Anda di halaman 1dari 45

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGGOLONGAN OBAT SISTEM NEUROLOGI


A. DEFINISI SISTEM SARAF PUSAT

Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang merupakan
suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu
dengan yang lain. Fungsi sistem saraf antara lain : mengkoordinasi, menafsirkan
dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya.
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang
serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks otak-
depan oleh se-nyawa stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan,
pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Contoh senyawa
stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin
Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan sistem
saraf tepi (SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa,
cahaya, dan suara mula-mula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan ke otak
dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan rasa sakit
diotak besar. Sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional yang
ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sistem syaraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh
penekan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik. Obat yang
dapat merangsang SSP disebut analeptika.
Obat – obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek
farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :
• merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung
merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta syarafnya.
•menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak lansung
memblokir proses proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang
dan saraf- sarafnya.
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat
luas (merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara umum). Kelompok
obat memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik khusus
mempengaruhi pusat pengatur suhu pusat nyeri tanpa pengaruh jelas.
B. Klasifikasi Sistem Saraf Pusat
Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa golongan
besar, yaitu:
1. Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi Psikoleptika (menekan atau
menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika, sedativa dan
tranquillizers, dan antipsikotika); Psiko-analeptika (menstimulasi seluruh SSP,
yakni antidepresiva dan psikostimulansia (wekamin)).
2. Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple sclerosis), dan
penyakit Parkinson.
3. Jenis yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anestetika umum, dan lokal.
4. Jenis obat vertigo dan obat migrain (Tjay, 2002).
Umumnya semua obat yang bekerja pada SSP menimbulkan efeknya dengan
mengubah sejumlah tahapan dalam hantaran kimia sinap (tergantung kerja
transmitter

C. OBAT PERANGSANG SISTEM SARAF PUSAT


Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat antara lain :
1. AMFETAMIN
Indikasi : untuk narkolepsi, gangguan penurunan perhatian
Efek samping : Euforia dan kesiagaan, tidak dapat tidur, gelisah, tremor,
iritabilitas dan beberapa masalah kardiovaskuler (Tachicardia, palpitasi, aritmia,
dll)
Farmakokinetik : waktu paruh 4-30 jam, diekskresikan lebih cepat pada urin asam
daripada urin basa
Reaksi yang merugikan : menimbulkan efek- efek yang buruk pada sistem saraf
pusat, kardiovaskuler, gastroinstestinal, dan endokrin.
dosis : Dewasa : 5-20 mg
Anak > 6 th : 2,5-5 mg/hari

2. METILFENIDAT
Indikasi : pengobatan depresi mental, pengobatan keracunan depresan SSP,
syndrom hiperkinetik pada anak
Efek samping : insomnia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen, nyeri kepala,
Tachicardia
Kontraindikasi : hipertiroidisme, penyakit ginjal.
Farmakokinetik : diabsorbsikan melalui saluran cerna dan diekskresikan melalui
urin, dan waktu paruh plasma antara 1-2 jam
Farmakodinamik : mula- mula :0,5 – 1 jam P : 1 – 3 jam, L : 4-8 jam.
Reaksi yang merugikan : takikardia, palpitasi, meningkatkan hiperaktivitas.
dosis pemberian :
Anak : 0.25 mg/kgBB/hr
Dewasa : 10 mg 3x/hr
3. KAFEIN
Indikasi : menghilangkan rasa kantuk, menimbulkan daya pikir yang cepat,
perangsang pusat pernafasan dan fasomotor, untuk merangsang pernafasan pada
apnea bayi prematur
Efek samping : sukar tidur, gelisah, tremor, tachicardia, pernafasan lebih cepat
Kontraindikasi : diabetes, kegemukan, hiperlipidemia, gangguan migren, sering
gelisah (anxious)
Farmakokinetik : kafein didistribusikan keseluruh tubuh dan diabsorbsikan
dengan cepat setelah pemberian, waktu paruh 3-7 jam, diekskresikan melalui urin
Reaksi yang merugikan : dalam jumlah yang lebih dari 500 mg akan
mempengaruhi SSP dan jantung.
Dosis pemberian : apnea pada bayi : 2.5-5 mg/kgBB/hr, keracunan obat depresan
: 0.5-1 gr kafein Na-Benzoat (Intramuskuler)

4. NIKETAMID
Indikasi : merangsang pusat pernafasan
Efek samping : pada dosis berlebihan menimbulkan kejang
Farmakokinetik : diabsorbsi dari segala tempat pemberian tapi lebih efektif dari
IV
Dosis : 1-3 ml untuk perangsang pernafasan
5. DOKSAPRAM
Indikasi : perangsang pernafasan
Efek samping : hipertensi, tachicardia, aritmia, otot kaku, muntah
Farmakokinetik : mempunyai masa kerja singkat dalam SSP
Dosis : 0.5-1.5 mg/kgBB secara IV

D. JENIS OBAT –OBAT SISTEM SARAF PUSAT DAN MEKANISME


KERJANYA
1. Obat Anestetik :
Obat anestetik adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dalam
bermacan-macam tindakan operasi.
a. Anestetik Lokal : Obat yang merintangi secara reversible penerusan impuls-
impuls syaraf ke SSP (susunan syaraf pusat) pada kegunaan lokal dengan
demikian dapat menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin.
Penggunaan
Anestetik lokal umumnya digunakan secara parenteral misalnya pembedahan
kecil dimana pemakaian anestetik umum tidak dibutuhkan. Anestetik local dibagi
menjadi 3 jenis :
- anestetik permukaan, digunakan secara local untu melawan rasa nyeri dan gatal,
misalnya larutan atau tablet hisap untuk menghilangkan rasa nyeri di mulut atau
leher, tetes mata untuk mengukur tekana okuler mata atau mengeluarkan benda
asing di mata, salep untuk menghilangkan rasa nyeri akibat luka bakar dan
suppositoria untuk penderita ambient/ wasir.
- Anestetik filtrasi yaitu suntikan yang diberikan ditempat yang dibius ujung-
ujung sarafnya, misalnya pada daerah kulit dan gusi
- Anestetik blok atau penyaluran saraf yaitu dengan penyuntikan disuatu tempat
dimana banyak saraf terkumpul sehingga mencapai daerah anestesi yang luas
misalnya pada pergelangan tangan atau kaki.
Obat – obat anestetik local umumnya yang dipakai adalah garam kloridanya yang
mudah larut dalam air.
Persyaratan anestetik local
Anestetik local dikatakan ideal apabila memiliki beberapa persyaratan sebagai
berikut :
 tidak merangsang jaringan
 tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf sentral
 toksisitas sistemis rendah
 efektif pada penyuntikan dan penggunaan local
 mula kerja dan daya kerjanya singkat untuk jangka waktu cukup lama
 larut dalam air dengan menghasilakan larutan yang stabil dan tahan pemanasan
Efek samping
Eek samping dari pengguna anestetik local terjadi akibat khasiat dari
kardiodepresifnya ( menekan fungsi jantung ), mengakibatkan hipersensitasi
berupa dermatitis alergi.
Penggolongan
Secara kimiawi anestetik local dibagi 3 kelompok yaitu :
 Senyawa ester, contohnya prokain, benzokain, buvakain, tetrakain, dan
oksibuproka
 Senyawa amida, contohnya lidokain, mepivikain, bupivikain,, cinchokain dll.
 Semua kokain, semua obat tersebut diatas dibuat sintesis.
Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
 Bupivikain
Indikasi : anestetik local

 Etil klorida
Indikasi : anestetik local
Efek samping : menekan pernafasan, gelisah dan mual
 Lidokain
Indikasi : anestesi filtrasi dan anestesi permukaan, antiaritmia
Efek samping : mengantuk
 Benzokain
Indikasi : anestesi permukaan dan menghilangkan rasa nyeri dan gatal
 Prokain ( novokain )
Indikasi : anestesi filtrasi dan permukaan
Efek samping : hipersensitasi
 Tetrakain
Indikasi : anestesi filtrasi
 Benzilalkohol
Indikasi : menghilangkan rasa gatal, sengatan matahari dan gigi
Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping: menekan pernafasan
b). Anestetika Umum: Obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan depresi pada
pusat-pusat syaraf tertentu yang bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan
kesadaran ditiadakan.
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu anestetik umum :
 berbau enak dan tidak merangsang selaput lender
 mula kerja cepat tanpa efek samping
 sadar kembalinya tanpa kejang
 berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot-otot seluruhnya
 Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan
Efek samping
Hampir semua anestetik inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping yang
terpenting diantaranya adalah :
 Menekan pernafasa, paling kecil pada N2O, eter dan trikloretiken
 Mengurangi kontraksi jantung, terutama haloten dan metoksifluran yang paling
ringan pada eter
 Merusak hati, oleh karena sudah tidak digunakan lagi seperti senyawa klor
 Merusak ginjal, khususnya metoksifluran
Penggolongan
Menurut penggunaannya anestetik umum digolongkan menjadi 2 yaitu:
 Anestetik injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short acting ( thiopental dan
heksobarbital )
 Anestetik inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran pernafasan. Contohnya
eter, dll.
Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
 Dinitrogen monoksida
Indikasi : anestesi inhalasi

