Disusun oleh :
Fania Nur Alifah (22011020)
2. Neurotransmiter
Neurotransmiter merupakan zat kimia yang membawa pesan dari satu neuron
keneuron lain atau ke jaringan tubuh, seperti otot skeletal. Neurotransmiter disintesis
dan disimpan dalam terminal saraf presinapsis dan dilepaskan sebagai respons
terhadap impuls listrik yang mencapai ujung neuron pertama (serat presinaptik).
3. Sinapsis
Neuron dalam rantai dipisahkan oleh celah kecil yang disebut sinapsis atau
celah sinaptik. Sinapsis dapat berupa listrik, yaitu ion natrium dan kalium dapat
dengan singkat menjalankan impuls listrik dari satu neuron ke neuron lainnya.
4. Reseptor
Reseptor merupakan protein yang tertanam dalam membran sel neuron.
Neurotransmiter harus berikatan dengan reseptor untuk memberikan efek pada neuron
berikutnya dalam rantai. Reseptor meningkatkan jumlah dan aktivitasnya jika terdapat
aktivitas dalam pada sinapsis, sebaliknya menurunkan jumlah dan aktivitasnya jika
aktivitas berlebihan.
a. Korteks serebral
Korteks serebral terlibat dalam proses sadar, seperti belajar, mengingat,
verbal, dan gerakan tubuh.
b. Talamus
Talamus menerima impuls yang membawa sensasi, seperti panas dan dingin.
c. Hipotalamus
Hipotalamus memiliki fungsi neurologi dan endokrin yang spesifik, antara lain
menghasilkan oksitosin dan hormon ADH, mengatur suhu tubuh, membantu
mengatur tekanan.
d. Medulla oblongata
Medulla oblongata mengandung kelompok neuron yang membentuk kardiak,
pernapasan, dan pusat vasomotorik.
2. Antagonis Opioid
Antagonis opioid memiliki aktivitas lebih besar bagi reseptor sel daripada obat opioid,
Terdapat dua antagonis opioid utama yaitu nalokson (Narcan) dan nalmefe (Revex).antagonis
opioid biasanya digunakan untuk pengobatan depresi pernapasan akut pascaoperasi.
C. ANALGESIK-ANTIPIRETIK-ANTIINFLAMASI DAN OBAT YANG
BERKAITAN
Kelompok obat analgesik-antipiretik-antiinflamasi mencakup berbagai obat yang
secara kimia dan farmakologi memberikan efek meringankan nyeri, demam, dan atau
inflamasi yang berkaitan dengan cedera dan penyakit. Contoh obat tersebut adalah aspirin,
obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dan asetaminofen, yang selanjutnya disebut obat
antiprostaglandin karena menginhibisi sintesis prostaglandin. Prostaglandin merupakan
mediator kimia yang terdapat pada hampir semua jaringan tubuh, yang berfungsi mengatur
fungsi sel dan memberikan respons inflamasi.
D. ANTI PSIKOTIK
Obat antipsikotik diberikan pada pasien yang mengalami gangguan psikotik. Istilah
psikotik berkaitan dengan gangguan yang memengaruhi suasana hati dan perilaku.
Halusinasi, misalnya, merupakan sensasi yang salah atau persepsi yang tidak memiliki dasar
nyata. Contoh lain, delusi, yaitu keyakinan yang salah yang tidak dapat diubah dan diberikan
alasan. Gejala lain mencakup tutur kata yang tidak tertata, gangguan perilaku, menjauh dari
orang-orang di sekitarnya, tidak adanya respons emosi terhadap situasi dan kondisi apa
pun.Psikosis disebabkan oleh dopamin neurotransmiter dalam otak yang tidak seimbang.
Obat antipsikotik berperan untuk menghambat dopamin D2 dalam otak, sehingga mengurangi
gejala psikotik. Beberapa obat antipsikotik ini menghambat daerah pemicu kemoreseptor dan
pusat muntah otak, sehingga menyebabkan efek antiemetik.Pada dasarnya, obat antipsikotik
dibedakan menjadi dua, yaitu obat tipikal dan atipikal. Keduanya diyakini memiliki aksi pada
reseptor serotonin sebagaimana reseptor dopamin dalam otak. Obat antipsikotik digunakan
dalam pengobatan psikosis akut dan kronis, seperti skizofrenia, penyakit bipolar, dan perilaku
agitasi yang berkaitan dengan demensia.