Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

“RASA AMAN DAN NYAMAN”

Disusun Oleh :

SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PAJARAKAN – PROBOLINGGO

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA “RASA AMAN DAN NYAMAN”

I. ANATOMI

Sistem saraf adalah pusat kontrol tubuh, pengaturan dan jaringan komunikasi.
Dia mengarahkan fungsi organ dan sistem tubuh. Pusat dari semua aktivitas
mental, meliputi pemikiran, pembelajaran, dan memori.
Tiga fungsi yang tumpang tindih, diilustrasikan dengan contoh dari orang yang
haus melihat dan kemudian mengangkat segelas air :
a. Fungsi sensorik, Sistem saraf menggunakan jutaan reseptor sensorik nya
untuk memantau perubahan yang terjadi baik di dalam dan luar tubuh.
Informasi yang dikumpulkan disebut input sensorik
b. Fungsi Integritas, Sistem saraf memproses dan menafsirkan input
sensorik kemudian memutuskan apa yang harus dilakukan pada setiap
saat. Proses ini disebut integrasi.
c. Fungsi motorik, Sistem saraf mengaktifkan organ efektor, (otot dan
kelenjar) untuk menimbulkan respon. Proses ini disebut output motorik

Setiap neuron memiliki tiga bagian: Badan sel, Satu atau lebih dendrit, dan
satu akson

a. Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Setiap
badan sel saraf mengandung inti tunggal (gambar 3). Inti ini merupakan pusat
kontrol sel. Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan
meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma,
mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom. Dalam sitoplasma badan sel,
ada retikulum endoplasma kasar [reticulum endoplasmic rough (RER)]. Dalam
neuron, ER kasar memiliki struktur granular disebut sebagai badan Nissl, juga
disebut zat chromatophilic, dan merupakan tempat sintesis protein.
b. Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang, seperti
cabangcabang pohon. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Ini adalah
daerah reseptif neuron. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan
rangsangan ke badan sel.
c. Akson adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan penjuluran sitoplasma
badan sel. Akson hilock, adalah prosesus panjang atau serat yang dimulai
secara tunggal tetapi dapat bercabang dan pada ujungnya memiliki banyak
perpanjangan halus disebut terminal akson yang kontak dengan dendrit dari
neuron lainnya. Benang-benang halus yang terdapat di dalam akson disebut
neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang
banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya
rangsangan. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang
merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann
adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf
mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin
adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang
merupakan celah sempit dan tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier,
yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls.
II. FISIOLOGI
A. SISTEM SARAF PUSAT :
a. Otak
Bagian Fungsi
Batang otak Menghubungkan sumsum tulang belakang ke otak
(brainstem) besar; terdiri darimedula oblongata, pons, dan otak
tengah, dengan formasi reticulartersebar di ketiga
daerah tersebut; memiliki banyak fungsi penting,
seperti yang tercantum di bawah setiap subdivisi;
merupakan lokasiinti saraf kranial.

Medula oblongata Jalur untuk traktus saraf asending dan desending;


pusat untukbeberapa refleks penting (misalnya,
denyut jantung dan kekuatankontraksi, diameter
pembuluh darah, pernapasan, menelan,
muntah, batuk, bersin, dan cegukan).
Pons Mengandung traktur saraf asending dan desending;
menyampaikan informasi dari otak besar
(serebrum) dan otak kecil (serebelum); pusat
refleks; membanyu medula mengontrol pernapasan
Otak tengah Mengandung traktur saraf asending dan desending;
(midbrain) mengrimkan impuls saraf sensorik dari sumsum
tulang belakang ke talamus dan impuls saraf
motorik dari otak ke sumsum tulang belakang.
Mengandung pusat refleks yang mrnggrrakkan
bola mata, kepala, dan leher dalam menanggapi
rangsangan visual dan pendengaran.
Otak kecil Mengontrol gerakan otot dan tonus; mengatur
(serebelum) keseimbangan dan postur yang tepat; mengatur
tingkat gerakan yang disengaja; terlibat dalam
keterampilan pembelajaran motorik. Berkontribusi
terhadap perencanaan, pemrograman.
Diensefalon Menghubungkan batang otak ke otak besar;
memiliki banyak fungsi pengiriman impuls dan
homeostasis, seperti yang tercantum di bawah
setiap subdivisi.
Talamus Pusat pengiriman impuls sensorik utama.
Menerima dan menyampaikan impuls saraf
sensorik (kecuali bau) ke otak dan impuls saraf
motorik ke pusat otak yang lebih rendah.
Hipotalamus
Mempengaruhi mood dan gerakan. Memberikan
kesadaran penuh terhadap nyeri, sentuhan,
tekanan, dan suhu. Pusat integrasi utama dari
sistem saraf otonom. Mengatur suhu tubuh
(termoregulator), asupan makanan, keseimbangan
air dan mineral, denyut jantung dan tekanan darah
rasa haus, lapar, pengeluaran urin, dan respon
seksual. Mempengaruhi perilaku dan emosi.
Terlibat dalam siklus tidur-bangun dan emosi
kemarahan dan ketakutan. Mengatur fungsi dari
Epitalamus kelenjar hipofisis.
Mengandung inti yang merespon terhadap
stimulasi penciuman dan mengandung kelenjar
pineal yang memproduksi hormon
melatonin.
Otak besar Mengontrol persepsi sadar, pikiran, dan aktivitas
(serebrum) motorik sadar; bisa mengabaikan kebanyakan
sistem lainnya.
Inti basal Mengontrol aktivitas otot dan postur; umumnya
menghambat gerakan yang tidak disengaja saat
istirahat.
Sistem limbik Respon otonom terhadap bau, motivasi, emosi,
(gambar 14) mood, memori, dan fungsi lainnya.
b. Sumsum tulang belakang (medula spinalis)
Medulla spinalis mengendalikan berbagai aktivitas refleks dalam tubuh.
Bagian ini mentransmisi impuls ke dan dari otak melalui traktus asenden
dan desenden.
B. SISTEM SARAF TEPI
a. 12 pasang saraf cranial
12 pasang saraf cranial muncul dari berbagai bagian batang otak.
Beberapa saraf cranial hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagaian
besar tersusun dari serabut sensorik dan serabut motorik.
1. SARAF OLFAKTORIUS ( CN I ) Merupakan saraf sensorik. Saraf ini
berasal dari epithelium olfaktori mukosa nasal. Berkas serabut sensorik
mengarah ke bulbus olfaktori dan menjalar melalui traktus olfaktori sampai
ke ujung lobus temporal (girus olfaktori), tempat persepsi indera
penciuman berada.
2. SARAF OPTIK ( CN II ) Merupakan saraf sensorik. Impuls dari batang
dan kerucut retina di bawa ke badan sel akson yang membentuk saraf optic.
Setiap saraf optic keluar dari bola mata pada bintik buta dan masuk ke
rongga cranial melaui foramen optic. Seluruh serabut memanjang saat
traktus optic, bersinapsis pada sisi lateral nuclei genikulasi thalamus dan
menonjol ke atas sampai ke area visual lobus oksipital untuk persepsi
indera penglihatan.
3. SARAF OKULOMOTORIUS ( CN III ) Merupakan saraf gabungan, tetapi
sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron motorik berasal dari otak
tengah dan membawa impuls ke seluruh otot bola mata (kecuali otot oblik
superior dan rektus lateral), ke otot yang membuka kelopak mata dan ke
otot polos tertentu pada mata. Serabut sensorik membawa informasi indera
otot (kesadaran perioperatif) dari otot mata yang terinervasi ke otak.
4. SARAF TRAKLEAR ( CN IV ) Adalah saraf gabungan , tetapi sebagian
besar terdiri dari saraf motorik dan merupakan saraf terkecil dalam saraf
cranial. 9 Neuron motorik berasal dari langit-langit otak tengah dan
membawa impuls ke otot oblik superior bola mata. Serabut sensorik dari
spindle otot menyampaikan informasi indera otot dari otot oblik superior
ke otak.
5. SARAF TRIGEMINAL ( CN V ) Saraf cranial terbesar, merupakan saraf
gabungan tetapi sebagian besar terdiri dari saraf sensorik. Bagian ini
membentuk saraf sensorik utama pada wajah dan rongga nasal serta rongga
oral. Neuron motorik berasal dari pons dan menginervasi otot mastikasi
kecuali otot buksinator. Badan sel neuron sensorik terletak dalam ganglia
trigeminal. Serabut ini bercabang ke arah distal menjadi 3 divisi :
Cabang optalmik membawa informasi dari kelopak mata, bola mata,
kelenjar air mata, sisi hidung, rongga nasal dan kulit dahi serta kepala.
Cabang maksilar membawa informasi dari kulit wajah, rongga oral (gigi
atas, gusi dan bibir) dan palatum.
Cabang mandibular membawa informasi dari gigi bawah, gusi, bibir, kulit
