Selawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad saw. yang telah
memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur'an dan sunah untuk keselamatan umat di
dunia.
Makalah ini merupakan satu di antara tugas mata kuliah “Kimia Analisis”di program
studi Farmasi STIKES Har-Kausyar Pematang Reba.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Oktri
Lestari, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Kimia Analisis dan kepada
segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
maka itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.0 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.1 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.2 Tujuan Masalah........................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................5
2.1 Pengertian Proses Pemisahan Campuran............................................................5
2.2 Metode Pemisahan Campuran............................................................................5
2.3 Dasar-dasar Metode Pemisahan..........................................................................6
2.4 Jenis-jenis Metode Pemisahan.................................................................................8
BAB III............................................................................................................................18
CONTOH APLIKASI.....................................................................................................18
BAB IV............................................................................................................................23
PENUTUP.......................................................................................................................23
1. Kesimpulan..............................................................................................................23
2. Saran........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
1.0 Latar Belakang
Dalam Kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan
dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian
besar senyawa kimia ditemukan dialam dalam keadaan yang tidak murni. Biasanya,
suatu senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan senyawa lain. Untuk
beberapa keperluan seperti sintesis senyawa kimia yang memerlukan bahan baku
senyawa kimia dalam keadaan murni atau proses produksi suatu senyawa kimia dengan
kemurnian tinggi, proses pemisahan perlu dilakukan. (Chang Raymond,2005)
Proses pemisahan sangat penting dalam bidang teknik kimia. Proses pemisahan
suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode pemisahan yang
dipilih bergantung pada fasa komponen penyusun campuran. Suatu campuran dapat
berupa campuran homogen (satu fasa) atau campuran heterogen (lebih dari satu fasa).
Untuk memberikan gambaran tentang proses-proses pemisahan diindustri, akan dibahas
secara singkat sejumlah proses pemisahan. (Chang Raymond,2005)
2. Agar mengetahui berbagai macam proses pemisahan yang terdapat pada industri
kimia
3. Agar mengetahui hal apa saja yang berpengaruh dalam proses pemisahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Proses Pemisahan Campuran
Campuran merupakan gabungan antara dua jenis zat atau lebih yang dijadikan
menjadi satu. Campuran memiliki dua jenis, yakni campuran heterogen dan homogen.
Secara serdehana. pemisahan campuran dapat diartikan sebagai proses memisahan
antara dua jenis zat atau lebih agar zat-zat tersebut terpisah dan menjadi zat tunggal
dengan melakukan tindakan secara fisika maupun kimia.(Syukri.S,1991)
Berdasarkan tahap proses pemisahan, metode pemisahan dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu:
Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan cara satu tahap. Proses
ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang relatif sederhana.
2.2.2 Metode Pemisahan Kompleks
Keadaan zat yang diinginkan dan dalam keadaan campuran harus diperhatikan untuk
menghindari kesalahan pemilihan metode pemisahan yang akan menimbulkan
kerusakan hasil atau melainkan tidak berhasil. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan
antara lain (Utami,2009):
1. Keadaan zat yang diinginkan terhadap campuran, apakah zat ada di dalam sel
makhluk hidup, apakah bahan terikat secara kimia, dan sebagainya.
2. Kadar zat yang diinginkan terhadap campurannya, apakah kadarnya kecil atau
besar.
3. Sifat khusus dari zat yang diinginkan dan campurannya, misalnya zat tidak tahan
panas, mudah menguap, kelarutan terhadap pelarut tertentu, titik didih, dan
sebagainya.
6. Nilai guna zat yang diinginkan, harga, dan biaya proses pemisahan
1. Ukuran partikel
Bila ukuran partikel zat yang diinginkan berbeda dengan zat yang tidak
diinginkan (zat pencampur) dapat dipisahkan dengan metode filtrasi
(penyaringan). Jika partikel zat hasil lebih kecil daripada zat pencampurnya,
maka dapat dipilih penyaring atau media berpori yang sesuai dengan ukuran
partikel zat yang diinginkan. Partikel zat hasil akan melewati penyaring dan
zat pencampurnya akan terhalang.
2. Titik didih
Bila antara zat hasil dan zat pencampur memiliki titik didih yang jauh
berbeda dapat dipishkan dengan metode destilasi. Apabila titik didih zat hasil
lebih rendah daripada zat pencampur, maka bahan dipanaskan antara suhu
didih zat hasil dan di bawah suhu didih zat pencampur. Zat hasil akan lebih
cepat menguap, sedangkan zat pencampur tetap dalam keadaan cair dan
sedikit menguap ketika titik didihnya terlewati. Proses pemisahan dengan
dasar perbedaan titik didih ini bila dilakukan dengan kontrol suhu yang ketat
akan dapat memisahkan suatu zat dari campurannya dengan baik, karena
suhu selalu dikontrol untuk tidak melewati titik didih campuran.
