Anda di halaman 1dari 31

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diuretika adalah senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urin yang

lebih banyak. Jika pada peningkatan ekskresi garam-garam, maka diuretika

ini dinamakan saluretika atau natriuretika (diuretika dalam arti sempit)

(Mutschler, 1991).

Walaupun kerja nya pada ginjal,artinya senyawa ini tidak dapat

memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal, demikian juga pada pasien

insufisiensi ginjal jika diperlukan dialysis, tidak dapat ditangguhkan dengan

penggunaan senyawa ini. Beberapa diuertika pada awal pengobatan justru

memperkecil ekskresi zat-zat penting urin dengan mengurangi laju filtrasi

glomerulus sehingga memperburuk insufisiensi ginjal (Mutschler, 1991).

Fungsi penting lainnya adalah meregulasi kadar garam dan cairan

tubuh. Ginjal merupakan organ terpenting pada pengaturan homeostasis,

yakni keseimbangan dinamis antara cairan intra dan ekstrasel, serta

pemeliharaan volume total dan susunan cairan ekstrasel. Hal ini terutama

tergantung dari jumlah ion Na+, yang untuk sebagian besar terdapat di luar

sel, di cairan antarsel, dan di plasma darah(Tan Hoan Tjay, 2007).

Ada beberapa gologan obat antidiuretik dengan mekanisme yang

berbeda. Oleh karena itu, dalam praktikum akan dilakukan uji berbagai jenis

obat antidiuretik, sebagai kelompok kontrol diberi Aquadest.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 1


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud Percobaan

Mahasiswa dapat mengetahui efek diuretik yang ditimbulkan oleh

sediaan tablet Spironolakton 25 mg, Furesemid 40 mg, Natrium CMC

1%, Infusa keji Beling 0,5%, dan aquadest yang digunakan sebagai

kontrol yang diberikan sesuai dengan volume pada pemberian pada

hewan coba Tikus Putih (Rattus novergicus).

2. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

1. Untuk mengetahui efek diuretik yang baik dari tablet Spironolakton

25 mg, Furosemid 40 mg, Natrium CMC 1%, Infusa keji beling 0,5%

dan aquadest yang diberikan sesuai dengan volume pemberian pada

hewan coba Tikus Putih (Rattus novergicus).

2. Untuk mengetahui jumlah frekuensi kencing pada hewan uji Tikus

Putih (Rattus novergicus) pada interval waktu 4 jam setelah diberikan

perlakuan pada masing-masing hewan uji.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 2


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Tentang Diuretik

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan

urin. Istilah dieresis mempunyai dua pengertian, yaitu pertama menunjukkan

penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan

jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dalam air (Gunawan, 2012).

Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan

mengeluarkan dari dalam darah dengan jalan semua zat asing dan sisa

pertukaran zat (Tjay dan Rahardja, 2007).

B. Penggolongan Obat Diuretik

a. Diuretik - Lengkungan

Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6

jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak

dan paru-paru. Memperlihatkan dosis – efek curam, artinya bila dosis

dinaikkan efeknya (dieresis) senantiasa betambah. Contoh obatnya yaitu

Furosemid (Tjay dan Rahardja, 2007).

Diuretik kuat terutama bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi

elektrolit Na+/K+/2Cl-diansa henle asedens bagian epitel tebal, tempat

bekerjanya dipermukaaan sel epitel bagian luminal. Contoh obatnya yaitu

Furosemid, Asam Etakrinat (Gunawan, 2012).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 3


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

b. Bentotiadiazid

Diuretik thiazid bekerja menghambat simpoter Na+ dan Cl- dihulu

tubulus distal. Sistem transport ini dalam keadaan normal berfungsi

membawa Na+ dan Cl-dari lumen kedalam sel epitel tubulus. Na+

selanjutnya dipompakan keluar ketubulus dan ditukar K+, sedangan Cl-

dikeluarkan melalui kenal klorida. Efek farmakodinamik thiazid yang

utama adalah meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan sejumlah air.

Contoh obatnya hidroklorthiazid, klortalidon, nefrusida, indapamida dan

lain-lain (Gunawan, 2012).

c. Diuretik Hemat Kalium

Efek obat ini hanya lemah dan khusus digunakan terkombinasi

dengan diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron

menstimulasi reabsorbsi Na+dan ekskresi K+. Proses ini dihambat secara

kompetitis (aingan) oleh obat-obat lain.

