Anda di halaman 1dari 12

DEPRESAN

(DEPRESAN SUSUNAN SYARAF PUSAT)

Obat depresan/ obat penekan Susunan Syaraf Pusat (SSP) : senyawa yang dapat
menghambat aktivitas SSP. Berdasar efek farmakologinya, penekan SSP dapat dibagi menjadi
beberapa kelompok:

A. Hipnotik–sedative.

B. Anestetika lokal/ umum

C. Obat penenang (antipsikotik)

D. Obat anti kejang (antikonvulsan/ antiepilepsi)

A. Hipnotika – Sedatif

 Hipnotika & Sedatif : golongan obat pendepresi susunan saraf pusat.


 Hipnotika : dapat menyebabkan tidur pulas
 Sedatif : keadaan terjadinya penurunan kepekaan terhadap rangsangan dari luar
karena ada penekanan SSP yang ringan.
 Efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari ringan menyebabkan ngantuk,
menidurkan, hingga yang berat menyebabkan hilangnya kesdaran, koma, hingga
mati.

Mekanisme Aksi

Mekanisme Aksi Secara umum golongan hipnotik-sedatif bekerja dg mempengaruhi


fungsi pengaktifan retikula, rangsangan pusat tidur dan menghambat fungsi pusat arousal.

1. Turunan Asam Barbiturat


 Efek utamanya depresi SSP.
 Tidak mengurangi rasa nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran
 Dosis kecil dari barbiturat dapat meningkatkan reaksi terhadap rangsangan nyeri.
 Bekerja pada seluruh SSP.
 Meningkatkan total lama tidur dan mempengaruhi tingkat tidur yang bergantung
kepada dosis.
 Contoh obat: phenobarbital, butalbital, metohexital.
 Durasi aksi panjang (6 jam atau lebih)
 Barbital=Veronal= dietilobarbiturikum
 Mefobarbital=Meboral=
 Metabirtal=Gemonil= biturikum
 Fenobarbital=Luminal=etilobarbiturikum
 Awal aksi 30-60’ kecuali luminal 20-40’
 Dosis sedatif berturut-turut: 30-100 mg; 50-100 mg; 15-30
 Aksi durasi menengah (3-6 jam)
 Butabarbital=Sandaptal
 Amobarbital=Amital
 Aprobarbital=Alurat
 Na butabarbital=butisol
 Talbutal=Lotusate Vinbarbital

 Durasi aksi pendek (kurang dari 3 jam)


 Siklobarbital = phanodom
 Asam siklopentenilalilbarbiturat= Cyclopal
 Heptobarbital = Meclomin
 Heksetal = Ortal
 Na pentobarbital = Nembutal sodium Sekobarbital = Seconal

2. Turuanan Benzodiazepin
 Walaupun benzodiazepin mempengaruhi semua tingakatan aktivitas saraf, namun
beberapa derivat benzodiazepin pengaruhnya lebih besar terhadap SSP dari
derivat yang lain.benzodiazepin tidak mampu menghasilkan tingkat depresi saraf
sekuat golongan barbiturat atau anestesi umum. Semua benzodiazepin memiliki
profil farmakologi yang hampir sama namun efek utamanya sangat bervariasi,
sehingga indikasi kliniknya sangat berbeda.
 Peningkatan dosis benzodiazepin dapat menyebabkan depresi SSP yang
meningkat dari dari sedasi ke hipnotis.
 Hampir semua efek benzodiazepin merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP
dengan efek utama berupa : sedasi,hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan
emosi, relaksasi otot, dan antikonvulsi.
 Sebagian besar benzodiazepin mengurangi jatah tidur terutama pada penggunaan
awal, dan mengurangi jumlah terbangun. Secara keseluruhan efek pemberian
benzodiazepin menaikan tidur total
 Penggunaan : hipnotik-sedatif, menghilangkan ketegangan (anxiolitik, tranquilizer
minor), relaksasi otot & antikonvulsan.
 Penggunaan di klinik: menghilangkan ketegangan, kegelisahan & insomnia.
 Penggunaan jangka panjang (dosis tinggi) : ketergantungan fisik & mental.
 Contoh obat : klordiapoksid, diazepam, klobazepam, klonazepam.
B. Anestetika lokal / Umum

