BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
obat dan formulasi sediaan obat. Peningkatan kualitas obat dan efisiensi dalam
Sediaan obat mata tersedia dalam berbagai bentuk sediaan. Ada berupa
salep, adapula yang berbentuk larutan. Pada praktikum ini dibuat sediaan salep
mata. Salep mata adalah salah satu sediaan steril setengah padat yang digunakan
untuk mengobati iritasi atau gangguan pada mata dengan cara dioleskan pada
mata.
Salep mata dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan
aseptis yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilisasi. Salep mata termasuk
sediaan yang cukup rumit dalam pembuatannya karena bahan atau campuran
bahan yang digunakan harus sesuai dan dapat mencegah pertumbuhan dan
untuk penyakit epidemik, demam dan obat ini digunakan secara topikal untuk
sediaana salep karena banyak antibiotik yang menjadi lebih buruk dalam keadaan
berair khususnya tanpa pendapar. Ketika suatu antibiotik tidak stabil dalam air,
B. Tujuan Percobaan
serta unsur penyusunnya hingga jenis sterilisasi yang paling tepat untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Salep Mata
Salep mata adalah salah satu sediaan steril setengah padat yang
digunakan untuk mengobati iritasi atau gangguan pada mata dengan cara
Menurut Fornas Edisi II, defenisi dari Salep mata adalah salep steril
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan
salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang
sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan
salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang
sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji
sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi salep mata tidak
dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang
memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata
sengaja bila wadah dibuka pada waktu aplikasi penggunaan, kecuali dinyatakan
(Goeswin Agus,
1. Steril
2. Bebas hama/bakteri
4. Difusi bahan obat keseluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan
mata
5. Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik lelah mendekati suhu tubuh
1. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai
mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu
2. Salep mata harus bebas dari partikel kasar dan halus, memenuhi
4. Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu
Salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar atau basis salep
4. Stabil
Cara penggunaan salep mata antara lain adalah sebagai berikut
(Annonim, 2007) :
5. Jangan menyentuh ujung tube dengan apapun dan usahakan tetap bersih.
6. Posisikan kepala menengadah dan tarik kelopak mata bagian bawah sampai
terbentuk cekungan.
9. Pejamkanlah mata selama kurang lebih 2 menit supaya salep dapat tersebar
merata.
11. Tutup kembali tube dan simpan ditempat sejuk (15°-25°C), kering dan
12. Jika menggunakan lebih dari 1 salep mata tunggu sekitar 30 menit sebelum
Hal yang perlu diperhatikan untuk sediaan salep mata adalah sebagai
1. Mungkin akan lebih mudah jika meminta bantuan orang lain untuk
5. Setelah menggunakan salep mata mungkin akan terasa pedih, tetapi ini
hanya akan berlangsung beberapa menit. Tetapi jika terasa lebih lama
BAB III
FORMULA
A. Master Formula
1. Resep 01
R/Chlorampenikol 35%
Nipagin 0,1%
Nipasol 0,1 %
Parafin cair 3%
2. Resep 02
R/Chlorampenikol 35%
Nipagin 0,1%
Nipasol 0,1 %
Parafin cair 4%
3. Resep 03
R/Chlorampenikol 35%
Nipagin 0,1%
Nipasol 0,1 %
Parafin cair 5%
B. Kelengkapan Resep
1. Resep 01
Dr. Alfiant
SIP. 003/IDI/2010
Jl. D.I Panjaitan No 14 Kendari
Telp. (0401) 3557766
R/ Chlorampenikol 35 %
Nipagin 0,1%
Nipasol 0,1 %
Parafin cair 3%
Pro : alka
Umur : Dewasa
Keterangan :
R/ : Recipe : Ambillah
2. Resep 02
Dr. Alfiant
Sip SIP. 003/IDI/2010
Jl. D.I Panjaitan No 14 Kendari
Telp. (0401) 3557766
No. 005 Kendari, 14-12-2015
R/ Chlorampenikol 35 %
Nipagin 0,1%
Nipasol 0,1 %
Parafin cair 4%
Pro : alka
Umur : Dewasa
Keterangan :
R/ : Recipe : Ambillah
3. Resep 03
Dr. Alfiant
Sip SIP. 003/IDI/2010
Jl. D.I Panjaitan No 14 Kendari
Telp. (0401) 3557766
No. 005 Kendari, 14-12-2015
R/ Chlorampenikol 35 %
Nipagin 0,1%
Nipasol 0,1 %
Parafin cair 5%
Pro : alka
Umur : Dewasa
R/ : Recipe : Ambillah
dan T.polidum. obat ini diguanakan secara topikal untuk injeksi konjungtival
a. Parafin cair
Merupakan zat tambahan yang berguna sebagai pengkelat dari zat aktif
hal. 442).