Amilorida dan triamteran dalam keadaan normal hanya lemah efek

ekskresinya mengenai Na+dan K+. Tetapi pada penggunaan diuretika

lengkungan dan thiazid terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka

pemberian bersama dari penghemat kalium ini menghambat ekskresi K+

dengan kuat pul. Contoh obatnya yaitu Spironolakton, Amilorida,

Triamteren (Tjay dan Rahardja, 2007).

d. Diuretik Osmotis

Obat-obat ini hanya direabsorbsi sedikit oleh tubuli, hingga

reabsorbsi air juga terbatas. Efeknya adalah diuresis osmotis dengan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 4


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

ekskresi air kuatdan relative sedikit ekskresi Na+. Terutama manitol, yang

jarang digunakan sebagai infuse I.V untuk mengeluarkan cairan dan

menurunkan tekanan intraokuler (pada glaucoro), juga unutk tekanan

intracranial (dalam tengkorak). Contoh obatnya yaitu manitol dan

sorbitol (Tjay dan Rahardja, 2007).

e. Perintang - Karbonanhidrase

Zat ini merintangi enzim karbonhidrase ditubuli proksimal,

sehingga dismping karbonat, juga Na+dan K+ diekskresikan lebih banyak

bersamaan dengan air. Khasiat diuretiknya hanya lemah, setelah

beberapa hari terjadi maka perlu digunakan secara selang-seling

(intermittens). Contoh obatnya yaitu Asetazolamida (Tjay dan Rahardja,

2007).

C. Penyakit yang berkaitan dengan diuretik

1. Hipertensi

Guna mengurangi volume darah seluruhnya sehingga tekanan

darah (tensi) menurun. Khususnya derivat-thiazida digunakan untuk

indikasi ini. Mekanisme kerjanya diperkirakan berdasarkan penurunan

daya tahan pembuluh perifer. Dosis yang diperlukan untuk efek

antihipertensi adalah jauh lebih rendah daripada dosis diuretik

2. Gagal jantung

Yang bercirikan peredaran tak sempurna lagi dan terdapat cairan

berlebihan dijaringan. Akibatnya air tertimbun dan terjadi udema,

misalnya dalam paru-paru (udema paru). Untuk indikasi ini terutama

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 5


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

digunakan diuretika lengkungan, dalam keadaan parah akut secara

intravena (asthma cardiale, udema paru). Thiazida dapat memperbaiki

efeknya pada pasien dengan insufisiensi ginjal. Selain itu, thiazida juga

digunakan pada situasi dimana dieresis pesat dapat mengakibatkan

kesulitan, seperti pada hipertrofi prostat.

D. Onset dan durasi kerja obat golongan diuretik

1. Diuretik – Lengkungan

Furosemid, resorpsinya dari usus hanya lebih kurang 50%, PP-nya

1
k.l. 97%, plasma - t – nya30-60 menit : ekskresinya melalui kemih
2

secara utuh, pada dosis tinggi juga lewat empedu.

2. Bentotiadiazid

HCT (Hidroklorthiazida), resorpsinya dari usus sampai 80%, PP-

1
nya k.l. 70% dengan plasma - t 6-15 jam. Ekskresinya terutama lewat
2

kemih secara utuh.

3. Diuretik kuat

Asam etakrinat, derivat fenoksiasetat ini (1963) juga bertitik kerja

dilengkungan henle. Efeknya pesat dan kuat, bertahan 6-8 jam.

Ekskresinya berlangsung melalui empedu dan kemih.

4. Diuretik Hemat Kalium

Spironolakton, resorpsinya dari usus tidak lengkap dan diperbesar

oleh makanan. PP-nya 98%. Dalam hati zat ini dirombak menjadi

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 6


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

metabolit aktif, antara lain kanrenon, yang diekskresikan melalui kemih

1
dan tinja. Plasma - t – nya sampai 2 jam kanrenon 20 jam.
2

5. Diuretik Osmotis

Manitol, diatas 20 gram sehari, manitol berkhasiat laksativ, maka

adakalanya digunakan sebagai obat pencahar .