rahang dan area temporal kulit kepala
6. SARAF ABDUSEN ( CN VI ) Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian
besar terdiri dari saraf motorik. Neuron motorik berasal dari sebuah
nucleus pada pons yang menginervasi otot rektus lateral mata. Serabut
sensorik membawa pesan proprioseptif dari otot rektus lateral ke pons.
7. SARAF FASIAL ( CN VII ) Merupakan saraf gabungan. Meuron motorik
terletak dalam nuclei pons. Neuron ini menginervasi otot ekspresi wajah,
termasuk kelenjar air mata dan kelenjar saliva. Neuron sensorik membawa
informasi dari reseptor pengecap pada dua pertiga bagian anterior lidah.
8. SARAF VESTIBULOKOKLEARIS ( CN VIII ) Hanya terdiri dari saraf
sensorik dan memiliki dua divisi. Cabang koklear atau auditori
menyampaikan informasi dari reseptor untuk indera pendengaran dalam
organ korti telinga dalam ke nuclei koklear pada medulla, ke kolikuli
inferior, ke bagian medial nuclei genikulasi pada thalamus dan kemudian
ke area auditori pada lobus temporal. Cabang vestibular membawa
informasi yang berkaitan dengan ekuilibrium dan orientasi kepala terhadap
ruang yang diterima dari reseptor sensorik pada telinga dalam.
9. SARAF GLOSOFARINGEAL ( CN IX ) Merupakan saraf gabungan.
Neuron motorik berawal dari medulla dan menginervasi otot untuk wicara
dan menelan serta kelenjar saliva parotid. Neuron sensorik membawa
informasi yang berkaitan dengan rasa dari sepertiga bagian posterior lidah
dan sensasi umum dari faring dan laring ; neuron ini juga membawa
informasi mengenai tekanan darah dari reseptor sensorik dalam pembuluh
darah tertentu.
10. SARAF VAGUS ( CN X ) Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik
berasal dari dalam medulla dan menginervasi hampir semua organ toraks
dan abdomen. Neuron sensorik membawa informasi dari faring, laring,
trakea, esophagus, jantung dan visera abdomen ke medulla dan pons.
11. SARAF AKSESORI SPINAL ( CN XI ) Merupakan saraf gabungan, tetapi
sebagian besar terdiri dari serabut motorik. Neuron motorik berasal dari
dua area : bagian cranial berawal dari medulla dan menginervasi otot
volunteer faring dan laring, bagian spinal muncul dari medulla spinalis
serviks dan menginervasi otot trapezius dan sternokleidomastoideus.
Neuron sensorik membawa informasi dari otot yang sama yang terinervasi
oleh saraf motorik ; misalnya otot laring, faring, trapezius dan otot
sternokleidomastoid.
12. SARAF HIPOGLOSAL ( CN XII ) Termasuk saraf gabungan, tetapi
sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron motorik berawal dari
medulla dan mensuplai otot lidah. Neuron sensorik membawa informasi
dari spindel otot di lidah.
b. 31 pasang saraf spinal
31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal
(posterior) dan ventral (anterior). Pada bagian distal radiks dorsal ganglion,
dua radiks bergabung membentuk satu saraf spinal. Semua saraf tersebut
adalah saraf gabungan (motorik dan sensorik), membawa informasi ke korda
melalui neuron aferen dan meninggalkan korda melalui neuron eferen. Saraf
spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna bertebra tempat
munculnya saraf tersebut.
1. Saraf serviks ; 8 pasang, C1 – C8.
2. Saraf toraks ; 12 pasang, T1 – T12.
3. Saraf lumbal ; 5 pasang, L1 – L5.
4. Saraf sacral ; 5 pasang, S1 – S5.
5. Saraf koksigis, 1 pasang. 11 Setelah saraf spinal meninggalkan korda
melalui foramen intervertebral, saraf kemudian bercabang menjadi
empat divisi yaitu : cabang meningeal, ramus dorsal, cabang ventral dan
cabang viseral. Pleksus adalah jarring-jaring serabut saraf yang
terbentuk dari ramus ventral seluruh saraf spinal, kecuali TI dan TII
yang merupakan awal saraf interkostal.
C. Saraf otonom
1. DIVISI SIMPATIS / TORAKOLUMBAL Memiliki satu neuron
preganglionik pendek dan stu neuron postganglionic panjang. Badan sel
neuron preganglionik terletak pada tanduk lateral substansi abu-abu dalam
segemen toraks dan lumbal bagian atas medulla spinalis.
2. DIVISI PARA SIMPATIS / KRANIOSAKRAL Memiliki neuron
preganglionik panjang yang menjulur mendekati organ yang terinervasi
dan memiliki serabut postganglionic pendek. Badan sel neuron terletak
dalam nuclei batang otak dan keluar melalui CN III, VII, IX, X, dan saraf
XI, juga dalam substansi abu-abu lateral pada segmen sacral kedua, ketiga
dan keempat medulla spinalis dan keluar melalui radiks ventral.
III. DEFINISI
A. Keamanan
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau
bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter & Perry,2006). Keamanan
fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan
seseorang. Ancaman itu bisa nyata atau hanya imajinasi (misalnya: penyakit,
nyeri, cemas, dan sebagainya). Dalam konteks hubungan interpersonal
bergantung pada banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi,
kemampuan mengontrol masalah, kemampuan memahami, tingkah laku yang
konsisten dengan orang lain, serta kemampuan memahami orang-orang di
sekitarnya dan lingkungannya.
Ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat perasaan cemas dan tidak
aman (Asmadi, 2005). Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah
kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap
keselamatan seseorang dapat dikategorikan sebagai ancaman mekanis,
kimiawi, retmal dan bakteriologis.
a. Macam – macam bahaya/kecelakaan :
1. Di rumah
2. Di RS (mikroorganisme)
3. Cahaya
4. Kebisingan
5. Cedera
6. Kesalahan prosedur
7. Peralatan medik, dll
b. Cara meningkatkan keamanan :
1. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri
2. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah
3. Mengunci roda kereta dorong saat berhenti;
4. Menjaga kebersihan lantai;
B. Kenyamanan
Kenyamanan / rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan
yang meningkatkan penampilan sehari – hari), kelegaan (kebutuhan telah
terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu uang melebihi masalah
atau nyeri). (Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005)). Kenyamanan
dipandang secara holistik mencakup : fisik, sosial, psikospiritual, dan
lingkungan. Konsep kenyamanan mempunyai subjektifitas yang sama dengan
nyeri. Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal
ini disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan kondisi
yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan
timbulnya gejala dan tanda pada pasien.
1. Pengertian nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang
dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Menurut beberapa ahli, nyeri diartikan sebagai berikut.
a. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan
yang mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui
hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.
b. Arthur C Curton (1983),mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu
mekanisme produksi tubuh, timbul ketika jaringan sedang di rusak
dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rangsangan nyeri.
c. Scrumum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari
serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik,
fisiologis dan emosional.
2. Klasifikasi nyeri
a. Secara umum nyeri dibedakan menjadi 2 yakni:
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan
cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya
peningkatan tegangan otot.
Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih
dari 6 bulan. Yang termasuk dalam nyeri kronis ini adalah nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.
b. Bila ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dibagi menjadi nyeri
tertusuk dan nyeri terbakar.
3. Teori nyeri
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya nyeri, di antaranya
(Barbara C Long, 1989):
a. Teori Pemisahan (Specificity Theory)
Rangsangan sakit masuk ke medula spinalis melalui kornu dorsalis
yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur
dan menyilang di garis median ke sisi lainnya dan berakhir di
korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
b. Teori Pola (Pattern Theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medula
spinalis da nmerangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan
suatu respons yang merangsang ke bagianyang lebih tinggi, yaitu
korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot
berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi
oleh modalitas dari reaksi sel T.
c. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)
Nyeri bergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil yang
keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada
serat saraf besar akan meningkatkan aktivitas substansia gelatinosa
yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga
aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan
ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang
korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam
medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinya
mempengaruhiaktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan
menghambat aktivitas substansia gelatinosadan membuka pintu
mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya
akan menghantarkan rangsangan nyeri.
d. Teori Transmisi dan Inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls
saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh
neurotransmiter yang spesifik. Kemudian inhibisiimpuls nyeri
menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang
memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate
sistem supresif.
4. Faktor yang mempengaruhi nyeri
Pengalaman nyeri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,
antara lain:
a. Arti nyeri hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif,
seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar
belakang sosial budaya, dan pengalaman.
b. Persepsi nyeri Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat
subyektif tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitif).
Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimuli
nociceptor.
c. Toleransi nyeri Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas
nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan
nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri
antara lain: alkohol, obat-obatan, hipnotis, dan lain-lain. Sedangkan
faktor yang dapat menurunkan toleransi nyeri antara lain: kelelahan,
rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit,
dan lain-lain.
d. Reaksi terhadap nyeri Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk
respons seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas,
menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk responnyeri
yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti arti nyeri,
tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan
sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia dan lain-
lain.
IV. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan:
a. Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi
keamanan dan kenyamanan.
b. Status mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya risiko injury.
c. Gangguan persepsi sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan
penciuman dan penglihatan.
d. Keadaan imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terserang penyakit.
e. Tingkat kesadaran
Pada pasien koma, respons akan menurun terhadap rangsangan, paralisis,
disorientasi,dan kurang tidur.
f. Informasi atau komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan.
g. Gangguan tingkat pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya.
h. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok.
i. Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat berisiko terhadap penyakit
tertentu.
j. Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak
dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri.
k. Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon
nyeridan tingkat kenyamanannya.
l. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri dantingkat kenyaman yang mereka punyai.
V. MANIFESTASI KLINIS
Tanda gejala gangguan rasa aman dan nyaman (SDKI, 2016):
A. Keamanan
1. Perilaku kekerasan
Tanda gejala seseorang dengan gangguan rasa aman pada perilaku
kekerasan : bicara ketus, mengancam, mengumpat dengan kata – kata
kasar, melukai diri sendiri, menyerang orang lain, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah, dan mata melotot.
2. Resiko cedera
Klien dengan kondisi klinis sebagai berikut dapat menimbulkan resiko
cedera : kejang, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran.
3. Resiko jatuh
Klien dengan kondisi klinis sebagai berikut dapat menimbulkan resiko
jatuh : anemia, kekuatan otot menurun, gangguan keseimbangan,
penurunan tingkat kesadaran.
B. Kenyamanan
1. Gangguan rasa nyaman
Tanda gejala :
a. Mengeluh tidak nyaman
b. Gelisah
c. Mengeluh sulit tidur
d. Tampak merintih/ menangis
e. Mengeluh lelah
2. Nyeri akut
Tanda gejala :
a. Mengeluh nyeri
b. Tampak meringis
c. Frekuensi nadi meningkat
d. Meghindari nyeri
e. Sulit tidur
3. Nyeri kronis
Tanda gejala :
a. Mengeluh nyeri
b. Merasa depresi, gelisah
c. Waspada
d. Pola tidur berubah
e. Tidak mampu menuntaskan aktivitas
VI. PATOFISIOLOGI
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor
nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat
bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada
kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian dinding arteri, hati dan
kandung empedu.Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya
stimulasi atau rangsangan.Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti
histamine, bradikinin, prostagla ndin, dan macam asam yang dilepas apabila
terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang
lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan ke
serabut C. serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root)
serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn, terdiri atas beberapa lapisan atau
laminae yang saling bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga berbentuk substansia
gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri
menyeberangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur
spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur
spinothalamus tract (SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri.
Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur
opiate dan jalur non-opiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada
otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui otak
tengah dan medulla ke tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang yang
berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan
neurotransmitter dalam impuls supresif.System supresif lebih mengaktifkan
stimulasi nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut A. Jalur non-opiate
merupakan jalur desendens yang tidak memberikan respons terhadap naloxone
yang kurang banyak diketahui mekanismenya. (Barbara C Long. 1989.)
VII. ALUR MASALAH KDM

