Anda di halaman 1dari 30

PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR PADA MENCIT

JANTAN YANG DIINDUKSI DIAZEPAM DAN KAFEIN


DENGAN METODE WHEEL CAGE TEST
Diajukan untuk memenuhi tugas Praktikum Farmakoterapi Gangguan Kulit,
Tulang dan Sendi, Mata, THT, Syaraf dan Psikiatri pada Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran

Shift B 2016
Kelompok 1
Diah Siti Fatimah 260110160041
Shella Widiyastuti 260110160042
Dede Jihan Oktaviani 260110160044
Quinzheilla Putri A. 260110160045
Shinta Lestari 260110160046
Saqila Alifa Ramadhan 260110160047
Alia Resti Azura 260110160048
Indah Pertiwi 260110160049
Reza Laila Najmi 260110160050
Hammam Hafidzurahman 260110160053

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam kehidupan sehari-hari makhluk hidup selalu melakukan pergerakan

dimana secara otomatis seseorang berjalan ke tempat yang dituju dikarenakan

adanya koordinasi sistem lokomotor yang baik pada tubuh tanpa disadari. Dalam

hal ini yang mengatur seluruh pergerakan adalah bagian dari sistem saraf pusat

(SSP). Sistem saraf pusat merupakan sistem yang mengkoordinasi kegiatan dari

semua bagian tubuh yang dapat bergerak. Sistem saraf terdiri dari otak dan

sumsum tulang belakang. Selain itu, terdapat sistem saraf perifer yang memiliki

peran fundamental dalam kontrol perilaku (Neal, 2005).

Sistem saraf pusat dapat dipengaruhi oleh berbagai macam obat. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa salah dua obat yang dapat memengaruhi sistem

saraf pusat ialah golongan hipnotik-sedatif dan golongan stimulan. Secara

otomatis, obat-obat tersebut dapat berpengaruh terhadap aktivitas lokomotor.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Savic et al. (2009) menunjukkan

bahwa diazepam yang merupakan obat hipnotik-sedatif dapat mengubah aktivitas

lokomotor secara spontan dan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marin

et al. (2011), kafein yang merupakan obat golongan stimulan juga dapat

mengubah aktivitas lokomotor dalam dosis yang beragam.

1
2

Obat golongan hipnotik-sedatif biasa digunakan sebagai obat depresan

bagi sistem saraf pusat (SSP) mulai dari obat ringan yang memberikan efek

samping tenang, kantuk, menidurkan, hingga yang berat seperti kehilangan

kesadaran, dan koma, semua tergantung dosis yang digunakan. Salah satu obat

yang sering digunakan adalah diazepam dari golongan benzodiazepin. Dimana

benzodiazepin terikat pada reseptor GABA yang menyebabkan saluran klorida

dalam tubuh terbuka dan mengakibatkan ion klorida masuk ke dalam sel sehingga

terjadi hiperpolarisasi dan menghambat letupan neuron (Gunawan, 2007).

Obat lainnnya yang memiliki efek pada sistem saraf pusat adalah kafein.

Kafein digunakan sebagai stimulan dan mempercepat metabolisme. Kafein sangat

banyak ditemukan dalam lingkungan masyarakat seperti kopi, teh, soda, dan

coklat banyak mengandung kafein di dalamnya. Kafein biasa digunakan untuk

mengurangi kelelahan fisik serta dapat mengembalikan kewaspadaan mental saat

lemah dan mengantuk. Bekerja dengan menyekat reseptor adenosine dan

menghambat enzim fosfodiesterasi yang menginduksi kalsium intraseluler. Kafein

dapat meningkatkan aktivitas dari sistem saraf pusat yaitu dapat meningkatkan

aktivitas mental seseorang dan meningkatkan hormone adrenalin dalam darah.

Namun, perlu diperhatikan juga bahwa kafein dapat berpengaruh terhadap

reseptor GABA dan serotonin (Orru et al., 2013).

Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas maka perlu dilakukan

pengujian aktivitas lokomotor pada mencit yang telah diinduksi diazepam dan

kafein.
3

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan

yang dapat diidentifikasi yaitu:

1. Apakah pengaruh diazepam dan kafein terhadap aktivitas lokomotor pada

mencit jantan?

2. Dosis diazepam dan kafein manakah yang memiliki pengaruh paling baik

terhadap aktivitas lokomotor pada mencit jantan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui pengaruh diazepam dan kafein terhadap aktivitas lokomotor pada

mencit jantan.

2. Mengetahui dosis diazepam dan kafein yang memiliki pengaruh paling baik

terhadap aktivitas lokomotor pada mencit jantan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah terkait pengaruh

obat-obat sistem saraf pusat terhap aktivitas lokomotor.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian akan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Perlakuan terhadap hewan uji sebelum pengujian

2. Pembuatan larutan uji


4

3. Pengujian aktivitas lokomotor dengan metode roda putar (Wheel Cage)

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2018 bertempat di Laboratorium

Farmakologi Dasar, Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas

Farmasi, Universitas Padjadjaran.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat-Obat Golongan Depresan (Sedatif-Hipnotik)

Sedatif adalah senyawa yang menimbulkan sedasi yaitu keadaan saat

adanya penekanan sistem saraf pusat yang ringan sehingga menyebabkan

terjadinya penurunan kepekaan terhadap rangsangan dari luar. Sedatif dalam dosis

besar berfungsi sebagai hipnotik yaitu dapat menyebabkan tidur pulas. Sedatif

digunakan untuk menekan kecemasan yang diakibatkan oleh ketegangan emosi

dan tekanan kronik yang disebabkan oleh berbagai penyakit atau faktor sosiologis

(Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Hipnotik digunakan untuk pengobatan gangguan tidur, seperti insomnia.

Efek samping yang umum golongan sedatif-hipnotik adalah mengantuk dan

perasan tidak enak sewaktu bangun. Kelebihan dosis dapat menimbulkan koma

dan kematian karena terjadi depresi pusat medula yang vital di otak. Pengobatan

jangka panjang menyebabkan toleransi dan ketergantungan fisik (Siswandono dan

Soekardjo, 2000). Barbiturat dan benzodiazepin merupakan subgrup sedatif-

hipnotik yang terpenting (Katzung, 2014).

5
6

2.2 Diazepam

Diazepam merupakan salah satu obat sedatif-hipnotik dari golongan

benzodiazepin. Diazepam merupakan benzodiazepin yang sangat larut lemak dan

memiliki durasi kerja yang lebih panjang dibanding midazolam. Diazepam

berguna sebagai sedatif dan hipnotik untuk mengontrol kecemasan dan

ketegangan, antikejang untuk mengontrol epilepsi, dan antispastik untuk

mengontrol spasma otot, misal pada tetanus. Absobrsi obat dalam saluran cerna

cepat dan sempurna. Di hati senyawa mengalami metabolisme N-dealkilasi dan

hidroksilasi menghasilkan metabolit aktif nordazepam, oksazepam, dan

temazepan. Kadar plasma tertinggi obat dicapai setelah pemberian oral, waktu

paruh metabolit aktif nordazepam ± 27-37 jam. Dosis oral: 4- 40 mg/hari, dalam

dosis terbagi 2-4 kali atau dosis tunggal 2,5-10 mg sebelum tidur. Dosis intravena

atau intramuskular: 5-10 mg (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Turunan benzodiazepin adalah obat pilihan yang banyak digunakan

sebagai sedatif-hipnotik karena mempunyai efikasi dan batas keamanan lebih

besar dibanding turunan sedatif-hipnotik lain, yang antara lain menyangkut efek

samping pengembangan toleransi, ketergantungan obat, interaksi obat, dan

kematian akibat kelebihan dosis. Efek samping yang jarang terjadi yaitu amnesia,

hipotensi, penglihatan kabur, dan konstipasi. Penggunaan jangka panjang,

terutama dalam dosis tinggi, dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan mental

(Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Mekanisme kerja turunan benzodiazepin adalah dengan menekan transmisi

sinaptik pada sistem pengaktifan retikula di otak dengan cara mengubah


7

permeabilitas membran sel sehingga mengurangi rangsangan sel postinaptik dan

terjadi deaktivasi korteks serebral. Turunan benzodiazepin mengikat reseptor khas

di otak dan meningkatkan transmisi sinaptik GABA (gamma-aminobutyric acid)

dengan cara meningkatkan pengaliran klorida membran postsinaptik dan

menurunkan pergantian norepinefrin, katekolamin, serotonin, dan lain-lain amin

biogenik dalam otak, dan hal ini kemungkinan bertanggungjawab pada beberapa

efek farmakologisnya (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

2.3 Obat-obat Golongan Stimulan

Stimulan dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf pusat sehingga

meningkatkan tekanan darah, detak jantung, dan fungsi otak. Contoh stimulan

adalah kafein, nikotin, amfetamin, dan kokain. Kebanyakan stimulan

menghasilkan ketergantungan dan toleransi psikologis secara cepat tetapi tidak

membuat gejala putus zat secara signifikan (Hahn and Payne, 2003).

2.4 Kafein

Kafein adalah zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di seluruh

dunia (Juwana, 2005). Kafein atau 1,3,7-trimetilsantin mempunyai struktur

kimiawi yang berkaitan dengan beberapa metabolit penting, seperti adenin,

guanin, santin, dan asam urat. Karena sifatnya yang lipofilik, maka pada

penggunaan oral 99% kafein diserap ke dalam darah dan kadar tertinggi dalam

darah dicapai dalam waktu 30-60 menit. Selanjutnya dengan cepat kafein

menyebar ke seluruh tubuh dan menembus sawar otak (Hahn and Payne, 2003).
8

Mekanisme kerja kafein adalah menyekat reseptor adenosin, menghambat

enzim fosfodiesterasi, dan menginduksi translokasi kalsium intraseluler. Adenosin

menyebabkan bronkokonstriksi, menghambat pelepasan renin, dan mengurangi

agregasi trombosit. Karena strukturnya mirip, maka kafein akan menggantikan

posisi adenosin untuk berikatan dengan reseptor di otak. Adenosin sendiri

merupakan neurotransmiter di otak yang menekan aktivitas sistem saraf pusat.