3. Kelarutan
Suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu
zat mungkin larut dalam pelarut A tetapi tidak larut dalam pelarut B, atau
sebaliknya. Secara umum pelarut dibagi menjadi dua, yaitu pelarut polar,
misalnya air, dan pelarut nonpolar (disebut juga pelarut organik) seperti
alkohol, aseton, methanol, petrolium eter, kloroform, dan eter. Dengan
melihat kelarutan suatu zat yang berbeda dengan zat-zat lain dalam
campurannya, maka kita dapat memisahkan zat yang diinginkan tersebut
dengan menggunakan pelarut tertentu.
4. Pengendapan
Suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbeda dalam suatu
campuran atau larutan tertentu. Zat-zat dengan berat jenis yang lebih besar
daripada pelarutnya akan segera mengendap. Jika dalam suatu campuran
mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang
berbeda dan kita hanya menginginkan salah satu zat, maka dapat dipisahkan
dengan metode sedimentasi atau sentrifugasi. Namun jika dalam campuran
mengandung lebih dari satu zat yang akan diinginkan, maka digunakan
metode presipitasi. Metode presipitasi biasanya dikombinasi dengan metode
filtrasi.
5. Difusi
Dua macam zat berwujud cair atau gas bila dicampur dapat berdifusi
(bergerak mengalir dan bercampur) satu sama lain. Gerak partikel dapat
dipengaruhi oleh muatan listrik. Listrik yang diatur sedemikian rupa (baik
besarnya tegangan maupun kuat arusnya) akan menarik partikel zat hasil ke
arah tertentu sehingga diperoleh zat yang murni. Metode pemisahan zat
dengan menggunakan bantuan arus listrik disebut elektrodialisis. Selain itu
ada juga istilah elektroforesis, yaitu pemisahan zat berdasarkan banyaknya
nukleotida (satuan penyusun DNA) dapat dilakukan dengan elektroforesis
menggunakan suatu media agar yang disebut gel agarosa.
6. Adsorbsi
Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk larutan
atau berwujud cair kemudian disaring. Hasil penyaringan disebut filtrat sedangkan sisa
yang tertinggal dipenyaring disebut residu (ampas). Metode ini dimanfaatkan untuk
membersihkan air dari sampah pada pengolahan air, menjernihkan preparat kimia di
laboratorium, Penyaringan dilaboratorium dapat menggunakan kertas saring dan
penyaring buncher. (Syukri,1991)
Prinsip kerja dari filter pasir yaitu cairan yang akan disaring mengalir dari atas
ke bawah menembus lapisan pasir karena gaya filtrasi. Partikel padat yang akan
dipisahkan tertahan dalam pasir. Media filter ini dapat dibersihkan dengan cara
menyemprotnya dengan air dan udara bertekanan secara periodik.
Misalnya, pada pembuatan santan kelapa. Santan kelapa dibuat dengan cara
memisahkan campuran santan, air, dan ampas kelapa dengan menggunakan saringan.
Dengan menggunakan saringan yang berpori-pori kecil, santan kelapa dapat melewati
lubang saringan dan ampas kelapa tertahan dalam saringan.
Daya filtrasi (jumlah cairan atau gas yang menerobos per satuan waktu)
dipengaruhi oleh:
Dimana debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya filter
secara efisien. Sehingga proses filtrasi tidak dapat terjadi dengan sempurna,
akibat adanya aliran air yang terlalu cepat dalam melewati rongga diantara
butiran media pasir. Hal ini menyebabkan berkurangnya waktu kontak antara
permukaan butiran media penyaring dengan air yang akan disaring. Kecepatan
aliran yang terlalu tinggi saat melewati rongga antar butiran menyebabkan
partikel–partikel yang terlalu halus yang tersaring akan lolos.
2.4.2 Kristalisasi
Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut
dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan
perbedaan titik beku. Kristalisasi dapat terjadi sebagai pembentukan partikel-partikel
padat dalam uap seperti pada pembentukan salju sebagai pembekuan lelehan cair.
Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi lewat jenuh
(supersaturated). Kondisi tersebut terjadinya karena pelarut sudah tidak mampu
melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi kapasitas pelarut.