c. Metil paraben
d. Propil paraben
e. Vaselin Flavum
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dan dalam etanol (95%)
berfluoresensi lemah.
mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)
Sinonim :Klorampenikol
mantap.
Kelarutan :Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5
dalam eter p.
Stabilitas suhu :Stabil pada suhu ruangan dan suhu tinggi. Stbil pada
sediaan suspensi.
rasa tebal.
jernih.
Kelarutan :Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian
silikat.
BAB IV
METODE KERJA
1. Batang pengaduk
2. Cawan cruss
3. Cawan porselin
4. Hot plate
6. Pingset
7. Pipet tetes
8. Sudip
9. Timbangan digital
1. Chloramphenikol
2. Kertas perkamen
3. Methylparaben
4. Parafin cair
5. Prophylparaben
6. Vaselin flavum
7. Tube salep
B. Perhitungan Bahan
a. Resep 01
35
1. Kloramfenikol 35%¿ ×5=1,75 gram
100
10
Dilebihkan 10% ¿ ×1,75=0,175 gram
100
Total ¿ 1,75+0,175
¿ 1,925 gram
0,1
2. Nipagin 0,1% ¿ ×5=0.005 gram
100
10
Dilebihkan 10% ¿ ×0,005=0,0005 gram
100
Total ¿ 0,005+0,0005
¿ 0,0055 gram
0,1
3. Nipasol 0,1% ¿ ×5=0,005 gram
100
10
Dilebihkan 10% ¿ ×0,005=0,0005 gram
100
3
4. Parafin cair 3% ¿ ×5=0,15 gram
100
10
Dilebihkan 10% ¿ × 0,15 = 0,015 gram
100
100
5. Vaselin kuning = ×5 – (1,925+0,0055+0,0055+ 0,165)
100
¿ 5−2,101
¿ 2,899 gram
b. Resep 02
35
2. Kloramfenikol 35% ¿ ×5=1,75 gram
100
10
Dilebihkan 10% ¿ ×1,75=0,175 gram
100
Total ¿ 1,75+0,175
¿ 1,925 gram
0,1
2. Nipagin 0,1% ¿ ×5=0.005 gram
100
10
Dilebihkan 10% ¿ ×0,005=0,0005 gram
100
Total ¿ 0,005+0,0005
¿ 0,0055 gram
0,1
3. Nipasol 0,1% ¿ ×5=0,005 gram
100
10
Dilebihkan 10% ¿ ×0,005=0,0005 gram
100
4
4. Parafin cair 4% ¿ ×5=0,2 gram
100
10
Dilebihkan 10% ¿ × 0,2 = 0,02 gram
100
100
5. Vaselin kuning = ×5 – (1,925+0,0055+0,0055+ 0,22)
100
¿ 5−2, 156
¿ 2,844 gram
c. Resep 03
35
2. Kloramfenikol 35% ¿ ×5=1,75 gram
100
10
Dilebihkan 10% ¿ ×1,75=0,175 gram
100
Total ¿ 1,75+0,175
¿ 1,925 gram
0,1
2. Nipagin 0,1% ¿ ×5=0.005 gram
100
10
Dilebihkan 10% ¿ ×0,005=0,0005 gram
100
Total ¿ 0,005+0,0005
¿ 0,0055 gram
0,1
3. Nipasol 0,1% ¿ ×5=0,005 gram
100
10
Dilebihkan 10% ¿ ×0,005=0,0005 gram
100
5
4. Parafin cair 5% ¿ ×5=0,25 gram
100
10
Dilebihkan 10% ¿ × 0,25 = 0,025 gram
100
100
5. Vaselin kuning = ×5 – (1,925+0,0055+0,0055+ 0,275)
100
¿ 5−2,211
¿ 2,789 gram
C. Cara Kerja
a. Resep 01
11. Dikeluarkan dari lumpang dan dimasukkan kedalam tube salep dengan
bantuan spoit.