Bagaimana kafein bisa meningkatkan aktivitas dari SSP masih belum bisa

diketahui secara pasti, namun efek dari kafein ini bisa menyebabkan peningkatan

aktivitas mental dan membuat seseorang tetap terjaga. Adenosin juga berperan

dalam pembentukan asam nukleat dan ATP (Orru et al., 2013).

Waktu paruh kafein bervariasi antara 2-12 jam dengan rata-rata 4-6 jam

tergantung pada penggunanya. Kehamilan dan penyakit hati yang kronis

meningkatkan waktu paruh sedangkan merokok menurunkan waktu paruh (Orru

et al., 2013).

Selain bekerja pada reseptor adenosin, kafein juga menstimulasi pelepasan

norepinefrin, menghambat pemecahan cAMP, meningkatkan kerja cGMP, dan

meningkatkan efek dopamin post sinaps. Kafein diduga juga berpengaruh

terhadap reseptor GABA dan serotonin (Orru et al., 2013). Efek perilaku kafein

bergantung pada dosis, dengan dosis rendah menyebabkan aktivasi perilaku dan

dosis tinggi yang menyebabkan penekanan (Ferré et al., 2008; Ferré, 2010).
9

2.5 Aktivitas Lokomotor

Aktivitas lokomotor merupakan gerakan atau kemampuan untuk

memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain (Gallahue et al., 2012).

Aktivitas lokomotor diperlukan untuk banyak tugas terkait tingkah laku yang

kompleks danapabila meningkatkan atau menurunkan secara non-spesifik

aktivitas lokomotor dapat memengaruhi kerja tingkah laku (Adongo et al., 2014).

2.6 Metode Pengujian Aktivitas Lokomotor

Pengujian aktivitas lokomotor digunakan untuk mengetahui aktivitas

motorik suatu hewan uji selama periode waktu tertentu. Pengujian ini berguna

untuk menentukan apakah dua kohort hewan (misalnya hewan ternak

dibandingkan dengan hewan liar) memiliki aktivitas dasar yang sama. Jika

pengukuran dicatat secara terus menerus selama berhari-hari dan minggu, tes ini

juga berguna untuk mempelajari ritme sirkadian-siklus 24 jam khas biokimia,

fisiologis, dan aktivitas perilaku stereotip (Carter and Shieh, 2010).

Hewan pengerat merupakan organisme model mamalia yang paling umum

digunakan dalam perilaku neuroscience karena dapat digunakan bersamaan untuk

percobaan molekuler, genetik, dan elektrofisiologi. Tes berikut merupakan

pendekatan umum yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur fungsi motorik,

sensasi, pembelajaran dan memori, perilaku, interaksi sosial, dan emosi (Carter

and Shieh, 2010).


10

2.6.1 Metode Wheel Cage

Metode roda putar merupakan cara termudah untuk mengukur aktivitas

lokomotor hewan dari waktu ke waktu. Roda ini dihubungkan ke perangkat yang

mengukur jumlah total putaran dan kecepatan setiap putaran ketika hewan uji

berlari pada roda atas kehendaknya sendiri. Pengujian ini tidak dapat mengukur

aktivitas lokomotor saat hewan uji tidak bergerak. Namun, roda yang berjalan

memberikan energi yang jauh lebih signifikan daripada gerakan sederhana yang

dapat dilakukan hewan pengerat di sekitar kandangnya. Oleh karena itu, roda

putar dapat berfungsi sebagai pengukuran aktivitas yang disengaja (Carter and

Shieh, 2010).

2.6.2 Open Field Locomotion Test

Metode open field test menggunakan kotak kubus besar, biasanya

berukuran 1 m (panjang)×1 m (lebar)×1 m (tinggi). Bagian atas kubus biasanya

dibiarkan terbuka. Seekor hewan uji ditempatkan di tengah permukaan bawah dan

gerakannya dicatat selama beberapa menit hingga jam saat bergerak dan

mengeksplorasi lingkungan tempat pengujian. Setelah percobaan selesai, detektor

pada komputer akan menganalisis pergerakan hewan dari waktu ke waktu.

Pengujian ini dapat mengukur aktivitas horisontal, waktu yang dihabiskan di

berbagai daerah di lapangan terbuka, dan total jarak tempuh. Tes ini juga dapat

digunakan untuk mengukur kecemasan (Carter and Shieh, 2010).


11

2.6.3 Home Cage Activity

Aktivitas lokomotor dapat diukur dalam kandang yang dirancang khusus

dengan memproyeksikan sinar inframerah dari satu sisi kandang ke sisi lainnya.

Setiap kali seekor hewan bergerak di sekitar kandang, mencoba menghancurkan

berkas sinar, maka komputer mencatat waktu dan posisinya. Sebagai alternatif,

jika kandang dengan sinar inframerah tidak tersedia, dapat ditempatkan kamera di

atas kandang dan merekam aktivitasnya. Detektor pada komputer dapat digunakan

untuk menganalisis secara statistik aktivitas lokomotor total dari waktu ke waktu.

Bergantung pada pengaturan spesifik, dapat diuji aktivitas horizontal, aktivitas

vertikal, waktu yang dihabiskan di berbagai wilayah kandang, dan jarak total yang

ditempuh (Carter and Shieh, 2010).


31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu alat suntik 1 mL, batang

pengaduk, beaker gelas, gelas ukur, kandang stainless steel (34 cm x 47 cm x 18

cm) yang berisi serutan kayu dan memiliki akses untuk sumber makanan dan

minuman, kertas perkamen, roda putar, sonde oral mencit, spatula, stopwatch,

timbangan analitik, dan timbangan mencit.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan dengan

berat 25 sampai 30 gram yang berumur 2 sampai 3 bulan, aquadest, diazepam,

kafein, dan PGA 2%.

3.3 Metode Penelitian

Tahapan kerja ini meliputi perlakuan terhadap hewan uji sebelum

pengujian, pembuatan larutan uji, dan pengujian aktivitas lokomotor dengan

metode roda putar (wheel cage).

12
13

3.3.1 Perlakuan terhadap Hewan Uji Sebelum Pengujian

Mencit jantan dengan berat 25 sampai 30 gram yang berumur 2 sampai 3

bulan digunakan untuk percobaan ini. Mencit tersebut diadaptasikan ke

laboratorium dimana pengujian aktivitas lokomotor dilakukan. Mencit

ditempatkan dalam kandang stainless steel (34 cm x 47 cm x 18 cm) yang berisi

serutan kayu untuk tempat tidur dan kondisi kandang dikontrol dengan suhu yang

dijaga pada 24-25ºC, kelembaban relatif 60-70%, dan siklus gelap-terang setiap

12 jam. Kandang juga harus memiliki akses terhadap sumber makanan dan

minuman untuk mencit.

3.3.2 Pembuatan Larutan Uji

Larutan uji yang dibuat untuk pengujian aktivitas lokomotor mencit jantan

yaitu suspensi PGA 2%, larutan diazepam 8 mg/20 gram, larutan diazepam 16

mg/20 gram, larutan kafein 16 mg/20 gram, dan larutan kafein 32 mg/20 gram.

Prosedur pembuatan setiap larutan uji adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan Suspensi PGA 2%

Alat-alat yang digunakan disiapkan yaitu beaker gelas, batang pengaduk,

gelas ukur, kertas perkamen, timbangan analitik, dan spatula. Bahan-bahan yang

digunakan juga disiapkan yaitu serbuk PGA (Pulvis Gummi Arabicum) dan

aquadest. Kemudian, serbuk PGA ditimbang sebanyak 400 mg dan aquadest

diukur sebanyak 20 mL dalam gelas ukur. Setelah itu, serbuk PGA disuspensikan

dalam aquadest dan diaduk hingga terbentuk suspensi yang homogen.


14

2. Pembuatan Larutan Diazepam 8 mg/20 gram

Alat-alat yang digunakan disiapkan yaitu beaker gelas, batang pengaduk,

gelas ukur, kertas perkamen, timbangan analitik, dan spatula. Bahan-bahan yang

digunakan juga disiapkan yaitu serbuk diazepam dan suspensi PGA 2% sebagai

pelarut. Kemudian, serbuk diazepam ditimbang sebanyak 64 mg dan suspensi

PGA 2% diukur sebanyak 4 mL dalam gelas ukur. Setelah itu, serbuk diazepam

dilarutkan dalam suspensi PGA 2% dan diaduk hingga terbentuk larutan yang

homogen.

3. Pembuatan Larutan Diazepam 16 mg/20 gram

Alat-alat yang digunakan disiapkan yaitu beaker gelas, batang pengaduk,

gelas ukur, kertas perkamen, timbangan analitik, dan spatula. Bahan-bahan yang

digunakan juga disiapkan yaitu serbuk diazepam dan suspensi PGA 2% sebagai

pelarut. Kemudian, serbuk diazepam ditimbang sebanyak 128 mg dan suspensi

PGA 2% diukur sebanyak 4 mL dalam gelas ukur. Setelah itu, serbuk diazepam

dilarutkan dalam suspensi PGA 2% dan diaduk hingga terbentuk larutan yang

homogen.

4. Pembuatan Larutan Kafein 16 mg/20 gram

Alat-alat yang digunakan disiapkan yaitu beaker gelas, batang pengaduk,

gelas ukur, kertas perkamen, timbangan analitik, dan spatula. Bahan-bahan yang

digunakan juga disiapkan yaitu serbuk kafein dan suspensi PGA 2% sebagai

pelarut. Kemudian, serbuk kafein ditimbang sebanyak 128 mg dan suspensi PGA
15

2% diukur sebanyak 4 mL dalam gelas ukur. Setelah itu, serbuk kafein dilarutkan

dalam suspensi PGA 2% dan diaduk hingga terbentuk larutan yang homogen.

5. Pembuatan Larutan Kafein 32 mg/20 gram

Alat-alat yang digunakan disiapkan yaitu beaker gelas, batang pengaduk,

gelas ukur, kertas perkamen, timbangan analitik, dan spatula. Bahan-bahan yang

digunakan juga disiapkan yaitu serbuk kafein dan suspensi PGA 2% sebagai

pelarut. Kemudian, serbuk kafein ditimbang sebanyak 256 mg dan suspensi PGA

2% diukur sebanyak 4 mL dalam gelas ukur. Setelah itu, serbuk kafein dilarutkan

dalam suspensi PGA 2% dan diaduk hingga terbentuk larutan yang homogen.

3.3.3 Pengujian Aktivitas Lokomotor dengan Metode Roda Putar (Wheel

Cage)

Aktivitas lokomotor mencit diukur dengan menggunakan roda putar,

dimana mencit berlari dan jumlah rotasi dicatat. Mencit dipilih berdasarkan

beratnya yaitu 20-30 gram. Mencit yang memenuhi syarat kemudian dibagi

menjadi tiga kelompok: kelompok kontrol (menggunakan PGA 2%), kelompok

yang diberi diazepam (8 mg/20 gram dan 16 mg/20 gram), dan kelompok yang

diberi kafein (16 mg/20 gram dan 32 mg/20 gram). Pemberian obat dilakukan

secara oral. Diazepam dan kafein masing-masing digunakan sebagai depresan dan

stimulan sistem saraf pusat (SSP). Setelah 30 menit pemberian obat, mencit

tersebut dimasukkan ke roda putar (wheel cage), jumlah rotasi dicatat selama 30

menit dengan interval 5 menit.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perlakuan Terhadap Hewan Uji Sebelum Pengujian

Hewan uji yang digunakan untuk pengujian aktivitas lokomotor adalah

mencit dengan beberapa persyaratan tertentu, yaitu: mencit jantan dengan berat 25

sampai 30 gram. Mencit yang digunakan pada percobaan ini haruslah mencit

jantan karena mencit betina lebih bersifat tidak stabil. Mencit betina mengalami

menstruasi dan pada saat menstruasi maka hormonnya akan meningkat sehingga

memengaruhi kondisi psikologisnya. Kenaikan hormon ini juga akan berpengaruh

pada efek obat. Dengan alasan inilah mencit betina jarang digunakan sebagai

hewan percobaan.

4.2 Hasil Pengujian Aktivitas Lokomotor dengan Metode Roda Putar (Wheel

Cage)

Hewan uji yang telah dipilih dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok

pertama adalah mencit yang hanya diberikan larutan suspensi gom arab (PGA)

2% saja tanpa penambahan obat-obatan yang lain, kelompok ini digunakan

sebagai kelompok kontrol. Kelompok yang kedua (A1) dan ketiga (A2) adalah

kelompok yang sama-sama diberikan kafein secara per oral namun dengan dosis

yang berbeda. Untuk kelompok A1 diberikan kafein dosis 16 mg/20 gram dan

untuk kelompok A2 diberikan kafein dosis 32 mg/20 gram. Begitupun untuk

16
17

kelompok empat (B1) dan kelompok lima (B2) adalah kelompok yang sama-sama

diberikan diazepam secara per oral tetapi dengan dosis yang berbeda. Kelompok

B1 diberikan diazepam dosis 8 mg/20 gram dan kelompok B2 diberikan diazepam

dosis 16 mg/20 gram.

Masing-masing hewan uji diberikan obat sesuai kelompoknya secara per

oral, kemudian didiamkan selama 30 menit sebelum dimasukan ke dalam roda

putar. Kemudian diamati jumlah putaran roda interval 5 menit selama 30 menit

waktu pengamatan. Proses didiamkannya mencit setelah diberikan obat adalah

agar obat tersebut dapat diabsorpsi terlebih dahulu oleh mencit, sehingga efeknya

akan lebih terlihat pada saat mencit diletakkan ke dalam roda putar. Pada

kelompok pertama yaitu kelompok kontrol, mencit hanya diberikan larutan

suspensi gom arab (PGA) 2% sehingga mencit pada kelompok ini bekerja alami

tanpa ada pengaruh obat. Sehingga kelompok-kelompok yang lain dapat

dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada kelompok A1 dan A2 adalah

kelompok mencit yang telah diberikan obat kafein, sedangkan pada kelompok B1

dan B2 adalah mencit yang telah diberikan obat diazepam sehingga mencit pada

kedua kelompok ini bergerak dipengaruhi oleh obat. Diharapkan dapat terlihat

hasil yang berbeda dengan adanya perbedaan pada pemberian jenis obat dan dosis

yang diberikan kepada mencit.

