang lipofilik, misalnya aprobarbital dan
fenobarbital, dimetabolisme hampir sempurna didalam hati sebelum diekskresi di
ginjal. Pada kebanyakan kasus, perubahan pada fungsi ginjal tidak mempengaruhi
eliminasi obat. Fenobarbital diekskresi ke dalam urine dalam bentuk tidak berubah
sampai jumlah tertentu (20-30 %) padamanusia. Faktor yang mempengaruhi
biodisposisi hipnotik dan sedatif dapat dipengaruhi oleh berbagai hal terutama
perubahan pada fungsi hati sebagai akibat dari penyakit, usia tua yangmengakibatkan
penurunan kecepatan pembersihan obat yang dimetabolisme yang terjadi hampir pada
semua obat golongan barbiturat.
Farmakodinamik
Efek antianseitas berbiturat yang berhubungan dengan tingkat sedasi yang
dihasilkan. efek hipnotik barbiturat dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan
dosis hipnotik, tidurnya menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang
menggangu. Fase tidur REM dipersingkat,barbiturat sedikit menyebabkan sikpa masa
bodoh terhadap ransangan luar. Efek anestesia umum diperlihatkan oleh golongan
tiobarbiral dan beberapa oksibarbital setelah pemberian IV. Efek antikonvulsi yang
selektif terutama diberikan oleh barbiturat yang mengandung subtitusi 5-fenil
misalnya fenobarbital dan mefobarbital. Golongan barbiturat lain, derajat selektivitas
danindeks terapi antikonvulsinya sangat rendah, jadi tidak mungkin dicapai efek yang
diinginkan tanpa menimbulkan depresi umum pada SSP. Barbiturat tidak dapat
mengurangi nyeri tanpa disertai kehilangan kesadaran. Pemberian dosis barbiturat
yang hampir menyebabkan tidur dapatmeningkatkan 20% ambang rasa nyeri
sedangkan ambang rangsang lain tidak dipengaruhi (FK UI,2005).
DOSIS
Dosisnya 1-2 dd 30-125 mg, maksimal 400 mg (dalam 2 kali); pada anak-anak 2-12
bulan 4mg/kgBB sehari; pada status epilepticus dewasa 200-300 mg (Tan Hoan
TJay,2007,hal:397.
Farmakokinetik
Diazepam cepat diserap melalui saluran cerna dan mencapai puncaknya dalam 1
jam (15-30 menit pada anak-anak). Kelarutan lemaknya yang tinggi menyebabkan Vd
diazepam besar dan cepatmencapai otak dan jaringan terutama lemak. Diazepam juga
dapat melewati plasenta dan terdapatdalam sirkulasi fetus. Ikatan protein
benzodiazepine berhubungan dengan tingginya kelarutan lemak.Diazepam dengan
kelarutan lemak yang tinggi memiliki ikatan dengan protein plasma yang
kuat.Sehingga pada pasien dengan konsentrasi protein plasma yang rendah, seperti
pada cirrhosis hepatis,akan meningkatkan efek samping dari diazepam.
Waktu Paruh
Waktu paruh diazepam orang sehat antara 21-37 jam dan akan semakin panjang
pada pasien tua, obese dan gangguan fungsi hepar serta digunakan bersama obat
penghambat enzim sitokrom P-450.Waktu paruh desmethyldiazepam adalah 48-96
jam. Pada penggunaan lama diazepam dapatterjadi akumulasi metabolit di dalam
jaringan dan dibutuhkan waktu lebih dari seminggu untuk mengeliminasi metabolit
dari plasma.
DOSIS
Dosisnya 2-4 dd 2-10 mg dan i.v. 5-10 mg dengan perlahan-lahan (1-2) menit, bila
perludiulang setelah 30 menit; pada anak-anak 2-5 mg. Pada status epilepticus dewasa
dan anak diatasusia 5 tahun 10 mg; pada anak-anak dibawah 5 tahun 5 mg sekali (Tan
Hoan TJay,2007,hal: 398)
Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan dengan pemberian obat fenobarbital dan diazepam
sebagai control positif dan infusa pegagan dengan pemberian obat dilakukan secara
oral. Hewan yang digunakan dalam percobaan ini adalah mencit. Masing- masing
mencit menerima perlakuan yang berbeda-beda. Dosis yang digunakan pada
Phenobarbital adalah 80 mg, sedangkan pada diazepam adalah 30 mg. Untuk infusa
pegagan dibuat 3 varian macam dosis yaitu 0,8 mg, 1,6 mg, dan 3,2 mg.
Pada obat Phenobarbital setelah pemberian obat selama 30 menit obat sudah
mulai bekerja dengan ditandai perilaku mencit yang mulai berubah. Jalan sudah mulai
sempoyongan dan mulai tertidur. Hal ini sesuai literature yang menyatakan bahwa
obat golongan barbiturate memiliki kerja lebih cepat dibandingkan dengan obat-obat
golongan lain.
Pada obat diazepam, obat mulai bekerja dimana mencit kehilangan reflex balik
badan. Sesuai literature bahwa t1/2 plasma diazepam 20 40 jam. Waktu untuk
mecapai plasma puncak adalah 0,5 2 jam.
Pada infusa pegagan dilihat dari tabel di atas dosis yang cepat berefek adalah 3,2
mg/kg BB mencit. Dosis 3,2 mg adalah dosis yang lebih efektif diantara 0,8 mg dan
1,6 mg karena efek paruh waktu dosis 3,2mg mendekati kontrol positif yaitu 30 menit.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan :
1. Dari ketiga variasi dosis oleh infusa pegagan bahwa yang efektif adalah dosis
3,2 mg/kg BB
2. Diantara fenobarbital dan diazepam bekerja yang paling cepat adalah
fenobarbital itu sesuai literature.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1980.Farmakologi Dasar Dan Terapi Edisi II. Jakarta : Bagian
Farmakologi FakultasKedokteran Universitas Indonesia.
Anonim. 2005.Farmakologi Dasar Dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Anonim.1995.Farmakope Indonesia edisi IV . Jakarta : Depkes RI.
Goodman and Gilman. 2007.Dasar Farmakologi Terapi vol. 1 edisi 10.
Jakarta: PT. Gramedia
Katzung, Bertram G. 1986. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta : Salemba
Medika
Mary J Maycek, Richard A. Harvey. 2001.Farmakologi Ulasan Bergambar
Edisi 2.Jakarta : WidyaMedika
Staf pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya. 2009.Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2002.Obat-Obat Penting. Jakarta : PT.
Elex MediaKomputindo.