 Enfluran
Indikasi : anestesi inhalasi ( untuk pasien yang tidak tahan eter)
Efek samping : menekan pernafasan, gelisah, dan mual
 Halotan
Indikasi :anestesi inhalasi
Efek samping : menekan pernafasan, aritmia, dan hipotensi
 Droperidol
Indikasi : anestesi inhalasi
 Eter
Indikasi : anestesi inhalasi
Efek samping : merangsang mukosa saluran pernafasan
 Ketamin hidroklorida
Indikasi : anestesi inhalasi
Efek samping : menekan pernafasan (dosis tinggi ), halusinasi dan tekanan darah
naik.
 Tiopental
Indikasi : anestesi injeksi pada pembedahan kecil seperti di mulut
Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping : menekan pernafasan
2. Obat Hipnotik dan Sedatif
Hipnotik atau obat tidur berasal dari kata hynops yang berarti tidur, adalah
obat yang diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat mempertinggi keinginan
tubuh normal untuk tidur, mempermudah atu menyebabkan tidur.Sedangkan
sedative adalah obat obat yang menimbulkan depresi ringan pada SSP tanpa
menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan dan mencegah kejang-kejang.
Yang termasuk golongan obat sedative-hipnotik adalah: Ethanol
(alcohol),Barbiturate,fenobarbital,Benzodiazepam, methaqualon.
a. Insomnia dan pengobatannya
Insomnia atau tidak bisa tidur dapat disebabkan oleh factor-faktor seperti :
batuk,rasa nyeri, sesak nafas, gangguan emosi, ketegangan, kecemasan, ataupun
depresi. Factor penyebab ini harus dihilangkan dengan obat-obatan yang sesuai
seperti:Antussiva, anelgetik, obat-obat vasilidator, anti depresiva, sedative atau
tranquilizer.
1) Persyaratan obat tidur yang ideal
 Menimbulkan suatu keadaan yang sama dengan tidur normal
 Jika terjadi kelebihan dosis, pengaruh terhadap fungsi lain dari system saraf pusat
maupun organ lainnya yang kecil.
 Tidak tertimbun dalam tubuh
 Tidak menyebabkan kerja ikutan yang negative pada keesokan harinya
 Tidak kehilangan khasiatnya pada penggunaan jangka panjang
2) Efek samping
Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yng mirip dengan morfin
antara lain:
 Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi, contihnya flurazepam, kloralhidrat,
dan paraldehida.
 Tekanan darah menurun, contohnya golongan barbiturate.
 Hang-over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual, perasaan ringan di
kepala dan pikiran kacau, contohnya golongan benzodiazepine dan barbiturat.
 Berakumulasi di jaringan lemak karena umumnya hipnotik bersifat lipofil.
3) Penggolongan
Secara kimiawi, obat-obat hipnotik digolongkan sebagai berikut :
 Golongan barbiturate, seperti fenobarbital, butobarbital, siklobarbital,
heksobarbital,dll.
 Golongan benzodiazepine, seperti flurazepam, nitrazepam, flunitrazepam dan
triazolam.
 Golongan alcohol dan aldehida, seperti klralhidrat dan turunannya serta
paraldehida.
 Golongan bromide, seperti garam bromide ( kalium, natrium, dan ammonium ) dan
turunan ure seperti karbromal dan bromisoval.
 Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida ) dan metaqualon.
4) Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
 Diazepam
Indikasi : hipnotika dan sedative, anti konvulsi, relaksasi, relaksasi otot dan
anti ansietas (obat epilepsi).
 Nitrazepam
Indikasi : seperti indikasi diazepam
Efek samping : pada pengguanaan lama terjadi kumulasi dengan efek sisa (hang
over ), gangguan koordinasi dan melantur.
 Flunitrazepam
Indikasi : hipnotik, sedatif, anestetik premedikasi operasi.
Efek samping : amnesia (hilang ingatan )
 Kloral hidrat
Indikasi : hipnotika dan sedative
Efek samping: merusak mukosa lambung usus dan ketagihan
 Luminal
Indikasi : sedative, epilepsy, tetanus, dan keracunan strikhnin.

3. Obat Psikofarmaka / psikotropik


Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada
susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental
dan perilaku, dan digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik.

Di bagi mejnjadi 3
a. Obat yang menekankan fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat
Neuroleptika yaitu obat yang berkerja sebagai anti psikotis dan sedative yang dikenal
dengan Mayor Tranquilizer.
Neuroleptika mempunyai beberapaa khasiat :
 Anti psikotika, yaitu dapat meredakan emosi dan agresi, mengurangi atau
menghilangkan halusinasi, mengembalikan kelakuan abnormal dan schizophrenia.
 Sedative yaitu menghilangkan rasa bimbang, takut dan gelisah, contoh tioridazina.
 Anti emetika, yaitu merintangi neorotransmiter ke pusat muntah, contoh
proklorperezin.
 Analgetika yaitu menekan ambang rasa nyeri, contoh haloperidinol.
1)Efek samping
 Gejala ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor dan kaku anggota gerak karena
disebabkan kekurangan kadar dopamine dalam otak.
 Sedative disebabkan efek anti histamine antara lain mengantuk,lelah dan pikiran
keruh.
 Diskenesiatarda, yaitu gerakan tidak sengaja terutama pada otot muka (bibir, dan
rahang )
 Hipotensi, disebabkan adanya blockade reseptor alfa adrenergic dan vasolidasi.
 Efek anti kolinergik dengan cirri-ciri mulut kering, obstipasi dan gangguan
penglihatan.
 Efek anti serotonin menyebabkan gemuk karena menstimulasi nafsu makan
 Galaktore yaitu meluapnya ASI karena menstimulasi produksi ASI secara
berlebihan.
b. Ataraktika/ anksiolitika yaitu obat yang bekerja sedative, relaksasi otot dan anti
konvulsi yang digunakan pada gangguan akibat gelisah/ cemas, takut, stress dan
gangguan tidur, dikenal dengan Minor Tranquilizer.
Penggolongan obat-obat ataraktika dibagi menjadi 2 yaitu :
 Derivat Benzodiazepin
 Kelompok lain, contohnya : benzoktamin, hidrosizin dan meprobramat.

Obat yang menstimulasi fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat, dibagi 2:
 Anti Depresiva, dibagi menjadi thimoleptika yaitu obat yang dapat melawan
melankolia dan memperbaiki suasana jiwa serta thimeritika yaitu menghilangkan
inaktivitas fisik dan mental tanpa memperbaiki suasana jiwa. Secara umum anti
depresiva dapat memperbaiki suasana jiwa dan dapat menghilangkan gejala-gejala
murum dan putus asa.Obat ini terutama digunakan pada keadaan depresi, panic
dan fobia.
1) Anti depresiva dibagi dalam 2 golongan :
a) Anti depresiva generasi pertama, seringkali disebut anti depresiva trisiklis dengan
efek samping gangguan pada system otonom dan jantung. Contohnya imipramin
dan amitriptilin.
b) Anti deprisiva generasi kedua, tidak menyebabkan efek anti kolinergik dan
gangguan jantung, contohnya meprotilin dan mianserin.
 Psikostimulansia yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif, kewaspadaan dan
prestasi fisik dan mental dimana rasa letih dan kantuk ditangguhkan, memberikan
rasa nyaman dan kadang perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi.
 Obat yang mengacaukan fungsi mental tertentu seperti zat-zat halusinasi, pikiran,
dan impian/ khayal.
4. Obat Antikonvulsan
Obat mencegah & mengobati bangkitan epilepsi.
Contoh : Diazepam, Fenitoin,Fenobarbital, Karbamazepin, Klonazepam.
5. Obat Pelemas otot / muscle relaxant
obat yg mempengaruhi tonus otot

6. Obat Analgetik atau obat penghalang nyeri


Obat atau zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Sedangkan bila menurunkan panas disebut
Antipiretika.

Atas kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
a. Analgetik Perifer (non narkotik), analgetik ini tidak dipengaruhi system saraf
pusat.Semua analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu
menurunkan suhu.Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak
bekerja sentral.
 Penggolongan:
Berdasarkan rumus kimianya analgetik perifer digolongkan menjadi :
1) Golongan salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Obat ini
diindikasikan untuk sakit kepala, neri otot, demam. Sebagai contoh aspirin dosis
kecil digunakan untuk pencegahan thrombosis koroner dan cerebral.
Asetosal adalah analgetik antipirentik dan anti inflamasi yang sangat luas
digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Efek sampingnya yaitu
perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan saluran cerna.
2) Golongan para aminofenol
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol ). Efek samping
golongan ini serupa denga salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sedang, dan dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, dengan
mekanisme efek sentral.Efek samping dari parasetamol dan kombinasinya pada
penggunaan dosis besar atau jangka lama dapat menyebabkan kerusakan hati.
3) Golongan pirazolon(dipiron)
Dipiron sebagai analgetik antipirentik, karena efek inflamasinya lemah.Efek
samping semua derivate pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, anemia
aplastik dan trombositopenia.
4) Golongan antranilat
Digunakan sebagai analgetik karena sebagai anti inflamasi kurang efektif
dibandingkan dengan aspirin.Efek samping seperti gejala iritasi mukosa lambung
dan gangguan saluran cerna sering timbul.
 Penggunaan :
Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
memengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan
ketagihan.Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan/atau antiradang.Oleh
karena itu tidak hanya digunakan sebagai obat antinyeri, melainkan juga pada
demam (infeksi virus/kuman, selesma, pilek) dan peradangan seperti rematik dan
encok.
 Efek samping :
Yang paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah,
kerusakan hati dan ginjal dan juga reaksi alergi kulit.Efek-efek samping ini
terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi.Oleh karena itu
penggunaan anal-getika secara kontinu tidak dianjurkan.
b. Analgetik Narkotik, Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti
fraktur dan kanker.
Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat,
yaitu:
 Obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal.
 Obat perifer bersama kodein atau tramadol.
 Obat sentral (Opioid) peroral atau rectal.
 Obat Opioid parenteral.