Setelah dilakukan pengujian, dapat dilihat pengaruh pemberian obat

diazepam maupun kafein pada mencit. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis

data didapatkan hasil yaitu mencit yang tidak diberikan obat uji yaitu kelompok

mencit kontrol, tidak terlalu memberikan efek atau pengaruh yang signifikan
18

terhadap perubahan aktivitas yang ditunjukkan dengan peningkatan atau

penurunan jumlah putaran roda putar. Sedangkan untuk mencit yang diberikan

obat uji berupa diazepam B1 dan B2, seiring dengan berjalannya waktu

pengamatan ternyata aktivitas mencit perlahan mengalami penurunan, hal tersebut

di tunjukkan dengan berkurangnya jumlah putaran roda putarnya. Penurunan

aktivitas pada mencit ini disebabkan karena pengaruh dari diazepam yang

diberikan. Diazepam merupakan obat golongan benzodiazepine yang dapat

memengaruhi sistem saraf pada otak dan memberikan efek penenang. Diazepam

digunakan sebagai sedatif dan hipnotik untuk mengontrol kecemasan dan

ketegangan, antikejang untuk mengontrol epilepsi dan antispastik untuk

mengontrol spasma otot, misal pada tetanus. Sebagai obat golongan

benzodiazepine, diazepam memiliki mekanisme kerja dengan terikat pada reseptor

GABA yang menyebabkan saluran klorida dalam tubuh terbuka dan

mengakibatkan ion klorida masuk kedalam sel sehingga terjadi hiperpolarisasi dan

menghambat letupan neuron sehingga mengakibatkan mencit perlahan mengalami

rasa sedasi yang cukup kuat dan apabila dosisnya ditingkatkan maka

kemungkinan mencit tersebut akan tertidur atau tidak melakukan aktivitas apapun.

Sedangkan mencit yang diberikan kafein yaitu kelompok A1 dan A2

ternyata mengalami peningkatan aktivitas yang cukup signifikan yang ditandai

dengan peningkatan jumlah putaran roda. Kafein merupakan obat stimulan yang

dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf pusat sehingga meningkatkan tekanan

darah, detak jantung, dan fungsi otak. Mekanisme kerja kafein adalah menyekat

reseptor adenosin, menghambat enzim fosfodiesterase, dan menginduksi


19

translokasi kalsium intraseluler. Adenosin sendiri merupakan neurotransmiter di

otak yang menekan aktivitas sistem saraf pusat (neuro-depresan). Adenosin

menyebabkan bronkokonstriksi, menghambat pelepasan renin, dan mengurangi

agregasi trombosit. Karena strukturnya mirip dengan adenosin, maka kafein akan

menggantikan posisi adenosin untuk berikatan dengan reseptor di otak. Efek dari

kafein ini bisa menyebabkan peningkatan aktivitas mental dan membuat

seseorang tetap terjaga. Adenosin juga berperan dalam pembentukan asam nukleat

dan ATP. Selain bekerja pada reseptor adenosin, kafein juga menstimulasi

pelepasan norepinefrin, menghambat pemecahan cAMP, meningkatkan kerja

cGMP, dan meningkatkan efek dopamin post sinaps. Dengan demikian maka

mencit akan terus aktif bergerak selama efek obat tersebut masih ada. Namun

seiring dengan berjalannya waktu pengamatan, maka efeknya akan menurun

karena ketersediaan obat makin berkurang di dalam tubuh mencit. Hal ini ditandai

dengan berkurangnya jumlah putaran roda.

Hasil pengujian dapat dilihat pada grafik yang menunjukkan hubungan

antara waktu dengan jumlah putaran. Pada grafik A1, mencit dengan pemberian

kafein 1 menunjukkan grafik cenderung meningkat meskipun pada awal grafik,

jumlah putaran roda mengalami penurunan, namun pada menit ke 15 sampai ke

30 grafik grafik terus meningkat dikarenakan meningkkatnya jumlah putaran.

Sedangkan, pada grafik A2, grafik meningkat di awal namun sempat mengalami

penurunan. Akan tetapi pada menit ke 20 grafik terus mengalami peningkatan.

Hal tersebut dapat diartikan bahwa pada grafik yang meningkat mencit mulai

menunjukkan efek kafein yaitu adanya peningkatan kondisi fisik dan psikis
20

mencit, serta pada grafik yang menurun menandakan efek obat yang belum

bekerja sepenuhnya.

Sedangkan pada grafik mencit dengan pemberian diazepam terlihat bahwa

grafik cenderung semakin menurun. Hal tersebut dapat diartikan bahwa efek

sedasi dan hipnosis yang diberikan oleh diazepam pada mencit semakin

meningkat sehingga putaran rodanya semakin sedikit. Pada grafik B1 maupun B2,

grafik mengalami kenaikan dan penurunan dikarenakan efek obat yang belum

bekerja dengan maksimal.

Dari hasil pengujian didapatkan % aktivitas kafein dosis 16 mg/20 gram

sebesar 25,11% dan untuk % aktivitas kafein dosis 32 mg/20 gram sebesar

90,63%. Sedangkan untuk % aktivitas diazepam dosis 8 mg/20 gram didapatkan

sebesar 34,22% dan untuk % aktivitas diazepam dosis 16 mg/20 gram sebesar

54,09%.

Terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi jumlah putaran. Faktor

pertama adalah berat badan mencit yang berbeda, karena berpengaruh pada

luasnya daerah absorpsi dan tentu saja sangat memengaruhi absorpsi obat.

Sehingga memengaruhi ketersediaan obat dalam tubuh mencit. Semakin lama obat

dalam mencit akan bekerja sampai puncaknya dan kemudian lama-lama efeknya

akan menurun karena ketersediaan obat makin berkurang. Faktor kedua yang

dapat memengaruhi jumlah putaran wheel cage adalah kepekaan mekanisme

reseptor yang terlibat pada mencit. Sensitivitas atau kepekaan antara masing-

masing mencit tidaklah sama pada setiap hewannya. Pada mencit yang memiliki

sensitivitas tinggi, maka obat akan cepat bekerja dan menimbulkan efek yang
21

lebih cepat pula. Faktor ketiga adalah rute pemberian obat. Pada praktikum ini,

pemberian obat seluruhnya dilakukan secara oral, namun pada proses

pemberiannya tidak semua obat dapat masuk ke dalam tubuh mencit. Pemberian

obat yang tidak sempurna ini akan menimbulkan efek yang berbeda pula. Pada

mencit dengan kadar obat yang masuk lebih banyak, maka efek farmakologi yang

timbul akan lebih cepat dan lebih nampak dibandingkan dengan mencit yang

hanya mendapat sedikit obat.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengujian aktivitas lokomotor pada

mencit jantan yang diinduksi diazepam dan kafein dengan metode wheel cage test,

dapat disimpulkan bahwa:

1. Mencit jantan yang diinduksi diazepam mengalami penurunan aktivitas

lokomotor sedangkan mencit jantan yang diinduksi dengan kafein mengalami

peningkatan aktivitas lokomotor. Hal ini dapat dilihat dari berapa banyak

putaran roda yang diamati dari masing-masing kelompok mencit. Kelompok

mencit kontrol jumlah rata-rata 31,3 putaran, kelompok mencit diazepam 8

mg/20 gram jumlah rata-rata 20,59 putaran, kelompok mencit diazepam 16

mg/20 gram rata-rata 14,37 putaran, kelompok mencit kafein 16 mg/20 gram

jumlah rata-rata 39,65 putaran, dan kelompok mencit kafein 32 mg/20 gram

jumlah rata-rata 59,67 putaran.

2. Dosis diazepam 16 mg/20 gram memberikan pengaruh yang paling baik

terhadap penurunan aktivitas lokomotor dan dosis kafein 32 mg/20 gram

memberikan pengaruh yang paling baik terhadap peningkatan aktivitas

lokomotor. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dosis

obat maka semakin baik juga pengaruhnya terhadap aktivitas lokomotor

hewan uji.

22
23

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan dilakukan

pengujian lebih lanjut mengenai aktivitas lokomotor pada mencit jantan yang

diinduksi diazepam dan kafein dengan menggunakan metode lain yang memiliki

keakuratan hasil yang lebih tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

Adongo, D. W., Mante, P.K., Woode, E., Ameyaw, E.O., dan Kukuia, K. K. E.
2014. Effects of Hydroethanolic Leaf Extract of Pseudospodians
microcarpa (A. Rich.) Engl. (Anacardiaceae) on the Central Nervous
Sistem in Mice. Journal Phytopharmacology. 3(6): 410-417.
Carter, M. and Shieh, J. C. 2010. Guide to Research Techniques in Neuroscience.
Cambridge : Academic Press.
Ferré, S., Ciruela, F., Borycz, J., Solinas, M.., Quarta, D., et al. 2008. Adenosine
A1-A2A Receptor Heteromers: New Targets for Caffeine in The Brain.
Front Biosci. 13: 2391-9.
Ferré, S. 2010. Role of The Central Ascending Neurotransmitter Sistems in The
Psychostimulant Effects of Caffeine. J Alzheimers Dis 20 Suppl. 1: S35-
49.
Gallahue, D. L., Ozmun, J. C., and J. D. Goodway. 2012. Understanding Motor
Development Infants, Children, and Adolescents 7th Edition. New York:
McGraw-Hill.
Gunawan, G. S. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi V. Jakarta: Penerbit Gaya
Baru.
Hahn, D. B., and Payne, W.A. 2003. Focus on Health, Sixth Edition. New York:
Mc. Graw-Hill.
Juwana, S. 2005. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif: Penyalahgunaan NAPZA/Narkoba. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Katzung, B. G. 2014. Buku Bantu Farmakologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Marin, M. T., Zancheta, R., Paro, A. H., Possi, A. P. M., Cruz, F. C., dan Planeta,
C. S. 2011. Comparison of Caffeine-Induced Locomotor Activity
Between Adolescent and Adult Rats. European Journal of
Pharmacology. 660 (2011): 363-367.
Neal, M. J. 2005. At A Glance Farmakologi Medis. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Orru, M., Guitart, X., Karcz, K. M., Solinas, M., Justinova, Z., et al. 2013.
Psychostimulant Pharmacological Profile of Paraxanthine, The Main
Metabolite of Caffeine in Humans. Neuropharmacology. 67: 476-84.

