Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

FARMAKOLOGI OBAT HIPNOTIK SEDATIF

Oleh:

Astuti Setyawardani (162010101054)

Afita Novira Tsania (162010101055)

Annisa Nadhifa Witanto (162010101056)

Muhammad Yuda Nugraha (162010101057)

Mira Haninda R (162010101058)

Giovani Gianosa (162010101059)

Moch. Luthfan Fahmi Masduqie (162010101060)

Hashinatul Hurriyyah (162010101061)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018
TUJUAN PRAKTIKUM

1. Memahami mekanisme kerja obat hipnotik sedatif


2. Mengamati efek obat hipnotik sedatif dari obat golongan barbiturate
3. Mengamati efek obat hipnotik sedatif dari obat golongan non barbiturate
4. Membandingkan efek obat hipnotik sedatif dari obat golongan barbiturate dan non
barbiturate dan non barbiturate dengan kelompok kontrol
A. DASAR TEORI
A. Definisi SISTEM SARAF PUSAT

Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang merupakan suatu
jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang
lain.Fungsi sistem saraf antara lain : mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol
interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya.Stimulan sistem saraf pusat (SSP)
adalah obat yang dapat merangsang serebrum meduladan sumsum tulang belakang.
Stimulasi daerah korteks otak-depan oleh se-nyawa stimulan SSP akan meningkatkan
kewaspadaan, pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Contoh senyawa
stimulan SSP yaitu kafein dan amfetaminSistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf
pusat atau sentral dan sistem saraf tepi(SSP). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti
sakit, panas, rasa, bahaya, dan suara mula-mula diterima oleh reseptor, kemudian
dilanjutkan ke otak dan sumsum tulang belakang.Rasa sakit disebabkan oleh
perangsangan rasa sakit diotak besar. Sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi
emosional yang ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sistem syaraf pusat dapat ditekan
seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik. Obat
yang dapat merangsang SSP disebut analeptika.Obat & obat yang bekerja terhadap
susunan saraf pusat berdasarkan efek farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar
yaitu :' merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung
merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta syarafnya.Menghambat atau
mendepresi, yang secara langsung maupun tidak langsung memblokir proses proses
tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf- sarafnya.Obat yang
bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat luas(merangsang atau
menghambat secara spesifik atau secara umum). Kelompok obat memperlihatkan
selektifitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik khusus mempengaruhi pusat
pengatur suhu pusat nyeri tanpa pengaruh jelas.

B.Klasifikasi Sistem Saraf Pusat

Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa golongan besar, yaitu:
1.Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi Psikoleptika (menekan atau menghambat
fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika, sedativa dan tranquillizers, dan
antipsikotika).Psiko-analeptika (menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva dan
psikostimulansia (wekamin)). 2.Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS
(multiple sklerosis), dan penyakit Parkinson.

3.Jenis obat yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anestetika umum, dan lokal.

4.Jenis obat vertigo dan obat migrain (Tjay, 2002).Umumnya semua obat yang bekerja
pada SSP menimbulkan efeknya dengan mengubah sejumlah tahapan dalam hantaran
kimia sinaps (tergantung kerja transmitter).

Otak menggunakan sejumlah senyawa neurokimiawi sebagai pembawa pesan untuk


komunikasi berbagai beagian di otak dan sistem syaraf. Senyawa neurokimiawi ini,
dikenal sebagaineurotransmiter, sangat esensial bagi semua fungsi otak. Sebagai
pembawa pesan, mereka datangdari satu tempat dan pergi ke tempat lain untuk
menyampaikan pesan-pesannya. Bila satu sel saraf (neuron) berakhir, di dekatnya ada
neuron lainnya. Satu neuron mengirimkan pesandengan mengeluarkan neurotrasmiter
menuju ke dendrit neuron di dekatnya melalui celah sinaptik, ditangkap reseptor-reseptor
pada celah sinaptik tersebut. Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus
membawa sinyal di antara neuron. Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis,
sebelum dilepaskan bertepatan dengandatangnya potensial aksi. Neurotransmitter dalam
bentuk zat kimia bekerja sebagai penghubung antara otak ke seluruh jaringan saraf dan
pengendalian fungsi tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan neurotransmiter merupakan
bahasa yang digunakan neuron di otak dalam berkomunikasi. Neurotransmiter muncul
ketika ada pesan yang harus di sampaikan ke bagian- bagian lain.Seluruh aktivitas
kehidupan manusia yang berkenaan dengan otak di atur melalui tiga cara, yaitusinyal
listrik pada neuron, zat kimiawi yang di sebut neurotransmitter dan hormon
yangdilepaskan ke dalam darah. Hampir seluruh aktivitas di otak memanfaatkan
neurotransmitter.