Sehingga kita dapat memaksa agar kristal dapat terbentuk dengan cara mengurangi
jumlah pelarutnya, sehingga kondisi lewat jenuh dapat dicapai. Kristalisasi dapat
memisahkan suatu campuran tertentu dari larutan multi komponen sehingga didapat
produk dalam bentuk kristal. (Timberlake,2004)
1. Kecepatan Kristalisasi
Apabila proses kristalisasi berjalan cepat maka Kristal yang terjadi halus.
Sebaliknya bila proses kristalisasi berjalan lambat maka Kristal yang terbentuk kasar
(besar).
Kristal yang uniform diperoleh dengan menambahkan Kristal halus pada larutan
lewat jenuh. Kristal yang uniform akan memberikan keseragaman terhadap kristal.
Disamping itu, Kristal yang uniform menunjukkan bahwa proses pembuatannya sangat
teliti sehingga akan lebih menarik.
2.4.3 Destilasi
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi diantaranya yaitu suhu atau pemanasan,
tekanan, kelelahan alat, kesalahan kalibrasi dan lain – lain. Faktor yang paling
berpengaruh dalam proses distilasi adalah suhu atau pemanasan. Jika pemanasan terlalu
besar dikhawatirkan akan terjadi flooding (banjir). Ciri dari flooding itu sendiri adalah
tertahannya cairan di atas kolom, pada saat terjadi flooding transfer massa yang
dihasilkan tidak maksimal. Ketika terjadi flooding, cairan tidak dapat mengalir ke
bawah lagi, tetapi akan terakumulasi atau bahkan dapat ikut terbawa ke atas oleh uap,
sehingga proses distilasi harus segera dihentikan. Apabila pemanasan kecil proses
pemisahan akan berlangsung lama, akan tetapi hasil atau konsentrasi yang diperoleh
akan lebih baik dan mendekati sempurna dikarenakan proses pemisahan dan
pendinginan berlangsung sempurna.
1. Suhu
Walaupun cairan dapat dievaporasi di bawah suhu titik didihnya, namum proses
penguapannya akan lebih cepat bila suhu di sekitarnya lebih tinggi bila dibandingkan
dengan titik didihnya. Hal ini terjadi karena evaporasi akan menyerap kalor laten yang
ada disekelilingnya.
2. Kelembaban udara
Semakin kering udara (sedikitnya kandungan air dalam udara) maka proses penguapan
akan lebih cepat terjadi.
3. Sifat cairan
Cairan yang memiliki titik didih yang rendah akan lebih cepat terevaporasi jika
dibandingkan dengan cairan yang memiliki titik didih yang tinggi.
4. Tekanan
Semakin besar tekanan yang dialami maka proses evaporasi akan lebih lambat, begitu
juga sebaliknya. (Brady,1990)
2.4.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya
pelarut organik. (Coles,1996)
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal. Semakin kecil
ukurannya, semakin besar luas permukaan antara padat dan cair sehingga laju
perpindahannya menjadi semakin besar.
2. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan pelarut
pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat dapat
bersikulasi dengan mudah.
3. Temperatur
Kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di dalam pelarut akan naik
bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk memberikan laju ekstraksi yang
lebih tinggi.
4. Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut penting karena akan menaikkan proses difusi,
sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke zat
pelarut.
2.4.6 Kromatografi
Komponen campuran yang akan diteliti ditempatkan pada sistem yang memiliki
stasioner atau padatan
1. Column Chromatography
2. Ion-Exchange Chromatography
4. Paper Chromatography
Kromatografi gas atau gas chromatography adalah teknik kromatografi yang sangat
sederhana, sensitif, dan juga sangat cepat untuk memisahkan komponen yang
memiliki molekul sangat kecil. Stasioner yang ada pada kromatografi gas adalah
sebuah kolom yang berisi cairan dengan kandungan gas sebagai He (Helium) atau
N2 (Nitrogen) yang diserap ke permukaan padatan.
2.4.7 Sublimasi
Pengertian sublimasi adalah perubahan wujud zat padat ke gas atau dari gas
menjadi padat. Apabila partikel penyusun suatu zat padat diberi kenaikan suhu melalui
pemanasan, maka partikel tersebut akan berubah fase menjadi gas.
Sebaliknya, jika suhu diturunkan dengan cara kondensasi, maka gas akan
berubah menjadi padat kembali.