 Anestetika lokal: senyawa yang dapat menekan aktivitas fungsional SSP sehingga
menyebabkan hilangnya kesadaran, menimbulkan efek analgesik dan relaksasi
otot serta menurunkan aktivitas refleks yang bekerja langsung pada serabut saraf
perifer.
 Anestetik umum : pengendalian, depresi reversibel aktivitas fungsional SSP,
menimbulkan kehilangan kepekaan dan kesadaran & menghilangkan rasa nyeri
selama pembedahan yang bekerja langsung di susunan saraf pusat.

Mekanisme kerja Obat Anestesi


Mekanisme kerja obat-obat anestesi adalah dapat melintasi membran dan berikatan pada
posisi sitoplasmik kanal ion Na dan juga menyebabkan Na mengikat kanal ion pada kondisi
terinaktivasi, sehingga kanal ion tersekat, yang pada akhirnya menghambat hantaran transmisi
impuls rasa sakit.
Anestetik di semua tingkat susunan saraf pusat bekerja dengan cara mempengaruhi
transmisi nueron, khususnya di sinaps yaitu dengan mengubah penglepasan neurotransmitter di
prasinaps dan mengubah frekuensi maupun amplitudo impuls yang sampai ke pascasinaps.
Di otak, anestetik inhalasi menghambat transmisi sinaps di sistem retikulasi asendens,
korteks serebri, dan hipokampus. Penyampaian informasi sensori dari talamus ke bagian tertentu
di korteks, sangat peka terhadap anestetik.

Penggolongan Obat Anestesi


Anestetik umum dikelompokkan berdasarkan penggunaannya di klinik dibagi 2:
1. Anestesi inhalasi (contoh: Eter, halotan, enfluran, isofluran, metoksifluran, etilklorida,
trikloretilen, dan fluroksen)
2. Anestesi intravena (contoh: lidokain, kokain, prokain, dan halotan).
1) Kelompok barbiturat (contoh : Triopental, metoheksital)
2) Kelompok Benzodiazepin (contoh: Midazolam, diazepam, lorazepam)
3) Anestetik IV yang lebih berefek analgesik ( contoh : Fentanil, sulfentanil, alfentanil,
remifentanil, meperidin, dan morfin).
Anestesi Inhalasi
1. Anestesi Inhalasi Berupa Gas
a) Siklopropan
 Merupakan anestetik inhalasi yang kuat, berbentuk gas, berbau spesifik,
tidak bewarna, dan disimpan dalam bentuk cairan yang bertekanan tinggi.
Gas ini mudah terbakar dan meledak sehingga hanya digunakan dengan
sistem lingkar tertutup.
 Siklopropan Menimbulkan relaksasi otot yang cukup baik dan sedikit
sekali mengiritasi saluran napas. Namun, depresi pernapasan ringan dapat
terjadi pada anestesi dengan siklopropan ini.
b) Nitrogen Monoksida (N2O)
 Merupakkan gas yang tidak bewarna, tidak berbau, tidak terasa, dan lebih
berat dari udara.
 Mudah terbakar bila terkontaminasi atau dikombinasikan dengan zat
anestetik yang mudah terbakar seperti eter.
 Mempunyai efek analgesik yang baik
 Diekresikan dalam bentuk utuh melalui paru-paru dan sebagian kecil
melalui kulit.

