Shift B 2016
Kelompok 1
Diah Siti Fatimah 260110160041
Shella Widiyastuti 260110160042
Dede Jihan Oktaviani 260110160044
Quinzheilla Putri A. 260110160045
Shinta Lestari 260110160046
Saqila Alifa Ramadhan 260110160047
Alia Resti Azura 260110160048
Indah Pertiwi 260110160049
Reza Laila Najmi 260110160050
Hammam Hafidzurahman 260110160053
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
adanya koordinasi sistem lokomotor yang baik pada tubuh tanpa disadari. Dalam
hal ini yang mengatur seluruh pergerakan adalah bagian dari sistem saraf pusat
(SSP). Sistem saraf pusat merupakan sistem yang mengkoordinasi kegiatan dari
semua bagian tubuh yang dapat bergerak. Sistem saraf terdiri dari otak dan
sumsum tulang belakang. Selain itu, terdapat sistem saraf perifer yang memiliki
Sistem saraf pusat dapat dipengaruhi oleh berbagai macam obat. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa salah dua obat yang dapat memengaruhi sistem
lokomotor secara spontan dan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marin
et al. (2011), kafein yang merupakan obat golongan stimulan juga dapat
1
2
bagi sistem saraf pusat (SSP) mulai dari obat ringan yang memberikan efek
kesadaran, dan koma, semua tergantung dosis yang digunakan. Salah satu obat
dalam tubuh terbuka dan mengakibatkan ion klorida masuk ke dalam sel sehingga
Obat lainnnya yang memiliki efek pada sistem saraf pusat adalah kafein.
banyak ditemukan dalam lingkungan masyarakat seperti kopi, teh, soda, dan
dapat meningkatkan aktivitas dari sistem saraf pusat yaitu dapat meningkatkan
pengujian aktivitas lokomotor pada mencit yang telah diinduksi diazepam dan
kafein.
3
mencit jantan?
2. Dosis diazepam dan kafein manakah yang memiliki pengaruh paling baik
mencit jantan.
2. Mengetahui dosis diazepam dan kafein yang memiliki pengaruh paling baik
TINJAUAN PUSTAKA
terjadinya penurunan kepekaan terhadap rangsangan dari luar. Sedatif dalam dosis
besar berfungsi sebagai hipnotik yaitu dapat menyebabkan tidur pulas. Sedatif
dan tekanan kronik yang disebabkan oleh berbagai penyakit atau faktor sosiologis
perasan tidak enak sewaktu bangun. Kelebihan dosis dapat menimbulkan koma
dan kematian karena terjadi depresi pusat medula yang vital di otak. Pengobatan
5
6
2.2 Diazepam
mengontrol spasma otot, misal pada tetanus. Absobrsi obat dalam saluran cerna
temazepan. Kadar plasma tertinggi obat dicapai setelah pemberian oral, waktu
paruh metabolit aktif nordazepam ± 27-37 jam. Dosis oral: 4- 40 mg/hari, dalam
dosis terbagi 2-4 kali atau dosis tunggal 2,5-10 mg sebelum tidur. Dosis intravena
besar dibanding turunan sedatif-hipnotik lain, yang antara lain menyangkut efek
kematian akibat kelebihan dosis. Efek samping yang jarang terjadi yaitu amnesia,
terutama dalam dosis tinggi, dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan mental
biogenik dalam otak, dan hal ini kemungkinan bertanggungjawab pada beberapa
meningkatkan tekanan darah, detak jantung, dan fungsi otak. Contoh stimulan
membuat gejala putus zat secara signifikan (Hahn and Payne, 2003).
2.4 Kafein
guanin, santin, dan asam urat. Karena sifatnya yang lipofilik, maka pada
penggunaan oral 99% kafein diserap ke dalam darah dan kadar tertinggi dalam
darah dicapai dalam waktu 30-60 menit. Selanjutnya dengan cepat kafein
menyebar ke seluruh tubuh dan menembus sawar otak (Hahn and Payne, 2003).
