Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH MATA KULIAH KIMIA ANALISIS

“Pemisahan campuran berdasarkan sifat kimia dan fisika”


Dosen Pengampu : Oktri Lestari,M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


Azahra aurora sitompul (10122006)
Jesica palenewen (10122016)
Syherly anita ningsih (10122028)
Widya kamelia (10122031)
Yulira pratiwi (10122032)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


HAR-KAUSYAR
PEMATANG REBA
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah mata
kuliah "Kimia Analisis”

Selawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad saw. yang telah
memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur'an dan sunah untuk keselamatan umat di
dunia.

Makalah ini merupakan satu di antara tugas mata kuliah “Kimia Analisis”di program
studi Farmasi STIKES Har-Kausyar Pematang Reba.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Oktri
Lestari, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Kimia Analisis dan kepada
segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
maka itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Pematang Reba,10 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.0 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.1 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.2 Tujuan Masalah........................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................5
2.1 Pengertian Proses Pemisahan Campuran............................................................5
2.2 Metode Pemisahan Campuran............................................................................5
2.3 Dasar-dasar Metode Pemisahan..........................................................................6
2.4 Jenis-jenis Metode Pemisahan.................................................................................8
BAB III............................................................................................................................18
CONTOH APLIKASI.....................................................................................................18
BAB IV............................................................................................................................23
PENUTUP.......................................................................................................................23
1. Kesimpulan..............................................................................................................23
2. Saran........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN
1.0 Latar Belakang
Dalam Kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan
dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian
besar senyawa kimia ditemukan dialam dalam keadaan yang tidak murni. Biasanya,
suatu senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan senyawa lain. Untuk
beberapa keperluan seperti sintesis senyawa kimia yang memerlukan bahan baku
senyawa kimia dalam keadaan murni atau proses produksi suatu senyawa kimia dengan
kemurnian tinggi, proses pemisahan perlu dilakukan. (Chang Raymond,2005)

Proses pemisahan sangat penting dalam bidang teknik kimia. Proses pemisahan
suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode pemisahan yang
dipilih bergantung pada fasa komponen penyusun campuran. Suatu campuran dapat
berupa campuran homogen (satu fasa) atau campuran heterogen (lebih dari satu fasa).
Untuk memberikan gambaran tentang proses-proses pemisahan diindustri, akan dibahas
secara singkat sejumlah proses pemisahan. (Chang Raymond,2005)

1.1 Rumusan Masalah


1. Apa manfaat dari proses pemisahan?

2. Apa saja proses pemisahan yang terdapat pada industri kimia?

3. Apa saja yang mempengaruhi proses pemisahan tersebut?

1.2 Tujuan Masalah


1. Agar mengetahui manfaat dari proses pemisahan

2. Agar mengetahui berbagai macam proses pemisahan yang terdapat pada industri
kimia

3. Agar mengetahui hal apa saja yang berpengaruh dalam proses pemisahan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Proses Pemisahan Campuran

Campuran merupakan gabungan antara dua jenis zat atau lebih yang dijadikan
menjadi satu. Campuran memiliki dua jenis, yakni campuran heterogen dan homogen.
Secara serdehana. pemisahan campuran dapat diartikan sebagai proses memisahan
antara dua jenis zat atau lebih agar zat-zat tersebut terpisah dan menjadi zat tunggal
dengan melakukan tindakan secara fisika maupun kimia.(Syukri.S,1991)

Proses pemisahan sendiri dapat diklasifikasikan menjadi proses pemisahan


secara mekanis atau kimiawi. Pemilihan jenis proses pemisahan yang digunakan
bergantung pada kondisi yang dihadapi. Pemisahan secara mekanis dilakukan kapan
pun memungkinkan karena biaya operasinya lebih murah dari pemisahan secara
kimiawi. Untuk campuran yang tidak dapat dipisahkan melalui proses pemisahan
mekanis, proses pemisahan kimiawi harus dilakukan. Proses pemisahan suatu campuran
dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode pemisahan yang dipilih bergantung
pada fasa komponen penyusun campuran. Suatu campuran dapat berupa campuran
homogen (satu fasa)) atau campuran heterogen (lebih dari satu fasa). Suatu campuran
heterogen dapat mengandung dua atau lebih fasa: padat-padat, padat-cair, padat-gas,
cair-cair, cairgas, gas-gas, campuran padat-cair-gas, dan sebagainya. .(Syukri.S,1991)

