Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM FARMAKOLOGITOKSIKOLOGI 1

UJI SEDATIF-HIPNOTIK

DOSEN PENGAMPU : Sunarti, M.Sc., Apt


Kelompok : K/1
Anggota : Vitta Vaulina T. (22164984A)
Katya Hayyu L. D. (22164985A)
Sarah Ultra Marina Sangkide(22164986A)
Bagus Hadi Saputra (22164987A)
Putri Mutia Sari (22165010A)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

S1 FARMASI

2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu mendepresi system
saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas moderat yang
memberikan efek menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi yang dapat
memberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan onset serta
mempertahankan tidur. Pemakaian sedativa-hipnotika dalam dosis kecil dapat
menenangkan, dan dalam dosis besar dapat membuat orang yang memakainya
tertidur. Obat-obat penekan susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat
luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktivitas SSP secara
spesifik atau secara umum. Obat yang efek utamanya terhadap SSP yaitu anestesi
umum, hipnotik sedatif, psikofarmaka, antikonvulsi, pelemas otot yang bekerja
sentral, analgetik antipiretik, analgesik narkotika dan perangsangan SSP.. Sedatif
adalah obat tidur yang dalam dosislebih rendah dari terapi yang diberikan pada siang
hari untuk tujuan menenangkan. Sedatif termasuk ke dalam kelompok psikoleptika
yang mencakup obat-obat yang menekan atau menghambat sisemsaraf pusat.
Salah satu tanaman obat yang digunakan adalah pegagan (Centella asiatice (l.)
Urban). Sejak dahulu telah digunakan sebagai obat kulit, gangguan saraf dan
memperbaiki peredaran darah. Pegagan juga dikenal sebagai obat yang memiliki
berbagai macam efek pada system saraf pusat seperti stimulasi saraf, peningkatan
memori serta intelgensi, penenang dan sedasi, karena pegagan dapat diberikan pada
penderita insomnia maupun pada kelainan mental.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini antara lain untuk membandingkan efek obat sedative
dengan bahan alam menggunakan metode rotaroad.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah Infusa Pegagan mempunyai efek sedative ?
2. Bagaimana perbandingan efek sedative pada Phenobarbital, Diazepam dan Infusa
Pegagan?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hipnotika Sedativa


2.1.1 Hipnotika
Hipnotika atau obat-obat tidur (bahasa Yunani:hypnos= tidur) adalah zat-zat yang
diberikan pada malam hari dalam dosis terapi, dapat mempertinggi keinginan faal dan
normal untuk tidur,mempermudah atau menyebabkan tidur (Tjay dan Rahardja,
2002). Hipnotika bekerja dengan caramendepresi susunan saraf pusat (SSP) sehingga
menyebabkan tidur, menambah keinginan tidur ataumempermudah tidur (Anonim,
1994) yang realtif tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang
atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat (kecuali benzodiazepin) yaituhilangnya
kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati, bergantung pada dosis.
Hipnotik efektif dalam mempercepat waktu menidurkan, memperpanjang waktu
tidur dengan mengurangi frekuensi bangun, serta memperbaiki kualitas (dalamnya)
tidur. Akan tetapi mempersingkat periode tidur REM (Rapid Eye Movement) (Tjay
dan Rahardja, 2002). Kebutuhan tidur dapat dianggap sebagai suatu perlindungan dari
organisme untuk menghindari pengaruh yang merugikan tubuh karena kurang tidur.
Tidur yang baik, cukup dalam dan lama. Efek terpenting yang mempengaruhi kualitas
tidur adalah penyingkatan waktu peniduran, perpanjangan masa tidur dan
pengurangan jumlah periode bangun.
Insomnia atau kesulitan tidur dapat diakibatkan oleh banyak gangguan fisik,
misalnya batuk,rasa nyeri, atau sesak nafas. Yang sangat penting pula adalah
gangguan jiwa, seperti emosi,ketegangan, kecemasan atau depresi. Di samping faktor-
faktor itu perlu juga diperbaiki cara hidup yang salah, misalnya melakukan kegiatan
psikis yang melelahkan sebelum tidur. Dianjurkan untuk melakukan gerak badan
secara teratur, jangan merokok dan minum kopi atau alkohol sebelum tidur. Gerak-
jalan, melakukan kegiatan yang rileks, mandi air panas, minum susu hangat sebelum
tidur,ternyata dapat mempermudah dan memperdalam tidur yang normal.
2.1.2 Sedativa
Obat-obat sedatif/sedativa pada dasarnya segolongan dengan hipnotik, yaitu obat-
obat yang bekerja menekan reaksi terhadap perangsangan terutama rangsangan emosi
tanpa menimbulkan kantuk yang berat.Jadi, bila obat-obat hipnotik menyebabkan
kantuk dan tidur yang sulit dibangunkan disertai penurunan refleks hingga kadang-
kadang kehilangan tonus otot (Djamhuri,1995). Golongan obat hipnotik-sedatif dapat
dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu benzodiazepin, contohnya: flurazepam,
lorazepam, temazepam, triazolam; barbiturat, contohnya:fenobarbital, tiopental,
butobarbital; hipnotik sedatif lain, contohnya: kloralhidrat, etklorvinol, glutetimid,
metiprilon, meprobamat; dan alkohol (Ganiswarna dkk, 1995). Secara klinis obat-
obatan sedatif-hipnotik digunakan sebagai obat-obatan yang berhubungan dengan
sistem saraf pusat seperti tatalaksana nyeri akut dan kronik, tindakan anestesia,
penatalaksanaan kejang, serta insomnia. Obat-obatan sedatif hipnotik diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok, yakni:
1. Benzodiazepin
2. Barbiturat
3. Golongan obat nonbarbiturat nonbenzodiazepin