Emosi Status mobilisasi keadaan imunitas Tingkat kesadaran

(kecemasan, (paralisis, (proses patologis/penyakit) (disorientasi,

Depresi, marah) kelemahan otot) kurang tidur)

Gangguan rasa aman dan nyaman

gg. rasa aman gg. Rasa nyaman


terpapar patogen, perubahan status gejala penyakit,

terpapar agen mental, stimulus efek samping terapi,

nosokomial lingkungan gangguan sistem saraf.

perubahan sensasi, mengumpat dengan gelisah, mengeluh nyeri

malnutrisi, kata kasar, menyerang

disfungsi auto imun diri sendiri, menyerang nyeri akut/ nyeri kronis

orang lain.

resiko cedera

perilaku kekerasan

VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui penyebab
dari gangguan rasa aman dan nyaman yaitu :
1. Laboratorium
2. Radiologi : Imaging seperti foto polos X-Ray, CT- Scan, MRI, USG dan bone
scan
IX. PENATALAKSANAAN
A. Mengukur intensitas nyeri
1. Verbal Rating Scale (VRS)
Menggunakan suaru word lis untuk mendeskripsikan nyeri yang dirasakan.
Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui intensitas nyeri dari saat
pertama kali muncul sampai tahap penyembuhan. Penilaian ini menjadi
beberapa kategori nyeri yaitu :
Tidak nyeri (none), Nyeri ringan (mild), Nyeri sedang (moderate), Nyeri
berat (severe), Nyeri sangat berat ( vere severe)
2. Numeral Rating Scale (NRS)
Menggunakan anggka untuk menggambarkan range dari intensitas nyeri. 0
untuk menggambarkan tidak nyeri sedangkan 10 menggambarkan nyeri
yang hebat.
3. Visual Analogue Scale (VAS)

Metode ini menggunakan garis sepanjang 10 cm yang


menggambarkan keadaan tidak nyeri sampai nyeri yang hebat. Klien
menandai angka pada garis yang menggambarkan intensitas nyeri yang
dirasakan.

4. McGill Pain Questionnaire (MPQ)


Menggunakan check list untuk mendeskripsikan gejala – gejala nyeri
yang dirasakan. Intensitas nyeri digambarkan dengan merangking dari 0 -
3.
5. The Faces Pain Scale

Metode ini dengan cara melihat wajah klien dan biasanya untuk
menilai intensitas nyeri pada anak – anak dan klien yang tidak bisa
memvisualisasikan nyerinya.

a. Terapi modalitas
Setelah diagnosis ditetapkan, perencanaan pengobatan harus disusun.
Untuk berbagai modalitas pengobatan nyeri yang beraneka ragam dapat
digolongkan sebagai berikut :
1. Modalitas fisik : latihan, pijatan, vibrasi, tusuk jarum, perbaikan
posisi, imobilisasi, dang mengubah pola hidup
2. Modalitas kognitif – behavior : relaksasi, distraksi kognitif,
mendidik kllien, dan pendekatan spiritual
3. Modalitas invasif : pendekatan radioterapi, pembedahan, dan
tindakan blok saraf. (tindakan kolaborasi dengan tim medis lainnya)
b. Farmako terapi nyeri
Semua obat yang mempunyai efek analgetika biasanya efektif untuk
mengatasi nyeri, tindakan tersebut membutuhkan kolaborasi dengan
tim medis lainnya.

X. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi terkait gangguan rasa aman dan nyaman :
1. Infeksi
2. Kejang
3. Dimensia
4. Masalah mobilisasi
5. Gangguan pola istirahat dan tidur
XI. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
A. Anamnesa
a. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari
Bantuan misalnya : mengeluh nyeri.
Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang dirasakan sekarang.
Riwayat nyeri : keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri,
kualitas, dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara
‘PQRST’ :
P : Provokatif, Apa yang menyebabkan rasa sakit/nyeri; apakah ada
palliative hal yang menyebabkan kondisi
(penyebab) memburuk/membaik; apa yang dilakukan jika
sakit/nyeri timbul; apakah nyeri ini sampai
mengganggu tidur.
Q : Qualitas, Bisakah anda menjelaskan rasa sakit/nyeri; apakah
quantitas rasanya tajam, sakit, seperti diremas, menekan,
(kualitas) membakar, nyeri berat, kolik, kaku atau seperti
ditusuk (biarkan pasien menjelaskan kondisi ini
dengan kata-katanya).
R : Region, Apakah rasa sakitnya menyebar atau berfokus pada
radiasi satu titik.
(penyebaran)
S : skala, Seperti apa sakitnya; nilai nyeri dalam skala 1-10
severety dengan 0 berarti tidak sakit dan 10 yang paling
(keparahan) sakit. Cara lain adalah menggunakan skala FACES
untuk pasien anak-anak lebih dari 3 tahun atau
pasien dengan kesulitan bicara
T : time (waktu) Kapan sakit mulai muncul; apakah munculnya
perlahan atau tiba-tiba; apakah nyeri muncul secara
terus-menerus atau kadang-kadang; apakah pasien
pernah mengalami nyeri seperti ini sebelumnya.
apabila "iya" apakah nyeri yang muncul merupakan
nyeri yang sama atau berbeda.
c. Riwayat penyakit dahulu
Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah
pernah.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang sama dan turun temurun atau penyakit tidak
menular.

B. Pemeriksaan fisik
Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat
klien dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya
perawat berusaha untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu
sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap
nyeri.Sedangkan untuk pasien dengan nyeri kronis maka pengkajian yang
lebih baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi perilaku,
afektif, kognitif (NIH, 1986; McGuire, 1992).
1. Data Subjektif
Pasien mengatakan nyeri di bagian jalan lahir akibat luka pada
perineum. Pasien mengatakan tidak nyaman saat bergerak karena
nyerinya belum berkurang
2. Data Objektif
Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal, Pasien terlihat belum
mampu bergerak bebas, wajah meringis menahan nyeri.
a. Keadaan Umum
1. Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna
kulit, turgor kulit, dan kebersihan diri.
2. Gejala Kardinal: Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah,
dan respirasi.
b. Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.
1. Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum,
keadekuatan sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
2. Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan
payudara, sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna,
dan pengisian kapiler.
3. Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja
diafragma.
4. Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi
gesekan, atau suara napas tambahan.
C. Pola – Pola Kesehatan.
1. Pola fungsi kesehatan persepsi
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan,
adanya faktor resiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan
dengan nyeri
2. Pola metabolic nutrisi
Kebiasaan buruk seperti telat makan menyebabkan nyeri abdomen.
3. Pola eliminasi
Perubahan pola defikasi (darah warna, jumlah, frekuensi)
4. Aktivitas latihan
Adanya kelemahan atau keletihan aktivitas yang mempengaruhi
keamanan dan kenyaman seseorang.
5. Pola persepsi kognitif
Rasa kecup lidah berfungsi atau tidak, gambaran cederan pasien
terganggu atau tidak, penggunaan alat bantu dalam pengindraan
pasien.
6. Pola konsep diri persepsi diri
Keadaan sosial yang mempengaruhi aman dan nyaman seseorang.
7. Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki
kebiasaan yang dapat mengganggu keamanan dan kennyamanan
seseorang.
8. Pola reproduksi seksual
Perilaku setelah terjadi gangguan aman dan nyaman dikaji.
9. Pola toleransi koping stress
Adanya stress yang mempengaruhi ke aman dan nyaman.
10. Keyakinan dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi aman dan nyaman,
adanya pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama
pasien.
D. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
2. Radiologi : Imaging seperti foto polos X-Ray, CT- Scan, MRI, USG
dan bone scan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang bisa muncul pada pasien dengan
gangguan kebutuhan aman dan nyama adalah: (SDKI, 2016)
a. Keamanan
1. Perilaku kekerasan b.d ketidakmampuan mengendalikan dorongan
marah d.d mengancam, menyakiti orang lain.
2. Resiko cedera d.d perubahan sensasi
b. Kenyamanan
1. Nyeri akut b.d agen penyebab fisiologis d.d mengeluh nyeri,
tampak meringis
2. Nyeri kronis b.d kerusakan sistem saraf d.d mengeluh nyeri, merasa
depresi, gelisah
3. Intervensi Keperawatan
Beberapa intervensi utama yang dapat diambil berdasarkan diagnosa
keperawatan adalah : (SIKI, 2018)
1. Perilaku kekerasan b.d ketidakmampuan mengendalikan
dorongan marah d.d mengancam, menyakiti orang lain.
Tujuan : dapat mengontrol diri
 Kriteria hasil (SLKI)