Penggolongan analgetik narkotik adalah sebagai berikut :


 Alkaloid alam : morfin,codein
 Derivate semi sintesis : heroin
 Derivate sintetik : metadon, fentanil
 Antagonis morfin : nalorfin, nalokson, dan pentazooin.
c. Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
 Morfin
Indikasi : analgetik selama dan setelah pembedahan
Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut.
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/ indiksi pada over
dosis.
 Kodein fosfat
Indikasi : nyeri ringan sampai sedang
Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/ indiksi over dosis
 Fentanil
Indikasi : nyeri kronik yang sukar diatasi pada kanker
Konta indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut
Efek samping: mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indiksi over dosis
 Petidin HCl
Indikasi : nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah
Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indiksi over dosis
 Tremadol HCl
Indikasi : nyeri sedang sampai berat
Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indiksi over dosis
d. Nalorfin, Nalokson
Adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin dan bersifat
analgetik.Khusus digunakan pada kasus overdosis atau intoksikasi obat-obat
analgetik narkotik.

7. Antipiretik
adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu tubuh.

8. Obat Antimigrain
Obat yang mengobati penyakit berciri serangan-serangan berkala dari nyeri hebat
pada satu sisi.

9. Obat Anti Reumatik


Obat yang digunakan untuk mengobati atau menghilangkan rasa nyeri pada
sendi/otot, disebut juga anti encok. Efek samping berupa gangguan lambung usus,
perdarahan tersembunyi (okult ), pusing, tremor dan lain-lain. Obat generiknya
Indomestasin, fenilbutazon, dan piroksikam.

10.Obat Anti Depresan


Obat yang dapat memperbaiki suasana jiwa dapat menghilangkan atau
meringankan gejala-gejala keadaan murung yang tidak disebabkan oleh kesulitan
sosial, ekonomi dan obat-obatan serta penyakit.

11. Neuroleptika
Obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis (jiwa) tertentu tanpa menekan
fungsi-fungsi umum seperti berfikir dan berkelakuan normal.Obat ini digunakan
pada gangguan (infusiensi) cerebral seperti mudah lupa, kurang konsentrasi dan
vertigo.Gejalanya dapat berupa kelemahan ingatan jangka pendek dan
konsentrasi, vertigo, kuping berdengung, jari-jari dingin, dan depresi.
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
a. Piracetam
Obat ini diindikasikan untuk gejala dengan proses menua seperti daya ingat
berkurang, terapi pada anak seperti kesulitan belajar.
b. Pyritinol HCl
Obat ini diindikasikan untuk pasca trauma otak, perdarahan otak, gejala
degenerasi otak sehubungan gangguan metabolism.
c. Mecobalamin
Obat ini diindikasikan untuk terapi neuropati perifer.

12.Obat Antiepileptika
Obat yang dapat menghentikan penyakit ayan, yaitu suatu penyakit
gangguan syaraf yang ditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya disertai
perubahan-perubahan kesadaran.
Penyebab antiepileptika : pelepasan muatan listrik yang cepat, mendadak dan
berlebihan pada neuron-neuron tertentu dalam otak yang diakibatkan oleh luka di
otak( abses, tumor, anteriosklerosis ), keracunan timah hitam dan pengaruh obat-
obat tertentu yang dapat memprovokasi serangan epilepsi.

Jenis – Jenis Epilepsi :


a. Grand mal (tonik-tonik umum )
Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-kejang otot hebat
dengan pergerakan kaki tangan tak sadar yang disertai jeritan, mulut berbusa,mata
membeliak dan disusul dengan pingsan dan sadar kembali.
b. Petit mal
Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang.
c. Psikomotor (serangan parsial kompleks)
Kesadaran terganggu hanya sebagian tanoa hilangnya ingatan dengan
memperlihatkan perilaku otomatis seperti gerakan menelan atau berjalan dalam
lingkaran.
 Penggunaan
a. untuk menghindari sel-sel otak
b. mengurangi beban social dan psikologi pasien maupun keluarganya
c. profilaksis/pencegahan sehingga jumlah serangan berkurang
 Penggolongan
a. Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hamper semua jenis
epilepsi.Contoh fenitoin.
b. Golongan barbiturat, sangat efektif sebagi anti konvulsi, paling sering digunakan
pada serangan grand mal.Contoh fenobarbital dan piramidon.
c. Golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif dan anti
konvulsif.
d. Golongan benzodiazepine, memiliki khasiat relaksasi otot, hipnotika dan
antikonvulsiv yang termasuk golongan ini adalah desmetildiazepam yang
aktif,klorazepam, klobazepam.
e. Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsy umum tetapi
kurang efektif terhadap serangan psikomotor. Efek anti konvulsi asam valproat
didasarkan meningkatkan kadar asam gama amino butirat acid.

 Obat generik, indikasi, kontra indikasi, efek samping


a. Fenitoin
Indikasi : semua jenis epilepsi,kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi: gangguan hati, wanita hamil dan menyusui
Efek samping : gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor, insomnia.
b. Penobarbital
Indikasi : semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi: depresi pernafasan berat, porifiria
Efek samping :mengantuk, depresi mental
c. Karbamazepin
Indikasi : epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus
Kontra indikasi: gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum tulang
Efek samping : mual,muntah,pusing, mengantuk, ataksia,bingung
d. Klobazam
Indikasi : terapi tambahan pada epilepsy penggunaan jangka pendek
ansietas.
Kontra indikasi : depresi pernafasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia ketergantungan kadang-kadang
nyeri kepala, vertigo hipotensi.
e. Diazepam
Indikasi : status epileptikus, konvulsi akibat keracunan
Kontra indikasi: depresi pernafasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, antaksia, amnesia,
ketergantungan, kadang nyeri kepala.
13.Obat Antiemetika
Obat untuk mencegah / menghentikan muntah akibat stimulasi pusat
muntah yang disebabkan oleh rangsangan lambung usus, melalui CTZ (Cheme
Receptor Trigger Zone) dan melalui kulit otak.
 Penggunaan :
Antiemetika diberikan kepada pasien dengan keluhan sebagai berikut :
a. Mabuk jalan
b. Mabuk kehamilan
c. Mual atau muntah yang disebabkan penyakit tertentu seperti pada pengobatan
dengan radiasi atau obat-obat sitostatik.
 Penggolongan
a. Anti histamin
Efek samping anti histamine ini adalah mengantuk.Anti histamine yang dipaki
adalah sinarizin, dimenhidrinat, dan prometazin, toklat.
b. Dopamin blokersinarizin
c. Metoklopramid dan fenotiazin
Bekerja secara selektif merintangi reseptor dopamine ke chemo reseptor
trigger zone tetapi tidak efektif untuk motion sickness. Obat yng dipaki adalah
klorpromazin HCl,perfenazin, proklorperazin dan trifluoperazin.
d. Domperidon
Bekerja berdasarkan peringatan reseptor dopamine ke CTZ.Efek samping
jarang terjadi hanya berupa kejang-kejang usus.Obat ini dipaki pada kasus mual
dan muntah yang berkaitan dengan obat-obatan sitostatika.
e. Antagonis serotonin
Bermanfaat pada pasien mual, muntah yang berkaitan dengan obat-obatan
sitostatika.
Obat generic, indikasi, kontra indikasi, efek samping
a. Sinarizin
Indikasi : kelainan vestibuler seperti vertilago, tinnitus, mual dan muntah.
Kontra indikasi : kehamilan/ menyusui, hipotensi, dan serangan asma
Efek samping : gejala ekstra pyramidal, mengantuk, sakit kepala
b. Dimenhidrinat
Indikasi : mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan dan kelainan labirin
Kontra indikasi : serangan asma akut, gagal jantung dan kehamilan
Efek samping : mengantuk dan gangguan psikomotor
c. Klorpromazin HCl
Indikasi : mual dan muntah
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
d. Perfenazin
Indikasi : mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
e. Proklorperazin
Indikasi : mual dan muntah akibat gangguan pada labirin
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
f. Trifluoperazin
Indikasi :mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
14. Obat Parkinson (penyakit gemetaran )
Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit Parkison yang ditandai
dengan gejala tremor, kaku otot,gangguan gaya berjalan, gannguan kognitif,
persepsi, dan daya ingat. Penyakit ini terjadi akibat proses degenerasi yang
progresif dan sel-sel otak sehingga menyebabkan terjadinya defisiensi
neurotransmitter yaitu dopamin.

