FARMAKOLOGI 1
PENGARUH OBAT HIPNOTIK DAN SEDATIF PADA PERILAKU HEWAN
PERCOBAAN
Dosen Pengampu : Dr. Apt. Numlil Khaira Rusdi, M.Si.
Disusun Oleh :
Kelas :
Praktikum Farmakologi A2
Sedatif-hipnotik berkhasiat menekan sistem saraf pusat bila digunakan dalam dosis
yang meningkat, suatu sedatif, misalnya fenobarbital akan menimbulkan efek berturut-turut
peredaan, tidur, dan pembiusan total (anestesi), sedangkan pada dosis yang lebih besar lagi
dapat menyebabkan koma depresi pernafasan dan kematian. Bila diberikan berulang kali
untuk jangka waktu lama, senyawa ini lazimnya menimbulkan ketergantungan dan
ketagihan. Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapeutik
diperuntukkan untuk mempermudah atau menyebabkan tidur. Hipnotika menimbulkan rasa
kantuk, mempercepat tidur, dan sepanjang malam mempertahankan keadaan tidur yang
menyerupai tidur alamiah. Secara ideal obat tidur tidak memiliki aktivitas sisa pada
keesokan harinya (Tjay dkk, 2002: 384).
Efek hipnotik meliputi depresi sistem saraf pusat yang lebih kuat daripada sedasi, hal
ini dapat dicapai dengan semua obat sedatif dengan peningkatan dosis. Depresi sistem saraf
pusat yang bergantung pada tingkat dosis merupakan karakteristik dari sedatif-hipnotik.
Dengan peningkatan dosis yang diperlukan untuk hipnotik dapat mengarah kepada keadaan
anestesi umum. Masih pada dosis yang tinggi, obat sedatif-hipnotik dapat mendepresi pusat-
pusat pernafasan dan vasomotor di medulla, yang dapat mengakibatkan koma dan kematian
(Katzung, 1997).
Secara klinis obat-obatan sedatif-hipnotik digunakan sebagai obat-obat yang
berhubungan dengan sistem saraf pusat seperti nyeri akut dan kronik, tindakan anestesi,
kejang serta insomnia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Diazepam
Diazepam merupakan salah satu obat hipnotika-sedativa dari golongan benzodiazepin.
Golongan benzodiazepin obat ini pada umumnya kini dianggap sebagai obat tidur pilihan
pertama karena toksisitas dan efek sampingnya yang relatif paling ringan. Obat ini juga
menimbulkan lebih sedikit interaksi dengan obat lain, lebih ringan menekan pernapasan
dan kecenderungan penyalahgunaan yang lebih sedikit (Tjay dkk, 2007: 389). Diazepam
merupakan benzodiazepin yang sangat larut lemak dan memiliki durasi kerja yang lebih
panjang dibanding midazolam.
Diazepam dapat diberikan secara oral, intravena (harus diencerkan, karena
menyakitkan dan merusak pembuluh darah), intramuskular atau sebagai supositoria.
Ketika diazepam yang diberikan secara oral, itu diserap dengan cepat dan memiliki onset
cepat tindakan. Onset tindakan adalah 1-5 menit untuk administrasi IV dan 15-30 menit
untuk administrasi IM. Durasi puncak efek farmakologis diazepam adalah 15 menit
sampai 1 jam untuk kedua rute administrasi. Ketersediaan hayati setelah administrasi
oral adalah 100 persen, dan 90 persen setelah pemberian dubur. kadar plasma puncak
terjadi antara 30 menit dan 90 menit setelah pemberian oral dan antara 30 menit dan 60
menit setelah pemberian intramuskular setelah kadar puncak plasma administrasi dubur
terjadi setelah 10 menit untuk 45 menit. Diazepam sangat terikat dengan protein 96-99
persen diserap obat yang terikat protein. Separuh distribusi kehidupan diazepam adalah 2
menit sampai 13 menit. Farmakokinetik diazepam cepat diserap melalui saluran cerna
dan mencapai puncaknya dalam 1 jam (15-30 menit pada anak- anak) (Samik,2000).