NO Kriteria Hasil SA ST

1. Verbalisasi ancaman 1 5
kepada orang lain (meningkat) (menurun)
2. Perilaku menyerang 1 5
(meningkat) (menurun)
3. Suara keras 1 5
(meningkat) (menurun)
4. Suara ketus 1 5
(meningkat) (menurun)
Intervensi SIKI (2017) :

a. Manajemen keselamatan lingkungan


b. Manajemen mood
c. Manajemen pengendalian marah
d. Manajemen perilaku
2. Resiko cedera d.d perubahan sensasi
Tujuan : tidak berisiko cedera
 Kriteria hasil (SLKI)

NO Kriteria Hasil SA ST

1. Toleransi aktivitas 1 5
(menurun) (meningkat)
2. Kejadian cedera 1 5
(meningkat) (menurun)
3. Luka/lecet 1 5
(meningkat) (menurun)
Intervensi SIKI :

a. Memananjemen keselamatan lingkungan


b. Pencegahan cedera
c. Identivikasi risiko
3. Nyeri akut b.d agen penyebab fisiologis d.d mengeluh nyeri,
tampak meringis
Tujuan : tidak merasa nyeri akut
 Kriteria hasil (SLKI)

NO Kriteria Hasil SA ST

1. Kemampuan menuntaskan 1 5
aktivitas (menurun) (meningkat)
2. Keluhan nyeri 1 5
(meningkat) (menurun)
3. Meringis 1 5
(meningkat) (menurun)
Intervensi SIKI :

a. Manajemen nyeri
b. Pemberian analgesik
c. Aromaterapi
4. Nyeri kronis b.d kerusakan sistem saraf d.d mengeluh nyeri,
merasa depresi, gelisah
Tujuan : tidak merasa nyeri kronis
 Kriteria hasil (SLKI)

NO Kriteria Hasil SA ST

1. Kemampuan menuntaskan 1 5
aktivitas (menurun) (meningkat)
2. Keluhan nyeri 1 5
(meningkat) (menurun)
3. Meringis 1 5
(meningkat) (menurun)
Intervensi SIKI :

a. Manajemen nyeri
b. Perawatan kenyamanan
c. Terapi relaksasi
4. Implementasi Keperawatan
Melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan
sebelumnya sesuai dengan standart keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi hasil tindakan (Implementasi) kepada klien, tanggapan klien,
dan dokumentasikan hasil evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Kasiati. (2016) Modul Bahan Ajar Cetak Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta : PUSDIK
SDM Kesehatan diakses tanggal 1 Februari 2021 pukul 08.00 WIB
Pearce, Evelyn C. (2011). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis alih bahasa Sri Yuliani
Handoyo cetakan ke 35. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

PPNI.(2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI.(2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Raimundus, chalik . (2016) Modul Bahan Ajar Cetak Anatomi Fisiologi Manusia .
Jakarta :PUSDIK SDM Kesehatan diakses tanggal 2 Februari 2021 pukul 09.00 WIB

Wardani, Ni Putu. 2014 manajemen nyeri akut. Denpasar : FK Univ. Udayana


simdos.unun.ac.id diakses tanggal 1 februari 2021 pukul 20.00 WIBWardani, Ni Putu.
2014 manajemen nyeri akut. Denpasar : FK Univ. Udayana simdos.unun.ac.id diakses
tanggal 1 februari 2021 pukul 20.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai