Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PPN

MAKALAH KIMIA MEDISINAL II


OBAT DEPRESAN SISTEM SYARAF PUSAT

NAMA :DIAN TRIYUWONO


NIM :09023218
DOSEN : Warsi, Msc. Apt.

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2013
OBAT DEPRESAN SISTEM SARAF PUSAT

Definisi depresan adalah senyawa yang dapat mendepres atau menekan sistem tubuh.
Depresan Sistem Syaraf Pusat (SSP) adalah senyawa yang dapat mendepres atau menurunkan
aktivitas fungsional dari sistem saraf pusat (SSP). Akibat dari penurunan aktivitas fungsional sistem
syaraf pusat adalah menurunnya fungsi beberapa organ tubuh. Depresan sistem syaraf pusat (SSP) ini
bekerja dengan menekan pusat kesadaran, rasa nyeri, denyut jantung dan pernafasan. Depresansia
terbagi atas golongan sedative, hipnotika, anastetik umum. Depresansia golongan sedative
menyebabkan respon fisik dan mental menghilang, tetapi tidak mempengaruhi kesadaran atau dengan
kata lain hanya menimbulkan efek sedasi. Depresansia golongan hipnotika menimbulkan efek
hipnotik, sehingga meyebabkan rasa kantuk. Depresansia golongan sedative dan hipnotika ini apabila
diberikan pada dosis tinggi dapat menyebabkan efek anaesthesi. Depresansia golongan anastetik
umum adalah senyawa yang dapat menimbulkan efek anaeshtesi, sehingga kesadaran, rasa nyeri
menjadi hilang, dan muscle relaxan.
Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal dan anestesi umum. Anestesi lokal
adalah hilangnya rasa sakit tanpa hilangnya kesadaran,sedangkan anestesi umum adalah hilangnya
rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Menurut teori Koloid pemberian anestesi umum menyebabkan
terjadinya penggumpalan koloid yang menimbulkan anestesia yang bersifat refersibel diikuti dengan
proses pemulihan. Teori – teori lain yang membahas tentang anestesi umum yaitu teori lipid, teori
adsorbsi dan tegangan permukaan,teori biokimia, teori neurofisiologis dan teori fisika.
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) memperlihatkan efek yang sangat luas.
Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktifitas SSP secara spesifik atau secara umum.
Beberapa kelompok obat memperlihatkan selektivitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik yang
khusus mempengaruhi pusat pengaturan suhu dan pusat nyeri tanpa pengaruh jelas terhadap pusat
lain.Sebaliknya anestetik umum dan hipnotik sedatif merupakan penghambat SSP yang bersifat umum
sehingga dosis yang berat selalu disertai koma. (Ganiswara,Sulistia G. 1995)
Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat yang relatif tidak
selektif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang
berat ( kecuali benzodiazepam ) yaitu hilangnyakesadaran, keadaan anestesia, koma dan mati,
bergantung kepada dosis. Pada dosis terapi, obat sedativ menekan aktifitas, menurunkan respon
terhadap rangsangan emosi dan menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan
mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis. (Ganiswara,
Sulistia G. 1995).
Beberapa obat hipnotik dan sedatif terutama golongan benzodiazepine digunakan juga untuk
indikasi lain yaitu sebagai pelemas otot, anti epilepsi,antiansietas (anticemas) dan sebagai penginduksi
anestesia. Salah satu jenis sedatif lain yaitu kloralhidrat, merupakan derivat monohidrat dari kloral
dan merupakan hipnotik yang efektif. Metabolitnya, trikloroetanol juga merupakanhipnotik yang
efektif. Kloral sendiri berupa minyak sedangkan hidratnyamerupakan kristal yang menguap secara
lambat di udara dan larut dalam minyak,air dan alkohol. Kloralhidrat memiliki rasa yang tidak enak.
Senyawa ini dapatmengiritasi kulit dan membran mukosa.
Penggolongan obat depresan SSP antara lain yang akan dibahas pada makalah ini adalah
Anestesi umum, hipnotik sedative, tranquilizer/antipsikotik , antikonvulsan.

1. ANESTESI UMUM
Anestetika umum/ sistemik adalah senyawa yg dapat menekan aktivitas SSP sehingga
menyebabkan hilangnya kesadaran, menimbulkan efek analgesik, relaksasi otot, dan menurunkan
aktivitas refleks. Anestesi umum dapat menekan susunan saraf sentral secara berurutan, yaitu :

a) Taraf analgesia, yaitu kesadaran dan rasas nyeri berkurang


b) Taraf eksitasi, yaitu kesadaran hilang seluruhnya dan terjadi kegelisahan
c) Taraf anestesia, yaitu reflek mata hilang, nafas otomatis dan teraturseperti tidur dan
otot-otot melemas (relaksasi)
d) Taraf pelumpuhan sumsum tulang, yaitu kerja jantung dan pernafasan terhenti

Tujuan narkose adalah untuk mencapai taraf anestsia dengan sedikit mungkin efek samping,
oleh karena itu taraf pertama sampai ketiga adalah yang paling penting sedangkan taraf keempat harus
dihindari. Pada proses recovery (sadar kembali) terjadi dengan urutan taraf terbalik dari taraf ketiga
sampai kesatu.
Mekanisme kerja Anestetikum akan bekerja mempengaruhi dua jenis reseptor yaitu : 1.
Reseptor γ amino butiric acid (GABA) , GABA merupakan neurotransmiter inhibitori utama di otak,
GABA berdifusi menyeberangi celah sinap untuk berinteraksi dengan reseptornya sehingga
menimbulkan aksi penghambatan fungsi SSP. 2. Reseptor Glutamat yang merupakan reseptor
eksitatori kususnya pada sub tipe N-methyl D-aspartat (NMDA) Gamma-amino butiric acid
merupakan neurotransmiter inhibitori utama di otak, disintesis dari glutamat dengan bantuan enzim
glutamic acid decarboxylase (GAD), didegradasi oleh GABA-transaminase. Sekali dilepaskan,
GABA berdifusi menyeberangi celah sinap untuk berinteraksi dengan reseptornya sehingga
menimbulkan aksi penghambatan fungsi SSP.
Anestesi umum dibagi menjadi 2, yaitu anestesi inhalasi dan anestesi intravena. Mekanisme
kerjanya sebagai berikut:
a) Anestesi inhalasi
Anestesi inhalasi bekerja secara spontan menekan dan membangkitkan aktivitas
neuron berbagai area di dalam otak. Sebagai anestesi inhalasi digunakan gas dan
cairan terbang yang masing-masing sangat berbeda dalam kecepatan induksi,
aktivitas, sifat melemaskan otot maupun menghilangkan rasa sakit. Untuk
mendapatkan reaksi yang secepat-cepatnya, obat ini pada permulaan harus diberikan
dalam dosis tinggi, yang kemudian diturunkan sampai hanya sekadar memelihara
keseimbangan antara pemberian dan pengeluaran. Keuntungan anestesi inhalasi
dibandingkan dengan anestesi intravena adalah kemungkinan untuk dapat lebih cepat
mengubah kedalaman anestesi dengan mengurangi konsentrasi dari gas / uap yang
diinhalasi. Contoh anestesi inhalasi yaitu:
1. Turunan eter , yaitu: dietil eter, vinileter,enfluran, isofluran, metoksifluran
2. Turunan Hidroksi terhalogenasi, yaitu :kloroform (CHCl3), etilklorida
(CH3CH2Cl), halotan (F3CCHClBr), trifluorometanol (F3CCH2OH)
b) Anestesi intravena
Obat-obat intravena seperti thiopental, etomidate, dan propofol mempunyai mula
kerja anestetis yang lebih cepat dibandingkan terhadap senyawa gas inhalasi yang
terbaru, misalnya desflurane dan sevoflurane. Senyawa intravena ini umumnya
digunakan untuk induksi anestesi. Kecepatan pemulihan pada sebagian besar senyawa
intravena juga sangat cepat.

Struktur dan contoh obat anestesi inhalasi dan intravena adalah sebagai berikut:

I. Anestesi Inhalasi:
Contoh anestesi inhalasi yaitu:
a. Turunan eter , yaitu: dietil eter, vinileter,enfluran, isofluran, metoksifluran
b. Turunan Hidroksi terhalogenasi, yaitu :kloroform (CHCl3), etilklorida (CH3CH2Cl),
halotan (F3CCHClBr), trifluorometanol (F3CCH2OH)

Struktur:
II. Anestesi Intravena
Contoh anestesi intravena,yaitu:
1. Turunan barbiturate , yaitu: metoheksital Na, tiamital Na, tiopental Na
2. Turunan sikloheksana, yaitu :Ketamin HCL

Struktur:

2. HIPNOTIK SEDATIF
Definisi Sedatifa adalah senyawa yg menimbulkan efek sedasi, yaitu keadaan
terjadinya penurunan kepekaan terhadap rangsangan dari luar karena ada penekanan SSP
ringan. Dalam dosis lebih besar sedatifa berfungsi sebagai hipnotika. Penggunaan Sedatifa
untuk menekan kecemasan, menunjang pengobatan hipertensi, mengontrol kejang,menunjang
efek anestetika sistemik, sedangkan Hipnotika digunakan untuk terapi gangguan tidur
(imsomnia).
Sedatif- Hipnotik adalah golongan obat depresi SSP. Efeknya bergantung pada dosis,
mulai dari yang ringan (menenangkan, menyebabkan kantuk, menidurkan) hingga yang berat
(menghilangkan kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati
Sedatif adalah zat-zat yang dalam dosis terapi yang rendah dapat menekan aktivitas
mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan.
Hipnotik adalah Zat-zat dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan
untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur.
Mekanisme kerja Hipnotik sedative secara umum, mempengaruhi fungsi
pengaktifan retikula, rangsangan pusat tidur & menghambat fungsi pusat
arousal.Penggolongan obat Hipnotik sedative antara lain adalah sebagai berikut:
i. Turunan Barbiturat
ii. Turunan Benzodiazepin
iii. Turunan Ureida Asiklik
iv. Turunan Alkohol
v. Turunan Piperidindion & Kuinazolin
vi. Turunan Aldehid

Pada golongan turunan barbiturat mekanisme kerjanya adalah menekan transmisi


sipnatik pada sistem pengaktifan retikula di otak dengan cara mengubah permeabilitas
membran sel sehingga mengurangi rangsangan sel postsinaptik & menyebabkan deaktivasi
korteks serebral. Contoh obat tturunan barbiturate ini adalah Fenobarbital dengan struktur
sebagi berikut:

Rumus struktur fenobarbital (asam 5-fenil-5-etilbabiturat) hubungan struktur aktifitas


barbiturat telah banyak diteliti. Aktivitas kejang maksimal diperoleh jika satu substituent pada
posisi 5 berupa gugus fenil. Turunan 5,5-difenil mempunyai potensi kejang lebih lemah
dibandingkan dengan fenobarbital tetapi hampir tanpa aktivitas hipnotik. Sebaliknya, asam
5,5-dibenzil barbiturat menyebabkan konvulsi. Pada seri yang sama, isomer dgn rantai cabang
mempunyai aktivitas lebih besar & masa kerja lebih pendek. Senyawa dengan percabangan
yang lebih besar aktivitasnya lebih tinggi
Pada golongan Benzodiazepin mekanisme kerjanya adalah menekan transmisi
sipnatik pada sistem pengaktifan retikula di otak dengan cara mengubah permeabilitas
membran sel sehingga mengurangi rangsangan sel post sinaptik & terjadi deaktivasi korteks
serebral, mengikat reseptor khas di otak & meningkatkan transmisi sipnatik GABA-ergik
dengan cara meningkatkan pengaliran klorida pd membran post sinaptik & menurunkan
pergantian norepineprin, katekolamin, serotonin, & amin bioergik dalam otak. Contoh obat
golongan ini adalah Klordiazepoksid Hcl, strukturnya:

Indikasinya adalah untuk mengontrol emosi, meringankan kecemasan, ketegangan, gangguan


fungsi somatik,& imsomnia. Dengan dosis 5-10 mg 3 kali sehari.

Hubungan struktur aktivitas obat ini adalah sebagai berikut:

Modifikasi pada cincin A

Pemasukan substituen ggs penarik elektron spt: Cl, Br, F, CF3, NO2 pd posisi R1 meningkatkan
aktivitas, sedangkan substitusi dengan gugus pendonor elektron menurunkan aktivitas.

Modifikasi pada cincin B


 Pemasukan gugus metil pada posisi R2 meningkatkan aktivitas,
 Penggantian atom O gugus karbonil dengan hidrogen (medazepam) aktivitas turun
 Penggantian satu atom H pada posisi R4 dengan –OH akan menurunkan aktivitas tetapi juga
menurunkan efek samping obat (oksazepam)
 Penggantian satu atom H pada posisi R4 dg –COOH akan meningkatkan masa kerja obat
 Penggabungan cincin pada posisi R2 dan R3 inti diazepam (turunan triazololbenzodiazepin)
secara umum mempunyai aktivitas lebih tinggi daripada turunan 1-metilbenzodiazepin

Modifikasi pada cincin c

 Substitusi atau modifikasi gugus F/ Cl pada posisi orto cincin C meningkatkan aktv.
Substitusi meta & para menurunkan aktv

3. ANTI PSIKOTIK
Antipsikotik (juga disebut neuroleptics) adalah kelompok obat-obatan psikoaktif umum tetapi
tidak secara khusus digunakan untuk mengobati psikosis, yang ditandai oleh skizofrenia. Obat
antipsikotik memiliki beberapa sinonim antara lain neuroleptik dan transquilizer mayor.
Obat antipsikotik hanya menghilangkan gejala saja secara sementara. Penyebab penyakit
tidak dihilangkan, karena memang sebagian besar ppenyebab dan cara terjadinya belum diketahui.
Obat antipsikotik Memberikan efek sedatif kuat tanpa menurunkan kesadaran/ menekan pusat
vital meskipun dalam dosis besar, biasa digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan berat,
seperti skizofrenia. Efektif utk menekan eksitasi, agitasi, & agresifitas.
Mekanisme kerjanya adalah Antagonis reseptor dopamin, memblok dopamin sehingga tidak
dapat berinteraksi dengan reseptornya. Pemblokan terjadi pada pra & post sipnatik reseptor sehingga
menyebabkan efek antipsikotik.
Penggolongan obatnya sebagai berikut:

 Turunan Fenotiazin
Digunakan untuk pengobatan gangguan mental & emosi (skizofrenia, paranoia, psikoneurosis
(ketegangan & kecemasan), psikosis akut & kronik.
ESO :gejala extrapiramidal dengan efek seperti penyakit parkinson, hipotensi, agranulositosis,
dermatitis, penyakit kuning, perubahan mata & kulit serta sensitif terhadap cahaya.
Antipsikotik : Promazin, klorpromazin, trifluoperazin, teoridazin, mesoridazin,perazin,
butaperazin, flufenazin, asetofenazin & carfenazin
Antiemetik : proklorperazin & perfenazin
Struktur umum:

Hubungan aktivitas Struktur :


 Gugus R2 menentukan kerapatan elektron sistem cincin. Aktivitas besar jika gugus R2 adalah
penarik elektron & tidak terionisasi. Makin besar kekuatan penarik elektron (CF3 > Cl) makin
tinggi aktivitas.
 Subtitusi pada posisi 1,3, & 4 pd kedua cincin aromatik menyebabkan aktivitas transquilizer
hilang
 Substitusi pada rantai alkil dgn fenil/ dimetilamin, gugus-OH , menghilangkan aktivitas
tranquilizer.

 TURUNAN FLUOROBUTIROFENON
Contoh obatnya adalah droperidol, strukturnya:
Hubungan aktivitas struktur:

 Reduksi gugus karbonil dapat menurunkan aktivitas


 Perpanjangan, pemendekan, percabangan pada rantai propil menurunkan aktivitas

4. ANTI KONVULSAN / ANTI KEJANG


Antikonvulsan adalah sebuah obat yang mencegah atau mengurangi kejang-kejang
atau konvulsan. Tujuan terapinya adalah Untuk mencegah serangan epilepsi tanpa
menimbulkan depresi pernafasan. Efek samping obat-obat anti konvulsan adalah Kerusakan
sumsum tulang, hati & ginjal, neuropati, dan gangguan saluran cerna.
Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan atau penyakit susunan saraf
pusat yang timbul spontan dengan episode singkat ( Seizure), dengan gejala utama kesadaran
menurun sampai hilang. Bangkitan ini biasanya disertai kejang (Konvulsi), hiperaktifitas
otonomik, gangguan sensorik atau psikis.

Jenis – Jenis Epilepsi :

1. Grand mal
Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-kejang otot hebat dengan
pergerakan kaki tangan tak sadar yang disertai jeritan, mulut berbusa,mata membeliak dan
disusul dengan pingsan dan sadar kembali.
2. Petit mal
Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang.
3. Psikomotor (serangan parsial kompleks)
Kesadaran terganggu hanya sebagian tanpa hilangnya ingatan dengan
memperlihatkan perilaku otomatis seperti gerakan menelan atau berjalan dalam lingkaran.
Mekanisme kerja antikonvulsan Terdapat dua mekanisme antikonvulsi yang
penting, yaitu :
1. Dengan mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptik
dalam fokus epilepsi.
2. Dengan mencegah terjasinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat
pengaruh dari fokus epilepsi.

Struktur kimia antikejang:

Turunan Obat Antikonvulsan;

 Turunan Barbiturat
Turunan obat ini Digunakan untuk efek epilepsi, efek tidak khas Efektif untuk
mengontrol serangan grand mal dan parsial psikomotor, kurang bermanfaat untuk epilepsy
petit mal, contoh obat:
a. Fenobarbital
Masa kerja panjang lebih efektif utk serangan grand mal
b. Metabarbital
Efektif untuk grand mal, petit mal, mioklonik/ tipe campuran
c. Primidon (Mysoline)
Turunan de-oksi dari fenobarbita Efek antikejang lbh rendah & toksisitas lebih kecil
fenobarbital

 Turunan Oksazolidindion
Obat turunan ini efektif untuk pengobatan petit mal, dan tidak efektif utk grand mal
ESO : iritasi lambung, mual, pusing, gangguan penglihatan, anemia aplastik, depresi sumsum
tulang belakang &kerusakan ginjal.
Contoh obat: trimetadion, parametadion.

Anda mungkin juga menyukai