Gejala – gejala Parkison dapat dikelompokan sebagai berikut :


a. Gangguan motorik positif, misalnya terjadi tremor dan rigiditas.Gangguan
negative misalnya terjadi hipokinesia.
b. Gejala vegetatif, seperti air liur dan air mata berlebihan, muka pucat dan kaku.
c. Gangguan psikis, seperti berkurangnya kemampuan mengambil keputusan,
merasa tertekan.
Penyebab penyakit Parkinson :
a. Idiopatik (tidak diketahui sebabnya)
b. Radang, trauma, anterosklerosis pada otak
c. Efek samping obat psikofarmaka
 Penggunaan :
meskipun pengobatan parkison tidak dapat mencegah progesi penyakit, tetapi
sangat memperbaiki kualitas dan harapan hidup kebanyakan pasien. Karena itu
pemberian obat sebaiknya dimulai dengan dosis rendah dan ditingkatkan sedikit
demi sedikit.
 Penggolongan
Berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi :
a. Obat anti muskarinik, seperti triheksifenidil/ benzheksol, digunakan pada pasien
dengan gejala ringan dimana tremor adalah gejala yang dopamin.
b. Obat anti dopaminergik, seperti levodopa, bromokriptin.Untuk penyakit
Parkinson idiopatik, obat pilihan utama adalah levodopa.
c. Obat anti dopamine antikolinergik, seperti amantadine.
d. Obat untuk tremor essensial, seperti haloperidol, klorpromazine, primidon.
 Obat generic, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
a. Triheksifenidil
Mempunyai daya antikolinergik yang dapat memperbaikintremor, tetapi kurang
efektif terhadap akinesia dan kekakuan.
b. Biperidin
Derivate yang terutama efektif terhadap akinesia dan kekakuan, kurang aktif
terhadap tremor. Efek samping kurang lebih sama.
Indikasi : Parkinson, gangguan ektrapiramidal karena obat.
Kontra indikasi : retensi urine, glaucoma, tersumbatnya saluran cerna
Efek samping : gangguan lambung usus, mulut kering, gangguan penglihatan
dan efek-efek sentral.
c. Levodopa
Levodopa terutama efektif terhadap hipokinesia dan kekakuan, sedangkan
terhadap tremor umumnya kurang efektif dibandingkan dengan antikolinergik.
Indikasi : parkinsonisme bukan karena obat
Kontra indikasi : glukoma, penyakit psikiatri berat
Efek samping :anoreksia, mual, muntah, insomnia
d. Bromokriptin
Bekerja sebagai antagonis dopamine, obat ini semula digunakan pada pasien-
pasien parkison hanya dimana efek-efek dopa berkurang setelah beberapa tahun
dan efeknyapun menjadi singkat, bersamaan dengan lebih seringnya terjadi efek
samping.
Indikasi : parkinsonisme
Efek samping :gangguan lambung usus, pada dosis tinggi halusinasi, gangguan
psikomotor dll.
e. Amantadine
Obat anti influenza ini secara kebetulan ditemukan daya anti parkisonnya.
Efek samping : lebih ringan dari levodopa, pada dosis biasa tidak sring terjadi
antara lain mulut kering, gangguan penglihatan, hipotensi ortostatik, kadang-
kadang terjadi udema mata kaki.
Mekanisme kerja melalui memperbanyak pelepasan dari ujung-ujung saraf.

2.2 PENGGOLONGAN OBAT KARDIOVASKULAR

A. Pengertian
Obat kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi &
memperbaiki sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah ) secara
langsung ataupun tidak langsung

 Jantung dan pembuluh darah merupakan organ tubuh yang mengatur


peredaran darah sehingga kebutuhan makanan dan sisa metabolisme
jaringan dapat terangkut dengan baik.
 Jantung sebagai organ pemompa darah sedangkan pembuluh darah sebagai
penyalur darah ke jaringan.
 Sistem kardiovaskuler dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui
nodus SA, nodus AV, berkas His, dan serabut Purkinye.
 Pembuluh darah juga dipengaruhi sistem saraf otonom melalui saraf
simpatis dan parasimpatis.
 Setiap gangguan dalam sistem tersebut akan mengakibatkan kelainan pada
sistem kardiovaskuler.
 Obat kardiovaskuler: adalah obat yang digunakan untuk kelainan jantung
dan pembuluh darah.

Obat kardiovaskuler dibedakan:


a. Obat Antiangina
b. Obat Antiaritmia
c. Obat Glikosida
d. Obat Antihipertensi

A. ANTIANGINA
Angina pektoris adalah nyeri dada hebat yang terjadi ketika aliran darah
koroner tidak cukup memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh jantung, Kondisi
yang paling sering melibatkan Iskemia jaringan dimana obat-obat vasilisator
digunakan, Antiangina adalah obat untuk angina pectoris (ketidak seimbangan
antara permintaan (demand)) dan penyediaan (supply) oksigen pada salah satu
bagian jantung.

 Penyebab angina:
 Kebutuhan O2 meningkat → exercise berlebihan

 Penyediaan O2 menurun → sumbatan vaskuler

Cara kerja Antiangina:

 Menurunkan kebutuhan jantung akan oksigen dengan jalan menurunkan


kerjanya. (penyekat reseptor beta)
 Melebarkan pembuluh darah koroner → memperlancar aliran darah
(vasodilator)
 Kombinasi keduanya

Obat Antiangina:

1. Gol Nitrat

Cara kerja : Mengakibatkan vasodilatasi / pelebaran pembuluh darah


perifer dan koroner

Efek terhadap jantung : Mengurangi kebutuhan oksigen, miokard/jantung


dan meningkatkan suplai oksigen miokard/jantung

Indikasi : Antiangina, gagal jantung

Efek samping : Sakit kepala, pusing, muka merah, dll

Kontraindikasi : VIAGRA

Contoh: ISDN,NMR
PERHATIAN :

 Untuk angina pektoris/sakit dada tablet 5 mg letakan di bawah lidah


(sublingual)
 Digunakan 3-4 kali sehari sesuai dosis yang dianjurkan dokter
 Tab. Sublingual tdk boleh dibelah atau digerus
 Tab. Retard 2 x sehari pada pagi hari dan malam seb. Tidur
 15 menit setelah menggunakan obat sublingual tdk ada efek, harus segera
ke rumah sakit

2. Beta bloker

Cara kerja:

 Mengurangi konsumsi oksigen miokard


 Penggurangan kontraktilitas miokard
 Pengurangan denyut jantung (laju sinus)
 Pengurangan konduksi AV dan
 Pengurangan tekanan darah sistolik

INDIKASI : Antiangina, Hipertensi, Gagal jantung

Kontraindikasi:

 Blok AV derajat 2 dan 3


 Asma
 Gagal jantung yang dalam keadaan dekompensasi
 Penyakit arteri perifer berat

EFEK SAMPING :

 Nausea, muntah, diare ringan, konstipasi


 Mimpi buruk, insomnia, halusinasi, depresi mental
 Rasa lelah, rash, demam, purpura

Contoh: Bisoprolol MAINTATE, CONCOR

c. Calsium antagonis

INDIKASI : Antiangina, Anti-Hipertensi

CARA KERJA :

 Menghambat kontraksi miokard dan otot polos pembuluh darah


 Melambatkan konduksi AV dan depresi nodus SA
 Vasodilatasi, inotropik, dll

EFEK :
 Mengurangi konsumsi oksigen jantung
 Memperbaiki toleransi pasien angina pektoris
 Mengurangi kebutuhan nitrogliserin dan perubahan iskemik jantung saat
istirahat dan aktifitas
EFEK SAMPING : - Hipotensi - Nyeri kepala - Muka merah – dll
CONTOH: Amlodipin, Diltiazem

FARMAKODINAMIK
Khasiat farmakologik:

 Dilatasi pembuluh darah → dapat menyebabkan hipotensi → sinkop


 Relaksasi otot polos → nitrat organik membentuk NO → menstimulasi
guanilat siklase → kadar siklik-GMP meningkat → relaksasi otot polos
(vasodilatasi)
 Menghilangkan nyeri dada → bukan disebabkan vasodilatasi, tetapi karena
menurunya kerja jantung
 Pada dosis tinggi dan pemberian cepat → venodilatasi dan dilatasi
arteriole perifer → tekanan sistol dan diastol menurun , curah jantung
menurun dan frekuensi jantung meningkat (takikardi)
 Efek hipotensi terutama pada posisi berdiri → karena semakin banyak
darah yang menggumpul di vena → curah darah jantung menurun
 Menurunya kerja jantung akibat efek dilatasi pembuluh darah sistemik →
penurunan aliran darah balik ke jantung
 Nitrovasodilator menimbulkan relaksasi pada hampir semua otot polos:
bronkus, saluran empedu, cerna, tetapi efeknya sekilas → tidak digunakan
di klinik

Farmakokinetik

 Metabolisme nitrat organik terjadi di hati


 Kadar puncak 4 menit setelah pemberian sublingual
 Ekskresi sebagian besar lewat ginjal

Sediaan dan Posologi

 Untuk serangan, baik digunakan sediaan sublingual: isosorbit dinitrat


30%: 2,5 – 10 mg dan nitrogliserin 38%: 0,15 – 0,6 mg
 Untuk pencegahan digunakan sediaan per oral: kadar puncak 60 – 90
menit, lama kerja 3 – 6 jam
 Par enteral (IV) baik digunakan untuk vasospasme koroner dan angina
pectoris tidak stabil, angina akut dan gagal jantung kongestif
 Salep untuk profilaksis: puncak 60 menit, lama kerja 4 – 8 jam

Sediaan
Nitrat kerja singkat (serangan akut)

 Sediaan sublingual (nitrogliserin, isosorbit dinitrat, eritritil tetranitrat)


 Amil nitrit inhalasi
Nitrat kerja lama:

 Sediaan oral (nitrogliserin, isosorbit dinitrat, eritritil tetranitrat, penta


eritritol tetranitrat)
 Nitrogliserin topikal (salep 2%, transdermal)
 Nitrogliserin transmucosal/buccal
 Nitrogliserin invus intravena

Efek Samping

 Efek samping: sakit kepala, hipotensi, meningkatnya daerah ischaemia

Indikasi:

1. Angina pectoris
2. Gagal jantung kongestif
3. Infark jantung

Beta Blocker

 Beta bloker adalah obat yang memblok reseptor beta dan tidak
mempengaruhi reseptor alfa
 Beta Bloker menghambat pengaruh epineprin → frekuensi denyut jantung
menurun
 Beta bloker → meningkatkan supply O2 miokard → perfusi subendokard
meningkat

B. ANTIARITMIA
 Aritmia jantung adalah masalah yang sering terjadi dalam praktik klinis,
yang timbul hingga 25% dari pasien yang diobati dengan digitalis, 50%
dari pasien-pasien yang dianestesi, dan lebih dari 80% pasien dengan
infarktus miokardium akut.
 aritmia dapat memicu ganguan irama jantng yang lebih serius atau bahkan
gangguan irama yang mematikan misalnya, depolarisasi ventrikuler
premature yang dini dapat memicu timbulnya fibrilasi ventrikuler.

