Disusun Oleh :
SARJANA KEPERAWATAN
PAJARAKAN – PROBOLINGGO
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
I. ANATOMI
Sistem saraf adalah pusat kontrol tubuh, pengaturan dan jaringan komunikasi.
Dia mengarahkan fungsi organ dan sistem tubuh. Pusat dari semua aktivitas
mental, meliputi pemikiran, pembelajaran, dan memori.
Tiga fungsi yang tumpang tindih, diilustrasikan dengan contoh dari orang yang
haus melihat dan kemudian mengangkat segelas air :
a. Fungsi sensorik, Sistem saraf menggunakan jutaan reseptor sensorik nya
untuk memantau perubahan yang terjadi baik di dalam dan luar tubuh.
Informasi yang dikumpulkan disebut input sensorik
b. Fungsi Integritas, Sistem saraf memproses dan menafsirkan input
sensorik kemudian memutuskan apa yang harus dilakukan pada setiap
saat. Proses ini disebut integrasi.
c. Fungsi motorik, Sistem saraf mengaktifkan organ efektor, (otot dan
kelenjar) untuk menimbulkan respon. Proses ini disebut output motorik
Setiap neuron memiliki tiga bagian: Badan sel, Satu atau lebih dendrit, dan
satu akson
a. Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Setiap
badan sel saraf mengandung inti tunggal (gambar 3). Inti ini merupakan pusat
kontrol sel. Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan
meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma,
mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom. Dalam sitoplasma badan sel,
ada retikulum endoplasma kasar [reticulum endoplasmic rough (RER)]. Dalam
neuron, ER kasar memiliki struktur granular disebut sebagai badan Nissl, juga
disebut zat chromatophilic, dan merupakan tempat sintesis protein.
b. Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang, seperti
cabangcabang pohon. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Ini adalah
daerah reseptif neuron. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan
rangsangan ke badan sel.
c. Akson adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan penjuluran sitoplasma
badan sel. Akson hilock, adalah prosesus panjang atau serat yang dimulai
secara tunggal tetapi dapat bercabang dan pada ujungnya memiliki banyak
perpanjangan halus disebut terminal akson yang kontak dengan dendrit dari
neuron lainnya. Benang-benang halus yang terdapat di dalam akson disebut
neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang
banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya
rangsangan. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang
merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann
adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf
mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin
adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang
merupakan celah sempit dan tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier,
yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls.
II. FISIOLOGI
A. SISTEM SARAF PUSAT :
a. Otak
Bagian Fungsi
Batang otak Menghubungkan sumsum tulang belakang ke otak
(brainstem) besar; terdiri darimedula oblongata, pons, dan otak
tengah, dengan formasi reticulartersebar di ketiga
daerah tersebut; memiliki banyak fungsi penting,
seperti yang tercantum di bawah setiap subdivisi;
merupakan lokasiinti saraf kranial.
disfungsi auto imun diri sendiri, menyerang nyeri akut/ nyeri kronis
orang lain.
resiko cedera
perilaku kekerasan
Metode ini dengan cara melihat wajah klien dan biasanya untuk
menilai intensitas nyeri pada anak – anak dan klien yang tidak bisa
memvisualisasikan nyerinya.
a. Terapi modalitas
Setelah diagnosis ditetapkan, perencanaan pengobatan harus disusun.
Untuk berbagai modalitas pengobatan nyeri yang beraneka ragam dapat
digolongkan sebagai berikut :
1. Modalitas fisik : latihan, pijatan, vibrasi, tusuk jarum, perbaikan
posisi, imobilisasi, dang mengubah pola hidup
2. Modalitas kognitif – behavior : relaksasi, distraksi kognitif,
mendidik kllien, dan pendekatan spiritual
3. Modalitas invasif : pendekatan radioterapi, pembedahan, dan
tindakan blok saraf. (tindakan kolaborasi dengan tim medis lainnya)
b. Farmako terapi nyeri
Semua obat yang mempunyai efek analgetika biasanya efektif untuk
mengatasi nyeri, tindakan tersebut membutuhkan kolaborasi dengan
tim medis lainnya.
X. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi terkait gangguan rasa aman dan nyaman :
1. Infeksi
2. Kejang
3. Dimensia
4. Masalah mobilisasi
5. Gangguan pola istirahat dan tidur
XI. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
A. Anamnesa
a. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari
Bantuan misalnya : mengeluh nyeri.
Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang dirasakan sekarang.
Riwayat nyeri : keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri,
kualitas, dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara
‘PQRST’ :
P : Provokatif, Apa yang menyebabkan rasa sakit/nyeri; apakah ada
palliative hal yang menyebabkan kondisi
(penyebab) memburuk/membaik; apa yang dilakukan jika
sakit/nyeri timbul; apakah nyeri ini sampai
mengganggu tidur.
Q : Qualitas, Bisakah anda menjelaskan rasa sakit/nyeri; apakah
quantitas rasanya tajam, sakit, seperti diremas, menekan,
(kualitas) membakar, nyeri berat, kolik, kaku atau seperti
ditusuk (biarkan pasien menjelaskan kondisi ini
dengan kata-katanya).
R : Region, Apakah rasa sakitnya menyebar atau berfokus pada
radiasi satu titik.
(penyebaran)
S : skala, Seperti apa sakitnya; nilai nyeri dalam skala 1-10
severety dengan 0 berarti tidak sakit dan 10 yang paling
(keparahan) sakit. Cara lain adalah menggunakan skala FACES
untuk pasien anak-anak lebih dari 3 tahun atau
pasien dengan kesulitan bicara
T : time (waktu) Kapan sakit mulai muncul; apakah munculnya
perlahan atau tiba-tiba; apakah nyeri muncul secara
terus-menerus atau kadang-kadang; apakah pasien
pernah mengalami nyeri seperti ini sebelumnya.
apabila "iya" apakah nyeri yang muncul merupakan
nyeri yang sama atau berbeda.
c. Riwayat penyakit dahulu
Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah
pernah.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang sama dan turun temurun atau penyakit tidak
menular.
B. Pemeriksaan fisik
Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat
klien dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya
perawat berusaha untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu
sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap
nyeri.Sedangkan untuk pasien dengan nyeri kronis maka pengkajian yang
lebih baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi perilaku,
afektif, kognitif (NIH, 1986; McGuire, 1992).
1. Data Subjektif
Pasien mengatakan nyeri di bagian jalan lahir akibat luka pada
perineum. Pasien mengatakan tidak nyaman saat bergerak karena
nyerinya belum berkurang
2. Data Objektif
Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal, Pasien terlihat belum
mampu bergerak bebas, wajah meringis menahan nyeri.
a. Keadaan Umum
1. Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna
kulit, turgor kulit, dan kebersihan diri.
2. Gejala Kardinal: Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah,
dan respirasi.
b. Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.
1. Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum,
keadekuatan sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
2. Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan
payudara, sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna,
dan pengisian kapiler.
3. Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja
diafragma.
4. Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi
gesekan, atau suara napas tambahan.
C. Pola – Pola Kesehatan.
1. Pola fungsi kesehatan persepsi
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan,
adanya faktor resiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan
dengan nyeri
2. Pola metabolic nutrisi
Kebiasaan buruk seperti telat makan menyebabkan nyeri abdomen.
3. Pola eliminasi
Perubahan pola defikasi (darah warna, jumlah, frekuensi)
4. Aktivitas latihan
Adanya kelemahan atau keletihan aktivitas yang mempengaruhi
keamanan dan kenyaman seseorang.
5. Pola persepsi kognitif
Rasa kecup lidah berfungsi atau tidak, gambaran cederan pasien
terganggu atau tidak, penggunaan alat bantu dalam pengindraan
pasien.
6. Pola konsep diri persepsi diri
Keadaan sosial yang mempengaruhi aman dan nyaman seseorang.
7. Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki
kebiasaan yang dapat mengganggu keamanan dan kennyamanan
seseorang.
8. Pola reproduksi seksual
Perilaku setelah terjadi gangguan aman dan nyaman dikaji.
9. Pola toleransi koping stress
Adanya stress yang mempengaruhi ke aman dan nyaman.
10. Keyakinan dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi aman dan nyaman,
adanya pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama
pasien.
D. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
2. Radiologi : Imaging seperti foto polos X-Ray, CT- Scan, MRI, USG
dan bone scan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang bisa muncul pada pasien dengan
gangguan kebutuhan aman dan nyama adalah: (SDKI, 2016)
a. Keamanan
1. Perilaku kekerasan b.d ketidakmampuan mengendalikan dorongan
marah d.d mengancam, menyakiti orang lain.
2. Resiko cedera d.d perubahan sensasi
b. Kenyamanan
1. Nyeri akut b.d agen penyebab fisiologis d.d mengeluh nyeri,
tampak meringis
2. Nyeri kronis b.d kerusakan sistem saraf d.d mengeluh nyeri, merasa
depresi, gelisah
3. Intervensi Keperawatan
Beberapa intervensi utama yang dapat diambil berdasarkan diagnosa
keperawatan adalah : (SIKI, 2018)
1. Perilaku kekerasan b.d ketidakmampuan mengendalikan
dorongan marah d.d mengancam, menyakiti orang lain.
Tujuan : dapat mengontrol diri
Kriteria hasil (SLKI)
NO Kriteria Hasil SA ST
1. Verbalisasi ancaman 1 5
kepada orang lain (meningkat) (menurun)
2. Perilaku menyerang 1 5
(meningkat) (menurun)
3. Suara keras 1 5
(meningkat) (menurun)
4. Suara ketus 1 5
(meningkat) (menurun)
Intervensi SIKI (2017) :
NO Kriteria Hasil SA ST
1. Toleransi aktivitas 1 5
(menurun) (meningkat)
2. Kejadian cedera 1 5
(meningkat) (menurun)
3. Luka/lecet 1 5
(meningkat) (menurun)
Intervensi SIKI :
NO Kriteria Hasil SA ST
1. Kemampuan menuntaskan 1 5
aktivitas (menurun) (meningkat)
2. Keluhan nyeri 1 5
(meningkat) (menurun)
3. Meringis 1 5
(meningkat) (menurun)
Intervensi SIKI :
a. Manajemen nyeri
b. Pemberian analgesik
c. Aromaterapi
4. Nyeri kronis b.d kerusakan sistem saraf d.d mengeluh nyeri,
merasa depresi, gelisah
Tujuan : tidak merasa nyeri kronis
Kriteria hasil (SLKI)
NO Kriteria Hasil SA ST
1. Kemampuan menuntaskan 1 5
aktivitas (menurun) (meningkat)
2. Keluhan nyeri 1 5
(meningkat) (menurun)
3. Meringis 1 5
(meningkat) (menurun)
Intervensi SIKI :
a. Manajemen nyeri
b. Perawatan kenyamanan
c. Terapi relaksasi
4. Implementasi Keperawatan
Melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan
sebelumnya sesuai dengan standart keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi hasil tindakan (Implementasi) kepada klien, tanggapan klien,
dan dokumentasikan hasil evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Kasiati. (2016) Modul Bahan Ajar Cetak Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta : PUSDIK
SDM Kesehatan diakses tanggal 1 Februari 2021 pukul 08.00 WIB
Pearce, Evelyn C. (2011). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis alih bahasa Sri Yuliani
Handoyo cetakan ke 35. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Raimundus, chalik . (2016) Modul Bahan Ajar Cetak Anatomi Fisiologi Manusia .
Jakarta :PUSDIK SDM Kesehatan diakses tanggal 2 Februari 2021 pukul 09.00 WIB