Diazepam juga dapat melewati plasenta dan terdapat dalam sirkulasi fetus. Ikatan
protein benzodiazepin berhubungan dengan tingginya kelarutan lemak. Diazepam dengan
kelarutan lemak yang tinggi memiliki ikatan dengan proteinplasma yang kuat. Sehingga
pada pasien dengan konsentrasi protein plasma yang rendah. Metabolisme diazepam
mengalami oksidasi N-demethylation oleh enzim mikrosom hati menjadi
desmethyldiazepam dan oxazepam serta sebagian kecil temazepam. Desmethyldiazepam
memiliki potensi yang lebih rendah serta dimetabolisme melebih lambat dibanding
oxazepam sehingga menimbulkan keadaan mengantuk pada pasien 6-8 jam setelah
pemberian. (Samik,2000).
Metode yang digunakan untuk melihat efek hipnotik sedatif adalah dengan
menggunakan rotarod dan metode Hole board test. Pengujian menggunakan rotarod
bertujuan untuk melihat perubahan kemampuan keseimbagan mencit atau tikus di atas
ban yang berputar. Parameter yang diamati pada metode ini adalah banyaknya tikus atau
mencit terjatuh dari ban berputar, semakin banyak jumlah terjatuh menunjukkan hewan
dalam keadaan tenang. Sedangkan Pengujian Hole board test untuk melihat perubahan
perilaku eksplorasi dari hewan uji dengan menggunakan alat Infra-red Actimeter Orchid
Scientific®. Parameter yang diamati pada metode ini adalah jumlah head dip dari hewan
uji yaitu perilaku hewan uji memasukkan kepalanya dalam lubang, semakin sedikit head
dip menunjukkan hewan dalam keadaan tenang.
BAB III
METODOLOGI
B. Prosedur Kerja
1. Pengaruh obat sedative dengan pemberian diazepam injeksi
a. Timbang 1 ekor tikus. Lalu timbang tikus. Adaptasikan tikus pada rotarod selama 2
menit dengan meletakkan pada roda rotarod kemudian catat selama 1 menit berapa
kali tikus jatuh dari ban berputar rotarod
b. Suntikkan injeksi diazepam dosis 5 mg/kg pada tikus
c. Amati dan catat ukuran pupil, refleks kornea, dan berjalan di rotarod pada menit ke
20 dan 40 setelah pemberian obat.
2. Pengaruh Obat Sedatif dengan Pemberian Pentobarbital Na injeksi
a. Timbang 1 ekor tikus. Lalu timbang tikus. Adaptasikan tikus pada rotarod selama 2
menit dengan meletakkan pada roda rotarod kemudian catat selama 1 menit berapa
kali tikus jatuh dari ban berputar rotarod
b. Suntikkan injeksi Pentobarbital dosis 20 mg/kg pada tikus secara IM
c. Amati dan catat ukuran pupil, refleks kornea, dan berjalan di rotarod dalam 20 dan
40 menit.
3. Metode Hole Board
a. Timbang 1 ekor tikus kemudian catat dan hitung volume pemberian obat diazepam.
Bersihkan alat hole board.
b. Adaptasikan tikus pada hole board selama 5 menit dengan meletakkan dalam alat,
kemudian catat selama 5 menit total head dip tikus
c. Suntikkan tikus dengan diazepam dosis 1,25 mg/kg secara IM 15 menit setalah
pemberian obat, hewan dimasukkan ke alat hole board pada posisi tengah alat. Amati
total head dip selama 5 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
1. Pemberian Diazepam Injeksi
Rotarod (dalam 1
Perlakuan Rx Kornea Rx Balik Badan Diameter Pupil
menit
Sebelum Kecil 1× - 9
20 menit Besar 2× - 2
40 menit Kecil - - 5
Perhitungan
BB tikus = 254 g
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 × BB
VAO = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
𝑚𝑔
20 ×0,254 kg
𝑘𝑔
= 50 𝑚𝑔/𝑚𝑙
= 0,1 ml
2. Pemberian Pentobarbitan Na Injeksi
Rotarod (dalam 1
Perlakuan Rx Kornea Rx Balik Badan Diameter Pupil
menit
Sebelum Besar - - 5
20 menit Kecil - - 2
40 menit Kecil - - 3
Perhitungan
BB tikus = 217 g
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 × BB
VAO = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
𝑚𝑔
20 ×0,217 kg
𝑘𝑔
= 50 𝑚𝑔/𝑚𝑙
= 0,08 ml
3. Metode Hole Board Test
Total Head Dip
Obat Obat
1 × pada menit
1 0,0159 Kg 0,795 ml ~ 1 ml 0
ke 5
Perhitungan
𝐾𝑀 𝑀𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎
Animal dose = HED × 𝐾𝑀 𝐴𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 (𝑡𝑖𝑘𝑢𝑠)
37
= 0,4 mg ×
6
= 2,5 mg/kg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 × BB
VAO = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
𝑚𝑔
2,5 ×0,159 kg
𝑘𝑔
= 5 𝑚𝑔/𝑚𝑙
= 0,0795 ml ~ 1 ml
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini menggunakan tikus jantan sebanyak 3 buah sebagai hewan
percobaan. Metode yang digunakan ada 2, yaitu metode rotarod dan metode hole board, obat
yang digunakan pada praktikum ini adalah Pentobarbital dan Diazepam.