Mekanisme Kerja
 disebabkan aktivitas pacu jantung yang abnormal atu penyebaran impuls
abnormal.
 Pengobatan aritmia bertujuan mengurangi aktivitas pacu jantung ektopik
dan memperbaiki hantaran atau pada sirkuit reentry yang membandel ke
pergerakan melingkar yang melumpuhkan.
 Mekanisme utama untuk mencapai tujuan adalah
1. Hambatan saluran natrium.
2. Hambatan efek otonom simpatis pada jantung.
3. Perpanjangan periode refrakter yang efektif, dan
4. Hambatan pada saluran kalsium.
Obat antiaritmia menurunkan otomatisitas pacu jantung ektropik lebih
daripada nodus sinoatrial. Hal ini terutama dicapai dengan menghambat secara
selektif saluran natrium atau saluran kalsium daripada sel yang didepolarisasi.
Obat penghambat saluran yang berguna untuk pengobatan mempunyai afinitas
tinggi untuk saluran aktif (yaitu selama fase 0) atau saluran inaktif (selama fase
2) tetapi afinitasnya sangat rendah untuk saluran lainnya.Karena itu, obat ini
menghambat aktifitas listrik apabila ada takikardia yang cepat (banyak saluran
aktif dan tidak aktif per satuan waktu) atau ada potensial istirahat hilang secara
bermakna (banyak saluran tidak aktif selama istirahat).Kerja tersebut sering
digambarkan sebagai “ use dependent atau state dependent “ yaitu saluran yang
sering digunakan atau dalam status inaktif,yang lebuh mudah dihambat. Saluran
dalam sel normal yang dihambat oleh obat selama siklus normal aktif atau tidak
aktif akan segera melepaskan obat dari reseptor selama bagian siklus istirahat.
Saluran dalam otot jantung yang didepolarisasi secara kronis (yaitu mempunyai
potensial istirahat lebih positif dari pada -75mV ) akan pulih dari hambatan secara
sangat lambat . Pada aritmia reentry, yang tergantung pada hantaran yang tertekan
secara kritis, kebanyakan obat antiaritmia memperlambat hantaran lebih lanjut
melalui satu atu kedua mekanisme

Farmakodinamik

 Beta bloker menghambat efek obat adrenergik


 Beta bloker kardioselektif artinya mempunyai afinitas yang lebih besar
terhadap reseptor beta-1 daripada beta-2
 Propanolol, oksprenolol, alprenolol, asebutolol, metoprolol, pindolol dan
labetolol mempunyai efek MSA (membrane stabilizing actvity) → efek
anastesik lokal
 Kardiovaskuler: mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard
 Menurunkan tekanan darah
 Antiaritmia: mengurangi denyut dan aktivitas fokus ektopik
 Menghambat efek vasodilatasi, efek tremor (melalui reseptor beta-2)
 Efek bronkospasme (hati2 pada asma)
 Menghambat glikogenolisis di hati
 Menghambat aktivasi enzim lipase
 Menghambat sekresi renin → antihipertensi

Farmakokinetik

 Beta bloker larut lemak (propanolol, alprenolol, oksprenolol, labetalol dan


metoprolol) diabsorbsi baik (90%)
 Beta bloker larut air (sotolol, nadolol, atenolol) kurang baik absorbsinya

Sediaan

 Kardioselektif: asebutolol, metoprolol, atenolol, bisoprolol


 Non kardioselektif: propanolol, timolol, nadolol, pindolol, oksprenolol,
alprenolol
Contoh Obat :

1. Propanolol: tab 10 dan 40 mg, kapsul lepas lambat 160 mg


2. Alprenolol: tab 50 mg
3. Oksprenolol: tab 40 mg, 80 mg, tab lepas lambat 80 mg
4. Metoprolol: tab 50 dan 100 mg, tab lepas lambat 100 mg
5. Bisoprolol: tab 5 mg
6. Asebutolol: kap 200 mg dan tab 400 mg
7. Pindolol: tab 5 dan 10 mg
8. Nadolol: tab 40 dan 80 mg
9. Atenolol: tab 50 dan 100 mg

Efek Samping

 Akibat efek farmakologisnya: bradikardi, blok AV, gagal jantung,


bronkospasme
 Sal cerna: mual, muntah, diare, konstipasi
 Sentral: mimpi buruk, insomnia, halusinasi, rasa capai, pusing, depresi
 Alergi; rash, demam dan purpura

Dosis lebih: hipotensi, bradikardi, kejang, depresi

Indikasi:

angina pectoris, aritmia, hipertensi, infark miokard, kardiomiopati obstruktif


hipertropik, feokromositoma (takikardi dan aritmia akibat tumor), tirotoksikosis,
migren, glaukoma, ansietas

Kontra indikasi:

Penyakit Paru Obstruktif, Diabetes Militus (hipoglikemia), Penyakit Vaskuler,


Disfungsi Jantung

C. GLIKOSIDA

 Glikosida jantung (derivat digitalis dan obat sejenisnya) terdiri atas


senyawa steroid yang mempunyai efek terhadap otot polos dan jaringan
lainnya.
 Efek terapi utama pada gagal jantung kongestif adalah peningkatan
kontraktilitas jantung (efek inotropik positif) yang memperbaiki ketidak
seimbangan karena kegagalan tersebut.
Glikosida Jantung
 Digitalis berasal dari daun Digitalis purpurea
 Digitalis adalah obat yang meningkatkan kontraksi miokardium
 Digitalis mempermudah masuknya Ca dari tempat penyimpananya di
sarcolema kedalam sel →digitalis mempermudah kontraksi
 Digitalis menghambat kerja Na-K-ATP-ase → ion K didalam sel menurun
→ aritmia (diperberat jika dikombinasi dengan HCT)

Farmakodinamik

 Efek pada otot jantung: meningkatkan kontraksi


 Mekanisme kerjanya:
 Menghambat enzim Na, K ATP-ase
 Mempercepat masukanya Ca kedalam sel
 Efek pada payah jantung: menurunya tekanan vena, hilangnya edema,
meningkatnya diuresis, ukuran jantung mengecil
 Konstriksi vaskuler, sal cerna (mual, muntah, diare), nyeri pada tempat
suntukan (iritasi jaringan)

Farmakokinetik

 Absorbsi dipengaruhi makanan dalam lambung, obat (kaolin, pectin) serta


pengosongan lambung
 Distribusi glikosida lambat
 Eliminasi melalui ginjal

Intoksikasi

Keracunan biasanya terjadi karena:

 Pemberian dosis yang terlalu cepat


 Akumulasi akibat dosis penunjang yang terlalu besar
 Adanya predisposisi keracunan

Dosis berlebihan

 Gejala: sinus bradikardi, blokade SA node, takikardi ventrikel, fibrilasi


ventrikel, gangguan neurologik (sakit kepala, letih, lesu, pusing,
kelemahan otot), penglihatan kabur

Sediaan

 Tablet Lanatosid C (cedilanid) 0,25 mg


 Digoksin 0,25 mg
 Beta-metildigoksin 0,1 mg

D. ANTIHIPERTENSI
Penderita-penderita yang tidak diketahui penyebabnya disebut penderita
hipertensi esensial. Umumnya peningkatan tekanan darah ini disertai penigkatan
umum resistensi darah untuk mengalir melalui arterioli,dengan curah jantung yang
normal. Peningkatan tekanan darah biasanya disebabkan kombinasi berbagai
kelainan(multifaktorial). Bukti-bukti epidermiologik menunjukkan adanya faktor
keturunan, ketegangan jiwa, faktor lingkungan dan makanan mungkin sebagai
kontributor berkembangnya hipertensi.

Anti Hipertensi: Obat yang dipergunakan untuk menurunkan tekanan darah

Obat Antihipertensi dibedakan:


1. Diuretik
2. Beta bloker
3. Alfa bloker
4. Ca antagonist
5. Penghambat ACE
6. Penghambat saraf sentral
7. Vasodilator

Tahapan Terapi HT

 Modifikasi pola hidup:


 Penurunan BB
 Aktivitas fisik teratur
 Pembatasan garam dan alkohol
 Berhenti merokok

Klasifikasi HT

Pilihan antihipertensi

 Diuretik atau beta bloker


 Penghambat ACE, antagonis Ca, alfa bloker, alfa,beta bloker

2.3 PENGGOLONGAN OBAT SISTEM PERNAFASAN


2.1 Saluran Pernapasan
Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen,
pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia
dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang
karbondioksida ke lingkungan. Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu
:
1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah
dan udara.
2. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah
ke sel-sel tubuh.
Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara
dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu :
1. Pernapasan dada
a. Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut.
b. Tulang rusuk terangkat ke atas
c. Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada
kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Pernapasan perut
a. Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
b. Diafragma datar
c. Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara
pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam
keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O¬2 yang diperlukan pun
menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kali lipat. Ketika
oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang
banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapai 100 mmHg
dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya
hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita
hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah
mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan
keluar dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.
Saluran pernapasan terdiri dari cabang-cabang saluran dari lingkungan sampai
ke paru-paru (rongga hidung dan nasal, faring, laring, trakea, percabangan
bronkus, dan paru-paru). Fungsi sistem pernapasan adalah mengambil oksigen
(O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor
karbondioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer.
Saluran pernapasan dibagi dalam 2 golongan utama:
1. saluran pernapasan atas, terdiri dari lobang hidung, rongga hidung, faring,
laring
2. saluran pernafasan bawah terdiri dari trachea, bronchi, bronchiolus, alveoli
dan membran alveouler – kapiler
Ventilasi dan respirasi adalah dua istilah yang berbeda dan tidak boleh ditukar
pemakaiannya. Ventilasi adalah pergerakan udara dari atmosfer melalui
saluran pernapasan atas dan bawah menuju alveoli. Respirasi adalah proses
dimana terjadi pertukaran gas pada membran alveolar kapiler.
Infeksi saluran pernafasan adalah infeksi yang mengenai bagian manapun
saluran pernafasan, mulai dari hidung, telinga tengah, faring, laring (bronkus
bronkeolus) dan paru-paru.
3 Adapun faktor-faktor dalam proses respirasi yaitu :
1. Tekanan intrapleura yang menahan paru-paru tetap berkontak dengan
dinding toraks.
2. Jaringan elastik dalam paru-paru yang bertanggung jawab terhadap
kecenderungannya untuk menjauh dari dinding toraks dan mengempis.
3. Tekanan intra-alveolar yang merupakan tekanan di dalam paru-paru.
4. Surfaktan adalah sejenis lipoprotein yang disekresi oleh sel-sel epitel dalam
alveoli paru. Dimana surfaktan mengurangi tegangan permukaan cairan yang
menurunkan kecenderungan pengempisan alveoli.
5. Komplians yang merupakan suatu ukuran peningkatan volume paru yang
dihasilkan setiap unit perubahan dalam tekanan intra-alveolar.
6. Pneumotoraks merupakan kondisi dimana udara berada di dalam dada.
7. Atalektasis merupakan proses pengempisan paru-paru.
2.4 Obat Saluran Pernapasan
2.4.1. Antihistaminika
Semua antihistamin memberikan manfaat potensial pada terapi alergi nasal, rhinitis alergik.
Sifat antikolinergik pada kebanyakan antihistamiin menyebabkan mulut kering dan
pengurangan sekresi, membuat zat ini berguna untuk mengobati rhinitis yang ditimbulkan oleh
flu. Antihistamin juga mengurangi rasa gatal pada hidung yang menyebabkan penderita bersin
banyak obat-obat flu yang dapat dibeli bebas mengandung antihistamin, yang dapat
menimbulkan rasa mengantuk.
Contoh obat antihistamin
Nama Obat Dosis

Anti histamin
Difenhidramin D : PO : 25-50 mg, setiap 4-6 jam
( Benadryl ) D : PO, IM, IV : 5 mg/kg/h dalam 4 dosis terbagi, tidak lebih dari 300
mg/hari
D : IM:IV: 10-50 mg dosis tunggal

Kloerfenilamen D: PO : 2-4 mg, setiap 4-6 jam


maleat A: 6-12 thn: 2 mg, setiap 4-6 jam
A: 2-6 thn: PO, 1 mg, setiap 4-6 jam
Fenotiasin
(aksi antihistamin)
Prometazine D: PO: IM: 12,5-25 mg, setiap 4-6 jam
Timeprazine D: PO: 2,5 mg (4 x sehari)
A: 3-12 thn: O: 2,5 (3x sehari)
Turunan
piperazine
(aksi antihistamin) D: PO: 25-100 mg
hydroxyzine A: (<6thn):>

Keterangan:
D: Dewasa, A: anak-anak, PO: per oral, IM: intramuscular, IV: intravena

2.4.2. Mukolitik
Mukolitik bekerja sebagai deterjen dengan mencairkan dan mengencerkan secret mukosayang
kental sehingga dapat dikeluarkan. Efek samping yang paling sering terjadi adalah mual dan
muntah, maka penderita tukak lambung perlu waspada. Wanita hamil dan selama laktasi boleh
menggunakan obat ini.
Contoh obat : ambroxol, bromheksin.
Dosis:
* ambroksol : Dewasa dan anak-anak >12 thn, sehari 3 x 30 mg untuk 2-3 hari pertama.
Kemudian sehari 3 x 15 mg.
Anak-anak 5-12 thn, sehari 2-3 x 15 mg
Anak 2-5 thn, sehari 3 x 7,5 mg (2,5 ml sirop)
Anak <2>
* bromheksin : oral 3-4 dd 8-16 mg (klorida)
anak-anak 3 dd 1,6-8 mg.
2.4.3. Inhalasi
Inhalasi adalah suatu cara penggunaan adrenergika dan kortikosteroida yang memberikan
beberapa keuntungan dibandingkan pengobatan per oral. Efeknya lebih cepat, dosisnya jauh
lebih rendah dan tidak diresorpsi ke dalam darah sehingga resiko efek sampingnya ringan
sekali. Dalam sediaaninhalasi, obat dihisap sebagai aerosol (nebuhaler) atau sebagai serbuk
halusv (turbuhaler).
Inhalasi dilakukan 3-4 kali sehari 2 semprotan, sebaiknya pada saat-saat tertentu, seperti
sebelum atau sesudah mengelularkan ternaga, setelah bersentuhan dengan zat-zat yang
merangsang (asap rokok, kabut, alergan, dan saat sesak napas).

Contoh obat :
minyak angin (aromatis), Metaproterenol
dosis : isoproterenol atau isuprel: 10-20 mg setiap 6-8 jam (dewasa). 5-10 mg setiap 6-8
jam.
2.4.4. Kromoglikat
Kromoglikat sangat efektif sebagai obat pencegah serangan asma dan bronchitis yang bersifat
alergis, serta konjungtivitis atau rhinitis alergica dan alergi akibat bahan makanan. Efek
samping berupa rangsangan lokal pada selaput lender tenggorok dan trachea, dengan gejala
perasaan kering, batuk-batuk, kadang-kadang kejang bronchi dan serangan asma selewat.
Wanita hamil dapat menggunakan obat ini.
Contoh obat :
Natrium kromoglikat dipakai untuk pengobatan, pencegahan pada asma bronchial dan tidak
dipakai untuk serangan asma akut. Metode pemberiannya adalah secara inhalasi dan obat ini
dapat dipakai bersama dengan adrenergic beta dan derivate santin. Obai ini tidak boleh
dihentikan secara mendadak karena dapat menimbulkan serangan asma.,
2.4.5. Kortikosteroid
Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti peradangan dan gatal-gatal.
Penggunaannya terutama bermanfaat pada serangan asma akibat infeksi virus, selian itu juga
pada infeksi bakteri untuk melawan reaksi peradangan. Untuk mengurangi hiperreaktivitas
bronchi, zat-zat ini dapat diberikan per inhalasi atau peroral. Penggunaan oral untuk jangka
waktu lama hendaknya dihindari, karena menekan fungsi anak ginjal dan dapat mengakibatkan
osteoporosis.
Contoh obat : hidrokortison, deksamethason, beklometason, budesonid.

2.4.6. Antiasma dan Bronkodilator


Contoh Obat : teofilin
Terdapat bersama kofein pada daun teh dan memiliki sejumlah khasiat antara lain spamolitis
terhadap otot polos khususnya pada bronchi, menstimuli jantung dan mendilatasinya serta
menstimulasi SSP dan pernapasan. Reabsorpsi nya di usus tidak teratur. Efek sampingnya
yang terpenting berupa mual dan muntah baik pada penggunaan oral maupun parienteral.
Pada overdosis terjadi efek sentral (sukar tidur, tremor, dan kompulsi) serta gangguan
pernapasan juga efek kardiovaskuler.
Dosis : 3-4 dd 125-250 mg microfine (retard)
Teofilin dapat diberikan dengan cara injeksi dalam bentuk aminofilin, suatu campuran teofilin
dengan etilendiamin.
Stimulan adrenoseptor, contoh obat salbutamol, terbutalin sulfat, efedrin hidroklorida.
2.4.7. Obat-obat batuk
Antitussiva (L . tussis = batuk) digunakan untuk pengobatan batuk sebagai gejala dan dapat di
bagi dalam sejumlah kelompok dengan mekanisme kerja yang sangat beraneka ragam, yaitu :
1. Zat pelunak batuk (emolliensia, L . mollis = lunak ), yang memperlunak rangsangan batuk,
melumas tenggorokan agar tidak kering, dan melunakkan mukosa yang teriritasi. Banyak
digunakan syrup (thyme dan althea), zat-zat lender (infus carrageen)
2. Ekspoktoransia (L . ex = keluar, pectus = dada) : minyak terbang, gualakol, radix ipeca
(dalam tablet / pelvis doveri) dan ammonium klorida (dalam obat batuk hitam) zat-zat ini
memperbanyak produksi dahak ( yang encer). Sehingga mempermudah pengeluarannya
dengan batuk.
3. Mukolotika : asetilsistein, mesna, bromheksin, dan ambroksol, zat-zat ini berdaya
merombak dan melarutkan dahak ( L . mucus = lender, lysis = melarutkan), sehingga
viskositasnya dikunrangi dan pengeluarannya dipermudah.
4. Zat pereda : kodein, naskapin, dekstometorfan, dan pentoksiverin (tucklase), obat-obat
dengan kerja sentral ini ampuh sekali pada batuk kering yang mengelitik.
5. Antihistaminika : prometazin, oksomomazin, difenhidramin, dan alklorfeniaramin. Obat ini
dapat menekan perasaan mengelitik di tenggorokan.
6. Anastetika local : pentoksiverin. Obat ini menghambat penerusan rangsangan batuk ke
pusat batuk.
Penggolongan lain dari antitussiva menurut titik kerjanya, yaitu :
1. Zat-zat sentral SSP
Menekan rangsangan batuk di pusat batuk (modula), dan mungkin juga bekerja terhadap pusat
saraf lebih tinggi (di otak) dengan efek menenangkan.
1. Zat adiktif : doveri , kodein, hidrokodon dan normetadon.
2. Zat nonadiktif : noskopin, dekstrometorfan, pentosiverin.
2. Zat-zat perifer di luar SSP
Emollionsia, ekspektoransia, mukolitika, anestetika local dan zat-zat pereda.

2.5 Penggolongan Obat Sistem Pernafasan


a. Antitusif
Antitusif bekerja menghentikan batuk secara langsung dengan menekan
refleks batuk pada sistem saraf pusat di otak. Dengan demikian tidak sesuai
digunakan pada kasus batuk yang disertai dengan dahak kental, sebab justru
akan menyebabkan dahak sulit dikeluarkan.
b. Ekspektoran
Golongan ini tidak menekan refleks batuk, melainkan bekerja dengan
mengencerkan dahak sehingga lebih mudah mudah dikeluarkan. Dengan
demikian tidak rasional jika digunakan pada kasus batuk kering, sebab hanya
akan membebani tubuh dengan efek samping. Obat golongan ini harus
digunakan secara hati-hati pada penderita tukak lambung.
c. Antihistamin
Golongan kedua ini merupakan kelompok CTM (chlor-trimeton) dan kawan-
kawan. Di kemasan obat, ia lebih sering tampil bergaya dengan nama
panjangnya, klorfeniramin maleat. Ketiganya setali tiga uang.
Histamin sendiri merupakan substansi yang diproduksi oleh tubuh sebagai
mekanisme alami untuk mempertahankan diri atas adanya benda asing.
Adanya histamin ini menyebabkan hidung kita berair dan terasa gatal, yang
biasanya dikuti oleh bersin-bersin.
Selain berfungsi melawan alergi, antihistamin juga punya aktivitas menekan
refleks batuk, terutama difenhidramin dan doksilamin. Sayangnya, obat
golongan ini bisa menyebabkan Anda mengantuk pada saat rapat.
d. Dekongestan
Di antara beberapa jenis dekongestan, PPA (phenyl propanolamine)
merupakan obat yang paling banyak diributkan setelah Ditjen POM (Sekarang
Badan POM) menarik obat-obat flu yang mengandung PPA lebih dari 15 mg.
Di Amerika Serikat, obat ini selain dipakai di dalam obat flu dan batuk, juga
digunakan sebagai obat penekan nafsu makan yang dijual bebas.
Dalam dosis tinggi, PPA bisa meningkatkan tekanan darah. Jika digunakan
terus-menerus, dapat memicu serangan stroke. Untuk mencegah efek buruk
inilah, Dirjen POM membuat kebijakan membatasi PPA di dalam obat flu dan
obat batuk, maksimal 15 mg per takaran.

2.4 PENGGOLONGAN OBAT SISTEM PENCERNAAN


A. Obat Ulkus dan Gastritis Jenis Antasida dan Antiulserasi
1. Biasanya obat pencernaan jenis antasida dan antiulserasi untuk mengobati
ulkus/ luka/ tukak yang terjadi pada pada saluran cerna seperti :
a. Ulkus duodenalis/ulkus duodenum, merupakan jenis ulkus peptikum yang
paling banyak ditemukan, terjadi pada duodenum (usus dua belas jari),
yaitu beberapa sentimeter pertama dari usus halus, tepat dibawah
lambung.
b. Ulkus gastrikum lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi di sepanjang
lengkung atas lambung. Jika sebagian dari lambung telah diangkat, bisa
terjadi ulkus marginalis, pada daerah dimana lambung yang tersisa telah
disambungkan ke usus.
c. Regurgitasi berulang dari asam lambung ke dalam kerongkongan bagian
bawah bisa menyebabkan peradangan (esofagitis) dan ulkus esofagealis.
Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena
lapisan lambung atau usus dua belas jari (duodenum) telah termakan oleh
asam lambung dan getah pencernaan.
d. Juga hiperasiditas (keasaman berlebih) dan kondisi hipersekresi asam
lambung oleh penyakit ( sindroma Zolinger Ellison, mastositosis sistemik).

2. Penggolongan obat antasida


a. Antasida
Antasida adalh obat yang menetralkan asam lambung dengan cara
meningkatkan pH untuk menurunkan aktivitas pepsin.
1. Aluminium Hidroksida (Al(OH)3)
- Indikasi
Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis,
mengatasi gejala dyspepsia (ulkus dan don ulkus), gastro-
esophageal reflux disease, hiperfosfatemia.
- Kontra-indikasi
Hipersensitif terhadap garam aluminium, hipofosfatemia,
pendarahan saluran cerna yang belum terdiagnosis, appendicitis.
Tidak aman unruk bayi dan neonatus.
- Dosis
Dewasa: 1-2 tablet dikunyah, 4 kali sehari dan sebelum tidur
atau 5-10 ml suspensi 4 kali sehari diantara waktu makan dan
sebelum tidur.
Anak usia 6-12 tahun: 5 ml maksimal 3 kali sehari
- Efek samping
Konstipasi, mual, muntah, deplesi posfat, penggunaan dalam
dosis besar dapat menyebabkan penyumbatan usus,
hipofosfatemia, hipercalciuria, peningkatan resiko osteomalasia,
demensia, anemia mikrositik pada penderita gagal ginjal.
2. Magnesium Hidroksida
- Indikasi
Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis
- Kontra-indikasi
Kerusakan ginjal berat
- Dosis
Dewasa: 5-10 ml, diulang menurut kebutuhan pasien
- Efek samping
Diare, hipermagnesenia sehingga mengurangi reflek tendon dan
depresi nafas, mual, muntah, kemerahan pada kulit, haus,
hipotensi, mengantuk, lemah otot, nadi melemah dan henti
jantung (pada kelainan ginjal yang berat).
3. Magnesium Trisiklat
- Indikasi
Ulkus peptikum, gastritis, hiperasiditas gastrointestinal
- Kontra-indikasi
- Dosis
Dewasa 1-2 tablet.
Anak ½-1 tablet. diminum 3-4 kali sehari.
- Efek samping
Diare, hipermagnesenia sehingga mengurangi reflek tendon dan
depresi nafas, mual, muntah, kemerahan pada kulit, haus,
hipotensi, mengantuk, lemah otot, nadi melemah dan henti
jantung (pada kelainan ginjal yang berat).
4. Kalsium Karbonat
- Indikasi
Ulkus peptikum, gastritis, heartburn, hiperasiditas GI,
Menghilangkan gangguan lambung yang disebabkan oleh
hiperasiditas, tukak lambung, ulkus duodenum, gastritis
- Kontra-indikasi
Glukoma sudut tertutup, obstruksi saluran kemih atau GI, ileus
paralitik, penyakit jantung berat, Hipersensitif terhadap salah
satu bahan tablet, Hiperkalsemia, Hiperkalsiuria berat, gagal
ginjal berat.
- Efek samping
Dapat terjadi konstipasi, kembung (flatulen) karena pelepasan
karbon dioksida (CO2), dosis tinggi atau pemakaian jangka waktu
panjang menyebabkan hipersekresi asam lambung dan acid
rebound, muntah dan nyeri abdomen (perut), hiperkalsemia
(pada gangguan ginjal atau setelah pemberian dosis tinggi),
alkalosis
b. Antagonis Reseptor H2 ( H2 Bloker )
1. Ranitidin
- Indikasi
Menghambat sekresi asam lambungnya lebih kuat dari Cimetidin
- Dosis
Pengobatan : Sehari 2 kali @ 150 mg
- Efek samping
Nyeri kepala, mual. muntah, reaksi-reaksi kulit.
2. Famatidin
- Indikasi : Tukak usus duodenun
- Dosis : Pengobatan : Sehari 2 kali @ 20 mg
- Efek samping : nyeri kepala, mual. muntah, reaksi-reaksi kulit.
c. Penghambat Pompa Proton
1. Omeprazol
- Indikasi : tukak lambung
- Kontra indikasi: hipersensitif terhadap omeprazol
- Efek samping
Sakit kepala, diare, sakit perut, mual, pusing, masalah
kebangkitan dan kurang tidur, meskipun dalam uji klinis efek ini
dengan omeprazol sebanding dengan yang ditemukan dengan
plasebo
2. Lansoprazol
- Indikasi: pengobatan ulkus lambung dan duodenum.
- Kontra indikasi: hipersensitif terhadap lansoprazol
- Efek samping: mulut kering, sulit tidur, mengantuk, kabur
penglihatan ruam
3. Esomeprazol
- Indikasi
Pengobatan duodenum yang disebabkan oleh H. Pylori ,
mencegah dari ulkus lambung kronis pada orang yang di NSAID
terapi dan pengobatan ulkus gastrointestinal berhubungan
dengan penyakit crohn
- Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap substansi aktif esomeprazol atau
benzimidasol atau komponen lain dari ini
- Efek samping
Sakit kepala, diare, mual, penurunan nafsu makan, konstipasi,
mulut kering, dan sakit perut
4. Pantoprazol
- Indikasi
Patoprazole digunakan untuk pengobatan jangka pendek dari
erosi dan ulserasi dari esophagus yang disebabkan oleh penyakit
refluks gastroeshopageal
- Kontraindikasi: hipersensitif terhadap pantoprazoal
- Efek samping
Mual, muntah, gas, sakit perut, diare atau sakit kepala