Dengan demikian, sublimasi juga dapat diartikan sebagai proses perubahan zat
dari fase padat menjadi uap, selanjutnya uap tersebut dikondensasi langsung menjadi
padat tanpa melalui fase cair.
Prinsip Sublimasi
Pada skala industri, prinsip kerja sublimasi adalah memisahkan zat yang
mudah menyublim dengan sebuah sublimator sehingga menjadi gas atau uap. Gas yang
dihasikan tersebut kemudian ditampung dan didinginkan kembali.
Sedangkan prinsip sublikasi secara sederhana pada skala laboratorium adalah zat
yang akan disublimasi dimasukkan ke dalam cawan (gelas piala), ditutup dengan gelas
arloji, labu sebagai pendingin, kemudian secara perlahan dipanaskan dengan api.
Selanjutnya zat padat akan menyublim menjadi uap dan zat pengotor tetap
menjadi padat. Terbentuknya uap ini karena adanya proses pendinginan (kondensasi)
berubah lagi menjadi padat yang menempel di dinding alat pendingin.
Apabila sudah tidak ada lagi zat yang menyublim, maka proses pemanasan
dihentikan dan dibiarkan dingin agar uap yang terbentuk menyublim semua,
Contoh Sublimasi
Contoh sublimasi yang paling mudah dilihat adalah proses pemurnian kapur
barus dari pengotor. Campuran kapur barus dan pengotor dipanaskan sehingga kapur
barus akan menjadi uap dan memadat kembali setelah didinginkan.
Sublimasi juga dapat terjadi secara alami. Sublimasi alami adalah proses
sublimasi yang terjasi secara natural alibat proses dari alam. Contohnya adalah
sublimasi belerang yang terjadi pada kawah gunung berapi
BAB III
CONTOH APLIKASI
Pada proses pemisahan suatu campuran ada yang memerlukan metode pemisahan, ada
pula yang dikombinasi lebih dari satu jenis metode. Berikut ini beberapa contoh
pemanfaatan metode pemisahan dengan menggunakan metode pemisahan tertentu.
Buah kopi yang sudah diproses menjadi biji kopi akan disortasi lagi menurut bobot dan
ukuran.
2. Penyimpanan
Biasanya, tempat penyimpanan biji kopi harus kedap udara dan disimpan di tempat
sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya. Karena Udara, kelembapan, panas, dan
cahaya merupakan faktor-faktor lingkungan yang dapat merusak cita rasa kopi.
Proses sangrai diawali dengan penguapan air dan diikuti dengan reaksi pirolisis. Secara
kimiawi, proses ini ditandai dengan evolusi gas CO2 dalam jumlah banyak dari ruang
sangria. Secara fisik, pirolisis ditandai dengan perubahan warna biji kopi yang semula
kehijauan menjadi kecoklatan. Proses ini dimulai saat suhu di bagian dalam biji kopi
mencapai sekitar 200 derarat Celcius. Selama roasted, juga terjadi proses karamelisasi
akibat panas yang memecah pati dalam biji, yang mengubahnya menjadi gula
sederhana, kemudian berubah warna menjadi cokelat.
4. Pencampuran
Untuk mendapatkan cita rasa dan aroma yang khas, kopi bubuk bisa diperoleh dari
campuran berbagai jenis biji kopi atas dasar jenisnya.
5. Ekstraksi
Ekstraksi menggunakan pelarut air. Ekstraksi bubuk kopi dilakukan secara batch dalam
kolom. Sisa bubuk hasil pelarutan dikempa secara manual untuk mengekstrak
komponen kopi yang masih tertinggal. Sisa bubuk kopi merupakan limbah untuk diolah
menjadi biogas.
6. Filtrasi
Penyaringan dilakukan untuk memisahkan bagian tidak larut pada proses ekstraksi.
7. Sentrifugasi
Aroma kopi dipertahankan dengan cara reverse osmosis menggunakan membran filtasi.
Selain itu, proses ekstraksi dengan panas juga akan mempengaruhi aroma, untuk itu
pasca ekstraksi proses berikutnya adalah pendinginan ekstrak hingga suhu di bawah nol
derajat celcius.
8. Evaporasi
9. Pemisahan
a. Spray Drying
Prinsipnya adalah untuk menghilangkan air, dengan cara ekstrak dilewatkan dalam
sebuah kolom, temperatur tinggi dalam kolom tersebut akan menguapkan air hingga
didapatkan bubuk kopi.
b. Aglomerasi
Bubuk kopi spray dried direbus lagi untuk mendapatkan gumpalan antar partikel bubuk
yang lebih besar, fungsinya adalah untuk mendapatkan rasa yang lebih kaya dan aroma
yang lebih kuat.
3.1.2 Pembuatan Garam Dapur dari Air Laut dan Pembuatan Gula Putih dari
Tebu
Proses kristalisasi dapat dijumpai pada proses pembuatan garam dapur dari air laut.
Mula-mula air laut ditampung dalam suatu tambak, kemudian dengan bantuan sinar
matahari dibiarkan menguap. Setelah proses penguapan, dihasilkan garam dalam bentuk
kasar dan masih bercampur dengan pengotornya, sehingga untuk mendapatkan garam
yang bersih diperlukan proses rekristalisasi (pengkristalan kembali).
Contoh lain adalah pembuatan gula putih dari tebu. Pabrik gula juga melakukan proses
kristalisasi, tebu digiling dan dihasilkan nira, nira tersebut selanjutnya dimasukkan
kedalam alat vacuum evaporator. Dalam alat ini dilakukan pemanasan sehingga
kandungan air di dalam nira menguap, dan uap tersebut dikeluarkan dengan melalui
pompa, sehingga nira kehilangan air berubah menjadi kristal gula. Kristal ini kemudian
dikeringkan sehingga diperoleh gula putih atau gula pasir.
Proses untuk mendapatkan minyak atsiri secara umum dikenal dengan cara menyuling
atau destilasi terhadap tanaman penghasil minyak. Didunia industri, metode
destilasi/penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan dengan 3 cara, antara lain :
Cara penyulingan dengan sistem ini adalah dengan memasukkan bahan baku, baik yang
sudah dilayukan, kering ataupun bahan basah ke dalam ketel penyuling yang telah berisi
air kemudian dipanaskan. Uap yang keluar dari ketel dialirkan dengan pipa yang
dihubungkan dengan kondensor. Uap yang merupakan campuran uap air dan minyak
akan terkondensasi menjadi cair dan ditampung dalam wadah. Selanjutnya cairan
minyak dan air tersebut dipisahkan dengan separator pemisah minyak untuk diambil
minyaknya saja.
Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan sistem kukus. Cara ini
sebenarnya mirip dengan sistem rebus, hanya saja bahan baku dan air tidak
bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air. Cara ini yang paling
banyak dilakukan pada dunia industri karena cukup membutuhkan sedikit air sehingga
bisa menyingkat waktu proses produksi. Metode kukus ini biasa dilengkapi sistem
kohobasi yaitu air kondensat yang keluar dari separator masuk kembali secara otomatis
ke dalam ketel agar meminimkan kehilangan air.
Disisi lain, sistem kukus kohobasi lebih menguntungkan karena terbebas dari proses
hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri dan proses difusi minyak dengan air panas.
Selain itu dekomposisi minyak akibat panas akan lebih baik dibandingkan dengan
metode uap langsung (Direct Steam Distillation). Metode penyulingan dengan sistem
kukus ini dapat menghasilkan uap dan panas yang stabil karena tekanan uap yang
konstan.
Pada sistem ini bahan baku tidak kontak langsung dengan air maupun api namun hanya
uap bertekanan tinggi yang difungsikan untuk menyuling minyak. Prinsip kerja metode
ini adalah membuat uap bertekanan tinggi didalam boiler, kemudian uap tersebut
dialirkan melalui pipa dan masuk ketel yang berisi bahan baku. Uap yang keluar dari
ketel dihubungkan dengan kondensor. Cairan kondensat yang berisi campuran minyak
dan air dipisahkan dengan separator yang sesuai berat jenis minyak. Penyulingan
dengan metode ini biasa dipakai untuk bahan baku yang membutuhkan tekanan tinggi
pada proses pengeluaran minyak dari sel tanaman, misalnya gaharu, cendana, dll.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari makalh ini adalah sebagai berikut:
1. Campuran merupakan gabungan antara dua jenis zat atau lebih yang dijadikan
menjadi satu.
2. pemisahan campuran dapat diartikan sebagai proses memisahan antara dua jenis
zat atau lebih agar zat-zat tersebut terpisah dan menjadi zat tunggal dengan
melakukan tindakan secara fisika maupun kimia.
2. Saran
Demikian makalah yang penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silakan sampaikan kepada penulis. Dan
jika makalah ini dirasakan dapat memberi manfaat kepada khalayak ramai, mohon
berkenan untuk menyebarluaskannya
DAFTAR PUSTAKA
Brady. 1990.Kimia Dasar II. Gama Exact. Bandung.