8
Bagaimana kafein bisa meningkatkan aktivitas dari SSP masih belum bisa
diketahui secara pasti, namun efek dari kafein ini bisa menyebabkan peningkatan
aktivitas mental dan membuat seseorang tetap terjaga. Adenosin juga berperan
Waktu paruh kafein bervariasi antara 2-12 jam dengan rata-rata 4-6 jam
et al., 2013).
terhadap reseptor GABA dan serotonin (Orru et al., 2013). Efek perilaku kafein
bergantung pada dosis, dengan dosis rendah menyebabkan aktivasi perilaku dan
dosis tinggi yang menyebabkan penekanan (Ferré et al., 2008; Ferré, 2010).
9
memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain (Gallahue et al., 2012).
Aktivitas lokomotor diperlukan untuk banyak tugas terkait tingkah laku yang
aktivitas lokomotor dapat memengaruhi kerja tingkah laku (Adongo et al., 2014).
motorik suatu hewan uji selama periode waktu tertentu. Pengujian ini berguna
dibandingkan dengan hewan liar) memiliki aktivitas dasar yang sama. Jika
pengukuran dicatat secara terus menerus selama berhari-hari dan minggu, tes ini
pendekatan umum yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur fungsi motorik,
sensasi, pembelajaran dan memori, perilaku, interaksi sosial, dan emosi (Carter
lokomotor hewan dari waktu ke waktu. Roda ini dihubungkan ke perangkat yang
mengukur jumlah total putaran dan kecepatan setiap putaran ketika hewan uji
berlari pada roda atas kehendaknya sendiri. Pengujian ini tidak dapat mengukur
aktivitas lokomotor saat hewan uji tidak bergerak. Namun, roda yang berjalan
memberikan energi yang jauh lebih signifikan daripada gerakan sederhana yang
dapat dilakukan hewan pengerat di sekitar kandangnya. Oleh karena itu, roda
putar dapat berfungsi sebagai pengukuran aktivitas yang disengaja (Carter and
Shieh, 2010).
dibiarkan terbuka. Seekor hewan uji ditempatkan di tengah permukaan bawah dan
gerakannya dicatat selama beberapa menit hingga jam saat bergerak dan
berbagai daerah di lapangan terbuka, dan total jarak tempuh. Tes ini juga dapat
dengan memproyeksikan sinar inframerah dari satu sisi kandang ke sisi lainnya.
berkas sinar, maka komputer mencatat waktu dan posisinya. Sebagai alternatif,
jika kandang dengan sinar inframerah tidak tersedia, dapat ditempatkan kamera di
atas kandang dan merekam aktivitasnya. Detektor pada komputer dapat digunakan
untuk menganalisis secara statistik aktivitas lokomotor total dari waktu ke waktu.
vertikal, waktu yang dihabiskan di berbagai wilayah kandang, dan jarak total yang
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu alat suntik 1 mL, batang
cm) yang berisi serutan kayu dan memiliki akses untuk sumber makanan dan
minuman, kertas perkamen, roda putar, sonde oral mencit, spatula, stopwatch,
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan dengan
12
13
serutan kayu untuk tempat tidur dan kondisi kandang dikontrol dengan suhu yang
dijaga pada 24-25ºC, kelembaban relatif 60-70%, dan siklus gelap-terang setiap
12 jam. Kandang juga harus memiliki akses terhadap sumber makanan dan
Larutan uji yang dibuat untuk pengujian aktivitas lokomotor mencit jantan
yaitu suspensi PGA 2%, larutan diazepam 8 mg/20 gram, larutan diazepam 16
mg/20 gram, larutan kafein 16 mg/20 gram, dan larutan kafein 32 mg/20 gram.
gelas ukur, kertas perkamen, timbangan analitik, dan spatula. Bahan-bahan yang
digunakan juga disiapkan yaitu serbuk PGA (Pulvis Gummi Arabicum) dan
diukur sebanyak 20 mL dalam gelas ukur. Setelah itu, serbuk PGA disuspensikan
gelas ukur, kertas perkamen, timbangan analitik, dan spatula. Bahan-bahan yang
digunakan juga disiapkan yaitu serbuk diazepam dan suspensi PGA 2% sebagai
PGA 2% diukur sebanyak 4 mL dalam gelas ukur. Setelah itu, serbuk diazepam
dilarutkan dalam suspensi PGA 2% dan diaduk hingga terbentuk larutan yang
homogen.