12. Dilakukan sterilisasi akhir pada autoklaf pada suhu 121oC selama 15
menit.
b. Resep 02
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
11. Dikeluarkan dari lumpang dan dimasukkan kedalam tube salep dengan
bantuan spoit.
12. Dilakukan sterilisasi akhir pada autoklaf pada suhu 121oC selama 15
menit.
c. Resep 03
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
11. Dikeluarkan dari lumpang dan dimasukkan kedalam tube salep dengan
bantuan spoit.
12. Dilakukan sterilisasi akhir pada autoklaf pada suhu 121oC selama 15
menit.
BAB V
PEMBAHASAN
Chloramphenicol dibuat dalam sediaana salep karena banyak antibiotik yang menjadi
lebih buruk dalam keadaan berair khususnya tanpa pendapar. Ketika suatu antibiotik
tidak stabil dalam air, baik untuk dibuat dalam bentuk sediaan salep.
Alasan penggunaan zat aktif chloramphenicol karena obat ini mempunyai aktivitas
antibakteri spektrum luas. Obat ini efektif untuk hampir semua kuman gram positif
dan gram negatif. Bahan tambahan yang digunakan adalah parafin cair, lanolin,
tokoferol sebagai antioksidan artinya bahan ini digunakan sebagai penangkal radikal
bebas dan sebagai terminator rantai yaitu bahan yang mampu bereaksi dengan radikal
dalam larutan untuk menghasilkan jenis baru, rantai radikal terminator ini tidak
masuk kembali ke dalam siklus preparasi radikal. Vaselin kuning dan Lanolin (Adeps
Lanae) sebagai dasar salep hidrokarbon. Sedangkan parafin sebagai zat tambahan
pada basis salep agar diperoleh sediaan salep yang lembut. Methylparaben dan
Salep mata harus bebas dari partikel kasar agar tidak mengiritasi mata
dan memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada uji salep mata. Wadah yang
di gunakan pada salep mata pun harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian
maupun penutupan.
Pada praktikum ini, hal pertama yang dilakukan dalam pembuatan salep
mata ini adalah proses pensterilan alat-alat yang digunakan ke dalam autoklaf dan di
dalam oven. Alat-alat yang disterilkan dalam autoklaf adalah tube, batang pengaduk
pada suhu 121ºC selama 15 menit. Sedangkan alat berupa cawan krus, cawan
porselen dan kaca arloji disterilkan didalam oven karena alat tersebut tidak tahan
pada proses pemanasan yang bertekanan sehingga dapat membuat kaca arloji menjadi
pecah.
penimbangan bahanw. Kemudian dilebur vaselin dalam cawan penguap dan parafin
dalam cawan krus. Kemudian campurkan parafin secara bersamaan dengan vaselin
yang telah dilebur dan segera ditambahkan adeps lanae digerus hingga campuran
didapatkan adalah 6,0 dimana pH kloramfenikol yaitu 4,5-7,5 yang berarti pH sediaan
sesuai dengan pH kloramfenikol dan pH 6,0 masih dapat ditoleransi oleh mata karena
menurut stefanus, 2006 mata dapat mentoleransi pH 5,5-11,4. Kemudian dilakukan sterilisasi
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
menjadi lebih buruk dalam keadaan berair khususnya tanpa pendapar. Ketika
suatu antibiotik tidak stabil dalam air, baik untuk dibuat dalam bentuk
sediaan salep.
2. pH pada sediaan salep mata ini yaitu 6 yang masih dapat ditoleransi oleh mata
B. Saran
Dalam praktikum ini diharapkan kepada semua praktikan untuk lebih
memperhatikan pada saat penggerusan agar salep mata harus halus dan bebas
dari partikel kasar yang dapat menyebabkan iritasi pada mata atau ketidak
nyaman pada saat pemakaian. Dan pada pembuatan salep mata sebaiknya tidak
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Muhammad. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.