Pada metode rotarod dimana menggunakan Pentobarbital Na injeksi dengan dosis
0,08 ml dan BB tikus sebesar 217 g. Sebelum diinjeksikan Pentobarbital ketika diletakkan
pada roda rotarod tikus lebih banyak jatuh, sedangkan setelah diberikan Pentibarbital injeksi
secara IM pada menit ke 20 sebanyak 2 kali jatuh dan pada menit ke 40 meningkat sebanyak
3 kali jatuh. Sehingga semakin lama waktu pemberian obat, semakin kecil pula kemungkinan
tikus tersebut jatuh. Ini dikarenakan Pentobarbital memberikan efek menenangkan hingga
membuat tidur sehingga tikus tidak banyak melakukan pergerakan.
Pada metode rotarod dimana menggunakan Diazepam dengan dosis 0,1 ml dan BB
tikus sebesar 254 kg. Sebelum diinjeksikan Diazepam ketika diletakkan pada roda rotarod
tikus lebih banyak jatuh, sedangkan setelah diinjeksikan Diazepam sedangkan setelah
diberikan Pentibarbital injeksi secara IM pada menit ke 20 sebanyak 2 kali dan pada menit ke
40 meningkat sebanyak 5 kali jatuh.
Metode rotarod berfungsi untuk membantu mengamati perlakukan hewan mencit
dengan mengukur koordinasi dan keseimbangan motorik nya setelah diberikan obat golongan
sedatif hipnotik.
Pada metode hole board dengan pemberian diazepam dosis 0,0795 ml dan BB tikus
0,159 kg. Diazepam digunakan untuk hipnotik, antikonvulsan, pelemas otot, dan induksi
anestesi. Metode hole board test bertujuan untuk melihat perubahan perilaku eksplorasi tikus
dengan menggunakan alat infrared actimater orchid scientific. Parameter yang diamati yaitu
jumlah head dip menunjukkan hewan dalam keadaan tenang. Hasil pengamatan kami yaitu
sebelum pemberian obat, total head dip 0. Artinya tidak ada head dip selama masa adaptasi
sebelum pemberian obat. Hal ini disebabkan karena tidak adanya sinar infrared yang
memancar pada lubang alat, sehingga tidak ada yang membuat tikus tertarik melihat ke dalam
lubang pada alat hole board. Total head dip setelah 15 menit pemberian obat yaitu 1 kali pada
menit ke 5. Hal ini disebabkan karena sinar infrared baru menyala pada menit ke 5, sehingga
baru ada yang dapat menarik perhatian tikus ke dalam lubang alat dan tikus melakukan head
dip.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode rotarod berfungsi untuk membantu mengamati perlakukan hewan mencit
dengan mengukur koordinasi dan keseimbangan motorik nya setelah diberikan obat
golongan sedatif hipnotik.
2. Metode rotarod berfungsi untuk membantu mengamati perlakukan hewan mencit
dengan mengukur koordinasi dan keseimbangan motorik nya setelah diberikan obat
golongan sedatif hipnotik.
3. Pada metode rotarod setelah diberikan obat Pentobarbita Na pada menit ke 20 tikus
jatuh sebanyak 2 kali dan pada menit ke 40 meningkat sebanyak 3 kali
4. Pada metode rotarod setelah diberikan obat Diazepam pada menit ke 20 tikus jatuh
sebanyak 2 kali dan pada menit ke 40 meningkat sebanyak 5 kali
5. Pada metode hole board setelah diberikan obat Diazepam pada menit ke 15
mengalami head dip sebanyak 1 kali pada menit ke 5
6. Pentobarbital Na merupakan obat hipnotik sedative golongan barbiturat yang dapat
memberikan efek mengakibatkan depresi dan kegelisahan. Sedangkan Diazepam
merupakan obat hipnotik sedatif golongan benzodiazepine yang dapat memberikan
efek lebih tenang
DAFTAR PUSTAKA