gelas ukur, kertas perkamen, timbangan analitik, dan spatula. Bahan-bahan yang
digunakan juga disiapkan yaitu serbuk diazepam dan suspensi PGA 2% sebagai
PGA 2% diukur sebanyak 4 mL dalam gelas ukur. Setelah itu, serbuk diazepam
dilarutkan dalam suspensi PGA 2% dan diaduk hingga terbentuk larutan yang
homogen.
gelas ukur, kertas perkamen, timbangan analitik, dan spatula. Bahan-bahan yang
digunakan juga disiapkan yaitu serbuk kafein dan suspensi PGA 2% sebagai
pelarut. Kemudian, serbuk kafein ditimbang sebanyak 128 mg dan suspensi PGA
15
2% diukur sebanyak 4 mL dalam gelas ukur. Setelah itu, serbuk kafein dilarutkan
dalam suspensi PGA 2% dan diaduk hingga terbentuk larutan yang homogen.
gelas ukur, kertas perkamen, timbangan analitik, dan spatula. Bahan-bahan yang
digunakan juga disiapkan yaitu serbuk kafein dan suspensi PGA 2% sebagai
pelarut. Kemudian, serbuk kafein ditimbang sebanyak 256 mg dan suspensi PGA
2% diukur sebanyak 4 mL dalam gelas ukur. Setelah itu, serbuk kafein dilarutkan
dalam suspensi PGA 2% dan diaduk hingga terbentuk larutan yang homogen.
Cage)
dimana mencit berlari dan jumlah rotasi dicatat. Mencit dipilih berdasarkan
beratnya yaitu 20-30 gram. Mencit yang memenuhi syarat kemudian dibagi
yang diberi diazepam (8 mg/20 gram dan 16 mg/20 gram), dan kelompok yang
diberi kafein (16 mg/20 gram dan 32 mg/20 gram). Pemberian obat dilakukan
secara oral. Diazepam dan kafein masing-masing digunakan sebagai depresan dan
stimulan sistem saraf pusat (SSP). Setelah 30 menit pemberian obat, mencit
tersebut dimasukkan ke roda putar (wheel cage), jumlah rotasi dicatat selama 30
mencit dengan beberapa persyaratan tertentu, yaitu: mencit jantan dengan berat 25
sampai 30 gram. Mencit yang digunakan pada percobaan ini haruslah mencit
jantan karena mencit betina lebih bersifat tidak stabil. Mencit betina mengalami
menstruasi dan pada saat menstruasi maka hormonnya akan meningkat sehingga
pada efek obat. Dengan alasan inilah mencit betina jarang digunakan sebagai
hewan percobaan.
4.2 Hasil Pengujian Aktivitas Lokomotor dengan Metode Roda Putar (Wheel
Cage)
pertama adalah mencit yang hanya diberikan larutan suspensi gom arab (PGA)
sebagai kelompok kontrol. Kelompok yang kedua (A1) dan ketiga (A2) adalah
kelompok yang sama-sama diberikan kafein secara per oral namun dengan dosis
yang berbeda. Untuk kelompok A1 diberikan kafein dosis 16 mg/20 gram dan
16
17
kelompok empat (B1) dan kelompok lima (B2) adalah kelompok yang sama-sama
diberikan diazepam secara per oral tetapi dengan dosis yang berbeda. Kelompok
putar. Kemudian diamati jumlah putaran roda interval 5 menit selama 30 menit
agar obat tersebut dapat diabsorpsi terlebih dahulu oleh mencit, sehingga efeknya
akan lebih terlihat pada saat mencit diletakkan ke dalam roda putar. Pada
suspensi gom arab (PGA) 2% sehingga mencit pada kelompok ini bekerja alami
kelompok mencit yang telah diberikan obat kafein, sedangkan pada kelompok B1
dan B2 adalah mencit yang telah diberikan obat diazepam sehingga mencit pada
kedua kelompok ini bergerak dipengaruhi oleh obat. Diharapkan dapat terlihat
hasil yang berbeda dengan adanya perbedaan pada pemberian jenis obat dan dosis
diazepam maupun kafein pada mencit. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis
data didapatkan hasil yaitu mencit yang tidak diberikan obat uji yaitu kelompok
mencit kontrol, tidak terlalu memberikan efek atau pengaruh yang signifikan
18
penurunan jumlah putaran roda putar. Sedangkan untuk mencit yang diberikan
obat uji berupa diazepam B1 dan B2, seiring dengan berjalannya waktu
aktivitas pada mencit ini disebabkan karena pengaruh dari diazepam yang
memengaruhi sistem saraf pada otak dan memberikan efek penenang. Diazepam
mengakibatkan ion klorida masuk kedalam sel sehingga terjadi hiperpolarisasi dan
rasa sedasi yang cukup kuat dan apabila dosisnya ditingkatkan maka
kemungkinan mencit tersebut akan tertidur atau tidak melakukan aktivitas apapun.