24
25

Savic, M. M., Milinkovic, M. M., Rallapalli, S., Clayton, T., Joksimovic, S., et al.
2009. The Differential Role of α1- and α2- Containing GABAA
Receptors in Mediating Diazepam Effects on Spontaneous Locomotor
Activity and Water-Maze Learning and Memory in Rats. International
Journal of Neuropsychopharmacology. 12(9): 1179-1193.
Siswandono dan Soekardjo, B. 2000. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga
University Press.
LAMPIRAN 1

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Aktivitas Lokomotor Berdasarkan Jumlah Putaran pada

Roda Putar

Jumlah Putaran Jumlah


Perlakuan Rata-
5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ Rata
22 24 27 35 32 37 29.5
13 18 27 34 43 42 34,5
PGA
25 21 28 29 39 42 30.7
30 27 33 26 28 39 30.5
Rata-rata 22.5 22.5 28.75 33.5 35.5 40 31.3
Kafein 30 43 54 46 37 38 41,33
dosis 16 35 31 40 31 39 42 36.83
mg/20 53 35 25 40 54 47 42,33
gram 38 37 24 44 33 41 36.17
Rata-rata 39 36.5 35.75 40.25 40.75 42 39.165
Kafein 50 57 51 33 27 31 41,5
dosis 32 23 93 89 77 84 83 74,83
mg/20 67 67 74 77 73 71 67,83
gram 97 60 54 10 29 77 54,5
Rata-rata 54.5 69.25 67 48.5 53.25 65.5 59.67
Diazepam 26 18 26 21 28 16 22.5
dosis 8 26 13 22 29 25 24 21,5
mg/20 25 24 19 18 26 3 19.17
gram 8 26 24 20 19 18 19.17
Rata-rata 21.25 20.25 22.75 22 24.5 15.25 20.59
Diazepam 20 17 23 26 28 11 16,5
dosis 16 20 13 12 12 11 4 10
mg/20 19 15 11 5 16 11 12,83
gram 5 40 20 19 10 15 18,16
Rata-rata 16 21.25 16.5 15.5 15.25 10.25 14.37

26
27

LAMPIRAN 2

4.1 Perhitungan Aktivitas Obat


∑𝑘𝑎𝑓𝑒𝑖𝑛−∑𝑃𝐺𝐴
%Aktivitas Kafein dosis 16 mg/20 gram = ∑𝑃𝐺𝐴

39.16 −31.3
= x 100%
31.3

= 25.11%
∑𝑘𝑎𝑓𝑒𝑖𝑛−∑𝑃𝐺𝐴
%Aktivitas Kafein dosis 32 mg/20 gram = ∑𝑃𝐺𝐴

59.67 −31.3
= x 100%
31.3

=90.63%
∑𝑃𝐺𝐴−∑𝑑𝑖𝑎𝑧𝑒𝑝𝑎𝑚
%Aktivitas Diazepam dosis 8 mg/20 gram = ∑𝑃𝐺𝐴

31.3−20.59
= x 100%
31.3

=34.22%
∑𝑃𝐺𝐴−∑𝑑𝑖𝑎𝑧𝑒𝑝𝑎𝑚
%Aktivitas Diazepam dosis 16 mg/20 gram = ∑𝑃𝐺𝐴

31.3−14.37
= x 100%
31.3

=54.09%
28

LAMPIRAN 3

Grafik 4.1 Rata-rata Putaran Roda Kafein 16 mg/20 gram

Rata-rata Putaran Roda:


Kafein 16 mg/20 gram
44
Jumlah Putaran

42
40
38 Rata-Rata
Jumlah
36 Putaran
34
32
5 10 15 20 25 30

Grafik 4.2 Rata-rata Putaran Roda Kafein 32 mg/20 gram

Rata-rata Putaran Roda:


Kafein 32 mg/20 gram
80
Jumlaj Putaran

60

40 Rata-Rata
Jumlah
20 Putaran

0
5 10 15 20 25 30
29

Grafik 4.3 Rata-rata Putaran Roda Diazepam 8 mg/20 gram

Rata-Rata Putaran Roda :


Diazepam 8 mg/20 gram
30
25
Jumlah Putaran

20
15 Rata-Rata
Jumlah
10 Putaran
5
0
5 10 15 20 15 30

Grafik 4.4 Rata-rata Putaran Roda Diazepam 16 mg/20 gram

Rata-rata Putaran Roda :


Diazepam 16 mg/20 gram
25
Jumlah Putaran

20
15 Rata-Rata
10 Jumlah
Putaran
5
0
5 10 15 20 15 30

Anda mungkin juga menyukai