2. Anestesi Inhalasi (Cairan mudah menguap)


A. Turunan Eter
1) Dietileter (Eter)
 Merupakan cairan tidak bewarna yang mudah menguap, berbau
tidak enak, mengiritasi saluran napas, mudah terbakar dan mudah
meledak.
 Merupakan anestesi sistemik yg cukup aman & banyak digunakan
dlm pembedahan dan termasuk anestetik yang sangat kuat karena
analgesiknya kuat sekali.
 Waktu induksinya lambat pd permulaan digunakan anestesi lain
(vinileter & nitrogen oksida)
2) Enfluran (Ethrane)
 Tidak mudah terbakar.
 Daya anestesi serupa halotan,
 sering dikombinasi dg oksigen/ nitrogen oksida.
 Waktu induksi : 4–6 menit.
 Efek samping pasca pemulihan berupa menggigil karena
hipotermia, gelisah, mual, atau muntah.
3) Flureksen
 Merupakan eter berhalogen dengan sifat seperti eter, mudah
terbakar, tetapitidak mudah meledak.
 Menimbulkan analgesik yang baik, tetapi relaksasi otot sangat
kurang baik.
4) Isofluran
 Eter berhalogen yang tidak mudah terbakar.
 Berbau tajam
 Kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi membuat pasien
menahan napas dan batuk.
 Isofluran merelaksasikan otot rangka lebih baik dan meningkatkan
efek pelumuh otot depolarisasi maupun nondepolarisasi lebih dari
yang ditimbulkan oleh enfluran.

B. Hidrokarbon Terhalogen
1) Etil Klorida dan Kloroetan
 Cepat menimbulkan induksi anestesia, dan diikuti cepat pulih
setelah pemberian dihentikan.
 Untuk anestetika lokal dalam waktu yang pendek.
 Jika disemprotkan pada kulit tak terluka, cepat menguap,
membekukan jaringan dan dengan dilaksanakan operasi kecil.
2) Halotan dan Fluotan
 Kekuatan anestestik-nya 4 x eter.
 Adanya gugus trifluorometil dan atom Br, Cl dan H pada satu
atom karbon, menjadi satu molekul asimetrik, tidak terpisah dalam
bentuk diasteromerik.
 Sifat kimia fisika dan kekuatan erat dengan kloroform, toksisitas
lebih rendah.
 Waktu induksi sangat cepat, hilang setelah dihentikan.

Keuntungan anestesi inhalasi dibanding intravena :


1) kedalaman anestesi dapat diubah cepat yaitu dengan mengubah kadar obat.
2) Kemungkinan terjadi depresi pernafasan sesudah operasi kecil karena obat dieliminasi
dengan cepat.

Anestesi Intravena

1. Turunan Barbiturat
 Barbiturat menghilangkan kesadaran dengan cara memfasilitasi peningkatan
GABA pada reseptor GABAA di membran neuron SSP.
 Menekan kerja neurotransmiter sistem stimulasi (perangsangan).
 Turunan barbiturat mempunyai masa kerja sangat pendek (< ½ jam)
 Efek : anestesi sistemik
 Nama Obat :
1) Tiopental
 Pada penyuntikan tiopental mula-mula timbul hiperalgesia diikuti
analgesia bila dosis terus ditingkatkan.
 Ekstravasi larutan tiopental yang lebih pekat dari 2,5% dapat
menyebabkan nekrosis jaringan.
 Pasien kadang menggigil pascabedah karena pemulihan suhu tubuh
setelah anestesia.
 Induksi pemulihan cepat dengan suntikan bolus.
2) Metoheksital
 Pemulihan cepat dengan suntikan bolus.
3) Tiamilal

2. Turunan Diazepin
 Menimbulkan sedasi untuk tindakan yang tidak memerlukan alagesia
 Sebagai pra-anestetik
 Mengatasi konvulsi yang disebabkan oleh anestetik lokal dalam anestetik
regionnal.
 Nama obat:
1) Diazepam
 menyebabkan tidur, mengurangi cemas, menimbulkan amnesia
anterograd, tetapi tidak berefek aanlgesik
 pemberian diazepam dalam jangka waktu yang lama tidak
memerlukan koreksi dosis.
 Mula kerja diazepam lebih cepat potensinya lebih besar dengan
metabolit yang aktif sehingga medazolam lebih disukai untuk
induksi dan mempertahankan anestesia.

2) Lorazepam
 menyebabkan tidur, mengurangi cemas, menimbulkan amnesia
anterograd, tetapi tidak berefek aanlgesik
 sedasi lebih lambat timbul
3) midazolam
 menyebabkan tidur, mengurangi cemas, menimbulkan amnesia
anterograd, tetapi tidak berefek aanlgesik
 waktu paruh retribusi lebih panjang dari diazepam
 sedasi lebih cepat timbul
C. Obat Antipsikotik

 Obat antipsikotik = neuroleptik, mayor traquilizer atau ataraktik.