2.2 Metode Pemisahan Campuran


Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan
atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang mempunyai susunan
kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala
industri. Metode pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat
murni dari suatu campuran, sering disebut sebagai pemurnian dan juga untuk
mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu sampel. (Utami,2009)

Berdasarkan tahap proses pemisahan, metode pemisahan dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu:

2.2.1 Metode Pemisahan Sederhana

Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan cara satu tahap. Proses
ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang relatif sederhana.
2.2.2 Metode Pemisahan Kompleks

Metode pemisahan kompleks memerlukan beberapa tahapan kerja, diantaranya


penambahan bahan tertentu, pengaturan proses mekanik alat, dan reaksi-reaksi kimia
yang diperlukan. Metode ini biasanya menggabungkan dua atau lebih metode
sederhana. Contohnya, pengolahan bijih dari pertambangan memerlukan proses
pemisahan kompleks.

Keadaan zat yang diinginkan dan dalam keadaan campuran harus diperhatikan untuk
menghindari kesalahan pemilihan metode pemisahan yang akan menimbulkan
kerusakan hasil atau melainkan tidak berhasil. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan
antara lain (Utami,2009):

1. Keadaan zat yang diinginkan terhadap campuran, apakah zat ada di dalam sel
makhluk hidup, apakah bahan terikat secara kimia, dan sebagainya.

2. Kadar zat yang diinginkan terhadap campurannya, apakah kadarnya kecil atau
besar.

3. Sifat khusus dari zat yang diinginkan dan campurannya, misalnya zat tidak tahan
panas, mudah menguap, kelarutan terhadap pelarut tertentu, titik didih, dan
sebagainya.

4. Standar kemurnian yang diinginkan. Kemurnian 100% memerlukan tahap yang


berbeda dengan 96%.

5. Zat pencemar dan campurannya yang mengotori beserta sifatnya.

6. Nilai guna zat yang diinginkan, harga, dan biaya proses pemisahan

2.3 Dasar-dasar Metode Pemisahan


Suatu zat dapat dipisahkan dari campurannya karena mempunyai perbedaan sifat.
Hal ini dinamakan dasar pemisahan. Beberapa dasar pemisahan campuran antara lain
sebagai berikut (Sunarya.Yayan,2007):

1. Ukuran partikel

Bila ukuran partikel zat yang diinginkan berbeda dengan zat yang tidak
diinginkan (zat pencampur) dapat dipisahkan dengan metode filtrasi
(penyaringan). Jika partikel zat hasil lebih kecil daripada zat pencampurnya,
maka dapat dipilih penyaring atau media berpori yang sesuai dengan ukuran
partikel zat yang diinginkan. Partikel zat hasil akan melewati penyaring dan
zat pencampurnya akan terhalang.
2. Titik didih

Bila antara zat hasil dan zat pencampur memiliki titik didih yang jauh
berbeda dapat dipishkan dengan metode destilasi. Apabila titik didih zat hasil
lebih rendah daripada zat pencampur, maka bahan dipanaskan antara suhu
didih zat hasil dan di bawah suhu didih zat pencampur. Zat hasil akan lebih
cepat menguap, sedangkan zat pencampur tetap dalam keadaan cair dan
sedikit menguap ketika titik didihnya terlewati. Proses pemisahan dengan
dasar perbedaan titik didih ini bila dilakukan dengan kontrol suhu yang ketat
akan dapat memisahkan suatu zat dari campurannya dengan baik, karena
suhu selalu dikontrol untuk tidak melewati titik didih campuran.

3. Kelarutan

Suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu
zat mungkin larut dalam pelarut A tetapi tidak larut dalam pelarut B, atau
sebaliknya. Secara umum pelarut dibagi menjadi dua, yaitu pelarut polar,
misalnya air, dan pelarut nonpolar (disebut juga pelarut organik) seperti
alkohol, aseton, methanol, petrolium eter, kloroform, dan eter. Dengan
melihat kelarutan suatu zat yang berbeda dengan zat-zat lain dalam
campurannya, maka kita dapat memisahkan zat yang diinginkan tersebut
dengan menggunakan pelarut tertentu.

4. Pengendapan

Suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbeda dalam suatu
campuran atau larutan tertentu. Zat-zat dengan berat jenis yang lebih besar
daripada pelarutnya akan segera mengendap. Jika dalam suatu campuran
mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang
berbeda dan kita hanya menginginkan salah satu zat, maka dapat dipisahkan
dengan metode sedimentasi atau sentrifugasi. Namun jika dalam campuran
mengandung lebih dari satu zat yang akan diinginkan, maka digunakan
metode presipitasi. Metode presipitasi biasanya dikombinasi dengan metode
filtrasi.

5. Difusi

Dua macam zat berwujud cair atau gas bila dicampur dapat berdifusi
(bergerak mengalir dan bercampur) satu sama lain. Gerak partikel dapat
dipengaruhi oleh muatan listrik. Listrik yang diatur sedemikian rupa (baik
besarnya tegangan maupun kuat arusnya) akan menarik partikel zat hasil ke
arah tertentu sehingga diperoleh zat yang murni. Metode pemisahan zat
dengan menggunakan bantuan arus listrik disebut elektrodialisis. Selain itu
ada juga istilah elektroforesis, yaitu pemisahan zat berdasarkan banyaknya
nukleotida (satuan penyusun DNA) dapat dilakukan dengan elektroforesis
menggunakan suatu media agar yang disebut gel agarosa.

6. Adsorbsi

Adsorbsi merupakan penarikan suatu zat oleh bahan pengadsorbsi secara


kuat sehingga menempel pada permukaan dari bahan pengadsorbsi.
Penggunaan metode ini diterapkan pada pemurnian air dan kotoran renik
atau organisme.

2.4 Jenis-jenis Metode Pemisahan


2.4.1 Filtrasi

Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisahkan zat


padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring). Dasar pemisahan
metode ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya.
Penyaring akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari
pori saringan dan meneruskan pelarut. (Syukri,1991)

Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk larutan
atau berwujud cair kemudian disaring. Hasil penyaringan disebut filtrat sedangkan sisa
yang tertinggal dipenyaring disebut residu (ampas). Metode ini dimanfaatkan untuk
membersihkan air dari sampah pada pengolahan air, menjernihkan preparat kimia di
laboratorium, Penyaringan dilaboratorium dapat menggunakan kertas saring dan
penyaring buncher. (Syukri,1991)

Contoh alat yang digunakan dalam filtrasi adalah filtrasi pasir.

Prinsip kerja dari filter pasir yaitu cairan yang akan disaring mengalir dari atas
ke bawah menembus lapisan pasir karena gaya filtrasi. Partikel padat yang akan
dipisahkan tertahan dalam pasir. Media filter ini dapat dibersihkan dengan cara
menyemprotnya dengan air dan udara bertekanan secara periodik.

Misalnya, pada pembuatan santan kelapa. Santan kelapa dibuat dengan cara
memisahkan campuran santan, air, dan ampas kelapa dengan menggunakan saringan.
Dengan menggunakan saringan yang berpori-pori kecil, santan kelapa dapat melewati
lubang saringan dan ampas kelapa tertahan dalam saringan.

Daya filtrasi (jumlah cairan atau gas yang menerobos per satuan waktu)
dipengaruhi oleh:

1. Luas Permukaan Filter


Jumlah filtrat per satuan waktu berbanding langsung dengan luas permukaan
media filter. Semakin besar luas media tersebut, semakin besar pula daya
filtrasinya.
2. Viskositas Cairan
Semakin kecil viskositas cairan, semakin besar daya filtrasinya. Viskositas dapat
dikurangi dengan meningkatkan suhu, namun sering mengakibatkan
penggembungan (swelling) media filter, terjadinya proses korosi yang lebih
cepat atau pelarutan kembali kristal-kristal.
3. Debit filtrasi

Dimana debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya filter
secara efisien. Sehingga proses filtrasi tidak dapat terjadi dengan sempurna,
akibat adanya aliran air yang terlalu cepat dalam melewati rongga diantara
butiran media pasir. Hal ini menyebabkan berkurangnya waktu kontak antara
permukaan butiran media penyaring dengan air yang akan disaring. Kecepatan
aliran yang terlalu tinggi saat melewati rongga antar butiran menyebabkan
partikel–partikel yang terlalu halus yang tersaring akan lolos.
2.4.2 Kristalisasi

Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut
dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan
perbedaan titik beku. Kristalisasi dapat terjadi sebagai pembentukan partikel-partikel
padat dalam uap seperti pada pembentukan salju sebagai pembekuan lelehan cair.
Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi lewat jenuh
(supersaturated). Kondisi tersebut terjadinya karena pelarut sudah tidak mampu
melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi kapasitas pelarut.
Sehingga kita dapat memaksa agar kristal dapat terbentuk dengan cara mengurangi
jumlah pelarutnya, sehingga kondisi lewat jenuh dapat dicapai. Kristalisasi dapat
memisahkan suatu campuran tertentu dari larutan multi komponen sehingga didapat
produk dalam bentuk kristal. (Timberlake,2004)

Proes kristalisasi dimulai dengan menambahkan senyawa yang akan dimurnikan


dengan pelarut panas sampai kelarutan senyawa tersebut berada pada level super jenuh.
Pada keadaan ini, bila larutan tersebut didinginkan, maka mlekul-molekul senyawa
terlarut akan saling menempel, tumbuh menjadi kristal-kristal yang akan mengendap di
dasar wadah. Sementara kotoran-kotoran yang terlarut tidak ikut mengendap.
(Timberlake,2004)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Kristalisasi

1. Kecepatan Kristalisasi

Kecepatan kristalisas meliputi pembentukan inti kristal. Terjadinya inti kristal


dapat dipertinggi dengan :

a. pendinginan yang cepat

b. pengadukan yang baik

c. memakai larutan yang murni

d. temperature yang tinggi

e. konsentrasi yang tinggi


2. Hasil Kristalisasi

Apabila proses kristalisasi berjalan cepat maka Kristal yang terjadi halus.
Sebaliknya bila proses kristalisasi berjalan lambat maka Kristal yang terbentuk kasar
(besar).

3. Kemurnian dan Ukuran Kristal

Pada proses kristalisasi harus dihindarkan adanya pencucian Kristal yang


dihasilkan. Hal ini terutama bagi Kristal yang mudah larut dan Kristal yang bersifat
hidroskopis. Lebih baik larutan yang dihasilkan dibuat semurni mungkin sehingga pada
kristalisasi akan diperoleh Kristal yang lebih bersih.

4. Uniformity (Keseragaman Ukuran)

Kristal yang uniform diperoleh dengan menambahkan Kristal halus pada larutan
lewat jenuh. Kristal yang uniform akan memberikan keseragaman terhadap kristal.
Disamping itu, Kristal yang uniform menunjukkan bahwa proses pembuatannya sangat
teliti sehingga akan lebih menarik.

2.4.3 Destilasi

Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan yang


berwujud cair yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai titik didih
yang berbeda. Destilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap
tersebut didinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi destilasi merupakan metode
yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponennya yang terdapat dalam salah
satu larutan atau campuran dan bergantung pada distribusi komponen-komponen
tersebut antara fasa uap dan fasa cair. Syarat utama dalam operasi pemisahan
komponen-komponen dengan cara destilasi adalah komposisi uap harus berbeda dengan
komposisi cairan dengan terjadi keseimbangan larutan-larutan, dengan komponen-
komponennya cukup dapat menguap. (Syukri,1990)
Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan campuran dipanaskan pada suhu
diantara titik didih bahan yang diinginkan. Dengan cara distilasi, komponen zat
penyusun campuran yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih
dahulu, uap dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor). Uap yang mencair
ditampung dalam wadah. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan
sisanya disebut residu. Contoh destilasi adalah proses penyulingan minyak bumi,
pembuatan minyak kayu putih, dan memurnikan air minum.

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi diantaranya yaitu suhu atau pemanasan,
tekanan, kelelahan alat, kesalahan kalibrasi dan lain – lain. Faktor yang paling
berpengaruh dalam proses distilasi adalah suhu atau pemanasan. Jika pemanasan terlalu
besar dikhawatirkan akan terjadi flooding (banjir). Ciri dari flooding itu sendiri adalah
tertahannya cairan di atas kolom, pada saat terjadi flooding transfer massa yang
dihasilkan tidak maksimal. Ketika terjadi flooding, cairan tidak dapat mengalir ke
bawah lagi, tetapi akan terakumulasi atau bahkan dapat ikut terbawa ke atas oleh uap,
sehingga proses distilasi harus segera dihentikan. Apabila pemanasan kecil proses
pemisahan akan berlangsung lama, akan tetapi hasil atau konsentrasi yang diperoleh
akan lebih baik dan mendekati sempurna dikarenakan proses pemisahan dan
pendinginan berlangsung sempurna.

2.4.4 Evaporasi (Penguapan)

Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga


didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan dari
evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang
tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kebanyakan proses
evaporasi , pelarutnya adalah air. Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam
evaporasi sisa penguapan adalah zat cair, kadang-kadang zat cair yang sangat viskos,
dan bukan zat padat. Pada proses penguapan, larutan dipanaskan sampai zat pelarutnya
(air) menguap dan meninggalkan zat terlarut (garam). Proses pemisahan dengan cara
penguapan ini dapat terjadi karena zat terlarut (garam) memiliki titik didih yang lebih
tinggi daripada zat pelarutnya (air). (Brady,1990)

Faktor yang mempengaruhi dari proses evaporasi adalah sebagai berikut:

1. Suhu

Walaupun cairan dapat dievaporasi di bawah suhu titik didihnya, namum proses
penguapannya akan lebih cepat bila suhu di sekitarnya lebih tinggi bila dibandingkan
dengan titik didihnya. Hal ini terjadi karena evaporasi akan menyerap kalor laten yang
ada disekelilingnya.
2. Kelembaban udara

Semakin kering udara (sedikitnya kandungan air dalam udara) maka proses penguapan
akan lebih cepat terjadi.

3. Sifat cairan

Cairan yang memiliki titik didih yang rendah akan lebih cepat terevaporasi jika
dibandingkan dengan cairan yang memiliki titik didih yang tinggi.

4. Tekanan

Semakin besar tekanan yang dialami maka proses evaporasi akan lebih lambat, begitu
juga sebaliknya. (Brady,1990)

2.4.5 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya
pelarut organik. (Coles,1996)

Beberapa tahap dalam ekstraksi yaitu

Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling


berkontak. Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang
antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi ekstraksi yang
sebenarnya yaitu pelarutan ekstraksi. Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat,
kebanyakan dengan cara penjernihan atau filtrasi. Mengisolasi ekstrak dari larutan dan
mendapatkan kembali pelarut, umumnya dilakukan dengan menguapkan pelarut. Dalam
hal-hal tertentu, larutan ekstrak dapat langsung diolah lebih lanjut atau dioalh setelah
dipekatkan.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan sebagai berikut (Coles,1996):

1. Ukuran partikel

Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal. Semakin kecil
ukurannya, semakin besar luas permukaan antara padat dan cair sehingga laju
perpindahannya menjadi semakin besar.

2. Zat pelarut

Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan pelarut
pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat dapat
bersikulasi dengan mudah.

3. Temperatur

Kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di dalam pelarut akan naik
bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk memberikan laju ekstraksi yang
lebih tinggi.

4. Pengadukan fluida

Pengadukan pada zat pelarut penting karena akan menaikkan proses difusi,
sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke zat
pelarut.

2.4.6 Kromatografi

Kromatografi adalah sebuah teknik dalam penelitian yang digunakan untuk


memisahkan komponen campuran menjadi bagian-bagian partikel penyusun komponen
tersebut. Hal ini dilakukan untuk melakukan pemurnian terhadap sebuah komponen
campuran dengan melihat karakteristiknya seperti ukuran, massa, bentuk, dan lainnya.
(Keenan,1999)

Kromatografi memiliki berbagai macam teknik. Meski demikian, secara umum


pola kerja yang hampir sama yaitu sebagai berikut:

 Komponen campuran yang akan diteliti ditempatkan pada sistem yang memiliki
stasioner atau padatan

 Kemudian, komponen campuran tersebut akan mengalir memasuki fase gerak


dan pada fase ini, akan terjadi interaksi antara komponen tersebut dengan
padatan yang ada

 Timbulah sebuah proses pelarutan dan penguapan dari komponen campuran


yang akan dipisahkan tersebut
 Nantinya, komponen campuran tersebut akan terpisah berdasarkan sifat dari
komponen penyusun tersebut dengan melihat apakah komponen tersebut
mempunyai interaksi yang kuat atau lemah ketika mereka memasuki fase diam

Tipe-Tipe Teknik Kromatografi:

1. Column Chromatography

Kromatografi kolom atau column chromatography adalah teknik kromatografi yang


paling sering digunakan dalam sebuah penelitian. Biasanya, column
chromatography sering digunakan dalam pemurnian biomolekul. Komponen
campuran dari sebuah biomolekul yang akan dipisahkan akan ditempatkan pada
sebuah kolom (berbentuk seperti tabung) pada bagian bawah.

2. Ion-Exchange Chromatography

Kromatografi pertukaran ion atau ion-exchange chromatography adalah teknik


pemisahan komponen campuran dengan mendasarkan pada interaksi elektrostatis
antara komponen campuran dengan stasioner yang berbentuk matriks. Matriks
mempunyai beban ion yang berlawanan dengan muatan ion pada komponen
campuran yang akan dipisahkan tersebut sehingga akan terjadi ikatan ionik.

3. High-Pressure liquid Chromatography

Teknik kromatografi HPLC digunakan untuk melakukan analisis struktural dan


fungsional terhadap komponen campuran yang akan diteliti. Selain itu, teknik ini
juga memungkinkan Anda untuk melakukan pemurnian molekul dalam waktu yang
singkat. Komponen yang digunakan untuk HPLC adalah sebuah kolom, detektor,
perekam, pompa bertekanan tinggi, dan wadah pelarut.

4. Paper Chromatography

Kromatografi kertas atau paper chromatography menggunakan kertas saring yang


sangat tebal untuk dapat mengendapkan komponen campuran yang akan dipisahkan.
Kertas saring ini berfungsi sebagai stasioner atau padatan yang akan berinteraksi
ketika komponen campuran berada dalam fase gerak.
5. Gas Chromatography

Kromatografi gas atau gas chromatography adalah teknik kromatografi yang sangat
sederhana, sensitif, dan juga sangat cepat untuk memisahkan komponen yang
memiliki molekul sangat kecil. Stasioner yang ada pada kromatografi gas adalah
sebuah kolom yang berisi cairan dengan kandungan gas sebagai He (Helium) atau
N2 (Nitrogen) yang diserap ke permukaan padatan.

2.4.7 Sublimasi

Pengertian sublimasi adalah perubahan wujud zat padat ke gas atau dari gas
menjadi padat. Apabila partikel penyusun suatu zat padat diberi kenaikan suhu melalui
pemanasan, maka partikel tersebut akan berubah fase menjadi gas.

Sebaliknya, jika suhu diturunkan dengan cara kondensasi, maka gas akan
berubah menjadi padat kembali.

Teknik sublimasi diterapkan untuk memisahkan zat dari pengotornya, sehingga


didapatkan zat murni. Pengotor tersebut akan tertinggal di dalam wadah karena
ketidakmampuannya dalam menyublim.

Syarat pemisahan campuran secara sublimasi adalah partikel yang bercampur


memiliki perbedaan titik didih yang besar, sehingga mampu menghasilkan uap dengan
tingkap kemurnian tinggi.

Dengan demikian, sublimasi juga dapat diartikan sebagai proses perubahan zat
dari fase padat menjadi uap, selanjutnya uap tersebut dikondensasi langsung menjadi
padat tanpa melalui fase cair.
Prinsip Sublimasi

Pada skala industri, prinsip kerja sublimasi adalah memisahkan zat yang
mudah menyublim dengan sebuah sublimator sehingga menjadi gas atau uap. Gas yang
dihasikan tersebut kemudian ditampung dan didinginkan kembali.

Sedangkan prinsip sublikasi secara sederhana pada skala laboratorium adalah zat
yang akan disublimasi dimasukkan ke dalam cawan (gelas piala), ditutup dengan gelas
arloji, labu sebagai pendingin, kemudian secara perlahan dipanaskan dengan api.

Selanjutnya zat padat akan menyublim menjadi uap dan zat pengotor tetap
menjadi padat. Terbentuknya uap ini karena adanya proses pendinginan (kondensasi)
berubah lagi menjadi padat yang menempel di dinding alat pendingin.

Apabila sudah tidak ada lagi zat yang menyublim, maka proses pemanasan
dihentikan dan dibiarkan dingin agar uap yang terbentuk menyublim semua,

Zat yang terbentuk kemudian dikumpulkan dan diperiksa kemurniannya. Jika


kurang murni, maka proses sublimasi dapat diulang kembali untuk edapatkan zat yang
lebih murni.

Contoh Sublimasi

Contoh sublimasi yang paling mudah dilihat adalah proses pemurnian kapur
barus dari pengotor. Campuran kapur barus dan pengotor dipanaskan sehingga kapur
barus akan menjadi uap dan memadat kembali setelah didinginkan.

Sublimasi juga dapat terjadi secara alami. Sublimasi alami adalah proses
sublimasi yang terjasi secara natural alibat proses dari alam. Contohnya adalah
sublimasi belerang yang terjadi pada kawah gunung berapi
BAB III

CONTOH APLIKASI

3.1 Pemanfaatan Metode Pemisahan

Pada proses pemisahan suatu campuran ada yang memerlukan metode pemisahan, ada
pula yang dikombinasi lebih dari satu jenis metode. Berikut ini beberapa contoh
pemanfaatan metode pemisahan dengan menggunakan metode pemisahan tertentu.

3.1.1 Proses Pembuatan Kopi Instan


1. Sortasi

Buah kopi yang sudah diproses menjadi biji kopi akan disortasi lagi menurut bobot dan
ukuran.

2. Penyimpanan

Biasanya, tempat penyimpanan biji kopi harus kedap udara dan disimpan di tempat
sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya. Karena Udara, kelembapan, panas, dan
cahaya merupakan faktor-faktor lingkungan yang dapat merusak cita rasa kopi.

3. Penggorengan atau penyangraian

Proses sangrai diawali dengan penguapan air dan diikuti dengan reaksi pirolisis. Secara
kimiawi, proses ini ditandai dengan evolusi gas CO2 dalam jumlah banyak dari ruang
sangria. Secara fisik, pirolisis ditandai dengan perubahan warna biji kopi yang semula
kehijauan menjadi kecoklatan. Proses ini dimulai saat suhu di bagian dalam biji kopi
mencapai sekitar 200 derarat Celcius. Selama roasted, juga terjadi proses karamelisasi
akibat panas yang memecah pati dalam biji, yang mengubahnya menjadi gula
sederhana, kemudian berubah warna menjadi cokelat.

4. Pencampuran

Untuk mendapatkan cita rasa dan aroma yang khas, kopi bubuk bisa diperoleh dari
campuran berbagai jenis biji kopi atas dasar jenisnya.
5. Ekstraksi

Ekstraksi menggunakan pelarut air. Ekstraksi bubuk kopi dilakukan secara batch dalam
kolom. Sisa bubuk hasil pelarutan dikempa secara manual untuk mengekstrak
komponen kopi yang masih tertinggal. Sisa bubuk kopi merupakan limbah untuk diolah
menjadi biogas.

6. Filtrasi

Penyaringan dilakukan untuk memisahkan bagian tidak larut pada proses ekstraksi.

7. Sentrifugasi

Aroma kopi dipertahankan dengan cara reverse osmosis menggunakan membran filtasi.
Selain itu, proses ekstraksi dengan panas juga akan mempengaruhi aroma, untuk itu
pasca ekstraksi proses berikutnya adalah pendinginan ekstrak hingga suhu di bawah nol
derajat celcius.

8. Evaporasi

Fungsinya adalah untuk mendapatkan kadar ekstrak ideal.

9. Pemisahan

a. Spray Drying

Prinsipnya adalah untuk menghilangkan air, dengan cara ekstrak dilewatkan dalam
sebuah kolom, temperatur tinggi dalam kolom tersebut akan menguapkan air hingga
didapatkan bubuk kopi.

b. Aglomerasi

Bubuk kopi spray dried direbus lagi untuk mendapatkan gumpalan antar partikel bubuk
yang lebih besar, fungsinya adalah untuk mendapatkan rasa yang lebih kaya dan aroma
yang lebih kuat.

3.1.2 Pembuatan Garam Dapur dari Air Laut dan Pembuatan Gula Putih dari
Tebu

Proses kristalisasi dapat dijumpai pada proses pembuatan garam dapur dari air laut.
Mula-mula air laut ditampung dalam suatu tambak, kemudian dengan bantuan sinar
matahari dibiarkan menguap. Setelah proses penguapan, dihasilkan garam dalam bentuk
kasar dan masih bercampur dengan pengotornya, sehingga untuk mendapatkan garam
yang bersih diperlukan proses rekristalisasi (pengkristalan kembali).
Contoh lain adalah pembuatan gula putih dari tebu. Pabrik gula juga melakukan proses
kristalisasi, tebu digiling dan dihasilkan nira, nira tersebut selanjutnya dimasukkan
kedalam alat vacuum evaporator. Dalam alat ini dilakukan pemanasan sehingga
kandungan air di dalam nira menguap, dan uap tersebut dikeluarkan dengan melalui
pompa, sehingga nira kehilangan air berubah menjadi kristal gula. Kristal ini kemudian
dikeringkan sehingga diperoleh gula putih atau gula pasir.

3.1.3 Proses Penyulingan Minyak Kayu Putih

Proses untuk mendapatkan minyak atsiri secara umum dikenal dengan cara menyuling
atau destilasi terhadap tanaman penghasil minyak. Didunia industri, metode
destilasi/penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan dengan 3 cara, antara lain :

1. Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation)

2. Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation)

3. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)

Penerapan penggunaan metode tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti


jenis bahan baku tanaman, karakteristik minyak, proses difusi minyak dengan air panas,
dekomposisi minyak akibat efek panas, efisiensi produksi dan alasan nilai ekonomis
serta efektifitas produksi.

1. Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation)

Cara penyulingan dengan sistem ini adalah dengan memasukkan bahan baku, baik yang
sudah dilayukan, kering ataupun bahan basah ke dalam ketel penyuling yang telah berisi
air kemudian dipanaskan. Uap yang keluar dari ketel dialirkan dengan pipa yang
dihubungkan dengan kondensor. Uap yang merupakan campuran uap air dan minyak
akan terkondensasi menjadi cair dan ditampung dalam wadah. Selanjutnya cairan
minyak dan air tersebut dipisahkan dengan separator pemisah minyak untuk diambil
minyaknya saja.

2. Penyulingan dengan Air dan Uap (Water and Steam Distillation)

Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan sistem kukus. Cara ini
sebenarnya mirip dengan sistem rebus, hanya saja bahan baku dan air tidak
bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air. Cara ini yang paling
banyak dilakukan pada dunia industri karena cukup membutuhkan sedikit air sehingga
bisa menyingkat waktu proses produksi. Metode kukus ini biasa dilengkapi sistem
kohobasi yaitu air kondensat yang keluar dari separator masuk kembali secara otomatis
ke dalam ketel agar meminimkan kehilangan air.

Disisi lain, sistem kukus kohobasi lebih menguntungkan karena terbebas dari proses
hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri dan proses difusi minyak dengan air panas.
Selain itu dekomposisi minyak akibat panas akan lebih baik dibandingkan dengan
metode uap langsung (Direct Steam Distillation). Metode penyulingan dengan sistem
kukus ini dapat menghasilkan uap dan panas yang stabil karena tekanan uap yang
konstan.

3. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)

Pada sistem ini bahan baku tidak kontak langsung dengan air maupun api namun hanya
uap bertekanan tinggi yang difungsikan untuk menyuling minyak. Prinsip kerja metode
ini adalah membuat uap bertekanan tinggi didalam boiler, kemudian uap tersebut
dialirkan melalui pipa dan masuk ketel yang berisi bahan baku. Uap yang keluar dari
ketel dihubungkan dengan kondensor. Cairan kondensat yang berisi campuran minyak
dan air dipisahkan dengan separator yang sesuai berat jenis minyak. Penyulingan
dengan metode ini biasa dipakai untuk bahan baku yang membutuhkan tekanan tinggi
pada proses pengeluaran minyak dari sel tanaman, misalnya gaharu, cendana, dll.
BAB IV

PENUTUP
1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari makalh ini adalah sebagai berikut:

1. Campuran merupakan gabungan antara dua jenis zat atau lebih yang dijadikan
menjadi satu.

2. pemisahan campuran dapat diartikan sebagai proses memisahan antara dua jenis
zat atau lebih agar zat-zat tersebut terpisah dan menjadi zat tunggal dengan
melakukan tindakan secara fisika maupun kimia.

3. Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisahkan zat


padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring). Dasar
pemisahan metode ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat
terlarutnya.

4. Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang


terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam
suatu pelarut dan perbedaan titik beku.

5. Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan yang


berwujud cair yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai
titik didih yang berbeda.

6. Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga


didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan dari
evaporasi yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak
mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap.

7. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan


kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda.

2. Saran
Demikian makalah yang penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silakan sampaikan kepada penulis. Dan
jika makalah ini dirasakan dapat memberi manfaat kepada khalayak ramai, mohon
berkenan untuk menyebarluaskannya
DAFTAR PUSTAKA
Brady. 1990.Kimia Dasar II. Gama Exact. Bandung.

Coles. 1996. Kimia Untuk Universitas. Rineka Cipta. Jakarta.

Hadyana, Aloysius. 2000.

Haryadi, W. 1996. //Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.

Keenan, CW. 1999. Kimia untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.

Ralph H. 1990. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan. Erlangga. Jakarta.

Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press. Jakarta.

Syukri, S.1990. Kimia Dasar Jilid II. ITB. Bandung

Anda mungkin juga menyukai