B. Anti Spasmodika
Anti Spasmodika adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau melawan
kejang - kejang otot.
1. Obat Anti Spasmodika :
- Atropin Sulfat
- Alkaloida belladona
- Hiosin Butil Bromida
- Papaverin HCl
- Mebeverin HCl
- Propantelin Bromida
- Pramiverin HCl
2. Indikasi
Untuk mengatasi kejang pada saluran cerna yang mungkin disebabkan diare,
gastritis, tukak peptik dan sebagainya
3. Efek samping : menyebakan kantuk dan gangguan yang lain
C. Obat Diare (Obat Sakit Perut)
Anti diare adalah obat yg digunakan untuk mengobati penyakit yang
disebabkan oleh bakteri, kuman, virus, cacing, atau keracunan makanan. Gejala
diare adalah BAB berulang kali disertai banyaknya cairanyg keluar kadang-kadang
dengan mulas dan berlendir atau berdarah.
1. Golongan Obat Diare
a. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri
penyebab diare seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.
1. Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan
konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak
mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak
kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang
pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi semua
syarat ideal tersebut.
2. Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara
memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot
sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan
reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh
ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering
dijumpai adalah kolik abdomen (luka di bagian perut), sedangkan
toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.
3. Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal
terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus,
Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja
lokal pada saluran pencernaan.
Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan
oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik
digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.
4. Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik
berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi
barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus.
Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan
mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat
memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari
normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut.
b. Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat
menghentikan diare dengan beberapa cara:
1. Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu
untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat
petidin (difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine,
ekstrak belladonna).
2. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam
samak (tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan
alumunium.
3. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya
dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan
oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang,
ikan). Termasuk di sini adalah juga musilago zat-zat lendir yang
menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu lapisan
pelindung seperti kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat
antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth serta
alumunium.
2. Obat diare :
a. Akita
- Attapulgit 600 mg, pectin 50 mg.
- Indikasi : Pengobatan simptomatik pada diare yang tidak
diketahui penyebabnya.
- Dosis : Dewasa dan anak > 12 th = 2 tablet setelah diare
pertama, 2 tablet tiap kali diare berikutnya; maksimum 12 tablet
sehari; anak 6-12 tahun = setengah dosis dewasa; maksimum 6
tablet sehari. Kemasan : Dos 10×10 tablet.
b. Andikap
- Attapulgit aktif koloidal 650 mg, pectin 65 mg.
- Indikasi : Simptomatik pada diare non spesifik.
- Dosis : Dewasa dan anak 12 tahun ke atas = 2 kaplet setiap
setelah BAB, maksimal 12 kaplet sehari. Anak 6-12 tahun = 1
kaplet setiap setelah BAB, maksimal 6 kaplet sehari. Kemasan :
Blister 6 kaplet Rp 1.600
c. Anstrep
- Attapulgit 600 mg, pectin 50 mg.
- Indikasi : Pengobatan simptomatik pada diare yang tidak
diketahui penyebabnya.
- Kontraindikasi : Gangguan usus dan konstipasi; hipersensitif.
- Dosis : Dewasa dan anak > 12 th = 2 kaplet setelah defekasi,
maksimum 12 kaplet per hari; Anak 6-12 tahun = 1 kaplet
setelah defekasi, maksimum 6 kaplet per hari. Kemasan : Dos
10×10 kaplet Rp 23.500.
d. Bekarbon
- Activated charcoal.
- Indikasi : Diare, kembung.
- Interaksi obat : Anti dotum oral spesifik. Menurunkan kerja obat
ipeka kuanha dan emetic lain. Dengan beberapa obat oral
menimbulkan efek stimulant.
- Efek samping : Muntah, konstipasi, feses hitam.
- Dosis :Dewasa 3-4 tablet 3x sehari, anak 1-2 tablet 3x sehari.
Kemasan : tablet 250 mg x 750. Harga : Rp 14.300
e. Diaryn
- Bismuth subsalisilat 262 mg.
- Indikasi : Pengobatan diare tidak spesifik yaitu yang tidak
berdarah dan tidak diketahui penyebabnya. Kemasan : Strip 4
tablet. Harga : Rp 1.540.
f. Antrexol
- Isinya : Psidii folium extractum siccum 150 mg, Curcuma
domestica axstactum siccum 50 mg, Piper bettle folium
extractum siccum 50 mg, Cimcifuga racemosa rhizome
extractum siccum 25 mg, Areca catechu extractum siccum 15
mg.
- indikasi : Mengurangi seringnya BAB dan memadatkan tinja
pada penderita diare atau mencret.
- Kontraindikasi : Ibu hamil dan menyusui, penderita yang
memiliki kelainan atau kecenderungan pendarahan, kerusakan
saluran empedu atau tukak lambung kronis, hipersensitif.
- Dosis : Sehari 2x @ 2 kapsul, diare akut : 2x @ 2 kapsul dengan
jarak 1 jam. Kemasan : Dos 10×10 kapsul. Harga : Rp 31.000.
g. Oralit
- Indikasi: Mencegah dan menggobati ‘kurang cairan’ ( dehidrasi)
akibat diare/muntaber.
- Kontra Indikasi: Pengemudi kendaraan bermotor dan operator mesin
berat jangan minum obat ini sewaktu menjalan kan tugas.
h. Activated charcoal
- Indikasi: Antidiare, antidotum (adsorben untuk berbagai keracunan
obat dan toksin), antiflatulen.
- Dosis: Dewasa: 3xsehari 3-4 tablet; anak: 3xsehari 1-2 tablet.
- Interaksi: Antidotum oral spesifik. Mengabsorbsi obat yang diberikan
bersamaan sehingga menurunkan efek obat tersebut (kerja obat
ipekakuanha dan emetik lain). Dengan beberapa obat oral dapat
menimbulakn efek simultan.
i. Nifudiar
- Nifuroksazid 250 mg
- Indikasi: Diare yang disebabkan E. Coli, Staphylococcus, kolopatis
- Kontraindikasi: Hipersensitif
j. Neo Prodial
- Furazolidon 50 mg
- Indikasi: diare spesifik, enteritis yang disebabkan Salmonela, Shigela,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus faecalis, E. Coli,
- Kontra indikasi: bayi dibawah 3 bulan, hipersensitif

D. Digestan
Digestan adalah obat yang membantu proses pencernaan. Obat ini bermanfaat
pada dafisiensi satu atau lebih zat yang berfungsi mencerna makanan di saluran
cerna. Proses pencernaan makanan di pengaruhi oleh HCL, enzim pencernaan dan
empedu.
1. Pepsin
- Dosis : 2-4 mL
- Indikasi: membantu pemecahan protein menjadi proteosa dan pepton.
Terapi tambahan pada akilia gastrika.
2. Pankreatin
- Dosis: 0.3 – 1g/kg BB/Hr
- Indikasi: membantu pencernaan karbohidrat dan protein pada defisiensi
pancreas seperti pada pancreatitis dan pankreaspibrokistik
3. Diastase Papain
- Dosis: 60-300 mg, 120-600 mg.
- Indikasi: membantu pencernaan protein pada dyspepsia kronik dan
gastritis.
4. Asam dehidrokolat
- Dosis: 3 kali 250 mg/Hr (tablet)
- Indikasi: merangsang sekresi empedu (volume) tanpa meningkatkan
garam dan pigmen empedu.

E. Obat Pencahar
Obat Pencahar adalah obat yang dapat mempercepat gerakan peristaltic usus,
sehingga terjadi defekasi dan digunakan pada konstipasi yaitu keadaan susah buang
air besar.
1. Pencahar Rangsang
Merangsang mukosa, saraf intramural atau otot usus sehingga meningkatkan
peristaltic dan sekresi mukosa lambung.
a. Difenilmetan, Fenolftalein
- Indikasi: Konstipasi
- Dosis: 60-100 mg (tablet)
- Efek samping: Elektrolit banyak keluar, urin dan tinja warna merah
dan reksi alergi
b. Antrakinon, Kaskara Sagrada
- Dosis: 2-5 ml (sirup), 100-300 (tablet)
- Efek samping: pigmentasi mukosa kolon
c. Sena
- Dosis: 2-4 ml (sirup), 280 mg (tablet)
- Efek samping: penggunaan lama menyebabkakn kerusakan neuron
mesenteric.
2. Minyak Jarak
Minyak jarak berasal dari biji ricinus cimmunis, suatu trigliserida asam
risinoleat dan asam lemak tidak jenuh. Sebagai pencahar obat ini tidak banyak
digunakan lagi.
- Dosis:
Dewasa: 15-50 ml
Anak: 5-15 ml
- Efek samping: Confusin, denyut nadi tidak teratur, kram otot, lelah.
3. Pencahar Garam
Peristaltik usus meningkat disebabkan pengaruh tudak langsung karena daya
osmotiknya.
a. Magnesium Sulfat
- Dosis: 15-30 g (bubuk)
- Efek samping: mual, dehidrasi, dekompesasi ginjal, hipotensi,
paralisis pernapasan.
b. Susu Magnesium
- Dosis: 15-30 ml
c. Magnesium Oksida
- Dosis; 2-4 g
4. Pencahar Pembenuik Masa
Obat golongan ini berasal dari alam atau dibuat secara semisintetik. Golongan
ini bekerja dengan mengikat air dan ion dalam lumen kolon.
a. Metilselulosa
- Dosis:
Dewasa: 2-4 kali 1,5 g/hari
Anak: 3-4 kali 500 mg/hari
- Efek samping: obstruksi usus dan esopagus
b. Natriumkarboksi Metilsulosa
- Dosis: 5-6 g (tablet)
c. Agar
- Dosis: 4-16 g
5. Pencahar Emolin
Memudahkan defekasi dengan cara melunakan tinja tanpa merangsang
peristaltic usus, baik langsung maupun tidak langsung.
a. Dioktilkalsiumsulfosuksinat
- Dosis: 50-450 mg/hari (kapsul)
- Efek samping: kolik usus
b. Parafin cair
- Dosis: 15-30 ml/hari
- Efek samping: mengganggu absorpsi zat-zat larut lemak, lipid
pneumonia, pruritis ani.
c. Minyak Zaitun
- Dosis: 30 mg

Anda mungkin juga menyukai