BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(Mutschler, 1991).
pemeliharaan volume total dan susunan cairan ekstrasel. Hal ini terutama
tergantung dari jumlah ion Na+, yang untuk sebagian besar terdapat di luar
berbeda. Oleh karena itu, dalam praktikum akan dilakukan uji berbagai jenis
1. Maksud Percobaan
1%, Infusa keji Beling 0,5%, dan aquadest yang digunakan sebagai
2. Tujuan Percobaan
25 mg, Furosemid 40 mg, Natrium CMC 1%, Infusa keji beling 0,5%
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mengeluarkan dari dalam darah dengan jalan semua zat asing dan sisa
a. Diuretik - Lengkungan
Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6
jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak
b. Bentotiadiazid
membawa Na+ dan Cl-dari lumen kedalam sel epitel tubulus. Na+
d. Diuretik Osmotis
ekskresi air kuatdan relative sedikit ekskresi Na+. Terutama manitol, yang
e. Perintang - Karbonanhidrase
2007).
1. Hipertensi
2. Gagal jantung
efeknya pada pasien dengan insufisiensi ginjal. Selain itu, thiazida juga
1. Diuretik – Lengkungan
1
k.l. 97%, plasma - t – nya30-60 menit : ekskresinya melalui kemih
2
2. Bentotiadiazid
1
nya k.l. 70% dengan plasma - t 6-15 jam. Ekskresinya terutama lewat
2
3. Diuretik kuat
oleh makanan. PP-nya 98%. Dalam hati zat ini dirombak menjadi
1
dan tinja. Plasma - t – nya sampai 2 jam kanrenon 20 jam.
2
5. Diuretik Osmotis
6. Perintang – Karbonanhidrase
1
dan bertahan selama k.l. 10 jam. PP-nya 90% lebih, plasma - t – nya 3-6
2
dari mencit, mudah dipelihara dalam jumlah yang banyak. Tikus putih juga
memiliki ciri-ciri morfologis seperti albino, kepala kecil, dan ekor yang
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Odontoceti
Famili : Muridae
Genus : Rattus
D. Uraian Bahan
hidroksida.
S, 1995).
1995).
higroskopis.
K/P : Pensuspensi
4. HCT 10 mg( FI. Edisi IV, Hal. 433 )
Sinonim : Hidroklorotiazida
tidak berbau.
(Ganiswarna S, 1995).
Sinonim : Spironolakton
S, 1995).
(Ganiswarna S, 1995).
Dosis Sekali 50 mg, Sehari 400 mg. (FI. Edisi III, Hal :
:
570).
mempunyai rasa.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
a. Batang pengaduk
b. Canula spoit
c. Gelas ukur 10 mL
d. Gelas Kimia1000 mL
e. Kandang metabolisme
f. Spoit 1 cc dan 5 cc
g. Stopwatch
h. Timbangan digital
a. Aquadest
b. Firosemid 40 mg
c. HCT 10 mg
d. Kertas perkamen
e. Na CMC 1%
f. Spironolakton 25 mg
3. Hewan Uji
B. Cara Kerja
c. Dimasukkan Na. CMC kedalam air sedikit demi sedikit sambil diaduk
e. Hewan 5, diberi Infusa Keji Beling per oral pelan-pelan, dengan dosis
BAB IV
DATA PENGAMATAN
A. Hasil Pengamatan
0.8 Aquadest
frekuensi
Na CMC 1%
0.6 Furosemid 40 mg
Spironolakton 25 mg
0.4 Infusa kaji beling 0,5%
0.2
0
60 120 180 240
Menit
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini yaitu dilakukan pengujian terhadap efek obat diuretik
pada hewan coba Tikus Putih (Rattus novergicus) dengan menggunakan obat
spironolakton 25 mg, furosemid 40 mg, keji beling 0,5% dan aquadest serta Na-
karena yang dipakai, memiliki kalium yang tinggi menyebabkan keji beling
bersifat sebagai diuretik sehingga dapat melarutkan batu yang terbentuk dari
Dimana rute pemberian oral, ketika obat dimasukkan secara oral (mulut)
kedalam lambung (gaster). Didalam lambung obat akan larut yang disebut disolusi
kemudian obat akan dikirim keusus halus, di dalam usus inilah obat akan diserap
lalu obat masuk kedalam pembuluh darah dan menuju pusat sakit di dalam tubuh.
Ketika perjalanan obat sudah sampai kehati, obat akan bertemu zat kekebalan
tubuh yang disebut metabolisme. Didalam proses metabolisme ini zat racun obat
akan dilumpuhkan oleh zat kekebalan tubuh sedangkan zat yang bermanfaat
akan diolah sehingga berkhasiat sebagai obat. Zat obat yang dilumpuhkan akan
Digunakan hewan coba Tikus Putih, digunakan sebagai hewan uji karena
Tikus Putih hampir identik secara genetis, karakteristik biologis dan perilakunya
sangat mirip manusia dan banyak gejala kondisi manusia dapat direplikasi pada
Tikus Putih.
sebelum diberikan obat (perlakuan) selama 6-8 jam, hal ini dilakukan untuk
makanan.
dalam glomeruli (gumpalan kapiler) yang terletak dibagian luar ginjal (cortex).
Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif
dapat dilintasi air, garam dan glukosa. Ultra filtrat yang diperoleh dari filtrasi dan
pipa kecil. Disini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen
yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion
Na+. Zat-zat ini dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.
(ureum) untuk sebagian besar tidak diserap kembali. Akhirnya filtrat dari semua
merupakan macam obat diuretik yang termasuk golongan derivat tiazida, efeknya
lemah dan lambat juga lebih lama (6-48 jam), spironolakton merupakan obat
diuretik yang termasuk golongan diuretika penghemat kalium. Obat ini memiliki
efektifitas yang rendah dan lambat, furosemid merupakan obat diuretik yang
termasuk golongan diuretik lengkungan. Obat ini berefek kuat dan pesat dengan
masa kerja yang relatif singkat. Mengamati frekuensi kecing, metode ini
praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa rata-rata frekuensi diuresis dari
Na CMC 1%, furosemid dan spironolakton sebesar nol kali, dimana ini
dipengaruhi oleh keadaan stres yang dialami hewan coba yang kemungkinan besar
dalam pengeluaran urin akan terhambat dan faktor lingkungan pada suhu panas
sekresi urin berkurang sedangkan pada suhu dingin sekresi urin mengalami
peningkatan.
mempunyai mula kerja dan lama kerja yang lebih pendek dari tiazid. Diuretik kuat
terutama bekerja pada ansa henle bagian asendens pada bagian dengan epitel tebal
dengan cara menghambat kontranspor Na+/k+/Cl- dari membran lumen pada pars
mg, efek obat ini hanya lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan
reabsorbsi Na+ dan ekskresi K+.Infusa Keji Beling 0,5%, kandungan kalium yang
melarutkan batu yang terbentuk dari kalsium oksalat dan kalsium karbonat.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa:
mg, Natrium CMC 1 %, keji beling 0,5% dan aquadest yang diberikan
pada hewan coba Tikus Putih (Rattus novergicus) adalah keji beling
1. Jumlah frekuensi kencing pada hewan uji Tikus Putih (Rattus novergicus)
B. Saran
praktikan untuk lebih serius dalam melakukan praktikum agar ilmu yang
laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta : FKUI.
Gunawan, Sulistia Gan. 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta : FKUI.
LAMPIRAN
2. Skema Kerja Uji Diuretik pada hewan coba tikus putih (Rattus novergicus)
Ditimbang
Amati frekuensi urin tiap 1 jam dengan interval waktu 60 menit (selama 12 jam)
Pengumpulan data
Pembahasan
Kesimpulan
3. Gambar
Aquades
1.2
1
frekuensi kencing
0.8
0.6
0.4
0.2
0
60 120 180 240
Menit
2. Na CMC 1%
Na CMC 1%
1.2
1
frekuensi kencing
0.8
0.6
0.4
0.2
0
60 120 180 240
-0.2
Menit
3. Furosemid 40 mg
Furosemid 40 mg
1.2
1
frekuensi kencing
0.8
0.6
0.4
0.2
0
60 120 180 240
-0.2
Menit
4. Spironolakton 25 mg
Spironolakton 25 mg
1.2
1
frekuensi kencing
0.8
0.6
0.4
0.2
0
60 120 180 240
-0.2
Menit
0.8
0.6
0.4
0.2
0
60 120 180 240
-0.2
Menit
Na CMC 1 % 100 mL
b x gram
% = ×100 %
w y mL
x
1% = ×100 %
100
100
x = =1 gram
100
BB Tikus
Volume pemberian = x vol . pemberian max
BB Max
168,12 g
= x 5 mL
200 g
= 4,20 mL
3. Perhitungan dosis
a. Furosemid 40 mg
= 40 mg x 0,018
= 0,72 mg
BB hewan yg digunakan
2. Dosis Pemberian = x dosis komversi
BB Min
168,33 g
= x 0,72 mg
100 g
= 1,211 mg/mL
Dosis pemberian
3. Yang ditimbang = x Bobot rata table
Dosis lazim
1,211 mg/mL
= x 0,1487 g
40 mg
= 0,0045 gram/mL
Disuspensikan 25 mL
= 0,0045 gram x 25 mL
= 0,1125 g/mL
BB Tikus
4. Volume pemberian = x vol . pemberian max
BB Max
168,33 g
= x 5 mL
200 g
= 4,20 mL
b. Spironolakton 25 mg
= 25 mg x 0,018
= 0,45 mg
BB hewan yg digunakan
2. Dosis pemberian = x dosis komversi
BB Min
192,60 g
= x 0,45 mg
100 g
= 0,8667 mg
Dosis pemberian
3. Yang ditimbang = x Bobot rata table
Dosis lazim
0,8667 mg
= x 0,41657 g
25 mg
= 0,0144 gram/mL
BB Tikus
4. Volume pemberian = x vol . pemberian max
BB Max
192,60 g
= x 5 mL
200 g
= 4,815 mL
BB Tikus
1. Volume pemberian = x vol . pemberian max
BB Max
221,15 g
= x 5 mL
200 g
= 5,52 mL