Efek samping dari obat tidur adalah:


a. Depresi pernafasan.
b. Tekanan darah menurun.
c. Hang over
d. Berakumulasi di jaringan lemak.

2.2 Obat-obat Yang Termasuk Dalam Obat Hipnotika - Sedativa


2.2.1 FENOBARBITAL (fenobarbiton ; luminal)
Fenobarbital (luminal) merupakan hablur atau serbuk hablur, putih, tidak berbau,
rasa agak pahit (Depkes R.I,1979). Sebagai antikonvulsi, fenobarbital digunakan
dalam penanganan seizuretonik-klonik (grand mal) dan seizure parsial. Fenobarbital
juga berkhasiat sebagai hipnotik sedasi tergantung dosis yang diberikan. Fenobarbital
digunakan untuk pengobatan epilepsi tonik-klonik,epilepsi kompleks atau parsial
simpel pada orang dewasa dan anak-anak.
Resorpsinya di usus baik (70-90%) dan lebih kurang 50% terikat pada protein;
plasma t nya panjang, lebih kurang 3-4 hari, maka dosisnya dapat diberikan sehari
sekaligus. K.1. 50% dipecah menjadi p-hidroksi fenobarbital yang diekskresikan
lewat urin dan hanya 10-30% dalam keadaan utuh. Efek sampingnya berkaitan dengan
efek sedasinya, yakni pusing, mengantuk, ataksia dan padaanak-anak mudah
terangsang. Efek samping ini dapat dikurangi dengan penambahan obat-
obatlain.Interaksi bersifat menginduksi enzim dan antara lain mempercepat
penguraian kalsiferol dan kemungkinan timbulnya rachitis pada anak kecil (Tan Hoan
TJay,2007,hal: 396)

Farmakokinetik
Barbiturat secara oral diabsorpsi cepat dan sempurna dari lambung dan usus halus
kedalam darah. Secara IV barbiturat digunakan untuk mengatasi status epilepsi dan
menginduksi serta mempertahankan anastesi umum. Barbiturat didistribusi secara luas
dan dapat melewati plasenta, ikatan dengan protein plasma sesuai dengan kelarutan
dalam lemak; tiopental yang terbesar. Barbiturat yang mudah larut dalam lemak,
misalnya tiopental dan metoheksital, setelah pemberian secara IV, akan ditimbun di
jaringan lemak dan otot. Hal ini akan menyebabkan kadarnya dalam plasma dan otak
turun dengan cepat. Barbiturat yang kurang lipofilik, misalnya aprobarbital dan
fenobarbital, dimetabolisme hampir sempurna didalam hati sebelum diekskresi di
ginjal. Pada kebanyakan kasus, perubahan pada fungsi ginjal tidak mempengaruhi
eliminasi obat. Fenobarbital diekskresi ke dalam urine dalam bentuk tidak berubah
sampai jumlah tertentu (20-30 %) padamanusia. Faktor yang mempengaruhi
biodisposisi hipnotik dan sedatif dapat dipengaruhi oleh berbagai hal terutama
perubahan pada fungsi hati sebagai akibat dari penyakit, usia tua yangmengakibatkan
penurunan kecepatan pembersihan obat yang dimetabolisme yang terjadi hampir pada
semua obat golongan barbiturat.
Farmakodinamik
Efek antianseitas berbiturat yang berhubungan dengan tingkat sedasi yang
dihasilkan. efek hipnotik barbiturat dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan
dosis hipnotik, tidurnya menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang
menggangu. Fase tidur REM dipersingkat,barbiturat sedikit menyebabkan sikpa masa
bodoh terhadap ransangan luar. Efek anestesia umum diperlihatkan oleh golongan
tiobarbiral dan beberapa oksibarbital setelah pemberian IV. Efek antikonvulsi yang
selektif terutama diberikan oleh barbiturat yang mengandung subtitusi 5-fenil
misalnya fenobarbital dan mefobarbital. Golongan barbiturat lain, derajat selektivitas
danindeks terapi antikonvulsinya sangat rendah, jadi tidak mungkin dicapai efek yang
diinginkan tanpa menimbulkan depresi umum pada SSP. Barbiturat tidak dapat
mengurangi nyeri tanpa disertai kehilangan kesadaran. Pemberian dosis barbiturat
yang hampir menyebabkan tidur dapatmeningkatkan 20% ambang rasa nyeri
sedangkan ambang rangsang lain tidak dipengaruhi (FK UI,2005).

DOSIS
Dosisnya 1-2 dd 30-125 mg, maksimal 400 mg (dalam 2 kali); pada anak-anak 2-12
bulan 4mg/kgBB sehari; pada status epilepticus dewasa 200-300 mg (Tan Hoan
TJay,2007,hal:397.

2.2.2 DIAZEPAM (Valium ; Stesolid ; Mentalium)


Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul 7-kloro-
1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on. Merupakan senyawa Kristal
tidak berwarna atau agak kekuningan yang tidak larut dalam air (Depkes R.I.,1979).
Diazepam merupakan benzodiazepineyang sangat larut lemak dan memiliki durasi
kerja yang lebih panjang d bandingmidazolam.diazepam dilarutkan dengan pelarut
organic (propilen glikol,sodium benzoate ) karenatidak larut dalam air. Larutannya
pekat dengan pH 6,6 6,9. Injeksi secara IV atau IM akanmenyebabkan nyeri.
Diazepam memiliki plasma t dari 20-54 jam, sedangkan t derivatedesmetilnya
sampai 120jam, sehingga efeknya sangat diperpanjang. Oleh karenanya zat ini
lebihlayak digunakan sebagai obat anksiolitis daripada sebagai obat tidur (Tan Hoan
TJay,2007,hal: 398).

Farmakokinetik
Diazepam cepat diserap melalui saluran cerna dan mencapai puncaknya dalam 1
jam (15-30 menit pada anak-anak). Kelarutan lemaknya yang tinggi menyebabkan Vd
diazepam besar dan cepatmencapai otak dan jaringan terutama lemak. Diazepam juga
dapat melewati plasenta dan terdapatdalam sirkulasi fetus. Ikatan protein
benzodiazepine berhubungan dengan tingginya kelarutan lemak.Diazepam dengan
kelarutan lemak yang tinggi memiliki ikatan dengan protein plasma yang
kuat.Sehingga pada pasien dengan konsentrasi protein plasma yang rendah, seperti
pada cirrhosis hepatis,akan meningkatkan efek samping dari diazepam.

Waktu Paruh
Waktu paruh diazepam orang sehat antara 21-37 jam dan akan semakin panjang
pada pasien tua, obese dan gangguan fungsi hepar serta digunakan bersama obat
penghambat enzim sitokrom P-450.Waktu paruh desmethyldiazepam adalah 48-96
jam. Pada penggunaan lama diazepam dapatterjadi akumulasi metabolit di dalam
jaringan dan dibutuhkan waktu lebih dari seminggu untuk mengeliminasi metabolit
dari plasma.

DOSIS
Dosisnya 2-4 dd 2-10 mg dan i.v. 5-10 mg dengan perlahan-lahan (1-2) menit, bila
perludiulang setelah 30 menit; pada anak-anak 2-5 mg. Pada status epilepticus dewasa
dan anak diatasusia 5 tahun 10 mg; pada anak-anak dibawah 5 tahun 5 mg sekali (Tan
Hoan TJay,2007,hal: 398)

Efek pada Sistem Organ


Diazepam hampir tidak menimbulkan efek depresi napas. Namun pada
penggunaan bersamadengan obat penekan CNS lain atau pada pasien dengan penyakit
paru obstruktif akan meningkatkanresiko terjadinya depresi napas. Diazepam pada
dosis 0,5-1 mg/kg IV yang diberikan sebagai induksianestesi tidak menyebabkan
masalah pada tekanan darah, cardiac output dan resistensi perifer. Pada otot skeletal,
diazepam menurunkan tonus otot. Efek ini didapat dengan menurunkan impuls
darisaraf gamma di spinal. Keracunan diazepam didapatkan bila konsentrasi
plasmanya > 1000ng/ml.