 Kerja obat antipsikotik : memberikan efek sedasi tanpa menurunkan kesadaran atau
menekan pusat vital meskipun dalam dosis besar.
 Penggunaan : untuk terapi gangguan kejiwaan yang berat (skizoprenia).

Mekanisme kerja

1. Menimbulkan efek farmakologis dengan mempengaruhi mekanisme pusat dopamergik :


sebagai antagonis pada reseptor dopamin, memblok dopamin sehingga tidak dapat
berinteraksi reseptornya.
2. Pemblokan pada pra dan postsinaptik sehingga kadar dopamin dalam tubuh meningkat
sehingga menimbulkan efek antipsikotik

Obat Antipsikotik

a. Turunan fenotiazin:

bekerja dengan cara menghambat reseptor dopamin di otak, sehingga jumlahnya


seimbang. Efek samping dari obat ini adalah membuat ngantuk pengonsumsi dan juga bisa
menimbulkan reaksi alergi.

a) promazin
b) klorpromazin
c) butperzin (antipsikotik);
d) proklorperazin,
e) perfenazin (antiemetika)

b. Turunan flurobutirofenon:

a) haloperidol,
b) metilperidol
c. Turunan lain-lain: sulpirid, buspiron HCl.

D. Obat Antikonvulsan (Antiepilepsi)

 Obat antiepilepsi : senyawa yang secara selektif dapat menekan SSP & digunakan utk
mengontrol dan mencegah serangan tiba-tiba dari epilepsi tanpa menimbulkan depresi
pernafasan.
 Epilepsi adalah gejala kompleks yang dikarakterisasi oleh kambuhnya serangan hebat
disritmia otak disertai dengan gangguan/hilangnya kesadaran, juga kejang dalam waktu
pendek pada orang tertentu.
 Obat antiepilepsi bersifat simptomatik, meringankan gejala bukan menyembuhkan.

Tipe umum serangan epilepsi

 Grand Mal: mendadak kehilangan kesadaran diikuti kejang otot umum, berakhir berkisar
2-5 menit. Sering dan beratnya serangan bermacam-macam.
 Petit Mal: kehilangan kesadaran sangat singkat dengan gerakan kecil kepala, mata, kaki
dan tangan, berakhir sekitar 5 – 30 detik. Pasien segera siap siaga, siap melanjutkan
aktivitas normal.
 Serangan Psikomotor: otomatis, pola gerakan berakhir dari 2 sampai 3 menit. Biasa
amnesia, dan sering tidak mengingat adanya kejadian. Keadaan ini sering dikacaukan
dengan tingkah psikotik.

Penggolongan Obat Antiepilepsi

Berdasar strukturnya dapat dibagi menjadi 7 kelompok

1. Turunan barbiturat, untuk mengontrol epilepsi: fenobarbital, mefobarbital, metarbital,


primidon
2. Turunan hidantoin: sangat efektif untuk mengontrol serangan grand mal dan parsial
(psikomotor) : fenitoin ; mefenitoin.

3. Turunan oksazolidindion, untuk pengobatan serangan petit mal: trimetadion, parametadion

4. Turunan suksinimida, untuk serangan petit mal: fensuksimid

5. Turunan benzodiazepin, turunan SSP yang digunakan sebagai sedatif-hipnotika & relaksasi
otot : klordiapoksid, diazepam, klobazepam, flurazepam, klonazepam

6. Turunan asam valproat: asam valproat, divalproat Na, dan valpromid

7. Turunan dibenzazepin : antiepilepsi luas, untuk mengontrol serangan epilepsi, grand mal dan
petit mal: karbamazepin.

Mekanisme kerja

Fenitoin dan karbamazepin beraksi pada reseptor kanal ion Na +. Dengan pengikatan obat
tersebut pada kanal ion yang teraktifasi, kembalinya (recover) kanal menuju bentuk aktifnya
akan diperlambat. Inaktifasi kanal ion yang diperlama menyebabkan sel syaraf tidak mudah
dipicu, sehingga mencegah terjadinya kejang.

Anda mungkin juga menyukai