6. Perintang – Karbonanhidrase

Asetazolamida, resorpsinya baik, mula kerjanya dalam 1 – 3 jam

1
dan bertahan selama k.l. 10 jam. PP-nya 90% lebih, plasma - t – nya 3-6
2

jam dan diekskresikan lewat kemih secara utuh.

E. Teori Tentang Tikus Putih (Rattus novergicus)

1. Morfologi Tikus Putih

Tikus (Rattus sp) termasuk binatang pengerat, tikus putih memiliki

beberapa sifat yang menguntungkan sebagai hewan uji penelitian di

antaranya perkembangbiakan cepat, mempunyai ukuran yang lebih besar

dari mencit, mudah dipelihara dalam jumlah yang banyak. Tikus putih juga

memiliki ciri-ciri morfologis seperti albino, kepala kecil, dan ekor yang

lebih panjang dibandingkan badannya, pertumbuhannya cepat,

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 7


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

temperamennya baik, kemampuan laktasi tinggi, dan tahan terhadap

arsenik tiroksid (Akbar, 2010).

2. Klasifikasi Tikus (Rattus novergicus)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Subordo : Odontoceti

Famili : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus (Budi, 2010)

3. Gambar penampang ginjal (Gunawan, 2012)

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 8


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 9


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

D. Uraian Bahan

1. Furosemid 40 mg ( FI. Edisi III. Hal. 262 )

Nama Resmi : FUROSEMIDUM

Sinonim : Furosemida, Frusemida.

Berat Molekul : 330,74

Rumus Molekul : C12H11ClN2O5S

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak

berbau, hampir tidak berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam kloroform

P, larut dalam 75 bagian etanol (95%) P dan dalam

850 bagian eter P, larut dalam larutan alkali

hidroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

K/P : Diuretikum adalah obat yang dapat menambah

kecepatan pembentukan urin (Gunawan, 2007).

Farmakokinetik : Pada umumnya pemberian furosemid dapat

memberikan efek yaitu meningkatkan ekskresi K +

dan kesadaran urat plasma, ekskresi Ca++ dan Mg++

juga ditingkatkan sebanding dengan peninggian

ekskresi Na+. Obat ini juga meningkatkan ekskresi

asam yang dapat dititrasi (titrable acid) dan

ammonia (Ganiswarna S, 1995).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 10


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

Ketika obat mudah diserap melalui saluran cerna,

Farmakodinamik : dengan derajat yang agak berbeda-beda.

Biovailabilitas furosemid 65%, diuretik kuat terikat

pada protein plasma secara ekstensif, sehingga

tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat sekali di

ekskresi melalui sistem transport asam organic

ditubuli proksimal. Dengan cara ini obat

terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin sekali

di tempat kerja di daerah yang lebih distal lagi.

Masa kerja relativ singkat yaitu 1 smpai 4 jam

furoseimid diekskresi melalui ginjal dalam bentuk

utuh dan dalam konjugasi dengan senyawa

sulfuhidril terutama sistein dan N-asetil sistein,

sebagian lagi diekskresi melalui hati (Ganiswarna

S, 1995).

Mekanisme Kerja : Inhibisi reabsorbsi natrium dan kloroda pada jerat

henle manaik dan tubulus ginjal distal,

mempengaruhi sistem kontraspor ikatan klorida,

selanjutnya meningkatkan ekskresi air, natrium,

klorida, magnesium dan kalsium (Ganiswarna S,

1995).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 11


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

3. Na. CMC 1%( FI. Edisi III, Hal. 401 )

Nama Resmi : NATRII CARBOXY METHYCELLULOSUM

Sinonim : Natrium Karboksimetil Selulosa, Natrium CMC

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning

gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau,

higroskopis.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspense koloidal, tidak larut dalam etanol (95%)

P, dalam eter P dan dalam pelarut organik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

K/P : Pensuspensi
4. HCT 10 mg( FI. Edisi IV, Hal. 433 )

Nama Resmi : HYDROCHLOROTHIAZIDUM

Sinonim : Hidroklorotiazida

Berat Molekul : 297,73

Rumus Molekul : C7H8ClN3O4S2

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau praktis putih, praktis

tidak berbau.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam larutan

natrium hidroksida, dalam n-butilamina, dan

dalam dimetil formamida, agak sukar larut dalam

meranol, tidak larut dalam eter, dalam kloroform

dan dalam asam mineral encer.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 12


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.


:
K/P Diuretikum adalah obat yang dapat menambah
:
kecepatan pembentukan urin (Gunawan, 2007).

Farmakodinamik Efek farmakodinamik tiazid yang utama ialah


:
meningkatnya ekskresi atrium klorida akan

sejumlah air, efek nafigasi ini disebabkan oleh

penghambatan mekanisme reabsorbsi elektrolit

pada tubulus distal (Ganiswarna S, 1995).

Farmakokinetik Reabsorbsinya dari usus sampai 80%, Ppnya K-5


:
70% dengan plasma. Waktu paruh 6-15 jam.

Ekskresinya terutama lewat secara utuh

(Ganiswarna S, 1995).

5. Spironolakton 25 mg (FI. Edisi III, Hal : 569)

Nama Resmi : SPIRONOLACTONUM

Sinonim : Spironolakton

Berat Molekul : 416,60

Rumus Molekul : C24H32O4S

Pemerian : Serbuk, kuning tua, tidak berbau atau berbau

asam tioasetat lemah, rasa agak pahit.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 80

bagian etanol (95%) P, dalam 3 bagian kloroform

P dan dalam 100 bagian eter P.

Penyimpanan : Terlindung dari cahaya.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 13


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

K/P Diuretikum adalah obat yang dapat menambah


:
kecepatan pembentukan urin (Gunawan, 2007).

Farmakologi Biasa dipakai bersama diuretik lain untuk


:
mengurangi ekskresi kalium. Durasi kerja 2-3

hari. Ikatan protein 91-98%. Metabolism melalui

hati. Ekskresi melaui urin dan feses (Ganiswarna

S, 1995).

Mekanisme Kerja Spironolakton berkompetensi dengan aldosteron


:
pada reseptor ditubulus distal, meningkatkan

natrium klorida dan ekskresi air selam akonversi

ion kalium dan hidrogen, juga dapat memblok

efek aldosteron pada otot polos arteriolar

(Ganiswarna S, 1995).

Dosis Sekali 50 mg, Sehari 400 mg. (FI. Edisi III, Hal :
:
570).

6. Aquadest ( FI. Edisi III, hal. 96 )

Nama Resmi : AQUADESTILATA

Sinonim : Air suling

Berat molekul : 18,02

Rumus molekul : H2O

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 14


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

K/P : Zat tambahan, pelarut

7. Keji Beling (Sericocalyx crispus)


Kandungan kalium yang tinggi menyebabkan keji beling bersifat

sebagai diuretik sehingga dapat melarutkan batu yang terbentuk dari

kalsium oksalat dan kalsium karbonat (Muti, 2014).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 15


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat Yang Digunakan

a. Batang pengaduk

b. Canula spoit

c. Gelas ukur 10 mL

d. Gelas Kimia1000 mL

e. Kandang metabolisme

f. Spoit 1 cc dan 5 cc

g. Stopwatch

h. Timbangan digital

2. Bahan Yang Digunakan

a. Aquadest

b. Firosemid 40 mg

c. HCT 10 mg

d. Kertas perkamen

e. Na CMC 1%

f. Spironolakton 25 mg

g. Infusa Keji Beling

3. Hewan Uji

Tikus Putih (Rattus Norvegicus)

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 16


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

B. Cara Kerja

1. Pembuatan Na. CMC 1% 100 mL

a. Ditmbang sebanyak 1g Na CMC

b. Dipanasakan air sebanyak 100 mL.

c. Dimasukkan Na. CMC kedalam air sedikit demi sedikit sambil diaduk

hingga larut dan bening.

d. Diangkat lalu didinginkan, kemudian ditutup dengan alumminium foil.

2. Perlakuan untuk Hewan Uji

a. Hewan 1, diberi air suling pelan-pelan, 50 mL/KgBB, kemudian

diletakkan dalam kandang metabolisme, catat volume urin/frekuensi

kencing selama 18-24 jam.

b. Hewan 2, diberi suspensi spironolakton pelan-pelan, dengan dosis

yang sesuai BB, kemudian diletakkan dalam kandang metabolisme,

catat volume urin/ frekuensi kencing selama 18-24 jam.

c. Hewan 3, diberi suspensi furosemid per oral pelan-pelan, dengan dosis

sesuai BB, kemudian diletakkan dalam kandang metabolisme, catat

volume urin/ frekuensi kencing selama 18-24 jam.

d. Hewan 4, diberi suspensi Na.CMC per oral pelan-pelan, dengan dosis

sesuai BB, kemudian diletakkan dalam kandang metabolisme, catat

volume urin/ frekuensi kencing selama 18-24 jam.

e. Hewan 5, diberi Infusa Keji Beling per oral pelan-pelan, dengan dosis

sesuai BB, kemudian diletakkan dalam kandang metabolisme, catat

volume urin/ frekuensi kencing selama 18-24 jam.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 17


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

1. Prosedur kerja pembuatan Infusa Keji Beling

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Dicuci bersih daun Keji beling

c. Diangin-anginkan kemudian daun keji beling dirajang

d. Ditimbang 30 gram dan diukur aquadest hingga volumenya 130 mL

kemudian dimasukkan kedalam panci infusa

e. Diukur suhu 90o C menggunakan thermometer selama 15 menit

f. Diturunkan dari panci dan disaring menggunakan kain flanel

g. Didinginkan kemudian diberi etiket.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 18


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

BAB IV

DATA PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan

Volume Frekuansi kencing(kali)


BB 60 120 180 240 Rata-rata
Perlakuan pemberian
(gram)
(mL)
Aquadest 175,14
5 mL 0 0 0 1 0,25
gram
Na CMC 1% 168,12
4,203 mL 0 0 0 0 0
gram
Furosemid 40 168,33
4,20 mL 0 0 0 0 0
mg gram
Spironolakton 192,60
4,815 mL 0 0 0 0 0
25 mg gram
Infusa kaji 221,15
5 mL 0 0 0 1 0,25
beling 0,5% gram
B. Kurva Grafik

Kurva Frekuensi kencing


1.2

0.8 Aquadest
frekuensi

Na CMC 1%
0.6 Furosemid 40 mg
Spironolakton 25 mg
0.4 Infusa kaji beling 0,5%

0.2

0
60 120 180 240
Menit

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 19


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini yaitu dilakukan pengujian terhadap efek obat diuretik

pada hewan coba Tikus Putih (Rattus novergicus) dengan menggunakan obat

spironolakton 25 mg, furosemid 40 mg, keji beling 0,5% dan aquadest serta Na-

CMC 1% sebagai kontrol dan keji beling sebagai penginduksi urin.

Penggunaan keji beling berfungsi sebagai diuretik herbal, keji beling

karena yang dipakai, memiliki kalium yang tinggi menyebabkan keji beling

bersifat sebagai diuretik sehingga dapat melarutkan batu yang terbentuk dari

kalsium oksalat dan kalsium karbonat.

Dalam praktikum ini pemberian obat diuretik dilakukan secara oral.

Dimana rute pemberian oral, ketika obat dimasukkan secara oral (mulut)

kemudian obat melewati kerongkongan (esofagus) kemudian obat akan masuk

kedalam lambung (gaster). Didalam lambung obat akan larut yang disebut disolusi

kemudian obat akan dikirim keusus halus, di dalam usus inilah obat akan diserap

lalu obat masuk kedalam pembuluh darah dan menuju pusat sakit di dalam tubuh.

Ketika perjalanan obat sudah sampai kehati, obat akan bertemu zat kekebalan

tubuh yang disebut metabolisme. Didalam proses metabolisme ini zat racun obat

akan dilumpuhkan oleh zat kekebalan tubuh sedangkan zat yang bermanfaat

akan diolah sehingga berkhasiat sebagai obat. Zat obat yang dilumpuhkan akan

dikirim kesaluran pembuangan tubuh. Sedangkan zat yang bermanfaat akan

diedarkan keseluruh tubuh melalui pembuluh darah.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 20


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

Digunakan hewan coba Tikus Putih, digunakan sebagai hewan uji karena

Tikus Putih hampir identik secara genetis, karakteristik biologis dan perilakunya

sangat mirip manusia dan banyak gejala kondisi manusia dapat direplikasi pada

Tikus Putih.

Hewan uji Tikus Putih (Rattus novergicus) dipuasakan terlebih dahulu

sebelum diberikan obat (perlakuan) selama 6-8 jam, hal ini dilakukan untuk

mengosongkan lambung tikus karena efek obat berlawanan terhadap adanya

makanan.

Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udema yang

berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga cairan

ekstrasel menjadi normal. Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke

dalam glomeruli (gumpalan kapiler) yang terletak dibagian luar ginjal (cortex).

Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif

dapat dilintasi air, garam dan glukosa. Ultra filtrat yang diperoleh dari filtrasi dan

mengandung banyak air serta elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi

setiap glomerulus seperti corong (kapsula bowman) dan kemudian disalurkan ke

pipa kecil. Disini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen

yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion

Na+. Zat-zat ini dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.

Sisanya yang tidak berguna seperti “sampah” perombakan metabolisme-protein

(ureum) untuk sebagian besar tidak diserap kembali. Akhirnya filtrat dari semua

tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul (ductus coligens), dimana terutama

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 21


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat akhir disalurkan ke kandung kemih

dan ditimbun sebagai urin.

Adapun obat diuretik bekerja diantaranya yaitu HCT (hidrochlortiazida)

merupakan macam obat diuretik yang termasuk golongan derivat tiazida, efeknya

lemah dan lambat juga lebih lama (6-48 jam), spironolakton merupakan obat

diuretik yang termasuk golongan diuretika penghemat kalium. Obat ini memiliki

efektifitas yang rendah dan lambat, furosemid merupakan obat diuretik yang

termasuk golongan diuretik lengkungan. Obat ini berefek kuat dan pesat dengan

masa kerja yang relatif singkat. Mengamati frekuensi kecing, metode ini

mengamati dan mencatat volume frekuensi kencing selama 4 jam.

Pada akhir praktikum dilakukan pengamatan frekuensi kencing, dari hasil

praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa rata-rata frekuensi diuresis dari

Na CMC 1%, furosemid dan spironolakton sebesar nol kali, dimana ini

dipengaruhi oleh keadaan stres yang dialami hewan coba yang kemungkinan besar

dalam pengeluaran urin akan terhambat dan faktor lingkungan pada suhu panas

sekresi urin berkurang sedangkan pada suhu dingin sekresi urin mengalami

peningkatan.

Furosemid 40 mg secara umum dapat dikatakan bahwa diuretik kuat

mempunyai mula kerja dan lama kerja yang lebih pendek dari tiazid. Diuretik kuat

terutama bekerja pada ansa henle bagian asendens pada bagian dengan epitel tebal

dengan cara menghambat kontranspor Na+/k+/Cl- dari membran lumen pada pars

ascenden ansa henle, karena itu reabsorpi Na+/k+/Cl- menurun. Spironolakton 25

mg, efek obat ini hanya lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 22


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi

reabsorbsi Na+ dan ekskresi K+.Infusa Keji Beling 0,5%, kandungan kalium yang

tinggi menyebabkan Keji Beling bersifat sebagai diuretik sehingga dapat

melarutkan batu yang terbentuk dari kalsium oksalat dan kalsium karbonat.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 23


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Sediaan yang paling baik dari tablet spironolakton 25 mg, furosemid 40

mg, Natrium CMC 1 %, keji beling 0,5% dan aquadest yang diberikan

pada hewan coba Tikus Putih (Rattus novergicus) adalah keji beling

1. Jumlah frekuensi kencing pada hewan uji Tikus Putih (Rattus novergicus)

pada waktu 4 jam setelah diberikan perlakuan pada masing-masing hewan

uji yaitu sebanyak satu kali.

B. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan adalah diharapkan kepada

praktikan untuk lebih serius dalam melakukan praktikum agar ilmu yang

didapat benar-benar dipahami dan harus mengikuti prosedur percobaan.

Diharapkan juga agar tetap menjaga kebersihan dan ketertiban dalam

laboratorium.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 24


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Akbar. 2010. Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif Yang


Berpotensi Sebagai Bahan Antifertilitas. Adabia press : Jakarta

Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Edisi 5. ITB. Bandung

Depkes RI.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.

Depkes RI.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta.

Ganiswarna. 1995. Faramakologi dan terapi Edisi IV.Jakarta : Balai Penerbit


FKUI

Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta : FKUI.

Gunawan, Sulistia Gan. 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta : FKUI.

Muti, Riza. 2014. Obat bahan alam untuk ginjal dan


perkemihan ://http.www.academia.edu.(accessed April 23, 2017)

Tjay, Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting edisi ke enam.Jakarta : PT Gramedia.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 25


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

LAMPIRAN

2. Skema Kerja Uji Diuretik pada hewan coba tikus putih (Rattus novergicus)

Tikus putih dipuasakan selama 6 jam

Ditimbang

Aquadest Na Spironolakton Furosemid Keji beling HCT 10


CMC 100 mg 40 mg 5 mL mg
1%

Amati frekuensi urin tiap 1 jam dengan interval waktu 60 menit (selama 12 jam)

Amati dan ukur ukur volume urin

Catat menit vs frekuensi

Pengumpulan data

Pembahasan

Kesimpulan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 26


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

3. Gambar

Mencit saat diberikan obat peroral

4. Grafik frekuensi kencing


1. Aquadest

Aquades
1.2
1
frekuensi kencing

0.8
0.6
0.4
0.2
0
60 120 180 240
Menit

2. Na CMC 1%

Na CMC 1%
1.2
1
frekuensi kencing

0.8
0.6
0.4
0.2
0
60 120 180 240
-0.2

Menit

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 27


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

3. Furosemid 40 mg

Furosemid 40 mg
1.2
1
frekuensi kencing

0.8
0.6
0.4
0.2
0
60 120 180 240
-0.2
Menit

4. Spironolakton 25 mg

Spironolakton 25 mg
1.2
1
frekuensi kencing

0.8
0.6
0.4
0.2
0
60 120 180 240
-0.2

Menit

5. Infusa keji beling

Infusa keji beling


1.2
1
frekuensi kencing

0.8
0.6
0.4
0.2
0
60 120 180 240
-0.2
Menit

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 28


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

5. Perhitungan pembuatan reagen

1. Perhitungan pembuatan reagen Na CMC 1% 100 mL

Na CMC 1 % 100 mL

b x gram
% = ×100 %
w y mL

x
1% = ×100 %
100

100
x = =1 gram
100

2. Perhitungan volume pemberian Na CMC 1 % 100 mL

BB Tikus
Volume pemberian = x vol . pemberian max
BB Max

168,12 g
= x 5 mL
200 g

= 4,20 mL

3. Perhitungan dosis

a. Furosemid 40 mg

1. Dosis konversi = Dosis lazim x Faktor konversi

= 40 mg x 0,018

= 0,72 mg

BB hewan yg digunakan
2. Dosis Pemberian = x dosis komversi
BB Min

168,33 g
= x 0,72 mg
100 g

= 1,211 mg/mL

Dosis pemberian
3. Yang ditimbang = x Bobot rata table
Dosis lazim

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 29


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

1,211 mg/mL
= x 0,1487 g
40 mg

= 0,0045 gram/mL

Disuspensikan 25 mL

= 0,0045 gram x 25 mL

= 0,1125 g/mL

BB Tikus
4. Volume pemberian = x vol . pemberian max
BB Max

168,33 g
= x 5 mL
200 g

= 4,20 mL

b. Spironolakton 25 mg

1. Dosis konversi = Dosis lazim x Faktor konversi

= 25 mg x 0,018

= 0,45 mg

BB hewan yg digunakan
2. Dosis pemberian = x dosis komversi
BB Min

192,60 g
= x 0,45 mg
100 g

= 0,8667 mg

Dosis pemberian
3. Yang ditimbang = x Bobot rata table
Dosis lazim

0,8667 mg
= x 0,41657 g
25 mg

= 0,0144 gram/mL

BB Tikus
4. Volume pemberian = x vol . pemberian max
BB Max

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 30


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II DIURETIK

192,60 g
= x 5 mL
200 g

= 4,815 mL

c. Infusa Keji Beling 5 mL

BB Tikus
1. Volume pemberian = x vol . pemberian max
BB Max

221,15 g
= x 5 mL
200 g

= 5,52 mL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 31

Anda mungkin juga menyukai