2.2.3 KLORPROMAZIN (Largactil )


Klorpromazin adalah antipsikotikum tertua (1951) yang diturunkan dari
prometazin dan memiliki rantai sisi alifatis. khasiat antipsikotisnya lemah, sedangkan
daya antihistamin dan alfa adrenergiknya lebih kuat. Obat ini memperkuat efek
analgetika, sehingga membuat pasien lebih tak acuh pada rasa nyeri. Selain pada
keadaan psikosis dan sebagai obat tambahan pada analgetika,klorpromazin juga
digunakan untuk mengobati sedu yang tak henti-henti.
Resorpsinya di usus baik, tetapi BA nya hanya k.1. 30% akibat FPE besar. PPnya
tinggi,sekitar 95%, t nya 16-37jam. Zat ini mudah melintasi barrier darah-CCS.
Kadarnya dalam cairanotak lebih tinggi daripada dalam darah. Ekskresinya lewat
kemih sebagai metabolitnya.Efek samping yang terpenting adalah terhadap hati dan
darah, mungkin akibat suatu reaksi alergi. Zat ini dapat menyumbat saluran empedu
sesudah 2-4minggu dan kerusakan ini tidak selalu reversible. Kelainan darah agak
sering dilaporkan. Efek samping umum lainnya adalah efek sedatifnya yang kuat dan
GEP yang sering kali terjadi.Dosis pada psikose oral, i.m., atau i.v. 3 dd 25mg garam
HCl selama 3-4 hari, bila perludinaikkan sampai 1g sehari. Pada sedu: 3-4 dd 25-50
mg, sebagai adjuvans pada nyeri sedang/hebat2-4 dd 25 mg (Tan Hoan TJay,2007,hal:
428).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 HASIL PERHITUNGAN DAN HASIL PERCOBAAN


Hasil Percobaan Kelompok 1
Kelompok Obat Larutan Stok Berat Mencit Volume
(%) (g) Pemberian
(ml)
I Phenobarbital 80 0,5 22 0,05
mg
II Diazepam 30 mg 0,2 23 0,04
III Infusa pegagan 0,5 22 0,18
0,8 mg
IV Infusa pegagan 0,5 23 0,37
1,6 mg
V Infusa pegagan 0,5 22 0,70
3,2 mg

Hasil Percobaan Semua Kelompok 1-5


Waktu Phenobarbital Rata-
Rata
I II III IV V
30 ' 1,02 1,2 0.08 0.53 0,30 0,59
45' 0,33 1 0,25 1,12 0,26 0,59
60' 1,11 1,06 0,13 0,04 0,13 0,49

Waktu Diazepam Rata-


Rata
I II III IV V
30 ' 0,35 1,30 0,31 0,38 0,24 0,52
45' 0,13 1,19 1,38 0,13 0,14 0,59
60' 0,39 0,40 1,38 0,18 0,10 0,49
Waktu Infusa Pegagan 0,8 mg Rata-
Rata
I II III IV V
30 ' 1,01 0,31 0,54 0,33 0,27 0,49
45' 0,42 0,22 0,41 0,35 0,32 0,34
60' 0,17 0,20 0,47 0,45 0,12 0,28

Waktu Infusa Pegagan 1,6 mg Rata-


Rata
I II III IV V
30 ' 0,15 0,30 0,30 0,12 0,18 0,49
45' 0,9 0,10 0,26 0,24 0,20 0,34
60' 0,21 0,14 0,40 1,3 0,42 0,49

Waktu Infusa Pegagan 3,2 mg Rata-


Rata
I II III IV V
30 ' 0,15 0,15 0,31 0,26 0,25 0,22
45' 0,22 0,9 0,23 0,10 0,12 0,31
60' 0,49 0,10 0,26 0,13 0,7 0,34

Perhitungan % sedatif : (100 ((obat uji/kontrol) 100))