dengan peningkatan jumlah putaran roda. Kafein merupakan obat stimulan yang
darah, detak jantung, dan fungsi otak. Mekanisme kerja kafein adalah menyekat
agregasi trombosit. Karena strukturnya mirip dengan adenosin, maka kafein akan
menggantikan posisi adenosin untuk berikatan dengan reseptor di otak. Efek dari
seseorang tetap terjaga. Adenosin juga berperan dalam pembentukan asam nukleat
dan ATP. Selain bekerja pada reseptor adenosin, kafein juga menstimulasi
cGMP, dan meningkatkan efek dopamin post sinaps. Dengan demikian maka
mencit akan terus aktif bergerak selama efek obat tersebut masih ada. Namun
karena ketersediaan obat makin berkurang di dalam tubuh mencit. Hal ini ditandai
antara waktu dengan jumlah putaran. Pada grafik A1, mencit dengan pemberian
Sedangkan, pada grafik A2, grafik meningkat di awal namun sempat mengalami
Hal tersebut dapat diartikan bahwa pada grafik yang meningkat mencit mulai
menunjukkan efek kafein yaitu adanya peningkatan kondisi fisik dan psikis
20
mencit, serta pada grafik yang menurun menandakan efek obat yang belum
bekerja sepenuhnya.
grafik cenderung semakin menurun. Hal tersebut dapat diartikan bahwa efek
sedasi dan hipnosis yang diberikan oleh diazepam pada mencit semakin
meningkat sehingga putaran rodanya semakin sedikit. Pada grafik B1 maupun B2,
grafik mengalami kenaikan dan penurunan dikarenakan efek obat yang belum
sebesar 25,11% dan untuk % aktivitas kafein dosis 32 mg/20 gram sebesar
sebesar 34,22% dan untuk % aktivitas diazepam dosis 16 mg/20 gram sebesar
54,09%.
pertama adalah berat badan mencit yang berbeda, karena berpengaruh pada
luasnya daerah absorpsi dan tentu saja sangat memengaruhi absorpsi obat.
Sehingga memengaruhi ketersediaan obat dalam tubuh mencit. Semakin lama obat
dalam mencit akan bekerja sampai puncaknya dan kemudian lama-lama efeknya
akan menurun karena ketersediaan obat makin berkurang. Faktor kedua yang
reseptor yang terlibat pada mencit. Sensitivitas atau kepekaan antara masing-
masing mencit tidaklah sama pada setiap hewannya. Pada mencit yang memiliki
sensitivitas tinggi, maka obat akan cepat bekerja dan menimbulkan efek yang
21
lebih cepat pula. Faktor ketiga adalah rute pemberian obat. Pada praktikum ini,
pemberiannya tidak semua obat dapat masuk ke dalam tubuh mencit. Pemberian
obat yang tidak sempurna ini akan menimbulkan efek yang berbeda pula. Pada
mencit dengan kadar obat yang masuk lebih banyak, maka efek farmakologi yang
timbul akan lebih cepat dan lebih nampak dibandingkan dengan mencit yang
5.1 Simpulan
mencit jantan yang diinduksi diazepam dan kafein dengan metode wheel cage test,
peningkatan aktivitas lokomotor. Hal ini dapat dilihat dari berapa banyak
mg/20 gram rata-rata 14,37 putaran, kelompok mencit kafein 16 mg/20 gram
jumlah rata-rata 39,65 putaran, dan kelompok mencit kafein 32 mg/20 gram
lokomotor. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dosis
hewan uji.
22
23
5.2 Saran
pengujian lebih lanjut mengenai aktivitas lokomotor pada mencit jantan yang
diinduksi diazepam dan kafein dengan menggunakan metode lain yang memiliki
Adongo, D. W., Mante, P.K., Woode, E., Ameyaw, E.O., dan Kukuia, K. K. E.
2014. Effects of Hydroethanolic Leaf Extract of Pseudospodians
microcarpa (A. Rich.) Engl. (Anacardiaceae) on the Central Nervous
Sistem in Mice. Journal Phytopharmacology. 3(6): 410-417.
Carter, M. and Shieh, J. C. 2010. Guide to Research Techniques in Neuroscience.
Cambridge : Academic Press.
Ferré, S., Ciruela, F., Borycz, J., Solinas, M.., Quarta, D., et al. 2008. Adenosine
A1-A2A Receptor Heteromers: New Targets for Caffeine in The Brain.
Front Biosci. 13: 2391-9.
Ferré, S. 2010. Role of The Central Ascending Neurotransmitter Sistems in The
Psychostimulant Effects of Caffeine. J Alzheimers Dis 20 Suppl. 1: S35-
49.
Gallahue, D. L., Ozmun, J. C., and J. D. Goodway. 2012. Understanding Motor
Development Infants, Children, and Adolescents 7th Edition. New York:
McGraw-Hill.
Gunawan, G. S. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi V. Jakarta: Penerbit Gaya
Baru.
Hahn, D. B., and Payne, W.A. 2003. Focus on Health, Sixth Edition. New York:
Mc. Graw-Hill.
Juwana, S. 2005. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif: Penyalahgunaan NAPZA/Narkoba. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Katzung, B. G. 2014. Buku Bantu Farmakologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Marin, M. T., Zancheta, R., Paro, A. H., Possi, A. P. M., Cruz, F. C., dan Planeta,
C. S. 2011. Comparison of Caffeine-Induced Locomotor Activity
Between Adolescent and Adult Rats. European Journal of
Pharmacology. 660 (2011): 363-367.
Neal, M. J. 2005. At A Glance Farmakologi Medis. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Orru, M., Guitart, X., Karcz, K. M., Solinas, M., Justinova, Z., et al. 2013.
Psychostimulant Pharmacological Profile of Paraxanthine, The Main
Metabolite of Caffeine in Humans. Neuropharmacology. 67: 476-84.
24
25
Savic, M. M., Milinkovic, M. M., Rallapalli, S., Clayton, T., Joksimovic, S., et al.
2009. The Differential Role of α1- and α2- Containing GABAA
Receptors in Mediating Diazepam Effects on Spontaneous Locomotor
Activity and Water-Maze Learning and Memory in Rats. International
Journal of Neuropsychopharmacology. 12(9): 1179-1193.
Siswandono dan Soekardjo, B. 2000. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga
University Press.
LAMPIRAN 1
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Aktivitas Lokomotor Berdasarkan Jumlah Putaran pada
Roda Putar
26
27
LAMPIRAN 2
39.16 −31.3
= x 100%
31.3
= 25.11%
∑𝑘𝑎𝑓𝑒𝑖𝑛−∑𝑃𝐺𝐴
%Aktivitas Kafein dosis 32 mg/20 gram = ∑𝑃𝐺𝐴
59.67 −31.3
= x 100%
31.3
=90.63%
∑𝑃𝐺𝐴−∑𝑑𝑖𝑎𝑧𝑒𝑝𝑎𝑚
%Aktivitas Diazepam dosis 8 mg/20 gram = ∑𝑃𝐺𝐴
31.3−20.59
= x 100%
31.3
=34.22%
∑𝑃𝐺𝐴−∑𝑑𝑖𝑎𝑧𝑒𝑝𝑎𝑚
%Aktivitas Diazepam dosis 16 mg/20 gram = ∑𝑃𝐺𝐴
31.3−14.37
= x 100%
31.3
=54.09%
28
LAMPIRAN 3
42
40
38 Rata-Rata
Jumlah
36 Putaran
34
32
5 10 15 20 25 30
60
40 Rata-Rata
Jumlah
20 Putaran
0
5 10 15 20 25 30
29
20
15 Rata-Rata
Jumlah
10 Putaran
5
0
5 10 15 20 15 30
20
15 Rata-Rata
10 Jumlah
Putaran
5
0
5 10 15 20 15 30