Beberapa neurotransmiter utama, antara lain:

1. Asam amino: asam glutamat, asam aspartat, serina, GABA, glisina

2. Monoamina: dopamin, adrenalin, noradrenalin, histamin, serotonin, melatonin

3. Bentuk lain: asetilkolina, adenosina, anandamida, dll


Cara Kerja Neurotransmitter

Proses neurotransmitter berawal dari neuron menyintesis zat kimia yang akan berfungsi
sebagai neurotransmitter. Kemudian neuron menyintesis neurotransmitter yang berukuran
lebih kecil pada ujung-ujung akson dan menyintesis neurotransmitter yangberukuran
lebih besar (peptida) pada badan sel. Selanjutnya neuron mentransportasi neurotransmitter
peptida kearah ujung-ujung akson (Neuron tidak mentransportasikan neurotransmitter
yang berukuran kecil karena ujung-ujung akson adalah tempat pembuatannya). Potensial
aksi berkonduksi disepanjang akson. Potensial aksi pada terminal postsinaptik
meyebabkan ion kalsium dapat memasuki neuron. Ion kalsium melepaskan
neurotransmitter dari terminal postsinaptik ke celah sinaptik. Molekulneurotransmitter
yang telah dilepaskan, berdifusi lalu melekat dengan reseptor sehingga mengubah
aktifitas neuron postsinaptik. Selanjutnya, neurotrasmiter melepaskan diri dari reseptor.
Neurotrasmitter dapat diubah menjadi zat kimia yang tidak aktif tergantung pada zat
kimia penyusunnya. Molekul neurotransmitter dapat dibawa kembalike neuron prasimatik
untuk didaur ulang atau dapat berdifusi dan hilang.pada beberapa kasus, vesikel yang
kosong akan di transportasi kembali kebadan sel. Meskipun belumada penelitian yang
benar–benar memberi jawaban, tetapi neuron postsinaptik mungkin melepaskan pesan –
pesan umpan balik negatif yang akan memperlambat pelepasan neurotransmitter baru
oleh neuron prasinaptik.

Macam-Macam Neurotransmitter

a.Asetilkolin (ACh)

Merupakan neurotransmitter yang tidak siproduksi didalam neuron. Ditransportasikan ke


otak dan ditemukan diseluruh bagian otak. Ach berada diseluruhsistem saraf pusat dan
perifer. Asetilkolin memiliki konsentrasi tinggi di basal gangliadan cortex motorik.
Fungsi utama dari Asetilkolin ini adalah mengatut atensi, memori,rasa haus, pengaturan
mood, tidur REM, memfasilitasi perilaku seksual dan tonus otot.

b. GABA (Asam gama-aminobutirat)

Ditemukan pada seluruh system saraf pusat. GABA berlokasi di


Hipotalamus,hipocampus, korteks, serebelum,basal ganglia, medula spinalis, retina.
GABA pentingdidalam otak karena menjaga penembakan banyak neuron. Ia membantu
ketepatansinyal yang dibawa dari satu neuron ke neuron berikutnnya.

c. Neropinefrin

Memiliki konsentrasi tinggi di dalam locus ceruleus serta dalam konsentrasi sekunder
dalam hippocampus, amygdala, dan kortex cerebral. Dipindahkan dari celahsynaptic dan
kembali ke penyimpanan melalui proses reuptake aktif. Menghambat penembakan neuron
dalam system saraf pusat, tetapi membangkitkan otot jantung, jantung, usus dan alat
urogenitalia. Ia juga membantu mengendalikan kewaspadaan serta berfungsi dalam proses
pembelajaran dan memory.

d.Dopamin

Berlokasi di CNS dan diproduksi dalam subtantia nigra serta dipindahkan daricelah
sipnatik dari enzim MAO. Membantu dalam mengatur fungsi pikiran,pengambilan
keputusan, mengendalikan pergerakan volunter dan membantu dalammengintegrasikan
kognisi.

e.Serotonin (5HT)

Kelainan Serotonin (5HT) berimplikasi terhadap beberapa jenis gangguan jiwayang


mencakup ansietas, depresi, psikosis, migren, gangguan fungsi seksual, tidur,kognitif, dan
gangguan makan. Berfungsi dalam pengaturan tidur, mengatur suasanahati, perhatian
,belajar, persepsi nyeri dan temperatur tubuh serta berperan dalam perilaku aggresi atau
marah dan libido. Dalam mengatur tidur dan bangun, serotonin bekerja sama dengan
asetilkolin dan norepinefrin

f. Endorfins

Termasuk dalam suatu keluarga zat kimia otak yang tergolong baru yang menyiarkan
ulang informasi neuropeptida. Endorfrins merupakan suatu bahan kimia yang diproduksi
di dalam otak dan spinal cord yang mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan mood.
Endorfrins juga dapat melindungi tubuh dari perasaan sakit dan meningkatkan perasaan
tenang serta mempengaruhi perasaan senang dan bahagia.
g.Oksitosin

Merupakan sebuah hormon dan neurotransmitter yang memainkan peranan penting dalam
pengalaman cinta dan ikatan anatar manusia.

h.Epinefrin (adrenalin)

Meningkatkan detak jantung dan melakukan dilatasi jalan napas untuk meningkatkan
fungsi nafas dan menyempitkan pembuluh darah di dalam usus dan kulit.Bekerja bersama
dengan norepinephrine yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal.

i.Glutamate

Glutamat merupakan neurotransmitter excitatory utama pada otak dimana hampir tiap
area otak berisi glutamate. Glutamat memiliki konsentrasi tinggi di corticostriatal dan di
dalam sel cerebellar. Gangguan pada neurotrasmitter ini akan berakibat gangguanatau
penyakit bipolar afektif dan epilepsi. Fungsi Utama Glutamat adalah
pengaturankemampuan memori dan memelihara fungsi automatic

Obat sedatif-hipnotik

Obat sedatif-hipnotik merupakan jenis obat SSP yang dapat menyebabkan


sedasi/kantuk (disertai hilangnya anxiety/rasa cemas) atau menyebabkan tidur. Obat sedatif
(ansiolitik) yang efektif haruslah mengurangi rasa cemas dan menimbulkan efek
menenangkan. Derajat depresi susunan saraf pusat akibat suatu sedati harusnya minimal
konsisten dengan efikasi terapeutiknya. Suatu obat hipnotik haruslah menimbulkan rasa
kantuk dan mendorong mulai terpeliharanya keadaan tidur. Efek hipnotik menyebabkan
penekanan lebih dalam pada susunan saraf pusat daripada sedasi.

Sedatif digunakan untuk menekan kecemasan yang diakibatkan oleh ketegangan


emosi dan tekanan kronik yang disebabkan oleh penyakit atau faktor sosiologis, untuk
menunjang pengobatan hipertensi, untuk mengontrol kejang dan untuk menunjang efek
anestesi sistemik. Sedatif mengadakan potensial dengan obat analgesik dan obat penekan
sistem saraf pusat yang lain (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Hipnotik digunakan untuk pengobatan gangguan tidur, seperti insomnia. Efek


samping yang umum golongan sedatif-hipnotik adalah mengantuk dan perasan tidak enak
waktu bangun. Kelebihan dosis dapat menimbulkan koma dan kematian karena terjadi
depresi pusat medula yang vital di otak. Pengobatan jangka panjang menyebabkan toleransi
dan ketergantungan fisik (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Barbiturat dan benzodiazepin
adalah subgrup sedatif-hipnotik yang terpenting

Benzodiazepine

Turunan benzodiazepin adalah obat pilihan yang banyak digunakan sebagai sedatif-
hipnotik karena mempunyai efikasi dan batas keamanan lebih besar dibanding turunan sedatif
-hipnotika lain, yang antara lain menyangkut efek samping, pengembangan toleransi,
ketergantungan obat, interaksi obat dan kematian akibat kelebihan dosis. Selain efek sedatif-
hipnotik, benzodiazepin juga mempunyai efek menghilangkan ketegangan (anxiolitik,
tranquilizer minor), relaksasi otot antikejang. Di klinik turunan ini terutama digunakan untuk
menghilangkan ketegangan, kegelisahan dan insomnia. Efek kadang dapat terjadi amnesia,
hipotensi, penglihatan kabur dan konstipasi. Penggunaan jangka panjang, terutama dalam
dosis tinggi, dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan mental (Siswandono dan
Soekardjo, 2002).

Turunan benzodiazepin mengikat reseptor khas di otak dan meningkatkan transmisi


sinaptik GABA (gama-aminobutyric acid). GABA adalah neurotransmitter inhibitorik utama
di susunan saraf pusat. Studi menunjukkan bahwa benzodiazepine memperkuat inhibisi
GABAenergik di semua level neuraksis, termasuk korda spinalis, hipotalamus, hipokampus,
substansia nigra, korteks serebrum, dan korteks serebrum. Benzodiazepin meningkatkan
efisiensi inhibisi sinaptik GABA dengan secara langsung mengaktifkan GABA atau
pembukaan saluran klorida terkait. Penguatan hantaran ion klorida yang dipicu oleh interaksi
benzodiazepin dengan GABA mengambil bentuk pengikatan frekuensi proses pembukaan
saluran.

Barbiturat

Turunan barbiturat merupakan sedatif yang banyak digunakan sebelum


diketemukannya turunan benzodiazepin. Turunan barbiturat bekerja sebagai penekan pada
aksis serebrospinal dan menekan aktivitas saraf, otot rangka, otot polos dan otot jantung.
Turunan barbiturat dapat menghasilkan derajat depresi yang berbeda ya itu sedasi, hipnotik
atau anestesi, tergantung pada struktur senyawa, dosis dan cara pemberian( Siswandono dan
Soekardjo, 2002).
Obat golongan barbiturat juga memfasilitasi efek GABA di banyak tempat di susunan
saraf pusat. Berbeda dengan benzodiazepin, mereka tampaknya meningkatkan durasi
pembukaan saluran klorida berpintu GABA. Efek-efek ini melibatkan tempat pengikatan
yang berbeda dari tempat pengikatan benzodiazepine. Kerja barbiturat kurang selektif
dibandingkan dengan benzodiazepin, karena obat golongan ini juga menekan kerja
neurotransmitter eksitatorik asam glutamat.

Alat dan Bahan

1. Alat :
 gelas ukur dengan diameter 2,8 cm dan tinggi 30cm
 Roda aktivitas
 Alat untuk menggantung ekor mencit
 Selotip
 Spuit 1 cc

Hewan coba : mencit

Obat yang akan diuji :

 Diazepam 5mg/kgBB intraperitoneal


 Luminal 2mg/20grBB intraperitoneal

2. Cara Kerja
1. Mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok A (diazepam)
dan B (luminal).
2. Masing-masing kelompok tersebut dibagi lagi menjadi A1, A2, A3, B1, B2,
B3 dan masing-masing kelompok ini mendapatkan 6 mencit. Tandai ekor mencit.
a) 3 mencit kelompok control (injeksi aquades peritoneal 0,1 mL)
b) 3 mencit kelompok diazepam 5mg/kgBB intraperitoneal (untuk kelompok A)
dan 3 mencit kelompok luminal 50mg/5cc intraperitoneal (untuk kelompok B)
Karena kami merupakan kelompok A, maka yang kami kerjakan adalah mencit
control dan mencit diazepam.
3. Masing-masing satu dari mencit kontrol dan mencit diazepam dicoba terlebih
dahulu untuk dimasukkan ke dalam tabung silinder untuk memastikan mereka
seharusnya bisa keluar (tidak terlalu gendut).
4. Kemudian kedua mencit tersebut masing-masing diinjeksi aquades dan
diazepam. Tunggu 15 menit. Masukkan kedua mencit pada dua tabung silinder
yang sudah ditandai 20 cm. Catat waktu yang diperlukan kedua mencit untuk
mencapai tanda tersebut selama 30 detik.
5. Ambil satu mencit kontrol dan satu mencit diazepam. Injeksikan dengan zat
yang sesuai. Tunggu kembali 15 menit, kemudian gantungkan ekor mencit pada
kawat horizontal. Catat waktu sampai mencit berhenti bergerak (immobility time)
selama 6 menit.
6. Ambil mencit kontrol dan mencit diazepam terakhir. Injeksikan dengan zat
yang sesuai. Tunggu selama 15 menit. Tandai salah satu sisi roda untuk
memudahkan menghitung putaran yang dihasilkan mencit. Letakkan mencit dalam
roda, hitung dan catat putaran yang dihasilkan kedua mencit selama 30 menit.

Anda mungkin juga menyukai