1. Kontrol Phenobarbital 30 menit :
a. Infusa pegagan 0,8mg : 100 ((0,49/0,59) 100) = 199,17%
b. Infusa pegagan 1,6mg : 100 ((0,49/0,59) 100) = 199,17%
c. Infusa pegagan 3,2mg : 100 ((0,22/0.59) 100) = 199,63%
2. Kontrol Phenobarbital 45 menit :
a. Infusa pegagan 0,8mg : 100 ((0,34/0,59) 100) = 199,42%
b. Infusa pegagan 1,6mg : 100 ((0,34/0,59) 100) = 199,42%
c. Infusa pegagan 3,2mg : 100 ((0,31/0.59) 100) = 199,48%
3. Kontrol Phenobarbital 60 menit :
a. Infusa pegagan 0,8mg : 100 ((0,28/0,49) 100) = 199,43%
b. Infusa pegagan 1,6mg : 100 ((0,49/0,49) 100) = 199%
c. Infusa pegagan 3,2mg : 100 ((0,34/0.49) 100) = 199,31%
4. Kontrol Diazepam 30 ment :
a. Infusa pegagan 0,8mg : 100 ((0,49/0,52) 100) = 199,06%
b. Infusa pegagan 1,6mg : 100 ((0,49/0,52) 100) = 199,06%
c. Infusa pegagan 3,2mg : 100 ((0,22/0.52) 100) = 199,58%
5. Kontrol Diazepam 45 menit :
a. Infusa pegagan 0,8mg : 100 ((0,34/0,59) 100) = 199,42%
b. Infusa pegagan 1,6mg : 100 ((0,34/0,59) 100) = 199,42%
c. Infusa pegagan 3,2mg : 100 ((0,31/0.59) 100) = 199,48%
6. Kontrol Diazepam 60 ment :
a. Infusa pegagan 0,8mg : 100 ((0,28/0,49) 100) = 199,43%
b. Infusa pegagan 1,6mg : 100 ((0,49/0,49) 100) = 199%
c. Infusa pegagan 3,2mg : 100 ((0,34/0.49) 100) = 199,31%

Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan dengan pemberian obat fenobarbital dan diazepam
sebagai control positif dan infusa pegagan dengan pemberian obat dilakukan secara
oral. Hewan yang digunakan dalam percobaan ini adalah mencit. Masing- masing
mencit menerima perlakuan yang berbeda-beda. Dosis yang digunakan pada
Phenobarbital adalah 80 mg, sedangkan pada diazepam adalah 30 mg. Untuk infusa
pegagan dibuat 3 varian macam dosis yaitu 0,8 mg, 1,6 mg, dan 3,2 mg.
Pada obat Phenobarbital setelah pemberian obat selama 30 menit obat sudah
mulai bekerja dengan ditandai perilaku mencit yang mulai berubah. Jalan sudah mulai
sempoyongan dan mulai tertidur. Hal ini sesuai literature yang menyatakan bahwa
obat golongan barbiturate memiliki kerja lebih cepat dibandingkan dengan obat-obat
golongan lain.
Pada obat diazepam, obat mulai bekerja dimana mencit kehilangan reflex balik
badan. Sesuai literature bahwa t1/2 plasma diazepam 20 40 jam. Waktu untuk
mecapai plasma puncak adalah 0,5 2 jam.
Pada infusa pegagan dilihat dari tabel di atas dosis yang cepat berefek adalah 3,2
mg/kg BB mencit. Dosis 3,2 mg adalah dosis yang lebih efektif diantara 0,8 mg dan
1,6 mg karena efek paruh waktu dosis 3,2mg mendekati kontrol positif yaitu 30 menit.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan :
1. Dari ketiga variasi dosis oleh infusa pegagan bahwa yang efektif adalah dosis
3,2 mg/kg BB
2. Diantara fenobarbital dan diazepam bekerja yang paling cepat adalah
fenobarbital itu sesuai literature.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1980.Farmakologi Dasar Dan Terapi Edisi II. Jakarta : Bagian
Farmakologi FakultasKedokteran Universitas Indonesia.
Anonim. 2005.Farmakologi Dasar Dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Anonim.1995.Farmakope Indonesia edisi IV . Jakarta : Depkes RI.
Goodman and Gilman. 2007.Dasar Farmakologi Terapi vol. 1 edisi 10.
Jakarta: PT. Gramedia
Katzung, Bertram G. 1986. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta : Salemba
Medika
Mary J Maycek, Richard A. Harvey. 2001.Farmakologi Ulasan Bergambar
Edisi 2.Jakarta : WidyaMedika
Staf pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya. 2009.Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2002.Obat-Obat Penting. Jakarta : PT.
Elex MediaKomputindo.

Anda mungkin juga menyukai