Anda di halaman 1dari 7

Golongan tranquilizers (obat penenang) mempunyai permasalahan utama seperti obat

tidur. Obat-obat ini dapat membuat kecanduan dan mempunyai efek samping yang serius
meliputi rasa ngantuk, kesulitan bernapas, dan lemas serta kesulitan fungsi intelektual. Pada
orang yang lebih tua, mereka peka sekali terhadap bahaya tranquilizers dan obat tidur penenang
karena mereka dapat mengalami gangguan pernafasan dan menderita kelainan pada ginjal dan
juga penyakit hepar.
Dalam dosis tinggi dengan jangka waktu lama, obat ini dapat menimbulkan gejala pada
mereka yang memiliki depresi tinggi. Seseorang yang menggunakan obat - obatan pada awalnya
hanya untuk kelegaan. Setelah memakai selama dua minggu, bagaimanapun toleransi meningkat
dan dosis yang biasa tidak dapat membuat tidur malam menjadi nyenyak (West, 2011).
Pemakaian obat tidur pada orang yang mengalami sulit tidur lama-kelamaan menjadi
buruk karena pemakaian obat tidur secara terus-menerus menyebabkan insomnia, pola
kegelisahan dan gangguan tidur yang tidak nyenyak. Selain itu, obat-obat ini menindas cepat
pergerakan tidur mata (rapid eye movement /REM) tingkatan dalam tidur dimana terjadi mimpi.
Jika dalam satu minggu atau lebih mengalami pengaruh tidur dan pengguna mencoba untu tidur
tanpa menggunakan obat, mereka seolah mengalami suatu pantulan kembali seperti keresahan
bermimpi, mimpi buruk dan kegelisahan tidur yang luar biasa. Tranquilizers juga digunakan
untuk kecemasan umum seperti tekanan pekerjaan dan stress berat dalam sebuah lingku ngan
(Brenner, 2009).

Penggolongan Psikotropika
1. Anti Psikosis = neuroleptik = major tranquilizer
2. Anti Ansietas = anti neurosis = minor tranquilizer
3. Anti Depresi
4. Psikotogenik = psikotomimetik = psikodisleptik = halusinogenik
Berdasarkan penggunaan kl- psikotmpik dibagi menjadi 4 golongan, yaitu
(1) antipsikosis (major trankuilizer, neuroleptik);
(2) antimietas (antineurosis, minor tranquilizer)
(3) antidepresan, dan
(4) psikotogenik (psikotornimetik, psikodisleptik, halusinogenik)
(Ingram et all, 1995).

Antipsikotika disebut neuroleptika atau major tranquilizers yang bekerja sebagai


antipsikotis dan sedatif adalah obat-obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis tertentu tanpa
mempengaruhi fungsi-fungsi urnum, seperti berpikir dan kelakuan normal. Obat-obat ini dapat
meredakan emosi dan agresi dan dapat pula menghdangkan atau mengurangi gangguan jiwa,
seperti impian dm pikiran khayali (halusinasi) serta menormalkan perilaku yang tidak normal.
Oleh karena itu, antipsikotdca terutama digunakan pada psikosis, penyakit jiwa hebat tanpa
keinsafan sakit pada pasien, misalnya penyakit skizofienia ( "gla") dan mania. Minor
tranquilizers adalah anksiolitika yang digunakan pada gangguan kecemasan dan pada gangguan
tidur, seperti hipnotika. Contoh antara lain chlorpromazine, Haloperidol, Trifluoperazine ( Tjay
dan Rahardja, 2002 ).

Obat antipsikosis mempunyai beberapa sinonim, antara lain Neuroleptik dan Tranquilizer
mayor. Dalam membicarakan obat anti psikosis, yang menjadi obat acuan adalah klorpromazin
(CPZ).
Tabel I. Sedian obat antipsikosis clan dosis anjuran

Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapi diperuntukan
meningkatkan keinginan faali untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur. Lazimnya
obat ini diberikan pada malam hari. Bilamana zat-zat ini diberikan pada siang hari dalam dosis
yang lebih rendah untuk tujuan menenangkan ,maka dinamakan sedative. Oleh karena itu tidak
ada perbedaan yang tajam antara kedua kelompok obat ini.
Hipnotika/sedativa, seperti juga antipsikotika, termasuk dalam kelompok psikoleptika
yang mencakup obat-obat yang menekan atau menghambat fungsi-fungsi SSP tertentu.
*Sedativa berfungsi menurunkan aktifitas, dan menenangkan penggunaannya. Keadaan sedasi
juga merupakn efek samping dari banyak obat yang khasiat utamanya tidak menekan SSP,
misalnya antikolinergik.
*Hipnotika

menimbulkan

rasa

kantuk,

mempercepat

tidur,

dan

sepanjang

malam

mempertahankan keadaan tidur yang menyerupai tidar alamiah mengenai sifat-sifat EEG-nya.
Selain sifat-sifat ini, secara ideal obat tidur tidak memiliki aktivitas-sisa padakeesokan harinya.
Perbedaan sedative Tranquilizers.
Pengertian mengenai kedua kelopmpok obat tersebut seringkali dicampuradukkan, terutama
sebagai akibat promosi, sedangkan sebetulnya ada beberapa perbedaan prinsip.
Sedativa-hipnotika berkhasiat menekan SSP. Bila digunakan dalam dosis yang meningkat ,suatu
sedativum, misalnya fenobarbitol, akan menimbulkan efek berturut-turut peredaan, tidur, dan
pembiusan total. Sedangkan pada dosis yang lebih besar lagi, koma depresi pernafasan, dan

kematian. Bila diberikan berulangkali untuk jangka waktu yang lama, senyawa ini lazinnya
menimbulkan ketergantungan dan ketagihan.
Tranquilizer, disebut juga ataraktika atau anxiolitika, khususnya zat-zat benzodiazepine, dapat
menekan SSP dengan khasiat sedative dan hippnotisnya, dan selain itu juga berdaya anxiolitis,
antikonvulsif, dan relaksasi otot. Kerja anxiolitis tidak tergantung pada daya sedative,malah
tranquilizer yang ideal hendaknya berefeksedatif seringan mungkin pada penggunaan jangka
panjang, benzodiazepine juga dapat menimbulkan kebiasaan dan ketergantungan, tapi lebih
ringan dari hipnotika lainnya. Pada over dose jarang sekali menimbulkan depresi pernafasan dan
kardiovaskuler, atau koma faal, bila tidak dikombinasi dengan obat-obat lain yang menekan SSP.
Karena keamanannya yang besar, maka obat ini praktis sudah mendesak tuntas barbiturate
sebagai obat tidur dan penenang pada keadaan neurotis, seperti gelisah, takut dan stress.
Efek samping umum
Efek samping umum hipnotika mirip dengan efek samping morfin, yaitu:
A. Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi. Sifat ini paling ringan pada flurazepan dan
zat-zat benzodiazepine lainya.
B. Tekanan darah menurun, terutama oleh barbiturate.
C. Sembelit pada penggunaan lama, terutama barbiturate.
D. hang-over yaitu efek sisa pada keesokan harinya berupa mual, perasaan ringan kepala dan
termangu.

Penggolongan
1. Barbiturat fenobarbital, butobarbital,siklobard, dll. Peggunaannya sebagai sedative hipnotika
kini praktis sudah ditinggalkan berhubungan dengan adanya zat-zat benzodiazepine yang jauh
lebih aman.
2. Benzodeazepin temazepan, nitrazepam, flurazepam, dan flunitrazepam. Obat-obatan ini kini
pada umumnya dianggap sebagai obat tidur karena toksisitas dan efek sampingnya paling
rendah. Sejumlah benzodiazepin lain khusus digunakan sebagai transquilizer, yakni
klordiazepoksid, klorazepat, bromazepam, diazepam, lorazepam, prazepam, medasepam,
oxazepam, dan oxazolam.
3. Lain-lain: morfin juga berkhasiat hipnotis kuat, tetapi terlalu berbahaya untuk digunakan
sebagai obat tidur.
Sebagai tranquilizer
1. Meprobamat adalah tranquilizer modern pertama yang dahulu sering digunakan. Namun
karena efek sampignya banyak dan sering terjadi tentamen suicidi dan intoksikasi, kini obat ini
tidak dianjurkan lagi.
2. Opiramol adalah senyawa trisiklinis tetapi tidak menghambat reuptake serotonin. Opipramol
berdaya hipnotis dan anksiolitis lemah yang mulai kerjanya lambat sehingga dianjurkan sebagai
obat tambahan pada keadaan ketegangan dengan perasaan takut.

DAFTAR PUSTAKA
Tan hoan tjay DRS.& Kirana rahardja DRS. 1978, Obat-obat penting, edisi ke lima, PT Elex
Media Konputindo, Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai