Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan Pembelajaran Umum

Mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip kerja, perhitungan operasi teknik kimia,


tujuan dan manfaat satuan operasi secara mekanik

Tujuan Pembelajaran Khusus

Mahasiswa dapat memahami prinsip-prinsip kerja, perhitungan operasi teknik kimia,


tujuan dan manfaat satuan operasi secara mekanik

1.1 Perlakuan Mekanik

Dalam Teknik Kimia dan bidang-bidang terkait, unit operasi adalah suatu tahapan
dasar dalam suatu proses. Suatu proses dapat terdiri dari banyak unit operasi untuk
mendapatkan produk yang diinginkan. Setiap unit operasi mengikuti hukum fisika yang
sama dan dapat digunakan pada semua industri kimia. Unit operasi menjadi prinsip
dasar dalam bidang teknik kimia. Unit operasi dan teknik kimia membentuk dasar
utama untuk segala jenis industri kimia dan merupakan dasar perancangan pabrik kimia
serta alat-alat yang digunakan.

Dalam Teknik Kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih
produk yang lebih murni dari senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan
di alam dalam keadaan yang tidak murni. Biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam
keadaan tercampur dengan senyawa lain. Untuk beberapa keperluan seperti sintesis
senyawa kimia yang memerlukan bahan baku senyawa kimia dalam keadaan murni atau
proses produksi suatu senyawa kimia dengan kemurnian tinggi, proses pemisahan perlu
dilakukan

Dalam proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang
lebih murni dari suatu senyawa kimia. Secara mendasar, proses pemisahan dapat
diterangkan sebagai proses. Proses pemisahan sendiri dapat diklasifikasikan menjadi
proses pemisahan secara mekanis atau kimiawi. Pemilihan jenis proses pemisahan yang
digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi. Pemisahan dengan cara perlakuan
mekanis dilakukan kapanpun memungkinkan karena biaya operasinya lebih murah dari
pemisahan secara kimiawi. Untuk campuran yang tidak dapat dipisahkan melalui proses
pemisahan dengan perlakuan mekanis (seperti pemisahan minyak bumi), proses
pemisahan kimiawi harus dilakukan.

Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode
pemisahan yang dipilih bergantung pada fasa komponen penyusun campuran. Suatu
campuran dapat berupa campuran homogen (satu fasa) atau campuran heterogen (lebih
dari satu fasa). Suatu campuran heterogen dapat mengandung dua atau lebih fasa: padat-
padat, padat-cair, padat-gas, cair-cair, cair-gas, gas-gas, campuran padat-cair-gas, dan
sebagainya. Pada berbagai kasus, dua atau lebih proses pemisahan harus
dikombinasikan untuk mendapatkan hasil pemisahan yang diinginkan. Pemisahan
komponen-komponen dari suatu campuran menjadi fraksi-fraksi lain yang berbeda,
baik dalam ukuran partikel, fase, atau komposisi kimianya diperlukan suatu proses
pemisahan.

Misalnya :

 Proses reduksi ukuran untuk menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai
dengan kebutuhan pada proses berikutnya dan memperluas permukaan partikel agar
dapat mempercepat kontak dengan zat lain.
 Proses distilasi untuk memisahkan dua produk atau lebih di dalam suatu campuran
menjadi produk yang murni.
 Proses klasifikasi untuk menghasilkan produk yang berharga, seperti bijih logam
dengan memisahkan dari pengotornya dan sebagainya.
Banyak metode yang digunakan untuk melakukan pemisahan (separasi), dan ada
beberapa satuan operasi yang dikhususkan untuk itu. Dalam praktek, banyak. masalah
separasi yang harus dihadapi dan kita harus memilih di antara berbagai metode itu,
mana yang paling cocok untuk masalah yang dihadapi.

Prosedur pemisahan komponen-komponen campuran dapat dikelompokkan menjadi dua


metode, yaitu:

 Metode operasi difusi (diffusional operation) yang meliputi perubahan fase atau
perpindahan bahan dari satu fase ke fase yang lain
 Metode separasi dengan perlakuan mekanik atau pemisahan mekanik
(mechanical separation), yang digunakan untuk memisahkan partikel zat padat atau
tetesan zat cair dengan memanfaatkan gaya-gaya yang bekerja pada partikel dan
fluida.
Gaya-gaya yang bekerja pada proses pemisahan dengan perlakuan mekanik adalah gaya
gravitasi, gaya sentrifugal dan, gaya tekan atau vakum.
Separasi dengan perlakuan mekanik dipakai untuk campuran heterogen, bukan untuk
larutan homogen, terutama adalah mengenai partikel ukuran lebih besar dari 0,1 µm.
Teknik-teknik ini didasarkan atas perbedaan fisika antara partikel-partikel itu, seperti
ukuran, bentuk, atau densitas. Teknik ini dapat digunakan untuk memisahkan zat padat
dari gas, tetesan zat cair dari gas, zat padat dari zat padat, atau zat padat dari zat cair.
Penggunaan teknik ini berdasarkan perbedaan laju sedimentasi partikel atau tetesan
pada waktu bergerak melalui zat cair atau gas.

1.2 Klasifikasi Proses Pemisahan Dengan Prinsip Perlakuan Mekanik

Proses pemisahan dengan perlakuan mekanik diklasifikasikan sebagai berikut :

 Reduksi ukuran (size reduction)


 Pemisahan berdasarkan ukuran (sizing)

2
Pemisahan Mekanik
 Pemisahan dengan pengendapan dan sedimentasi (settling and sedimentation)
 Pemisahan dengan filtrasi
 Pemisahan dengan gaya sentrifugal
 Fluidisasi

Reduksi ukuran atau pengecilan ukuran (kominusi) merupakan tahap awal dalam proses
pengolahan bahan dalam industri yang bertujuan untuk :

1. Membebaskan / meliberasi mineral berharga dari material pengotornya.


2. Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan pada
proses berikutnya.
3. Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat lain

Pemisahan berdasarkan ukuran (sizing) adalah proses pemisahan secara mekanik


berdasarkan perbedaan ukuran partikel yang menggunakan peralatan ayakan.
Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri, sedangkan penyaringan (sieving)
dipakai untuk skala laboratorium

Pemisahan Sedimentasi adalah metode pemisahan padatan dan cairan (suspensi) dengan
menggunakan gaya gravitasi untuk mengendapkan partikel suspensi.
Pemisahan dengan sentrifugasi adalah metode pemisahan campuran padatan dan cairan
(suspensi) dengan menggunakan gaya sentrifugal untuk mengendapkan partikel
suspensi.

Filtrasi adalah suatu operasi pemisahan campuran antara padatan dan cairan (slurry)
dengan melewatkan umpan berupa campuran padatan - cairan melalui medium
penyaring (filter), karena adanya daya dorong (driving force) yaitu perbedaan tekanan
masuk umpan dan tekanan keluar filtrat.

Pemisahan dengan filtrasi sentrifugasi adalah suatu operasi pemisahan campuran antara
padatan dan cairan (slurry) dengan melewatkan umpan berupa campuran padatan -
cairan melalui medium penyaring (filter), karena adanya gaya sentrifugal.

Fluidisasi merupakan salah satu teknik pengontakan fluida baik gas maupun cairan
dengan butiran padat. Pada fluidisasi kontak antara fluida dan partikel padat terjadi
dengan baik karena permukaan kontak yang luas.

3
Pemisahan Mekanik
BAB II
REDUKSI UKURAN (SIZE REDUCTION)

Tujuan Pembelajaran Umum


1. Mahasiswa mampu menjelaskan proses pengecilan/pengurangan ukuran
bahan padat dari ukuran kasar/besar menjadi bentuk yang lebih halus/kecil
dengan pemecahan/crushing dan penggilingan/grinding.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan teori energi dan daya yang dibutuhkan
untuk pengecilan/pengurangan ukuran (energi kominusi); yaitu teori Kick,
Rittinger dan Bond

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan proses pengecilan pengurangan
ukuran bahan padat dan ukuran kasar/besar menjadi bentuk yang lebih
halus/kecil dengan pemecahan/crushing dan penggilingan/grinding.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan teori energi dan dayayang dibutuhkan untuk
pengecilan/pengurangan ukuran (energi kominusi); yaitu teori Kick, Rittinger
dan Bond

2.1 Pendahuluan

Kominusi atau pengecilan ukuran merupakan tahap awal dalam proses perlakuan me
kanik yang bertujuan untuk :

1. Membebaskan / meliberasi mineral berharga dari material pengotornya dalam


bijih logam.
2. Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan pada
proses berikutnya.
3. Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat
lain, misalnya reagen flotasi.

Kominusi ada 2 (dua) macam, yaitu :

1. Peremukan / pemecahan (crushing)


2. Penggerusan / penghalusan (grinding)

Disamping itu kominusi, baik peremukan maupun penggerusan, bisa terdiri dari
beberapa tahap, yaitu :

1 Tahap pertama / primer (primary stage)


2 Tahap kedua / sekunder (secondary stage)
3 Tahap ketiga / tersier (tertiary stage)

4
Pemisahan Mekanik
Variabel Operasi Pengecilan Ukuran (SR) :

1. Moisture content : kandungan cairan.

Di bawah 3 – 4 % (%berat) cairan dalam bahan, SR tidak mengalami kesulitan.


Di atas 4%, bahan menjadi sticky (lengket), cenderung menyumbat mesin/alat.
Di atas 50%, wet size reduction, biasanya untuk padatan halus.

2. Reduction ratio : rasio diameter rata-rata umpan dengan diameter rata-rata produk.

𝐝𝐢𝐚𝐦𝐞𝐭𝐞𝐫 𝐫𝐚𝐭𝐚−𝐫𝐚𝐭𝐚 𝐮𝐦𝐩𝐚𝐧


𝐑𝐞𝐝𝐮𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐑𝐚𝐭𝐢𝐨 = 𝐝𝐢𝐚𝐦𝐞𝐭𝐞𝐫 𝐫𝐚𝐭𝐚−𝐫𝐚𝐭𝐚 𝐩𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤

Mesin penghancur ukuran besar atau crusher, mempunyai rasio 3 s/d 7.


Mesin penghancur ukuran halus atau grinder, mempunyai rasio s/d 100.

2.2 Kebutuhan Energi Dan Daya Untuk Pengecilan Ukuran

Energi yang dibutuhkan crusher/grinder digunakan untuk :

a. Mengatasi friksi mekanis.


b. Menghancurkan bahan.

Teori-teori atau hukum-hukum untuk memprediksi kebutuhan energi dan daya dalam
reduksi ukuran, memberikan kalkulasi hasil perhitungan mendekati sekitar 0,1-2% dari
hasil pengukuran. Energi dan daya yang dibutuhkan diturunkan dari teori-teori
perubahan energi dE terhadap perubahan ukuran dX dari partikel ukuran X berbanding
terbalik, seperti pada persamaan dibawah ini :

𝒅𝑬
𝒅𝑿
= −𝒄 𝑿−𝒏 (1)

Dimana: dE = perubahan energy


dX = perubahan ukuran
C, n = konstanta yang besarnya tergantung dari jenis material dan alat

Teori-Teori/Hukum-Hukum Untuk Menentukan Energi Kominusi

1. Teori/Hukum Rittinger
2. Teori/Hukum Kick’s
3. Teori/Hukum Bond

1. Teori/Hukum Rittinger

Energi ini proporsional terhadap luas permukaan baru yang terbentuk. Rittinger
melakukan percobaan tentang hal ini, menggunakan“ a drop weight crusher” Hasil
percobaannya dinyatakan dalam energi mekanis yang dibutuhkan luas permukaan baru

5
Pemisahan Mekanik
yang terbentuk. Contoh : quartz , setiap energi 1 kgf-cm akan memberikan luas permukaan
baru sebesar 17,56 cm2.
Luas permukaan baru = selisih luas permukaan sebelum dihancurkan dan setelah
dihancurkan pada bilangan Rittinger, hal ini disebabkan energi alat harus mengatasi friksi
dan efek enersia. Menurut Rittinger energi kominusi sebanding dengan luas permukaan
baru yang terbentuk, maka, dalam penelitiannya Rittinger menentukan harga n = 2,
sehingga,
𝒅𝑬
= −𝒄 𝑿−𝒏
𝒅𝑿

𝑬 𝑿
∫𝟎 𝒅𝑬 = −𝑪 ∫𝑿 𝑿−𝒏 𝒅𝑿 , dintegralkan dengan batas: X1 = XF dan X2 = XP, maka:
𝑷
𝑭

𝑪 𝟏 𝟏 𝑪 𝟏 𝟏
𝑬 = 𝒏−𝟏 [𝑿𝒏−𝟏 − 𝑿𝒏−𝟏 ] = 𝟐−𝟏 [𝑿𝟐−𝟏 − 𝑿𝟐−𝟏 ]
𝑷 𝑭 𝑷 𝑭

𝟏 𝟏
𝑬 = 𝑪 [𝑿−𝟏 −𝟏
𝑷 − 𝑿𝑭 ] = 𝑪 [𝑿 − 𝑿 ]
𝑷 𝑭

KR = C = konstanta Rittinger, maka :

𝟏 𝟏
𝑬 = 𝑲𝑹 [ 𝑿 − 𝑿 ] (2)
𝑷 𝑭

2. Teori/Hukum Kick’s

Dalam penelitiannya Kick’s menentukan harga n = 1, maka;

𝒅𝑬
= −𝒄 𝑿−𝒏
𝒅𝑿

𝑬 𝑿
∫𝟎 𝒅𝑬 = −𝑪 ∫𝑿 𝑿−𝒏 𝒅𝑿
𝑷
𝑭

𝑬 𝑿
∫𝟎 𝒅𝑬 = −𝑪 ∫𝑿 𝑿−𝟏 𝒅𝑿, dintegralkan dengan batas: X1 = XF dan X2 = XP, maka:
𝑷
𝑭

𝒙𝑷
𝑬 = −𝑪 [𝐥𝐧 𝑿] 𝒙 = −𝑪 [𝐥𝐧 𝑿𝑷 − 𝐥𝐧 𝑿𝑭 ] = 𝑪 [𝐥𝐧 𝑿𝑭 − 𝐥𝐧 𝑿𝑷 ]
𝑭

KK=C=konstanta Kick’s, maka :

𝑬 = 𝑲𝑲 [𝐥𝐧 𝑿𝑭 − 𝐥𝐧 𝑿𝑷 ] (3)

3. Teori/Hukum Bond

Dalam penelitiannya Bond menentukan harga n = 1,5 , maka;

𝒅𝑬
= −𝒄 𝑿−𝒏
𝒅𝑿

6
Pemisahan Mekanik
𝑬 𝑿
∫𝟎 𝒅𝑬 = −𝑪 ∫𝑿 𝑿−𝒏 𝒅𝑿, dintegralkan dengan batas: X1 = XF dan X2 = XP, maka:
𝑷
𝑭

𝑪 𝟏 𝟏 𝑪 𝟏 𝟏
𝑬 = 𝒏−𝟏 [𝑿𝒏−𝟏 − 𝑿𝒏−𝟏 ] = 𝟏,𝟓−𝟏 [ − ] = 𝟐 𝑪 [𝑿−𝟎,𝟓
𝑷 − 𝑿−𝟎,𝟓
𝑭 ]
𝑷 𝑭 𝑿𝟏,𝟓−𝟏
𝑷 𝑿𝟏,𝟓−𝟏
𝑭

KB = 2C, maka : 𝑬 = 𝑲𝑩 [𝑿−𝟎,𝟓


𝑷 − 𝑿−𝟎,𝟓
𝑭 ]

𝟏 𝟏 𝒌𝑾𝒉
𝑬 = 𝑲𝑩 [ − ] (4)
√𝑿𝑷 √𝑿𝑭 𝑻𝒐𝒏

Dimana : KB= konstante Bond


XF = ukuran umpan 80% lolos (mm)
XP = ukuran produk 80% lolos (mm)

Untuk menentukan KB, Bond melakukan percobaan dengan mereduksi ukuran dari
ukuran sangat besar (∞) menjadi ukuran 100 µm (80% lolos), sehingga :

XF = ∞ dan XP = 100 µm = 0,1 mm

𝟏 𝟏 𝟏
𝑬 = 𝑲𝑩 [ − ] 𝑬 = 𝑲𝑩 [ − 𝟎] → 𝑲𝑩 = 𝑬√𝟎, 𝟏
√𝟎,𝟏 √∞ √𝟎,𝟏

Energi untuk reduksi ukuran dari ukuran sangat besar (∞) menjadi ukuran 100 µm (80%
lolos) didifinisikan sebagai indek kerja material (Ei ) (kWh/Ton), sehingga rumus
Bond menjadi :

𝟏 𝟏 𝒌𝑾𝒉
𝑬 = √𝟎, 𝟏 𝑬𝒊 [ − ] (5)
√𝑿𝑷 √𝑿𝑭 𝑻𝒐𝒏

Dimana : 𝑲𝑩 = 𝑬𝒊 √𝟎, 𝟏

Bila daya yang dibutuhkan P (kW) dan laju umpan T (Ton/jam), maka :

𝑷 𝟏 𝟏 𝒌𝑾𝒉
= 𝑬 = √𝟎, 𝟏 𝑬𝒊 [ − ] (6)
𝑻 √𝑿𝑷 √𝑿𝑭 𝑻𝒐𝒏

Bila, XF dan XP dalam satuan µm ( 1mm = 1000µm ), maka :

𝑷 𝟏 𝟏 𝒌𝑾𝒉
= 𝑬 = √𝟎, 𝟏 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝑬𝒊 [ − ]
𝑻 √𝑿𝑷 √𝑿𝑭 𝑻𝒐𝒏

𝑷 𝟏 𝟏 𝒌𝑾𝒉
= 𝑬 = 𝟏𝟎 𝑬𝒊 [ − ] (7)
𝑻 √𝑿𝑷 √𝑿𝑭 𝑻𝒐𝒏

Bila, XF dan XP dalam satuan ft ( 1ft = 304,8 mm ), maka :

𝑷 𝟏 𝟏 𝟏 𝒌𝑾𝒉
𝑻
= 𝑬 = √𝟎, 𝟏𝒙 𝟑𝟎𝟒,𝟖 𝑬𝒊 [ − ] 𝑻𝒐𝒏
√𝑿𝑷 √𝑿𝑭

7
Pemisahan Mekanik
𝑷 𝟏 𝟏 𝒌𝑾𝒉
= 𝑬 = 𝟎, 𝟎𝟏𝟖𝟏 𝑬𝒊 [ − ] (8)
𝑻 √𝑿𝑷 √𝑿𝑭 𝑻𝒐𝒏
Bila P (dalam HP), T (dalam Ton/menit) , XF dan XP dalam satuan ft (1 ft=304,8 mm),
maka :
𝑷 𝟏 𝟏 𝒌𝑾𝒉 𝑯𝑷 𝟔𝟎𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕
= 𝑬 = 𝟎, 𝟎𝟏𝟖𝟏 𝑬𝒊 [ − ] 𝒙 𝟎,𝟕𝟒𝟔𝒌𝑾 𝒙
𝑻 √𝑿𝑷 √𝑿𝑭 𝑻𝒐𝒏 𝟏𝒉
𝑷 𝟏 𝟏 𝑯𝑷
= 𝑬 = 𝟏, 𝟒𝟔 𝑬𝒊 [ − ] (9)
𝑻 √𝑿𝑷 √𝑿𝑭 𝑻𝒐𝒏/𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕

Contoh-1:

Untuk memecah 10 Ton/jam material hematite dengan indek kerja 12,68 kWh/Ton
digunakan Crusher. Ukuran umpan 80% lolos 3-in (76,2 mm)(80% dan ukuran produk
80% lolos 1/8-in(3,175 mm).

Hitung : a. Energi yang dibutuhkan dalam kWh/Ton


𝐻𝑃
b. Energi yang dibutuhkan dalam
𝑇𝑜𝑛/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
c. Daya yang dibutuhkan dalam kW
d. Daya yang dibutuhkan dalam HP

Penyelesaian :

Ei = 12,68 kWh/Ton T = 10 Ton/jam


XF = 3-in = 76,2 mm = 76200 µm
XP = 1/8-in = 3,175 mm = 3175 µm
𝑷 𝟏 𝟏 𝒌𝑾𝒉
a. Energi dalam (kWh/Ton): = 𝑬 = 𝟏𝟎 𝑬𝒊 [ − ]
𝑻 √𝑿𝑷 √𝑿𝑭 𝑻𝒐𝒏

𝑷 𝟏 𝟏 𝒌𝑾𝒉
= 𝑬 = 𝟏𝟎 (𝟏𝟐, 𝟔𝟖) [ − ]
𝑻 √𝟑𝟏𝟕𝟓 √𝟕𝟔𝟐𝟎𝟎 𝑻𝒐𝒏

𝑷 𝒌𝑾𝒉
= 𝑬 = 𝟏, 𝟖
𝑻 𝑻𝒐𝒏
𝑯𝑷 𝑷 𝟏 𝟏 𝑯𝑷
b. Energi dalam (𝑻𝒐𝒏/𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕): = 𝑬 = 𝟏, 𝟒𝟔 𝑬𝒊 [ − ]
𝑻 √𝑿𝑷 √𝑿𝑭 𝑻𝒐𝒏/𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕

XF = 3-in = 0,25 ft XP= 1/8-in=0,0104 ft

𝑷 𝟏 𝟏 𝑯𝑷 𝑯𝑷
= 𝑬 = 𝟏, 𝟒𝟔 (𝟏𝟐, 𝟔𝟖) [ − ] 𝑻𝒐𝒏 = 𝟏𝟒𝟒, 𝟓
𝑻 √𝟎,𝟎𝟏𝟎𝟒 √𝟎,𝟐𝟓 𝑻𝒐𝒏/𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕
𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕

𝑻𝒐𝒏 𝒌𝑾𝒉
c. Daya, P (kW): 𝑷 = 𝑻 𝑬 = 𝟏𝟎 𝒙𝟏, 𝟖 = 𝟏𝟖 𝒌𝑾
𝒋𝒂𝒎 𝑻𝒐𝒏

d. Daya, P (HP)

𝑻𝒐𝒏 𝟏 𝒋𝒂𝒎 𝑻𝒐𝒏


𝑻 = 𝟏𝟎 𝒋𝒂𝒎 𝒙 𝟔𝟎 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕 = 𝟎, 𝟏𝟔𝟕 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕

8
Pemisahan Mekanik
𝑻𝒐𝒏 𝑯𝑷
𝑷 = 𝑻 𝑬 = 𝟎, 𝟏𝟔𝟕 𝒙𝟏𝟒𝟒, 𝟓 𝑻𝒐𝒏/𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕 = 𝟐𝟒, 𝟏 𝑯𝑷
𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕

Contoh-2:

Untuk memecah biji logam dari ukuran umpan 50,8 mm (80% lolos) menjadi produk
6,35 mm (80% lolos) dibutuhkan daya 89,5 kW. Dengan menggunakan Persamaan
Hukum Bond, berapa daya yang dibutuhkan untuk ukuran umpan yang sama, dengan
ukuran produk 3,18 mm ?

Penyelesaian :

XF=50,8 mm=50.800 µm(80% lolos)


XP=6,35 mm= 6.350 µm (80% lolos)
P=89,5 kW

𝑷 𝟏 𝟏
= 𝑬 = 𝟏𝟎 𝑬𝒊 [ − ] 𝒌𝑾𝒉/𝑻𝒐𝒏
𝑻 √𝑿𝑷 √𝑿𝑭

𝟏 𝟏
𝑷 = 𝑻 𝑬 = 𝟏𝟎 𝑻 𝑬𝒊 [ − ] 𝒌𝑾
√𝑿𝑷 √𝑿𝑭

𝟏 𝟏
𝑷 = 𝑻 𝑬 = 𝟏𝟎 𝑻 𝑬𝒊 [ − ] = 𝟖𝟗, 𝟓 𝒌𝑾
√𝟔.𝟑𝟓𝟎 √𝟓𝟎.𝟖𝟎𝟎

𝑻 𝑬𝒊 = 𝟏𝟏𝟎𝟑, 𝟑 𝒌𝑾

XF= 50,8 mm = 50800 µm (80% lolos) XP=6,35 mm = 3180 µm (80% lolos) P=?

𝟏 𝟏
𝑷 = 𝑻 𝑬 = 𝟏𝟎 𝑻 𝑬𝒊 [ − ]
√𝟑𝟏𝟖𝟎 √𝟓𝟎𝟖𝟎𝟎

𝟏 𝟏
𝑷 = 𝑻 𝑬 = 𝟏𝟎 (𝟏𝟏𝟎𝟑, 𝟑 ) [ − ] = 𝟏𝟒𝟔, 𝟕 𝒌𝑾
√𝟑𝟏𝟖𝟎 √𝟓𝟎𝟖𝟎𝟎

2.3 Peralatan Pengecilan Ukuran

1. Peralatan Peremukan / Pemecahan (Crushing)

Peremukan adalah proses reduksi ukuran dari material yang langsung dari tambang
(ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100 cm) menjadi
ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm. Peralatan yang dipakai antara lain
adalah :

1. Jaw crusher
2. Gyratory crusher
3. Cone crusher
4. Roll crusher
5. Impact crusher

9
Pemisahan Mekanik
6. Rotary breaker
7. Hammer mill

2. Peralatan Penggerusan / Penghalusan (Grinding)

Penggerusan adalah proses lanjutan reduksi ukuran dari yang sudah berukuran 2,5 cm
menjadi ukuran yang lebih halus. Pada proses penggerusan dibutuhkan media
penggerusan yang antara lain terdiri dari :

1. Bola-bola baja atau keramik (steel or ceramic balls)


2. Batang-batang baja (steel rods)
3. Campuran bola-bola baja dan materialnya sendiri yang disebut semi autagenous
mill (SAG).
4. Tanpa media penggerus, hanya materialnya sendiri yang saling menggerus dan
disebut autogenous mill.

Peralatan penggerusan yang dipergunakan adalah :

1. Ball mill dengan media penggerus berupa bola-bola baja atau keramik
2. Rod mill dengan media penggerus berupa batang-batang baja.

Gambar 2.1 Jaw Crusher

10
Pemisahan Mekanik
Gambar 2.2 Gyratory Crusher Gambar 2.3 Impact Crusher

Gambar 2.4 Roll Crusher Licin Gambar 2.5 Roll Crusher Bergigi

11
Pemisahan Mekanik
Gambar 2.6 Rotary Breaker

Gambar 2.7 Hammer Mill

12
Pemisahan Mekanik
Gambar 2.8 Ball Mill

Gambar 2.9 Penampang Ball Mill

13
Pemisahan Mekanik
BAB III
PEMISAHAN BERDASARKAN UKURAN (SIZING)

Tujuan Pembelajaran Umum

Mahasiswa mampu menjelaskan pemisahan bahan padat menurut besarnya


butiran (berdasarkan ukuran) denan menggunakan ayakan, neraca material
bahan dan efisiensi dari ayakan

Tujuan Pembelajaran Khusus

Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pemisahan bahan padat menurut


besarnya butiran (berdasarkan ukuran) denan menggunakan ayakan, neraca
material bahan dan efisiensi dari ayakan

3.1 Pendahuluan

Setelah bahan atau bijih diremuk dan digerus, maka akan diperoleh bermacam-macam
ukuran partikel. Oleh sebab itu harus dilakukan pemisahan berdasarkan ukuran partikel
agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan pada proses pengolahan yang berikutnya.

Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan


perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri,
sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.

Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu :

1. Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang ayakan (oversize).


2. Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang ayakan (undersize).

Satu ayakan tunggal hanya dapat memisahkan menjadi dua fraksi saja setiap kali
pemisahan, yaitu yang lolos dari ayakan dan yang tertahan diatas ayakan.
Ayakan yang digunakan di industri dibuat dari anyaman kawat, sutera, plastik batangan-
batangan logam, plat logam yang berlobang-lobang, atau kawat-kawat yang
penampangnya berbentuk baji. Logam yang digunakanpun bermacam-macam, tetapi
pada umumnya dibuat dari baja atau stainless steel. Ayakan standar mempunyai ukuran
mesh yang berkisar antara 4 sampai 400 mesh, sedangkan ayakan dari logam yang
digunakan secara komersial mempunyai lubang samapai 1 µm. Ayakan yang lebih halus
dari 150 mesh jarang dipakai, karena untuk partikel yang sangat halus cara pemisahan
lain mungkin lebih ekonomis.
Pemisahan partikel yang ukurannya antara 4 mesh dan 48 mesh disebut pengayakan
halus, sedangkan untuk yang lebih halus disebut ultra halus

14
Pemisahan Mekanik
3.2 Neraca Massa Ayakan

Neraca massa ayakan sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :

Feed (F) Produk Tertahan (D)


Fraksi Undersize(XF) Fraksi Undersize(XD)
Fraksi Oversize(1- XF) Fraksi Oversize(1-XD)
Produk Lolos (B)
Fraksi Undersize(XB)=1
Fraksi Oversize=(1-XB)=0

Neraca Massa Keseluruhan (Overall): F = D + B (1)


Neraca Massa Fraksi Undesize: F XF = D XD + B XB (2)
Neraca Massa Fraksi Oversize: F (1-XF) = D (1-XD) + B (1-XB) (3)

Eliminasi dari persamaan ( 1 ) dan ( 2 ) :

𝑫 𝑿𝑩 −𝑿𝑭 𝟏−𝑿𝑭
= = (4)
𝑭 𝑿𝑩 −𝑿𝑫 𝟏−𝑿𝑫

Eliminasi dari persamaan ( 1 ) dan ( 2 ) :

𝑩 𝑿𝑭 −𝑿𝑫 𝑿𝑭 −𝑿𝑫
= = (5)
𝑭 𝑿𝑩 −𝑿𝑫 𝟏−𝑿𝑫

Efisiensi Ayakan

Efisiensi Ayakan didifinisikan sebagai fraksi undersize umpan (Feed) yang benar-benar
lolos dibagi dengan fraksi undersize umpan(Feed) yang seharusnya lolos.
Fraksi undersize umpan (Feed) yang benar-benar lolos = fraksi undersize dalam produk
lolos ( B XB ). Fraksi undersize umpan (Feed) yang seharusnya lolos = F XF

𝑭𝒓𝒂𝒌𝒔𝒊 𝒖𝒏𝒅𝒆𝒓𝒔𝒊𝒛𝒆 𝑭𝒆𝒆𝒅 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓−𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓 𝒍𝒐𝒍𝒐𝒔


𝑬𝒇𝒊𝒔𝒊𝒆𝒏𝒔𝒊 𝑨𝒚𝒂𝒌𝒂𝒏 = 𝑭𝒓𝒂𝒌𝒔𝒊 𝒖𝒏𝒅𝒆𝒓𝒔𝒊𝒛𝒆 𝑭𝒆𝒆𝒅 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔𝒏𝒚𝒂 𝒍𝒐𝒍𝒐𝒔

𝑭𝒓𝒂𝒌𝒔𝒊 𝒖𝒏𝒅𝒆𝒓𝒔𝒊𝒛𝒆 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌 𝒍𝒐𝒍𝒐𝒔 𝑩 𝑿𝑩


𝑬𝒇𝒊𝒔𝒊𝒆𝒏𝒔𝒊 𝑨𝒚𝒂𝒌𝒂𝒏 = 𝑬𝑨 = = (6)
𝑭𝒓𝒂𝒌𝒔𝒊 𝒖𝒏𝒅𝒆𝒓𝒔𝒊𝒛𝒆 𝑭𝒆𝒆𝒅 𝑭 𝑿𝑭

3.3 Analisa Ayak

Partikel zat padat secara individu dikarakteristikan dengan ukuran, bentuk, dan densitas.
Partikel zat padat homogen mempunyai densitas yang sama dengan bahan bongkahan.

15
Pemisahan Mekanik
Partikel-partikel yang didapatkan dengan memecahkan zat padat campuran, misalnya
bijih yang mengandung logam, mempunyai berbagai densitas. Untuk partikel yang
bentuknya beraturan, misalnya bentuk bola dan kubus, ukuran dan bentuknya dapat
dinyatakan dengan mudah. Tetapi partikel yang bentuknya tidak beraturan seperti
butiran atau serpihan, ukuran dan bentuknya tidak begitu jelas dan harus dijelaskan
secara acak.

Bentuk Partikel

Bentuk setiap partikel dikarakteristikan dengan sperisitas (sphericity) ФS, yang tidak
tergantung pada ukuran partikel. Untuk partikel bentuk bola dengan diameter, DP,
ФS =1, untuk partikel bukan bola didifinisikan oleh hubungan :

𝟔 𝒗𝑷
Ф𝑺 = (7)
𝑫𝑷 𝑺𝑷
Dimana : DP = diameter ekivalen atau diameter nominal partikel
SP = luas permukaan satu partikel VP = volume satu partikel
Diameter ekivalen didifinisikan sebagai diameter bola yang volumenya sama dengan
volume partikel itu. Tetapi bahan-bahan berbentuk granular, volume maupun luas
permukaannya tidak mudah ditentukan secara eksak, sehingga DP biasanya diambil dari
ukuran nominal atas dasar analisa ayak. Luas permukaan diperoleh dari pengukuran
didalam hamparan partikel. Untuk kebanyakan bahan pecahan harga ФS antara 0,6-0,8,
untuk partikel yang telah membulat karena abrasi ФS bisa sampai 0,95.

Cara Menyajikan Analisa Ayak


Contoh menggunakan susunan 5 ayakan dengan ukuran lobang ayakan X1, X2, X3,
X4 dan X5 dalam mm dan mesh.

M1
X1 = 0,297 mm = 48 mesh
M2
X2 = 0,250 mm = 60 mesh
M3
X3 = 0,210 mm =65 mesh
M4
X4 = 0,177 mm = 80 mesh
M5
X5 = 0,149 mm = 100 mesh
M6
Pan M = M1 + M2 + M3 + M4 + M5 + M6

Gambar 3.1 Susunan perlalatan analisa ayak

Tabel 3.1 Cara Menyajikan Tabel Analisa Ayak Dalam Ukuran mm

16
Pemisahan Mekanik
Ukuran Berat % %Lolos %Lolos %Tertahan %Tertahan
mm gram Berat Individu Kumulatif Individu Kumulatif
+ 0,297 M1 Y1 - - Y1 Y1
-0,297+0,250 M2 Y2 Y2 Y2+Y3+Y4+Y5+Y6 Y2 Y1+Y2
-0,250+0,210 M3 Y3 Y3 Y3+Y4+Y5+Y6 Y3 Y1+Y2+Y3
-0,210+0,177 M4 Y4 Y4 Y4+Y5+Y6 Y4 Y1+Y2+Y3+Y4
-0,177+0,149 M5 Y5 Y5 Y5+Y6 Y5 Y1+Y2+Y3+Y4+Y5
-0,149 M6 Y6 Y6 Y6 - -
M 100%

Tabel 3.2 Cara Menyajikan Tabel Analisa Ayak Dalam Ukuran Mesh

Ukuran Berat % %Lolos %Lolos %Tertahan %Tertahan


Mesh gram Berat Individu Kumulatif Individu Kumulatif
+ 48 M1 Y1 - - Y1 Y1
-48+60 M2 Y2 Y2 Y2+Y3+Y4+Y5+Y6 Y2 Y1+Y2
-60+65 M3 Y3 Y3 yY3+Y4+Y5+Y6 Y3 Y1+Y2+Y3
-65+80 M4 Y4 Y4 Y4+Y5+Y6 Y4 Y1+Y2+Y3+Y4
-80+100 M5 Y5 Y5 Y5+Y6 Y5 Y1+Y2+Y3+Y4+Y5
-100 M6 Y6 Y6 Y6 - -
M 100%

Keterangan :

M = Berat total umpan ayakan


M1= Berat fraksi yang tertahan pada ukuran ayakan X1
M2 = Berat fraksi yang lolos ukuran ayakan X1 dan tertahan ukuran ayakan X2
M3 = Berat fraksi yang lolos ukuran ayakan X2 dan tertahan ukuran ayakan X3
M4 = Berat fraksi yang lolos ukuran ayakan X3 dan tertahan ukuran ayakan X4
M5 = Berat fraksi yang lolos ukuran ayakan X4 dan tertahan ukuran ayakan X5
M5 = Berat fraksi yang lolos ukuran ayakan X5

Ukuran yang digunakan untuk menentukan ukuran rata-rata partikel padat didunia
industri atau perdagangan dan juga untuk menghitung ukuran umpan dan produk dari
peralatan reduksi ukuran adalah ukuran 80% lolos dan ukuran 66,7% lolos. Artinya
kalau partikel padat diayak pada ukuran tersebut yang lolos jumlahnya 80% atau
66,7%., tetapi yang sering digunakan ukuran 80% lolos.

Grafik Hasil Analisa Ayak


1. Grafik %lolos kumulatif vs ukuran
2. Grafik %tertahan kumulatif vs ukuran
Misal : Y1 = 4% Y2= 8% Y3 = 15% Y4 =20% Y5=25% Y6 = 28%

Tabel 3.3 Hasil Analisa Ayak

17
Pemisahan Mekanik
Ukuran %Lolos %Lolos %Tertahan %Tertahan
mm Individu Kumulatif Individu Kumulatif
+ 0,297 4 - 4 4
-0,297+0,250 8 96 8 12
-0,250+0,210 15 88 15 27
-0,210+0,177 20 73 20 47
-0,177+0,149 25 53 25 72
-0,149 28 28 - -

120

100

80
%lolos kumulatif

60
Y-Values

40

20

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Ukuran Ayakan (mm)

Gambar 3.2 Grafik Analisa Ayak Ukuran vs %Lolos Kumulatif

18
Pemisahan Mekanik
80

70

60
% Tertahan Kumulatif

50

40
Y-Values
30

20

10

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Ukuran Ayakan (mm)

Gambar 3.3 Grafik Analisa Ayak Ukuran vs %Tertahan Kumulatif

Dari grafik Analisa Ayak Ukuran 80%Lolos = 0,225 mm

Contoh Soal Gabungan Grinding Dan Sizing

Material Hematit dengan indek kerja 12,68 kWh/Ton dengan laju umpan 100 Ton/jam
di reduksi ukurannya dengan Ball Mill dilanjutkan dengan pengayakan seperti pada
diagram dibawah ini :

Fresh Feed Feed Ball Mill Produk Ball Mill

(FF) (F) (PB)

Recycle(R) Ayakan

Produk Ayakan (PA)

Data Hasil Analisa Ayak dari Feed (F) dan Produk Ball Mill adalah sebagai berikut :

19
Pemisahan Mekanik
Tabel 3.4 Hasil Analisa Ayak Feed Dan Produk

Ukuran Feed Produk


(mm) (%) (%)
+2 10 0
-2 + 1 30 20
-1 + 0,5 40 10
- 0,5 20 70

a. Berapa Energi (E) dan Daya (P) yang dibutuhkan ?


b. Hitung berapa besar Produk Ayakan (PA), Recycle (R) dan Fresh Feed (FF) bila
Produk Ball Mill diayak pada ukuran lubang ayakan 1 mm dan efisiensi ayakan
75%?

Penyelesaian :

Tabel 3.5 Analisa Ayak Feed

Ukuran (%) % Lolos % Lolos


(mm) Berat Individu Kumulatif
+2 10 - -
-2 +1 30 30 90
-1 + 0,5 40 40 60
- 0,5 20 20 20

100
90
80
70
%lolos kumulatif

60
50
40 Y-Values

30
20
10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Ukuran (mm)

Gambar 3.4 Grafik Hasil Analisa Ayak Feed

20
Pemisahan Mekanik
Dari grafik ukuran Feed 80% lolos = XF = 1,6 mm = 1600µm

120

100

80
% Lolos Kumulatif

60
Y-Values

40

20

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Ukuran (mm)

Gambar 3.5 Grafik Hasil Analisa Ayak Feed

Dari grafik ukuran Produk 80% lolos =XP = 1 mm = 1000µm

Ei = 12,68 kWh/Ton T = 100 Ton/jam

𝑷 𝟏 𝟏 𝒌𝑾𝒉
a. = 𝑬 = 𝟏𝟎 𝑬𝒊 [ − ]
𝑻 √𝑿𝑷 √𝑿𝑭 𝑻𝒐𝒏

𝑷 𝟏 𝟏 𝒌𝑾𝒉
= 𝑬 = 𝟏𝟎 (𝟏𝟐, 𝟔𝟖) [ − ]
𝑻 √𝟏𝟎𝟎𝟎 √𝟏𝟔𝟎𝟎 𝑻𝒐𝒏
𝑷 𝒌𝑾𝒉
= 𝑬 = 𝟎, 𝟖𝟒
𝑻 𝑻𝒐𝒏
Daya, P (kW)
𝑻𝒐𝒏 𝒌𝑾𝒉
𝑷 = 𝑻 𝑬 = 𝟏𝟎𝟎 𝒙 𝟎, 𝟖𝟒 𝑻𝒐𝒏 = 𝟖𝟒 𝒌𝑾
𝒋𝒂𝒎

21
Pemisahan Mekanik
b. Produk Ball Mill diayak pada ukuran 1 mm dengan efisiensi ayakan 75%.

Klasifikasi Produk Ball Mill pada ukuran 1 mm

+1 mm = 20% = 20 Ton/jam
-1 mm = 80% = 80 Ton/jam
Produk Ball Mill sebagai Umpan Ayakan

Undersize dalam Umpan(-1mm) = 80 Ton/jam


𝑼𝒏𝒅𝒆𝒓𝒔𝒊𝒛𝒆 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌 𝒍𝒐𝒍𝒐𝒔
𝑬𝒇𝒊𝒔𝒊𝒆𝒏𝒔𝒊 𝑨𝒚𝒂𝒌 = 𝒙𝟏𝟎𝟎%
𝑼𝒏𝒅𝒆𝒓𝒔𝒊𝒛𝒆 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝑼𝒎𝒑𝒂𝒏

Produk Ayakan=Undersize dalam Produk lolos

Produk Ayakan = PA= 75% x 80 =60 Ton/jam

Recycle = (-1mm dari umpan yang tidak lolos)+ (+1mm dari umpan)

Klasifikasi Recycle pada ukuran 1 mm :

-1mm = 80 – 60 = 20 Ton/jam
+1mm = 20 Ton/jam

Recycle = R = (80-60) + 20 = 40 Ton/jam

Klasifikasi Feed Ball Mill pada ukuran 1 mm

+1 mm = 40% = 40 Ton/jam
-1 mm = 60% = 60 Ton/jam

Fresh Feed (FF) = Feed (F) – Recycle (R) = 100 – 40 = 60 Ton/jam


Atau
Fresh Feed = Produk Ayakan = 60 Ton/jam

Klasifikasi Fresh Feed pada ukuran 1 mm

-1mm = (-1mm dari Feed) – (-1mm dari Recycle) = 40 – 20 = 20 Ton/jam


+1mm = (+1mm dari Feed) – (+1mm dari Recycle) = 60 – 20 = 40 Ton/jam

3.4 Peralatan Ayak

Ada berbagai macam ayakan yang digunakan untuk berbagai tujuan tertentu, tetapi
hanya beberapa jenis saja yang akan dibahas disini. Pada kebanyakan ayakan, partikel-
partikel itu jatuh melalui bukaan(lobang) dengan gaya gravitasi, dalam beberapa
rancangan tertentu partikel didorong melalui ayakan dengan sikat atau dengan gaya
sentrifugal. Partikel-partikel kasar jatuh dengan mudah melalui lobang besar didalam

22
Pemisahan Mekanik
permukaan stasioner, tetapi partikel-partikel halus digetarkan dengan vibrator atau
diayunkan melingkar dengan girasi secara mekanik atau elektrik.

Jenis Peralatan Ayakan

1. Ayakan skala laboratorium (Sieve)

1. Hand sieve
2. Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive
3. Sieve shaker / rotap
4. Wet and dry sieving

2. Ayakan skala industri (Screen)

1. Stationary grizzly
2. Roll grizzly
3. Sieve bend
4. Revolving screen
5. Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.)
6. Shaking screen
7. Rotary shifter

Ayakan Stasioner Grizzly

Adalah ayakan yang dibuat dari batangan-batangan logam sejajar yang dipasang pada
rangka stasioner yang miring. Kemiringan dan lintasan bahan itu sejajar dengan panjang
batangan. Umpan kasar yang keluar dari pemecah primer, masuk pada ujung atas kisi.
Bongkah-bongkah besar akan menggelinding atau meluncur menuju pengeluaran
dibagian ekor dan bongkah-bongkah kecil jatuh kebawah menuju kolektor. Jarak antara
batangan sekitar 2-8 in.

Ayakan Girasi.

Hampir semua ayakan menghasilkan fraksi-fraksi berukuran kasar dan halus, yang kasar
dikel;uarkan dahulu dan yang halus kemudian. Cara ini dapat dilihat dari ayakan datar
girasi (gyrating flat screen). Alat ini terdiri dari beberapa tingkat ayakan. Ayakan
paling kasar ditempatkan paling atas, sedangkan yang paling halus paling bawah.
Campuran partikel dijatuhkan pada ayakan teratas dan diayunkan melingkar dengan
girasi untuk mendistribusikan partikel melalui lobang ayakan.

Ayakan Vibrasi

Ayakan ini digetarkan dengan cepat dengan amplitude kecil lebih sulit membuka lobang
daripada ayakan girasi. Vibrasi dapat digerakkan secara mekanik dan elektrik. mekanik
ditransmisikan dari eksentrik berkecepatan tinggi ke ayakan
Berikut ini gambar beberapa jenis ayakan yang sering digunakan dalam industri kecil
ataupun industri besar.

23
Pemisahan Mekanik
Gambar 3.1 Ayakan Grizzly Gambar 3.3 Ayakan Vibrasi

Gambar 3.2 Ayakan Girasi Gambar 3.4 Sieve Ben

Gambar 3.5 Sieve Shaker

24
Pemisahan Mekanik
BAB IV
SEDIMENTASI

Tujuan Pembelajaran Umum

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pemisahan partikel dalam fluida menjadi fraksi


masing-masing, berdasarkan kecepatan pengendapan (kecepatan terminal) dengan
proses sedimentasi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pemisahan campuran partikel padat dengan
menggunakan fluida menjadi fraksi-fraksi murni dan campuran berdasarkan
perbedaan kecepatan pengendapan (kecepatan terminal) dengan proses sedimentasi.

Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pemisahan partikel dalam fluida


menjadi fraksi masing-masing, berdasarkan kecepatan pengendapan (kecepatan
terminal) dengan proses sedimentasi.
2. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pemisahan campuran partikel padat
dengan menggunakan fluida menjadi fraksi-fraksi murni dan campuran
berdasarkan perbedaan kecepatan pengendapan (kecepatan terminal) dengan proses
sedimentasi.

4.1 Pendahuluan

Sedimentasi adalah suatu proses pemisahan solid-liquid menggunakan pengendapan


secara gravitasi untuk memisahkan zat padat (suspended solid) atau tersuspensi non
koloidal dalam fluida (fluida yang biasa digunakan air). Cara yang sederhana adalah
dengan membiarkan padatan mengendap dengan sendirinya. Setelah partikel-partikel
mengendap, maka air yang jernih dapat dipisahkan dari padatan yang semula
tersuspensi di dalamnya. Cara lain yang lebih cepat dengan melewatkan air pada sebuah
bak dengan kecepatan tertentu sehingga padatan terpisah dari aliran air tersebut dan
jatuh ke dalam bak pengendap. Kecepatan pengendapan partikel yang terdapat di air
tergantung pada berat jenis, bentuk dan ukuran partikel, viskositas air dan kecepatan
aliran dalam bak pengendap. Pada dasarnya terdapat dua jenis alat sedimentasi yaitu
jenis rectangular dan jenis circular. Proses sedimentasi dapat dikelompokkan dalam tiga
klasifikasi, bergantung dari sifat padatan di dalam suspensi:

1. Discrete (free settling)


Kecepatan pengendapan dari partikel-partikel discrete adalah dipengaruhi oleh gravitasi
dan gaya geser yang didefinisikan sebagai Homogenizer Equalizer Settler.

2. Flocculant
Kecepatan pengadukan dari partikel-partikel meningkat, setelah adanya penggabungan
diantara partikel-partikel

25
Pemisahan Mekanik
3. Hindered/Zone settling
Kecepatan pengendapan dari partikel-partikel di dalam suspensi dengan konsentrasi
padatan melebihi 500 mg/l.

Pada umumnya sedimentasi digunakan pada pengolahan air minum, pengolahan air
limbah, dan pada pengolahan bahan galian dari hasil penambangan. Pada pengolahan air
minum proses sedimentasi khususnya digunakan untuk:

1. Pengendapan air permukaan, untuk pengolahan dengan saringan pasir.


2. Pengendapan flok hasil koagulasi/flokulasi, khususnya sebelum disaring dengan
saringan pasir.
3. Pengendapan flok hasil penurunan kesadahan menggunakan soda-kapur.
4. Pengendapan lumpur pada pemisahan besi dan mangan.

Pada pengolahan air limbah, proses sedimentasi digunakan :

1. Pemisahan grit, pasir atau silt.


2. Pemisahan padatan pada clarifier yang pertama.
3. Pemisahan flok/lumpur biologi hasil proses activated sludge, pada clarifier a
4. Pemisahan humus pada clarifier akhir setelah trickling filter.

Pada pengolahan bahan galian hasil penambangan , proses sedimentasi digunakan pada
pengolahan bijih logam (ores) untuk memisahkan konsentrat logam (mineral) dari
pengotornya. Prinsip proses sedimentasi pada pengolahan air minum, pengolahan air
limbah, dan pengolahan bahan galian adalah sama, begitu juga metode dan
peralatannya. Bak sedimentasi pada umumnya dibangun dari bahan beton bertulang
dengan bentuk lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Bak berbentuk lingkaran
umumnya berdiameter 10,7-45,7 meter dengan kedalamannya 3-4,3 meter. Bak
berbentuk bujur sangkar pada umumnya mempunyai panjang sisi 10-70 meter dengan
kedalaman 1,5-6 meter. Bak berbentuk segi empat pada umumnya mempunyai panjang
sampai 76 m dan lebarnya 1,5-6 meter dengan kedalaman 1,8 meter.

4.2 Proses Pengendapan Berdasarkan Gerakan Partikel Melalui Fluida


Banyak metode separasi mekanik yang didasarkan atas gerakan partikel zat padat atau
tetesan zat cair melalui fluida. Fluida dapat berbentuk gas atau zat cair dan dapat berada
dalam keadaan mengalir atau keadaan diam. Dalam beberapa situasi, tujuan proses itu
untuk memisahkan partikel dari arus fluida atau untuk memisahkan pengotor yang
terdapat di dalam fluida atau untuk memisahkan partikel, sebagaimana dalam
pembersihan udara atau gas buang terhadap debu dan uap racun dari air limbah.Dalam
kondisi tertentu, partikel itu sengaja disuspensikan di dalam fluida supaya dapat
dipisahkan fraksi-fraksi yang berbeda ukuran atau densitasnya, kemudian fluida
dibersihkan, untuk digunakan kembali, dari partikel yang telah difraksinasi.Prinsip
mekanika-partikel yang mendasari operasi ini ialah jika partikel itu mulai dari keadaan
diam terhadap fluida tempat partikel itu terendam, lalu bergerak melalui fluida itu
karena gaya-gaya luar, gerakan itu dapat dibagi menjadi dua tahap.

26
Pemisahan Mekanik
 Tahap pertama merupakan satu periode singkat di mana terjadi percepatan,
kecepatan meningkat dari nol sampai kecepatan terminal.
 Tahap kedua ialah periode di mana partikel itu berada dalam kecepatan
terminalnya.

Oleh karena periode percepatan awal itu singkat saja, biasanya per puluhan detik saja
atau kurang, pengaruh percepatan awal itu pendek pula. Kecepatan terminal, di lain
pihak, dapat dipertahankan selama partikel masih mengalami perlakuan di dalam alat.
Metode yang paling lazim, hanya menggunakan periode kecepatan terminal saja.

Gaya-gaya yang bekerja pada partikel:

a. Gaya gravitasi, 𝑭𝒈 = 𝒎 𝒈 (1)


𝒎𝒈𝝆
b. Gaya tekan keatas fluida (Bouyant Force), 𝑭𝒃 = 𝝆 (2)
𝑷
𝑪𝑫 𝒗𝟐 𝝆 𝑨
c. Gaya gesek (Drag Force), 𝑭𝑫 = (3)
𝟐

Dimana: m = massa partikel 𝜌 = densitas fluida


𝜌p = densitas partikel v = kecepatan pengendapan linier
A = luas proyeksi partikel CD = koefisien gesek

Partikel

Fb FD

Fg

Gambar 4.1 Pergerakan partikel dalam fluida

𝒅𝒗
∑ 𝑭 = 𝑭 𝒈 − 𝑭𝒃 − 𝑭𝑫 = 𝒎 𝒂 = 𝒎
𝒅𝒕
(4)

𝒅𝒗 𝒎𝐠𝝆 𝐂𝐃 𝒗𝟐 𝝆𝑨
𝒎 =𝒎𝒈− −
𝒅𝒕 𝝆𝒑 𝟐
(5)

Pada kecepatan terminal, vt

27
Pemisahan Mekanik
𝒅𝒗 𝒅𝒗 𝒎𝐠𝝆 𝐂𝐃 𝒗𝟐 𝝆𝑨
= 𝟎 → 𝒎 𝒅𝒕 = 𝟎 = 𝒎 𝒈 − −
𝒅𝒕 𝝆𝒑 𝟐

𝒎 𝒈𝝆 𝟐 𝟐𝒎𝒈 𝝆𝒑 𝝆 𝟐 𝒎𝒈 (𝝆𝒑 −𝝆)


𝒗𝟐𝒕 = (𝒎𝒈 − ) = ( − )=
𝝆𝒑 𝑪𝑫 𝝆 𝑨 𝑪𝑫 𝝆 𝑨 𝝆𝒑 𝝆𝒑 𝑪𝑫 𝝆𝑨 𝝆𝒑

𝟐 𝒎𝒈 (𝝆𝒑 −𝝆)
𝒗𝒕 = √ 𝑪𝑫 𝝆 𝑨 𝝆𝒑
(6)
Untuk partikel bentuk bola :

𝝅 𝑫𝟑𝒑 𝝆𝒑 𝝅𝑫𝟐𝒑 𝟐 𝝅 𝑫𝟑𝒑 𝝆𝒑 𝒈 (𝝆𝒑 −𝝆)


𝒎= 𝑨= 𝒗𝒕 = √ 𝝅𝑫𝟐
𝟔 𝟒 𝒑
𝟔 𝑪𝑫 𝝆 𝝆𝒑
𝟒

𝟒 𝑫𝑷 𝒈 (𝝆𝒑 −𝝆)
𝒗𝒕 = √ 𝟑 𝑪𝑫 𝝆
(7)

Bilangan Reynold NRe,P Untuk Gerakan Partikel Dalam Fluida

𝑫𝒑 𝒗𝒕 𝝆
𝑵𝑹𝒆,𝒑 = µ
(8)

Dimana: Dp= diameter partikel µ = viskositas fluida

Harga Bilangan Reynold, NRe,p Untuk Daerah (Zone) pengendapan :

• Daerah Laminer NRe,p < 1


• Daerah Transisi 1 > NRe,p < 1000
• Daerah Turbulen NRe,p > 1000 >200000

Pengendapan Di Daerah Laminer

Untuk pengendapan didaerah laminar, maka koefisien gesek, CD ,

𝟐𝟒
𝑪𝑫 = 𝑵
𝑹𝒆
(9)

28
Pemisahan Mekanik
𝟒 𝑫𝑷 𝒈 (𝝆𝒑 −𝝆) 𝟒𝒈𝑫𝒑 (𝝆𝒑 −𝝆) 𝟒𝒈𝑫𝒑 (𝝆𝒑 −𝝆)
𝒗𝒕 = √ =√ 𝟐𝟒 =√ 𝟐𝟒
𝟑 𝑪𝑫 𝝆 𝟑 𝝆 𝟑𝑫 𝒗𝝆𝝆
𝑵𝑹𝒆 𝒑 𝒕
µ

𝒈𝑫𝟐𝒑 (𝝆𝒑 −𝝆) 𝒈 𝑫𝟐𝒑 (𝝆𝒑 −𝝆)


𝒗𝒕 = √ 𝒗𝒕 𝒗𝟐𝒕 = 𝒗𝒕
𝟏𝟖 µ 𝟏𝟖 µ

𝒈 𝑫𝟐𝒑 (𝝆𝒑 −𝝆)


𝒗𝒕 = 𝟏𝟖 µ
( 10 )

Untuk Pengendapan Di Daerah Turbulen, CD = 0,44, maka:

𝟒 𝑫𝑷 𝒈 (𝝆𝒑 −𝝆) 𝟒 𝑫𝑷 𝒈 (𝝆𝒑 −𝝆)


𝒗𝒕 = √ = √
𝟑 𝑪𝑫 𝝆 𝟑 (𝟎,𝟒𝟒) 𝝆

𝟑,𝟎𝟑 𝑫𝑷 𝒈 (𝝆𝒑 −𝝆) 𝑫𝑷 𝒈 (𝝆𝒑 −𝝆)


𝒗𝒕 = √ = 𝟏, 𝟕𝟒√
𝝆 𝝆
( 11 )
Contoh Soal-1

Tetesan minyak bentuk bola dengan diameter (Dp) 20µm (2x10-5m) berada dalam udara.
Densitas minyak (𝜌p) 900 kg/m3. Pada temperatur 37,8oC dan tekanan 101,3 kPa
densitas udara (𝜌) 1,137 kg/m3 dan viskositasnya (µ) 1,9x10-5 Pa.s g =10 m/s2
Berapa kecepatan terminal (vt) tetesan minyak tersebut dalam udara ?

Penyelesaian:

DP = 2x10-5m 𝜌p = 900 kg/m3 𝜌 = 1,137 kg/m3 µ = 1,9x10-5Pa.s g = 10 m/s2

Metode-1 : Menggunakan asumsi pengendapan di daerah laminar, maka :

𝒈 𝑫𝟐𝒑 (𝝆𝒑 −𝝆) 𝟏𝟎(𝟐𝒙𝟏𝟎−𝟓 )𝟐 (𝟗𝟎𝟎−𝟏,𝟏𝟑𝟕)


𝒗𝒕 = = = 𝟎, 𝟎𝟏 𝒎/𝒔
𝟏𝟖 µ 𝟏𝟖𝒙𝟏,𝟗𝒙𝟏𝟎−𝟓

Cek, NRe,p

29
Pemisahan Mekanik
𝑫𝒑 𝒗𝒕 𝝆 (𝟐𝒙𝟏𝟎−𝟓 )(𝟎,𝟎𝟏)(𝟏,𝟏𝟑𝟕)
𝑵𝑹𝒆,𝒑 = = = 𝟎, 𝟎𝟐 < 1 (𝑨𝒔𝒖𝒎𝒔𝒊 𝑩𝒆𝒏𝒂𝒓)
µ 𝟏,𝟗𝒙𝟏𝟎−𝟓

Metode-2 : Dengan menggunakan grafik CD vs NRe

𝟒 𝑫𝑷 𝒈 (𝝆𝒑 −𝝆) 𝟒 (𝟐𝒙𝟏𝟎−𝟓 )(𝟏𝟎) (𝟗𝟎𝟎−𝟏,𝟏𝟗𝟕)


𝒗𝒕 = √ =√
𝟑 𝑪𝑫 𝝆 𝟑 𝑪𝑫 (𝟏,𝟏𝟗𝟕)

𝟎,𝟐𝟏𝟎𝟖
𝑪𝑫 = ( 12 )
𝒗𝟐𝒕

𝑫𝒑 𝒗𝒕 𝝆 (𝟐𝒙𝟏𝟎−𝟓 )(𝒗𝒕 )(𝟏, 𝟏𝟗𝟕)


𝑵𝑹𝒆,𝒑 = =
µ 𝟏, 𝟗𝒙𝟏𝟎−𝟓

𝑵𝑹𝒆,𝒑 = 𝟏, 𝟐 𝒗𝒕 ( 13 )

𝟎,𝟐𝟏𝟎𝟖 𝟎,𝟐𝟏𝟎𝟖
Trial-1, vt = 1 m/s 𝑪𝑫 = = = 𝟎, 𝟐𝟏𝟎𝟖
𝒗𝟐𝒕 𝟏𝟐
𝑵𝑹𝒆,𝒑 = 𝟏, 𝟐 𝒗𝒕 = 𝟏, 𝟐 (𝟏) = 𝟏, 𝟐

Koordinat-1 (NRe,p , CD) = (1,2 , 0,2108)


𝟎,𝟐𝟏𝟎𝟖 𝟎,𝟐𝟏𝟎𝟖
Trial-2, vt = 0,1 m/s 𝑪𝑫 = = = 𝟐𝟏, 𝟎𝟖
𝒗𝟐𝒕 𝟎,𝟏𝟐
𝑵𝑹𝒆,𝒑 = 𝟏, 𝟐 𝒗𝒕 = 𝟏, 𝟐 (𝟎, 𝟏) = 𝟎, 𝟏𝟐

Koordinat-2 (NRe,p , CD) = (0,12 , 21,08)

30
Pemisahan Mekanik
Koordinat-1 dan Koordinat-2 di plot pada grafik CD vs NRe dalam skala
logaritma

Titik Potong
100000
CD vs NRe

10000

CD
1000

(0,12 , 21,08)

100
24
10 (1,2 , 0,2108)

1
0,44

0,01 0,1 1 10 100 1000 10000 100000

NRe =0,012 NRe

Gambar 4.2 Penyelesaian contoh-1 dengan metode grafik CD vs NRe


𝑵𝑹𝒆 𝟎,𝟎𝟏𝟐
Dari grafik CD vs NRe didapat NRe = 0,012 → 𝒗𝒕 = = = 𝟎, 𝟎𝟏 𝒎/𝒔
𝟏,𝟐 𝟏,𝟐

4.3 Hindered Settling

Untuk aliran hindered settling, kecepatan pengendapan lebih kecil dari perhitungan
dari persamaan hukum Stokes’. Gaya gesek partikel terhadap fluida menjadi lebih
besar, karena fluidanya berupa suspensi. Viskositas suspensi menjadi lebih besar,
karena merupakan campuran liquid dan padatan dengan viskositas µm. Besarnya
viskositas campuran sama dengan viskositas liquid dibagi dengan faktor koreksi, ψP.
µ
µ𝒎 = ( 14 )
𝝍𝑷
Dimana : ψP = faktor koreksi viskositas yang tidak berdimensi:

𝟏
𝝍𝑷 = ( 15 )
𝟏𝟎𝟏,𝟖𝟐(𝟏−𝜺)

31
Pemisahan Mekanik
Densitas fasa fluida yang merupakan suspense (slurry),m menjadi :

𝝆𝒎 = 𝜺 𝝆 + (𝟏 − 𝜺)𝝆𝑷 ( 16 )

Perbedaan densitas partikel dan fluida menjadi :

𝝆𝑷 − 𝝆𝒎 = 𝝆𝑷 − [𝜺𝝆 + (𝟏 − 𝜺)𝝆𝑷 ] = 𝜺(𝝆𝑷 − 𝝆) ( 17 )

Kecepatan terminal, vt sesui dengan hokum Stokes’ menjadi :

𝒈 𝑫𝟐𝒑 (𝝆𝒑 −𝝆𝒎 )𝜺 𝒈 𝑫𝟐𝒑 𝜺 (𝝆𝒑 −𝝆)𝜺 𝒈 𝑫𝟐𝒑 (𝝆𝒑 −𝝆)


𝒗𝒕 = = = (𝜺𝟐 𝝍𝑷 ) ( 18 )
𝟏𝟖 µ𝒎 𝟏𝟖 µ/𝝍𝑷 𝟏𝟖 µ

Bilangan Reynold, NRe,p menjadi :

𝑫𝑷 𝒗𝒕 𝝆𝒎 𝑫𝑷 𝒈 𝑫𝟐𝑷 (𝝆𝒑 −𝝆)𝝆𝒎 𝒈 𝑫𝟑𝒑 (𝝆𝒑 −𝝆)𝝆𝒎 𝜺 𝝍𝟐𝑷


𝑵𝑹𝒆,𝒑 = = µ
(𝜺𝟐 𝝍𝑷 ) = ( 19 )
µ𝒎 𝜺 ( )𝟏𝟖 µ 𝜺 𝟏𝟖 µ𝟐
𝝍𝑷

Contoh-2

Hitung kecepatan terminal dari bola gelas dengan diameter 1,554x10-4m dalam air pada
temperature 20oC. Slurry mengandung 60% berat padatan. Densitas gelas, 𝜌P =2467
kg/m3.

Penyelesaian:

Densitas air = 𝜌 = 998 kg/m3, viskositas air = µ = 1 x 10-3 Pa.s


Fraksi volume ε dari liquid:

𝟒𝟎/𝟗𝟗𝟖
𝜺 = 𝟒𝟎 𝟔𝟎 = 𝟎, 𝟔𝟐𝟐
+
𝟗𝟖 𝟐𝟒𝟔𝟕

Densitas slurry, 𝜌m:

𝝆𝒎 = 𝜺𝝆 + (𝟏 − 𝜺)𝝆𝑷 = 𝟎, 𝟔𝟐𝟐(𝟗𝟗𝟖) + (𝟏 − 𝟎, 𝟔𝟐𝟐)(𝟐𝟒𝟔𝟕) = 𝟏𝟓𝟓𝟑 𝒌𝒈/𝒎𝟑


𝟏 𝟏
𝝍𝑷 = 𝟏𝟎𝟏,𝟖𝟐(𝟏−𝜺) = 𝟏𝟎𝟏,𝟖𝟐(𝟏−𝟎𝟔𝟐𝟐) = 𝟎, 𝟐𝟎𝟓

Asumsi pengendapan didaerah laminar, NRep< 1

𝒈𝑫𝟐𝒑 (𝝆𝒑 −𝝆)


𝒗𝒕 = (𝜺𝟐 𝝍𝑷 )
𝟏𝟖 µ

𝟐
𝟏𝟎(𝟏,𝟓𝟓𝟒𝐱𝟏𝟎−𝟒 ) (𝟐𝟒𝟔𝟕−𝟗𝟗𝟖)
𝒗𝒕 = (𝟎, 𝟔𝟐𝟐𝟐 )(𝟎, 𝟐𝟎𝟓) = 𝟏, 𝟓𝟐𝟓𝒙𝟏𝟎−𝟑 𝒎/𝒔
𝟏𝟖 (𝟏𝟎−𝟑 )

𝑫𝑷 𝒗𝒕 𝝆𝒎 𝑫𝑷 𝒗𝒕 𝝆𝒎 (𝟏,𝟓𝟓𝟒𝐱𝟏𝟎−𝟒 )(𝟏,𝟓𝟐𝟓𝒙𝟏𝟎−𝟑 )(𝟏𝟓𝟓𝟑)


𝑵𝑹𝒆,𝒑 = = = = 𝟎, 𝟏𝟐𝟏
µ𝒎 𝜺 µ/𝝍𝑷 𝜺 (𝟏𝟎−𝟑 /𝟎,𝟐𝟎𝟓)(𝟎,𝟔𝟐𝟐)

32
Pemisahan Mekanik
(Asumsi benar)

4.4 Perbedaan Kecepatan Pengendapan (Differensial Settling Velocity) Dan


Pemisahan Padatan Dengan Klasifikasi

Bila campuran partikel A dan B dengan densitas 𝜌PA dan 𝜌PB dan ukuran Dp1 – Dp4
berada dalam fluida dengan densitas 𝜌, maka :

 Partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan paling besar akan mengendap


lebih dahulu
 Partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan yang sama akan mengendap
bersama-sama
 Partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan paling kecil akan mengendap
paling akhir

Bila 𝜌PA > 𝜌PB , maka dapat digambarkan dalam grafik hubungan antara ukuran
partikel ( Dp) dan kecepatan pengendapan (Vt) sebagai berikut :
VtA4
A
VtA3=VtB4 B
Vt
VtA2
VtA1=VtB2

VtB1

Dp1 Dp2 Dp3 Dp4


Dp
Gambar 4.3 Pengendapan dan pemisahan dari material A dan B

 Partikel A murni akan dipisahkan pada ukuran Dp3 - Dp4 (DpA3 - DpA4)
(Partikel A ukuran Dp3 - Dp4 kecepatan pengendapannya paling besar)

33
Pemisahan Mekanik
 Partikel A dengan ukuran Dp1-Dp3 dan partikel B dengan ukuran Dp2-Dp4 akan
mengendap bersama-sama (Kecepatan pengendapannya sama, VtA1=VtB2 dan
VtA3=VtB4 )
 Partikel B murni akan dipisahkan pada ukuran Dp1 – Dp2 (DpB1 – DpB2)
(Partikel B ukuran Dp1 – Dp2 kecepatan pengendapannya paling kecil)

Untuk partikel A dan B yang mempunyai kecepatan pengendapan yang sama (VtA1 =
VtB2 dan VtA3 = VtB4 ), maka :

Untuk partikel bentuk bola di daerah laminar (didaerah Hukum Stoke’s), berlaku VtA1 =
VtB2, maka :

𝒈 𝑫𝟐𝒑𝑨𝟏 (𝝆𝒑𝑨 −𝝆) 𝒈 𝑫𝟐𝒑𝑩𝟐 (𝝆𝒑𝑩 −𝝆)


𝒗𝒕𝑨𝟏 = 𝒗𝒕𝑩𝟐 =
𝟏𝟖 µ 𝟏𝟖 µ

𝒈 𝑫𝟐𝒑𝑨𝟏 (𝝆𝒑𝑨 −𝝆) 𝒈 𝑫𝟐𝒑𝑩𝟐 (𝝆𝒑𝑩 −𝝆)


VtA1 = VtB2 → =
𝟏𝟖 µ 𝟏𝟖 µ
𝟏/𝟐
𝑫𝟐𝒑𝑨𝟏 𝝆𝒑𝑩 −𝝆 𝑫𝒑𝑨𝟏 𝝆𝒑𝑩 −𝝆
= =[ ] ( 20 )
𝑫𝟐𝒑𝑩𝟐 𝝆𝒑𝑨 −𝝆 𝑫𝒑𝑩𝟐 𝝆𝒑𝑨 −𝝆

𝒈 𝑫𝟐𝒑𝑨𝟑 (𝝆𝒑𝑨 −𝝆) 𝒈 𝑫𝟐𝒑𝑩𝟒 (𝝆𝒑𝑩 −𝝆)


𝒗𝒕𝑨𝟑 = 𝒗𝒕𝑩𝟒 =
𝟏𝟖 µ 𝟏𝟖 µ

𝒈 𝑫𝟐𝒑𝑨𝟑 (𝝆𝑨 −𝝆) 𝒈 𝑫𝟐𝒑𝑩𝟒 (𝝆𝒑𝑩 −𝝆)


VtA3 = VtB4 → =
𝟏𝟖 µ 𝟏𝟖 µ
𝟏/𝟐
𝑫𝟐𝒑𝑨𝟑 𝝆𝒑𝑩 −𝝆 𝑫𝒑𝑨𝟑 𝝆𝒑𝑩 −𝝆
= =[ ] ( 21 )
𝑫𝟐𝒑𝑩𝟒 𝝆𝒑𝑨 −𝝆 𝑫𝒑𝑩𝟒 𝝆𝒑𝑨 −𝝆

Untuk partikel bentuk bola di daerah turbulen (didaerah Newtonian)

𝟒𝒈𝑫𝒑𝑨𝟏 (𝝆𝒑𝑨 −𝝆) 𝟒𝒈𝑫𝒑𝑩𝟐 (𝝆𝒑𝑩 −𝝆)


𝒗𝒕𝑨𝟏 = √ 𝒗𝒕𝑩𝟐 = √
𝟑 𝑪𝑫𝑨𝟏 𝝆 𝟑 𝑪𝑫𝑩𝟐 𝝆

𝟒𝒈𝑫𝒑𝑨𝟏 (𝝆𝒑𝑨 −𝝆) 𝟒𝒈𝑫𝒑𝑩𝟐 (𝝆𝒑𝑩 −𝝆)


vtA1 = vtB2 → √ = √
𝟑 𝑪𝑫𝑨𝟏 𝝆 𝟑 𝑪𝑫𝑩𝟐 𝝆

𝑪𝑫𝑨𝟏 = 𝑪𝑫𝑩𝟐 = 𝟎, 𝟒𝟒, maka :


𝟏
𝑫𝒑𝑨𝟏 𝝆𝒑𝑩 −𝝆 𝑫𝒑𝑨𝟏 𝝆𝒑𝑩 −𝝆
= =[ ] ( 22 )
𝑫𝒑𝑩𝟐 𝝆𝒑𝑨 −𝝆 𝑫𝒑𝑩𝟐 𝝆𝒑𝑨 −𝝆

34
Pemisahan Mekanik
𝟒𝒈𝑫𝒑𝑨𝟑 (𝝆𝒑𝑨 −𝝆) 𝟒𝒈𝑫𝒑𝑩𝟐 (𝝆𝒑𝑩 −𝝆)
𝒗𝒕𝑨𝟑 = √ 𝒗𝒕𝑩𝟒 = √
𝟑 𝑪𝑫𝑨𝟑 𝝆 𝟑 𝑪𝑫𝑩𝟒 𝝆

𝟒𝒈𝑫𝒑𝑨𝟑 (𝝆𝒑𝑨 −𝝆) 𝟒𝒈𝑫𝒑𝑩𝟒 (𝝆𝒑𝑩 −𝝆)


VtA3 = VtB4 → √ = √
𝟑 𝑪𝑫𝑨𝟑 𝝆 𝟑 𝑪𝑫𝑩𝟒 𝝆

𝑪𝑫𝑨𝟑 = 𝑪𝑫𝑩𝟒 = 𝟎, 𝟒𝟒, maka :


𝟏
𝑫𝒑𝑨𝟑 𝝆𝒑𝑩 −𝝆 𝑫𝒑𝑨𝟑 𝝆𝒑𝑩 −𝝆
= =[ ] ( 23 )
𝑫𝒑𝑩𝟒 𝝆𝒑𝑨 −𝝆 𝑫𝒑𝑩𝟒 𝝆𝒑𝑨 −𝝆

Contoh-3: Pengendapaan di daerah laminer, NRe<1


Campuran bijih logam Galena dan Silika dengan ukuran 5,2 x 10-6 m – 2,5 x 10-5 m
akan dipisahkan dengan Hydroclassifier. Densitas Galena 7500 kg/m3, densitas Silika
2650 kg/m3. Densitas air 1000 kg/m3 dan viskositasnya 10-3 Pa. s. Percepatan
gravitasi ( g ) = 10 m/s2. Pada ukuran berapa Galena dan Silika dipisahkan ?

Penyelesaian:

Ukuran Galena Dan Silika :


Ukuran terkecil : Dp1 = 5,2 x 10-6m. Ukuran terbesar : Dp4 = 2,5 x 10-5m
Densitas Galena = 𝜌pA = 7.500 kg/m3 Densitas Silika = 𝜌pB= 2.650 kg/m3
Densitas Air = 𝜌 = 1.000 kg/m3 Viskositas Air =µ = 1 cp = 10-3 Pa. s g = 10 m/s2
Asumsi Partikel B dengan ukuran Dp4 mengendap (settling) didaerah laminer,
maka :
DpB4 = Dp4 = 2,5 x 10-5m
𝒈 𝑫𝟐𝒑𝑩𝟒 (𝝆𝑷𝑩 − 𝝆)
𝒗𝒕𝑩𝟒 =
𝟏𝟖 µ
𝟐
𝟏𝟎(𝟐,𝟓𝒙𝟏𝟎−𝟓 ) (𝟐.𝟔𝟓𝟎−𝟏.𝟎𝟎𝟎)
𝒗𝒕𝑩𝟒 = = 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟔 𝒎/𝒔
𝟏𝟖 (𝟏𝟎−𝟑 )

Cek, NRe untuk DpB4


𝑫𝒑𝑩𝟒 𝒗𝒕𝑩𝟒 𝝆 (𝟐,𝟓𝒙𝟏𝟎−𝟓 )(𝟎,𝟎𝟎𝟎𝟔)(𝟏𝟎𝟎𝟎)
𝑵𝑹𝒆,𝒑 = = = 𝟎. 𝟎𝟏𝟓 < 1 → 𝑨𝒔𝒖𝒎𝒔𝒊 𝑩𝒆𝒏𝒂𝒓
µ 𝟏𝟎−𝟑

𝑫𝒑𝑨𝟑 𝝆𝒑𝑩 −𝝆 𝟏/𝟐


= [𝝆 ]
𝑫𝒑𝑩𝟒 𝒑𝑨 −𝝆

𝑫𝒑𝑨𝟑 (𝟐𝟔𝟓𝟎−𝟏𝟎𝟎𝟎)
= [(𝟕𝟓𝟎𝟎−𝟏𝟎𝟎𝟎)]𝟏/𝟐 → 𝑫𝒑𝑨𝟑 = 𝟏, 𝟐𝟔𝒙𝟏𝟎−𝟓 𝒎
𝟐,𝟓𝒙𝟏𝟎−𝟓

35
Pemisahan Mekanik
𝒗𝒕𝑨𝟏 = 𝒗𝒕𝑩𝟐 𝒅𝒂𝒏 𝑫𝒑𝑨𝟏=𝑫𝒑𝟏 =𝟓,𝟐𝒙𝟏𝟎−𝟔 𝒎

𝑫𝒑𝑨𝟏 𝝆𝒑𝑩 −𝝆 𝟏/𝟐


= [𝝆 ]
𝑫𝒑𝑩𝟐 𝒑𝑨 −𝝆

𝟓,𝟐𝒙𝟏𝟎−𝟔 (𝟐𝟔𝟓𝟎−𝟏𝟎𝟎𝟎) 𝟏/𝟐


=[ ] → 𝑫𝒑𝑩𝟐 = 𝑫𝒑𝟐 = 𝟏, 𝟎𝟑𝒙𝟏𝟎−𝟓 𝒎
𝑫𝒑𝑩𝟐 (𝟕𝟓𝟎𝟎−𝟏𝟎𝟎𝟎)

1. Galena (A) murni dipisahkan pada ukuran Dp3-Dp4=1,26x10-5m-2,5x10-5m


2. Campuran Galena(A) dan Silika(B) akan dipisahkan pada ukuran:
Galena(A) pada ukuran Dp1-Dp3=5,2x10-6m-1,26x10-5m
Silika(B) pada ukuran Dp2-Dp4=1,03x10-5m-2,5x10-5m
3. Silika(B) murni dipisahkan pada ukuran Dp1-Dp2=5,2x10-6m-2,5x10-5m

Contoh-4: Pengendapaan di daerah laminar dan transisi


Campuran bijih Galena dan Silika dengan ukuran 6 x 10-5 m – 8 x 10-4 m akan
dipisahkan dengan Hydroclassifier. Densitas Galena 7500 kg/m3, densitas Silika 2650
kg/m3. Densitas air 1000 kg/m3 dan viskositasnya 10-3 Pa. s. Percepatan gravitasi ( g )
= 10 m/s2. Pada ukuran berapa Galena dan Silika dipisahkan ?
Penyelesaian :
Ukuran Galena Dan Silika :
Ukuran terkecil : Dp1 = 6 x 10-5m. Ukuran terbesar : Dp4 = 8 x 10-4m
Densitas Galena = 𝜌pA = 7.500 kg/m3 Densitas Silika = 𝜌pB= 2.650 kg/m3
Densitas Air = 𝜌 = 1.000 kg/m3 Viskositas Air =µ = 1 cp = 10-3 Pa. s g = 10 m/s2
Asumsi Partikel B dengan ukuran Dp4 mengendap didaerah laminer, maka :
DpB4 = Dp4 = 8 x 10-4m
𝒈 𝑫𝟐𝒑𝑩𝟒 (𝝆𝑷𝑩 − 𝝆) 𝟏𝟎 ((𝟖𝒙𝟏𝟎−𝟒 )𝟐 (𝟐. 𝟔𝟓𝟎 − 𝟏. 𝟎𝟎𝟎)
𝒗𝒕𝑩𝟒 = 𝒗𝒕𝑩𝟒 = = 𝟎, 𝟓𝟖𝟕𝒎/𝒔
𝟏𝟖 µ 𝟏𝟖 (𝟏𝟎−𝟑 )
𝑫 𝒗𝒕𝑩𝟒 𝝆 (𝟖𝒙𝟏𝟎−𝟒 )(𝟎,𝟓𝟖𝟕)(𝟏.𝟎𝟎𝟎)
Cek : NRe,p 𝑵𝑹𝒆,𝒑 = = = 𝟒𝟔𝟗 > 𝟏 (𝑨𝒔𝒖𝒎𝒔𝒊 𝑺𝒂𝒍𝒂𝒉)
µ 𝟏𝟎−𝟑
Menghitung Dp2 :
Asumsi partikel A dengan ukuran Dp1 mengendap didaerah laminer, maka :
DpA1 = Dp1 = 6 x 10-5m
𝒈 𝑫𝟐𝒑𝑨𝟏 (𝝆𝑷𝑨 −𝝆) 𝟏𝟎 (𝟔𝒙𝟏𝟎−𝟓 )(𝟕.𝟓𝟎𝟎−𝟏.𝟎𝟎𝟎)
𝒗𝒕𝑨𝟏 = 𝒗𝒕𝑨𝟏 = = 𝟎, 𝟎𝟏𝟑𝒎/𝒔
𝟏𝟖 µ 𝟏𝟖 (𝟏𝟎−𝟑 )
𝑫 𝒗𝒕𝑨𝟏 𝝆 (𝟔𝒙𝟏𝟎−𝟓 )(𝟎,𝟎𝟏𝟑)(𝟏.𝟎𝟎𝟎)
Cek : NRe,p 𝑵𝑹𝒆,𝒑 = = = 𝟎, 𝟕𝟖 < 1 (𝐴𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟)
µ 𝟏𝟎−𝟑
𝒗𝒕𝑨𝟏 = 𝒗𝒕𝑩𝟐
𝟎.𝟓
𝑫𝒑𝑩𝟐 𝝆𝒑𝑨 −𝝆 𝑫𝒑𝑩𝟐 𝟕.𝟓𝟎𝟎−𝟏.𝟎𝟎𝟎 𝟎.𝟓
= [𝝆 ] = [𝟐.𝟔𝟓𝟎−𝟏.𝟎𝟎𝟎] → DpB2 = Dp2 = 1,19 x 10-4 m
𝑫𝒑𝑨𝟏 𝒑𝑩 −𝝆 𝟔𝒙𝟏𝟎−𝟓

36
Pemisahan Mekanik
Menghitung Dp3 :
𝟒 𝒈 𝑫𝒑𝑩𝟒 (𝝆𝑷𝑩 −𝝆) 𝟒 (𝟏𝟎) (𝟖𝒙𝟏𝟎−𝟒 )(𝟐𝟔𝟓𝟎−𝟏𝟎𝟎𝟎) 𝟎,𝟎𝟏𝟕𝟔
𝒗𝒕𝑩𝟒 = √ 𝒗𝒕𝑩𝟒 = √ =
𝟑 𝑪𝑫𝑩𝟒 𝝆 𝟑 𝑪𝑫𝑩𝟒 (𝟏𝟎𝟎𝟎) 𝑪𝑫𝑩𝟒

𝟎,𝟎𝟏𝟕𝟔
𝑪𝑫𝑩𝟒 = ( 24 )
𝒗𝟐𝒕𝑩𝟒
Bilangan Reynold partikel B ukuran Dp4, NRe,p :

𝑫𝒑𝑩𝟒 𝒗𝒕𝑩𝟒 𝝆 (𝟖𝒙𝟏𝟎−𝟒 )𝒗𝒕𝑩𝟒 (𝟏𝟎𝟎𝟎)


𝑵𝑹𝒆,𝒑 = = = 𝟖𝟎𝟎 𝒗𝒕𝑩𝟒 ( 25 )
µ 𝟏𝟎−𝟑

𝟎,𝟎𝟏𝟕𝟔 𝟎,𝟎𝟏𝟕𝟔
𝑻𝒓𝒊𝒂𝒍 − 𝟏 ∶ 𝒗𝒕𝑩𝟒 = 𝟎, 𝟏 𝒎/𝒔 𝑪𝑫𝑩𝟒 = = = 𝟏, 𝟕𝟔
𝒗𝟐𝒕𝑩𝟒 𝟎,𝟏𝟐
𝑵𝑹𝒆,𝒑 = 𝟖𝟎𝟎 𝒗𝒕𝑩𝟒 = 𝟖𝟎𝟎(𝟎, 𝟏) = 𝟖𝟎
Didapat koordinat-1 : ( NRe,p , CDB4)=(80 , 1,76)
𝟎,𝟎𝟏𝟕𝟔 𝟎,𝟎𝟏𝟕𝟔
𝑻𝒓𝒊𝒂𝒍 − 𝟐 ∶ 𝒗𝒕𝑩𝟒 = 𝟏 𝒎/𝒔 𝑪𝑫𝑩𝟒 = = = 𝟎, 𝟎𝟏𝟕𝟔
𝒗𝟐𝒕𝑩𝟒 𝟏𝟐
𝑵𝑹𝒆,𝒑 = 𝟖𝟎𝟎 𝒗𝒕𝑩𝟒 = 𝟖𝟎𝟎(𝟏) = 𝟖𝟎𝟎
Didapat koordinat-2 : ( NRe,p , CDB4)=(800 , 0,0176)

Koordinat-1 dan koordinat-2 di plot pada grafik skala logaritma : NRe vs CD


10000

CD vs NRe
1000

CD
100

24 (80, 1,76)
10 Titik Potong

1 (800 , 0,0176)
0,44

0,1

0,01

0,01 0,1 1 10 100 1000 10000 100000

37
Pemisahan Mekanik
NRe NRe = 140

Gambar 4.4 Penyelesaian contoh-4 dengan metode grafik CD vs NRe

Dari grafik CD vs NRe didapat NRe = 140 CD = 0,6


𝟏𝟒𝟎
𝑵𝑹𝒆,𝒑 = 𝟖𝟎𝟎 𝒗𝒕𝑩𝟒 = 𝟏𝟒𝟎 → 𝒗𝒕𝑩𝟒 = = 𝟎, 𝟏𝟕𝟓 𝒎/𝒔
𝟖𝟎𝟎

𝟎,𝟎𝟏𝟕𝟔 𝟎,𝟎𝟏𝟕𝟔 𝟎,𝟓


𝑪𝑫𝑩𝟒 = = 𝟎, 𝟔 → 𝒗𝒕𝑩𝟒 = [ ] = 𝟎, 𝟏𝟕𝟓 𝒗𝒕𝑩𝟒 = 𝒗𝒕𝑨𝟑 , maka :
𝒗𝟐𝒕𝑩𝟒 𝟎,𝟓𝟕

𝟒 𝒈 𝑫𝑷𝑨𝟑 (𝝆𝑷𝑨 −𝝆) 𝟒 (𝟏𝟎) 𝑫𝑷𝑨𝟑 (𝟕𝟓𝟎𝟎−𝟏𝟎𝟎𝟎)


𝒗𝒕𝑨𝟑 = √ = 𝟎, 𝟏𝟕𝟓 → 𝟎, 𝟏𝟕𝟓 = √
𝟑 𝑪𝑫𝑨𝟑 𝝆 𝟑 𝑪𝑫𝑨𝟑 (𝟏𝟎𝟎𝟎)

𝑪𝑫𝑩𝟑 = 𝟐𝟖𝟑𝟎 𝑫𝑷𝑨𝟑 ( 26 )


𝑫 𝒗 𝝆 𝑫 (𝟎,𝟏𝟕𝟓) (𝟏𝟎𝟎𝟎)
𝑵𝑹𝒆,𝒑 = 𝑷𝑨𝟑 µ 𝒕𝑨𝟑 = 𝑷𝑨𝟑 𝟏𝟎−𝟑 = 𝟏𝟕𝟓𝟎𝟎𝟎 𝑫𝑷𝑨𝟑 ( 27 )

Trial-1: DPA3= 1x10-4m → 𝑪𝑫𝑩𝟑 = 𝟐𝟖𝟑𝟎 𝑫𝑷𝑨𝟑 = 𝟐𝟖𝟑𝟎 (𝟏𝒙𝟏𝟎−𝟒 ) = 𝟎, 𝟐𝟖𝟑


𝑵𝑹𝒆,𝒑 = 𝟏𝟕𝟓𝟎𝟎𝟎 𝑫𝑷𝑨𝟑 = 𝟏𝟕𝟓𝟎𝟎𝟎 ((𝟏𝒙𝟏𝟎−𝟒 ) = 𝟏𝟕, 𝟓
Didapat koordinat-1 : ( NRe,p , CDB4)=(17,5 , 0,283)

Trial-2: DPA3= 5x10-4m → 𝑪𝑫𝑩𝟑 = 𝟐𝟖𝟑𝟎 𝑫𝑷𝑨𝟑 = 𝟐𝟖𝟑𝟎 (𝟓𝒙𝟏𝟎−𝟒 ) = 𝟏, 𝟒𝟏𝟓


𝑵𝑹𝒆,𝒑 = 𝟏𝟕𝟓𝟎𝟎𝟎 𝑫𝑷𝑨𝟑 = 𝟏𝟕𝟓𝟎𝟎𝟎 ((𝟓𝒙𝟏𝟎−𝟒 ) = 𝟖𝟕, 𝟓
Didapat koordinat-2 : ( NRe,p , CDB4)=(87,5 1,415)
Koordinat-1 dan Koordinat-2 di plot pada grafik NRe vs CD
10000

CD vs NRe
1000

CD
100

24 (87,5 , 1,415)
10 Titik Potong

1 (17,5 , 0,283)
0,44

0,1

38
Pemisahan Mekanik
0,01

0,01 0,1 1 10 100 1000 10000 100000

NRe NRe = 55,7

Gambar 4.5 Penyelesaian contoh-5 dengan metode grafik CD vs NRe

𝟓𝟓,𝟕
𝑵𝑹𝒆,𝒑 = 𝟏𝟕𝟓𝟎𝟎𝟎 𝑫𝑷𝑨𝟑 = 𝟓𝟓, 𝟕 → 𝑫𝑷𝑨𝟑 = 𝑫𝑷𝟑 = 𝟏𝟕𝟓𝟎𝟎𝟎 = 𝟑, 𝟏𝟖𝒙𝟏𝟎−𝟒 𝒎

𝟎, 𝟗
𝑪𝑫𝑩𝟑 = 𝟐𝟖𝟑𝟎 𝑫𝑷𝑨𝟑 = 𝟎, 𝟗𝟏 → 𝑫𝑷𝑨𝟑 = 𝑫𝑷𝑨 = = 𝟑, 𝟏𝟖𝒙𝟏𝟎−𝟒 𝒎
𝟐𝟖𝟑𝟎

1. Galena (A) murni dipisahkan pada ukuran Dp3-Dp4=1,26x10-5m-2,5x10-5m


2. Campuran Galena(A) dan Silika(B) akan dipisahkan pada ukuran:
Galena(A) pada ukuran Dp1-Dp3=5,2x10-6m-1,26x10-5m
Silika(B) pada ukuran Dp2-Dp4=1,03x10-5m-2,5x10-5m
3. Silika(B) murni dipisahkan pada ukuran Dp1-Dp2=5,2x10-6m-2,5x10-5m

4.5 Sedimentasi Kontinyu

Pada proses sedimentasi kontinyu waktu detensi (t) adalah sebesar volume basin (V)
dibagi dengan laju alir (Q).

𝑸
𝒕= ( 28 )
𝑽

Overflow rate (Vo) menggambarkan besarnya kecepatan pengendapan adalah fungsi


dari laju alir (Q) dibagi dengan luas permukaan basin (Ap).

𝑸
𝑽𝟎 = 𝑨 ( 29 )
𝑷

Laju linier (V0) mengambarkan besarnya kecepatan horizontal adalah fungsi dari laju
alir (Q) dibagi dengan luas area tegak lurus aliran.

Ketinggian tangki sedimentasi (H) adalah besarnya kecepatan pengendapan Overlow


rate (V0) dikalikan waktu detensi (t).

𝑯 = 𝑽𝟎 𝒕 ( 30 )

4.6 Sedimentasi Batch

Mekanisme Sedimentasi Dengan Gaya Gravitasi.

39
Pemisahan Mekanik
Cara yang sederhana adalah dengan membiarkan padatan mengendap dengan
sendirinya. Setelah partikel-partikel mengendap, maka air yang jernih dapat dipisahkan
dari padatan yang semula tersuspensi di dalamnya.

Bila suatu dilute slurry diendapkan dengan gaya gravitasi menjadi cairan bening dan
sedimen (endapan) dengan konsentrasi yang tinggi, prosesnya disebut sedimentasi.

Metode untuk menentukan settling velocity dan mekanisme settling, digunakan batch
settling test menggunakan slurry dengan konsentrasi homogen dalam tabung silinder.
Seperti yang terlihat pada gambar berikut :

B A z0

Constant rate

B B A

z z

C C zi

Dz D z1

t t1

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4.6 : Mekanisme dan hasil sedimentasi secara batch

(a) Suspensi homogen awal (original)


(b) Zone pengendapan setelah beberapa waktu
(c) Pemadatan zone D setelah zone B dan C tidak muncul, berubah menjadi cairan
bening dan padatan
(d) Kurva/grafik tinggi antar permukaan cairan bening (z) vs waktu pengendapan (t)
Pada saat awal dalam tabung silinder terdiri suspensi zone B yang homogen dengan
konsentrasi co (gambar-1a). Partikel dalam zone B mulai mengendap dengan laju
homogen dan muncul cairan bening zone A (gambar-1b). Penurunan tinggi z konstan.
Zone D mulai muncul. Setelah beberapa waktu zone B makin berkurang, diatas zone B
cairan bening zone A makin bertambah, dibawah zone B muncul zone lapisan transisi
C (zone antara B dan D) dan zone D makin bertambah. Setelah pengendapan berakhir

40
Pemisahan Mekanik
zone B dan C tidak muncul lagi (gambar-1c). Terjadi pemadatan zone D dengan
ketebalan zone D dan tinggi cairan bening zone A makin bertambah.

Perhitungan Kecepatan Terminal (Settling Velocity)

Pada gambar.4-6 d adalah grafik/kurve tinggi cairan bening antar permukaan (z) di plot
terhadap waktu pengendapan (t). Ditunjukkan bahwa settling velocity, dimana slope
dari garis, pertama konstan, sampai pada titik kritis C. Settling velocity dihitung dari
gambar koefisien arah dari garis singgung pada gambar-d, pada saat t1, maka :

𝒅𝒛
− 𝒅𝒕 = 𝒗𝒕 ( 31 )

Pada titik dengan tinggi z1 dan zi intersep dari garis singgung kurve :
𝒛𝒊− 𝒛𝟏
𝒗= ( 32 )
𝒕𝟏 −𝟎

Konsentrasi c1 adalah konsentrasi rata-rata suspensi pada tinggi slurry zi , dapat


dihitung dari :

𝒛
c1 zi = c0z0 atau 𝒄𝟏 = [ 𝒛𝟎 ] 𝒄𝟎 ( 33 )
𝒊

Dimana : c0 = konsentrasi awal slurry kg/m3 dan z0 tinggi awal slury (pada t = 0).

4.7 Peralatan Sedimentasi Dengan Gravitasi

a. Alat Pemisah Debu Dan Udara (gambar 4.7)


b. Bak Klasifikasi Dengan Pengendapan Sederhana Secara Gravitasi ( Classifier )
(gambar 4.8)
c. Bak Pengendapan Spitzkasten (gambar 4.9)
d. Tangki Pemisahan Dengan Pengendapan Gravitasi Liquid - Liquid ( Liquid –
Liquid Coalescer Settler ) (gambar 4.10)
e. Tikener (gambar 4.11)

41
Pemisahan Mekanik
Gambar 4.7 Alat Pemisah Debu Dan Udara

Gambar 4.8 Bak Klasifikasi Dengan Pengendapan Sederhana Secara Gravitasi

Gambar 4.9 Bak Pengendapan Spitzkasten

42
Pemisahan Mekanik
Gambar 4.10 Tangki Pemisahan Dengan Pengendapan Gravitasi Solid - Liquid

Gambar 4.11 Tikener

43
Pemisahan Mekanik
BAB V
FILTRASI

Tujuan Pembelajaran Umum

Mahasiswa mampu menjelaskan definisi filtrasi, jenis-jenis dan perolehan filtasi


dan perhitungannya

Tujuan Pembelajaran Khusus

Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan definisi filtrasi, jenis-jenis dan


perolehan filtasi dan perhitungannya

5.1 Pendahuluan

Filtrasi atau penyaringan adalah pemisahan partikel zat padat dari fluida (cair atau gas)
dengan mengalirkan campuran padat fluida (slurry) melalui suatu medium penyaring
yang berlangsung akibat adanya gaya dorong ( driving force) sehingga dihasilkan zat
padat, filtrat atau keduanya (filtrat dan padatan).Dalam industri, proses filtrasi dapat
memisahkan partikel atau padatan dari ukuran partikel yang sangat kecil dalam µm
sampai ukuran partikel yang cukup besar dalam mm.Slurry yang mengalir melalui
medium filter karena adanya gaya dorong antara lain akibat perbedaan tekanan yang
melintasi medium tersebut. Oleh karena itu filter dibagi atas filter yang beroperasi pada
tekanan yang lebih tinggi dari atmmosfir di bagian hulu dan pada tekanan atmosfir yang
beroperasi dibagian hilir atau beroperasi pada tekanan atmosfir dibagian hulu, sedang
dibagian hilir pada tekanan vakum.

Penggunaan proses filtrasi di Industri.

Proses filtrasi untuk industri proses antara lain:

- Industri kertas yaitu untuk proses penyaringan pulp.


- Industry pengolahan air
- Industry kimia a.l: NaOH,

Jenis – jenis Proses Filtrasi.


.
Proses filtrasi dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa criteria.
Proses filtrasi berdasar jumlah padatan dalam slurry dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan yaitu filter klarifikasi (clarifying filter) dan filter ampas (cake filter ).

a. Filter klarififikasi digunakan untuk memisahkan zat padat yang kuantitasnya


kecil dan menghasilkan zat cair atau zat gas yang bersih. Filter klarifikasi juga
dikenal sebagi filter hamparan tebal ( deep bed filter), karena partikel zat padat

44
Pemisahan Mekanik
diperangkap di dalam medium filter dan umumnya tidak ada lapisan zat padat
yang terlihat di permukaan medium filter. Filter klarifikasi untuk zat cair
digunakan untuk pembersihan air dan menggunakan jenis filter kertus (
cartridge) yang berisi elemen filter,yang merupakan sederetan piring logam tipis
dengan diameter antara 3 sampai 10 in tersusun secara vertical dengan jarak
pisah yang sempit satu sama lain. Piring yang tersusun tersebut mempunyai
poros berlubang vertical dan terpasang dalam tabung berbentuk silinder. Zat cair
terkumpul pada bagian atas melalui poros berlubang tersebut sedang padatan
yang terpisah terperangkap diantara piring-piring di dalam filter kertus. Filter
klarifikasi untuk memisahkan campuran berupa koloid menggunakan Ultra filter
dengan membrane yang halus.
b. Filter ampas digunakan untuk memisahkan campuran padatan –cair (slurry)
dengan padatan yang cukup banyak sehingga membentuk ampas dan berfungsi
sebagai penyarinng. Pada awal proses padatan tertahan oleh mediumfilter dan
untuk selanjutnya ampas berfungsi sebagai tahanan ampas yang besarnya
bergantung pada jumlah ampas yang terbentuk.

5.2 Dasar Teori Filtrasi

Penurunan tekanan fluida melalui filter ampas (cake filter), perhatikan gambar berikut :
Medium filter

Slurry Filtrat V m3/s

Cs Kg/m3

dL

Gambar 5.1 Penampang irisan aliran slurry melalui filter


Gambar di atas merupakan penampang / irisan aliran slurry yang melalui filter ampas
dan medium filter dengan luas permukaan A m2, selama waktu t(detik). Selama proses
filtrasi dari awal sampai diperoleh filtrat pada t detik tersebut diperoleh:

- tebal ampas L (m , ft)


- volume filtrat V (m3,ft3)

45
Pemisahan Mekanik
Dengan kecepatan linear filtrat sepanjang arah (yang melalui tebal ampas) tersebut : 
(m/dt ,ft/s) Aliran filtrat yang melalui hamparan ampas dapat digambarkan
(dianalogikan)aliran fluida mengikuti hukum Poiseuile, dengan asumsi terjadi aliran
laminer dalam suatu tabung.
Persamaan Poiseuile untuk aliran laminer dalam tabung lurus adalah sebagai berikut:

𝐏 𝟑𝟐 
= (SI unit) (1)
𝐋 𝐃𝟐
𝐏 𝟑𝟐 
= (British unit)
𝐋 𝒈𝒄 𝐃𝟐

P : penurunan tekanan N/m2 (lbt / ft2)


 : kecepatan linear dalam tabung terbuka m/dt (ft/s)
D : diameter tabung m (ft)
L : panjang / tebal ampas yg terbentuk selama filtrasi m (ft)
 : viscositas larutan Pa/s kg/m.dt (lbm/ft.s)
gc : konstanta gravitasi 32,174 lbm ft/lbf. s2

Persamaan tahanan dalam hamparan partikel menurut Kozeny :


𝐤 𝟏 𝐒𝐨𝟐 (𝟏 − )
𝛂=
𝟑
Untuk aliran laminer dalam hamparan partikel (cake) dapat ditunjukkan hubungan dari
persamaan 1 dan persamaan Kozeny yang dapat digunakan untuk proses-proses filtrasi
dan dituliskan sebagai berikut:

𝐏𝐜 𝐤 𝟏   (𝟏−)𝟐 𝐒𝐨𝟐


= (2)
𝐋 𝟑

k1 = konstanta = untuk partikel secara acak yang dapat diukur dari ukuran dan bentuk
partikel
µ = viskositas filtrat kg/m.dt (lbm/ft.s)
 = kecepatan linear yang melalui luas permukaan filter m/dt (ft/s)
 = porositas cake
L = tebal cake m (ft)
So = luas permukaan spesifik partikel per volume partikel padatan Sp/Vp
Pc = penurunan tekanan dalam ampas N/m2 ( lbf/ ft2)

Untuk satuan British : persamaan (2) sebelah kanan dibagi dengan gc


Pengukuran kecepatan linear yang didasarkan pada luas penampang tanpa cake
/hamparan adalah sebagai berikut:

𝐝𝐕/𝐝𝐭
𝐯= (3)
𝐀

A = luas filter m2 (ft2)


V = volume total filtrat m3 (ft3) selama t detik.

46
Pemisahan Mekanik
Hubungan volume(V) ,massa (m) dan ketebalan cake (L) merupakan neraca
massa.

Neraca massa dapat dituliskan sebagai berikut :

L . A ( 1 -  ) p = Cs (V +  LA) (4)

Cs = banyaknya padatan dalam filtrat


= kg solid / m3 filtrat ( lb / ft3 )
p = density partikel padat dalam cake kg /m3 (lb / ft3 )
Substitusi persamaan 4 untuk mengeliminasi L dengan persamaan (3) dan persamaan
(2) , maka diperoleh :

𝐝𝐯 𝚫𝐏𝐜 𝚫𝐏𝐜
= 𝟐𝛍 = 𝛂 𝛍 𝐂𝐒 𝐕 (5)
𝐀.𝐝𝐭 𝐤 𝟏 (𝟏−𝛆 ) 𝐒𝐨 𝐒
𝛆𝟑 𝛒𝐩 𝐀 𝐀

 = tahanan ampas spesifik m/kg (ft/ lb m)

= k (1 -  ) So2 / 3 p (6)

Untuk tahanan medium filter dianalogikan dengan persamaan (5) dan dapat ditulis
sebagai berikut :

𝐝𝐕 𝚫𝐏𝐟
= (7)
𝐀 𝐝𝐭 𝛍 𝐑𝐦

Rm = tahanan medium filter (m-1) / ft -1


 Pf = penurunan tekanan pada medium filter
Rm berubah menurut penurunan tekanan dan tingkat kebersihan medium filter. Tapi
hanya penting pada tahap awal, sehingga nilainya konstan selama filtrasi .
Bila tahanan ampas dan medium filter tersusun seri, maka persamaan 5 dan 7 dapat
digabung sebagai berikut:

𝐝𝐕 𝚫𝐏
= 𝛂 𝐂 𝐕 (8)
𝐀 𝐝𝐭 𝛍 [ 𝐒 +𝐑 𝐦 ]
𝐀

Δ P = Δ Pc + ΔPf

Volume filtrat dapat pula dihubungkan dengan W (berat cake / ampas kering yang
terkumpul ) dengan hubungan sebagai berikut:

 𝐂𝐱
𝐖 = 𝐂𝐬 . 𝐕 = 𝟏− 𝐦 𝐂𝐱 𝑽 (9)

Cx = fraksi massa padatan dalam slurry


m = perbandingan massa ampas basah dan ampas kering
 = densitas filtrat kg/m3 (lbm / ft3 )

47
Pemisahan Mekanik
Tahanan Ampas Spesifik

Pada persamaan 6 tahanan ampas sebagai fungsi fraksi rongga  dan So. Dengan
melakukan percobaan pada tekanan tetap dengan berbagai penurunan tekanan dapat
diperoleh variasi  terhadap P. Jika  tidak bergantung P, maka lumpur/padatannya
tak mampu mampat dan harga  = 0. Umumnya  meningkat dengan P, karena cake
pada umumnya mampu mampat meskipun dalam jumlah sedikit. Untuk padatan yang
sangat mampu mampat, jika  semakin naik, maka harga P juga naik.

Persamaan empirik untuk  dan P dapat ditulis sebagai berikut :

 = 0 (P )S ( 10 )

0 dan s merupakan tetapan empirik


s = koefisien komprebilitas ampas
= 0 : lumpur tak mampu mampat
= 0,1-0,8 : lumpur mampu mampat

Persamaan Untuk Proses Filtrasi Tekanan Konstan

Persamaan dasar untuk laju filtrasi dalam proses batch, secara umum beroperasi pada
tekanan konstan, sehingga persamaan 8 dapat ditulis dan disusun sebagai berikut :

𝐝𝐭 𝛍  𝐂𝐬 𝛍
= 𝑽+ 𝐑𝐦 ( 11 )
𝐝𝐕 𝐀𝟐 𝐀 (𝚫𝐏)
atau
𝐝𝐭
= 𝐊𝐩. 𝐕 + 𝐁 ( 12 )
𝐝𝐕

𝛍 𝛂 𝐂𝐬
𝐊𝐩 = untuk satuan SI
𝐀𝟐 (𝚫𝐏)
𝛍 𝛂 𝐂𝐬
𝐊𝐩 = 𝐀𝟐 (𝚫𝐏)𝐠 untuk satuan British
𝐜
𝛍 𝐑𝐦
𝐁 = 𝐀 (𝚫𝐏) 𝐠 untuk satuan British
𝑪

Untuk tekanan konstan dengan  konstan dan ampasnya yang bersifat mampu mampat,
maka yang bervariasi adalah V dan t sehingga persamaan (11) bila diintegrasi di dapat :
𝐝𝐭
= 𝐊𝐩 𝐕 + 𝐁
𝐝𝐕
𝒕 𝑽
∫𝟎 𝐝𝐭 = ∫𝟎 ( 𝐊𝐩 𝐕 + 𝐁 ) 𝐝𝐕
𝐊𝐩
𝐭= 𝐕𝟐 + 𝐁 𝐕
𝟐
atau
𝐭 𝐊𝐩
= 𝑽+𝑩 ( 13 )
𝐕 𝟐

Persamaan 13 adalah untuk proses filtrasi pada tekanan tetap dengan melalui medium
filter dan ampas (cake).

48
Pemisahan Mekanik
Persamaan Filtasi Untuk Proses Filtrasi Laju Tetap

Jika filtratnya mengalir pada laju tetap, kecepatan linear akan tetap, dan dapat
dinyatakan sebagai berikut :

𝐝𝐕/𝐝𝐭
𝐯= 𝐀
Atau
𝐝𝐕
𝐯. 𝐀 = 𝐝𝐭

Bila dilakukan integrasi :


v. A = V/t
v = V/At ( 14 )

v = kecepatan linier proses filtrasi


V = volume filtrat
Sedang untuk filtrasi yang hanya melalui tahapan ampas:

𝐝𝐕 𝚫𝐏𝐜
= 𝛂 𝛍 𝐂𝐬 𝐕
𝐀 𝐝𝐭
𝐀

A2 ( ΔPc ) dt = α μ Cs V dV

Bila dilakukan integrasi maka didapat : ΔPc .A2 .t = α μ Cs V2/2

𝚫𝐏𝐜 𝛍 𝐂𝐬 𝐕 𝟐
= ( 15 )
𝛂 𝟐𝐭 𝐀𝟐

Persamaan Filtrasi Kontinu


Dalam filtrasi kontinu (jenis rotary drum vacuum filter): umpan, filtrat dan ampas
bergerak pada kecepatan tetap dan stedi.
Untuk setiap tahap proses pada permukaan filter kondisi sebenarnya adalah bukan
stedi, tapi transien.
Perhatikan proses filtrasi kontinu ppermukaan filter sejak rotary drum filter masuk ke
dalam bak slurry sampai akhir proses; terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut :

a. pembentukan ampas
b. pencucian dan pengeringan
c. pelepasan cake dan
d. tahapan kosong

Untuk rotary drum filter dengan vakum di bagian tengahnya, sehingga cairan filtrate
akan mengalir masuk ke bagian tengah drum dengan menembus medium filter dan
support sambil meninggalkan padatan cake di permukaan medium filter. Cake yang
menempel akan dilepaskan oleh pisau (knife) dan dikumpulkan dalam penampung cake,
sementara itu filtrate mengalir keluar dari bagian poros drum dan dialirkan ke tangki

49
Pemisahan Mekanik
filtrat oleh sebuah pompa. Dalam filtrasi kontinu, tahanan medium filter dapat diabaikan
dibandingkan tahanan ampas, sehingga harga B (yang mengandung besaran Rm) ≈ 0.

Dari persamaan filtrasi untuk tekanan tetap dengan B = 0 adalah sebagai berikut:

𝐝𝐭
= 𝐊𝐩. 𝐕 + 𝐁
𝐝𝐕

jika B = 0

𝐝𝐭
= 𝐊𝐩 𝐕 Bila diintegrasi :
𝐝𝐕

∫ 𝐝𝐭 = 𝐊𝐩 ∫ 𝐝𝐕
𝐊𝐩
𝐭= 𝐕𝟐 ( 16 )
𝟐

Waktu t adalah waktu yang diperlukan membentuk cake. Sedang untuk rotary drum
filter waktu proses untuk satu putaran adalah tc yang merupakan waktu siklus.
Jika bagian yang tercelup slury adalah f dengan membentuk cake seluas A, dan luas
total drum At serta berputar dengan kecepatan putar n, maka besar f (fraksi bagian yang
tercelup slury) adalah:

f = A/At atau f = t/tc atau f = t.n

Persamaan rotary drum filter untuk flow rate pengumpulan filtrate dengan subsitusi
harga Kp pada persamaan 16 dan t= f. tc, sehingga didapat :

𝐕 𝟐.𝐟.𝚫𝐏 𝟎,𝟓
= [𝐭𝐜 µ 𝛂 𝐂𝐬] ( 17 )
𝐀.𝐭𝐜

𝐕 𝟐.𝐟.𝚫𝐏 𝟎,𝟓
𝚽 = 𝐀.𝐭𝐜 = [𝐭𝐜 µ 𝛂 𝐂𝐬]
𝟏 𝟐𝐟.∆𝐏 𝟏
𝚽𝟐 = ( 𝛂 ) ( ) ( 𝐭𝐜 )
µ.𝐂𝐬

Jika disusun ulang untuk membentuk persamaan yang sederhana ,sehingga persamaan
menjadi :
𝟏 𝛂
= 𝐭𝐜 ( 18 )
𝚽𝟐 𝐙

Dimana : Z = 2.f. ∆P/µ.Cs


Pada umumnya laju filtrat berubah dengan semakin tebalnya ampas yang terbentuk.
Hal itu hanya berlaku untuk ampas yang terbentuk cukup tebal dan dalam siklus waktu
yang panjang.
Pada siklus waktu yang pendek, hal tersebut harus memperhatikan adanya tahanan
medium filter sehingga faktor B harus tetap diperhitungkan.
Rumus yang berlaku :

50
Pemisahan Mekanik
𝐤𝐩 𝟐
𝐭 = 𝐟 . 𝐭𝐜 = 𝐕 + 𝐁 .𝐕
𝟐
Dan persamaan flow rate filtrat menjadi:
𝟎,𝟓
𝐑𝐦 𝐑𝐦𝟐 𝐂𝐬 𝛂 .𝚫𝐏.𝐟
𝐕 − [ 𝟐 +𝟐 ]
𝐭𝐜 𝐭𝐜 µ.𝐭𝐜
= ( 19 )
𝐀 .𝐭𝐜 𝛂 𝐂𝐬

Pencucian Ampas Setelah Proses Filtrasi


Perhitungan laju pencucian dengan asumsi bahwa selama proses pencucian kondisi
struktur ampas tidak berpengaruh. Sehingga dianggap berupa ampas dan laju filtrasi
dianggap laju pencucian.
Selama pencucian hubungan konsentrasi terhadap waktu digambarkan sebagai berikut:

a b

c d

waktu (detik)

Gambar 5.2 Hubungan konsentrasi terhadap waktu pencucian

a-b : filtrat yang tertinggal dalam filter, disebut displacement washing. volume zat cair
pencuci = volume filtrat dalam ampas = . A. L
b-c : penurunan yang cepat dari konsentrasi zat cair
c-d : zat terlarut dalam zat cair buangan kecil

Soal latihan.
1. Proses filtrasi slury CaCO3 merupakan campuran CaCO3 dan H2O pada beda
tekanan tetap sebesar 6,7 lbf/in2 menghasilkan filtrat seperti pada tabel sebagai
berikut:

51
Pemisahan Mekanik
Vol.filtrat 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
V (liter)
Waktu 17,3 41,3 72,0 108,3 152,1 201,7
t (s)

Luas total filter 440 cm2, konsentrasi slury adalah 23,5 g/l pada suhu 25°C. Dari
data tersebut hitung tahanan ampas α (ft/lb) dan medium filter Rm( ft-1).
Gunakan data densitas dan viskositas air pada 25°C.

Latihan Filtrasi Kontinu.


Slurry berupa limbah tekstil merupakan campuran partikel pewarna dan H2O difiltrasi
dengan rotary drum filter pada ∆ P = 15 lbf/in2 dan temperature 25°C. Rasio ampas
basah terhadap ampas kering sebesar 1,59 dan perbandingan zat padat dalam slurry (Cx)
=0,13.Fraksi pembentukan ampas sebesar 30% dengan waktu putar drum untuk tiap
siklus 10 menit.Tentukan luas permukaan filter pada proses tersebut, jika tahanan ampas
α = 2,90 x 1010 ft/lb.
Hasil percobaan berupa data sebagai berikut:

Waktu 0 50 180 350 600 850 1000 1400


(s)
Berat 0 5 10 15 20 25 30 35
cake(lb)

52
Pemisahan Mekanik
BAB VI
PEMISAHAN DENGAN GAYA SENTRIFUGAL

Tujuan Pembelajaran Umum

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pemisahan bahan padat dan cair dalam


suspensi dengan bantuan gaya sentrifugal
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pemisahan bahan padat dan gas dalam
campuran padat-gas dengan bantuan gaya sentrifugal

Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pemisahan bahan padat dan


cair dalam suspensi dengan bantuan gaya sentrifugal
2. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pemisahan bahan padat dan
gas dalam campuran padat-gas dengan bantuan gaya sentrifugal

6.1 Pendahuluan
Pengertian Sentrifugasi
Pemisahan sentrifugasi untuk campuran padat-cair, padat-gas, cair-cair yang berbeda
berat jenis dan dalam operasinya dipengaruhi adanya “percepatan sentripetal”, yang
disebabkan adanya gaya sentrifugal menuju ke pusat sumbu putar.
Kegunaan mesin sentrifugal :

- untuk pemisahan padat-cair , padat-gas, cair -cair


- untuk pemisahan cairan yang tidak saling larut dengan density yg berbeda: emulsi
santan, emulsi susu.
- untuk pemisahan makro molekul : virus, spesies-spesies molekuler yang berbeda
ukuran

53
Pemisahan Mekanik
Proses pemisahan padat-cair / padat-gas yang menggunakan proses sentrifugasi
antara lain:

 Pengendapan Sentrifugal (Centrifugal Sedimentation)


 Filtrasi Sentrifugal (Centrifugal Filtration)
 Pemisahan Dengan Cyclone

6.2 Dasar Teori Pemisahan Dengan Gaya Sentrifugal

Gambaran Pemisahan Dengan Gaya Sentrifugal :

Gambar 6.1 Pemisahan sentrifugal

Pada gambar-gambar tersebut, terjadi gaya sentrifugal dan mempunyai percepatan


sentrifugal, yaitu :
ac = r 2 (1)

ac = percepatan sentrifugal (m/dt2 )


r = jarak radial dari pusat putaran (m)
 = kecepatan putar ( rad/det)

sedang gaya sentrifugal Fc yang timbul dari partikel-partikel tersebut adalah :

Fc = m .ac = m.r. 2 SI (2)


Fc = m.r. 2/gc British

dimana : Fc = gaya sentrifugal , Newton (N)


m = massa partikel , gram, kg, lb.

54
Pemisahan Mekanik
Bila  = /r dan  = kecepatan tangensial partikel, sehingga gaya sentrifugal dapat juga
ditulis :
Fc = m.r. (/r)2 = m.2/r (3)

Bila kecepatan putaran dinyatakan dalam sejumlah N putaran per menit. ( N rpm), maka
kecepatan putar dapat ditulis sebagai berikut:

 = 2 N / 60 (4)

N = 60  / 2 r (5)

Substitusi persamaan 4 ke persamaan 2, maka diperoleh gaya sentrifugal :

Fc = 0,01097 m. r. N2 satuan SI ( Newton)


atau
Fc = 0,000341 m.r.N2 satuan British ( lbf)

Pengendapan Sentrifugasi.

Jenis Peralatan pengendapan sentrifugasi.

a. Tubular Bowl Sentrifugasi

Sentrifugasi jenis ini banyak digunakan untuk memisahkan dua fase liquid yang
berbeda, yaitu Liquid fase ringan (L) dan Liquid fase berat (H) dan pemisahan
campuran padatan –cairan.

Gambar 6.2 Skematis Tubular Bowl Sentrifugal

55
Pemisahan Mekanik
Tubular Bowl sentrifugal mempunyai tinggi mangkok b , jari-jari r2 dan mempunyai
permukaan cairan dengan jarak r1 dari pusat sumbu. Umpan berupa campuran
padatan/partikel dan liquid masuk dengan asumsi liquid bergerak ke atas pada
kecepatan yang merata dan partikel pada campuran tersebut bergerak secara radial
dengan kecepatan pengendapan terminal (t). Untuk partikel tertentu ada yang mulai
mengendap pada dasar mangkok dengan jarak rA dari pusat sumbu putar . Untuk proses
pengendapan sentrifugasi terbatas dengan waktu pemisahan, jika partikel yang berada
pada posisi jarak rB dari sumbu rotasi akan keluar bersama zat cair (rB<r2). Untuk
partikel yang berada pada jarak r2 yang berarti rB= r2 maka partikel akan mengendap
pada dinding mangkok. Partikel yang mengendap tersebut mempunyai kecepatan yang
mengikuti kecepatan hukum Stokes’, yaitu kecepatan terminal pengendapan pada
jarak r dan dinyatakan sebagai berikut:

𝟐 𝐫 ( 𝐏 −  ) 𝐃𝟐P
𝒕 = (6)
𝟏𝟖 µ

𝒕 = kecepatan terminal pengendapan (m/s , ft/s)


 = kecepatan putaran (rad/s)
Dp = diameter partikel (mm, cm, m, atau in, ft)
 = densitas liquid ( gr/cm3, kg/m3,lbm/ft3)
p = densitas partikel ( gr/cm3, kg/m3,lbm/ft3 )
µ = viskositas liquid (Pa.s)

jika t = dr/dt , dan di substitusi ke kecepatan terminal persamaan hukum Stoke’s ,


maka di dapat persamaan sebagai berikut:

𝟏𝟖 𝐝𝐫
𝐝𝐭 = 𝟐 (  𝟐 (7)
𝑷 −  ) 𝐃𝑷 𝐫

Bila diintegrasi dengan batas r = rA pada t = 0 dan r = rB pada t = tT


menghasilkan persamaan :

𝟏𝟖 µ
𝐭 𝐓 = 𝟐 (  𝐥𝐧 (8)
𝐩−  )𝐃𝟐𝐏

Waktu tinggal tT besarnya sama dengan volume zat cairan dalam mangkok dibagi
dengan laju alir volumetric (q).

Volume mangkok =  . b. (r22 - r12 ) sehingga waktu tinggal :

 𝐛 (𝐫𝟐𝟐 − 𝐫𝟐𝟐 )
𝐭𝐓 = (9)
𝐪

Bila waktu tinggal di substitusi ke persamaan 8, maka didapat laju volumetrik


pengendapan sentrifugal dengan persamaan sebagai ber:ikut :

56
Pemisahan Mekanik
 𝐛 𝟐 (𝐩 −  ) 𝐃𝟐𝐩 (𝐫 𝟐 −𝐫 𝟐 )
𝟐 𝟏
𝐪= ( 10 )
𝟏𝟖 µ 𝐥𝐧 (𝐫𝐁 /𝐫𝐀 )

Untuk partikel yang mempunyai diameter kritis Dpc dan akan mengendap pada jarak
ditengah antara r1 dan r2 ,dengan demikian jarak yang dicapai partikel sampai dinding
mangkok rB = r2 dan mengendap pada rA = (r1 + r2 ) / 2 , sehingga persamaan
volumetric pengendapan adalah :

 𝐛 𝟐 (𝐩 −  ) 𝐃𝟐𝐩𝐜 (𝐫 𝟐 − 𝐫 𝟐 )
𝟐 𝟏
𝐪𝐂 = 𝟐 𝐫𝟐 ( 11 )
𝟏𝟖 µ 𝐥𝐧( )
𝐫𝟏 +𝐫𝟐

qc adalah laju aliran volumetric yang berhubungan dengan diameter kritis partikel.

Contoh soal.

Larutan viscous glycol mengandung partikel yang mempunyai densitas ρp =


1461kg/m3dipisahkan dengan pengendapan sentrifugasi.Sifat fluida mempunyai
densitas ρ = 801 kg/m3 dan viskositas 100 cp. Peralatan sentrifugasi berbentuk mangkuk
dengan dimensi r2= 0,02225m,tinggi mangkuk= 0,1970 m dan jarak cairan dari pusat
sumbu mangkuk (r1)= 0,00716m.
Pengendapan sentrifugasi tersebut beroperasi dengan jumlah putaran 23000 rpm dan
mempunyai laju pengendapan alir volume q= 2,832 x 10-3 m3/h. Dari data tersebut
tentukan :

- Kecepatan putar ω dan volume mangkuk.


- Laju volumetric kritris qc m3/s
- Diameter kritis partikel dpcµm.

b. Disk Bowl Sentrifugal

Centrifuge jenis ini juga digunakan untuk memisahkan campuran liquid-liquid dengan
densitas fase ringan (L) dan densitas fase berat (H). Sering kali digunakan untuk
memisahkan cairan latex, suspensi, dan cairan minyak pelumas

57
Pemisahan Mekanik
Gambar 6.3 Skematis Disk Bowl Centrifugal

Alat ini terdiri dari tumpukan beberapa disk berbentuk mangkuk dengan diameter
mangkuk 200 – 500 mm yang berputar pada sumbu vertical.Mangkuk tersebut datar
pada bagian dasar dan berbentuk kerucut bagian atas. Umpan masuk dari atas melalui
suatu pipa stasioner ke dalam leher mangkok. Dalam mangkok tersebut jika diputar
maka beberapa disk yang tersusun dengan jarak yang kecil juga berputar. Pada tiap disk
terdapat lubang berpasangan pada jarak ditengah antara poros dan dinding mangkuk.
Lubang-lubang tersebut membentuk saluran untuk dilewati zat cair. Dalam operasinya
zat cair dari umpan masuk ke dalam mangkuk dari bawah, lalu mengalir ke atas melalui
saluran melewati tumpukan disk, sehingga zat cair dengan densitas berat akan terpisah
pada sisi luar sedang zat cair dengan densitas ringan akan terdorong kea rah tengah
mangkuk. Akhirnya cairan ringan terkumpul dan keluar pada saluran bagian atas dan
cairan berat akan mengalir pada saluran bagian bawah.

6.3 Filtrasi Sentrifugal.

Gambar proses filtrasi sentrifugal setelah ampas terbentuk secara skematis sebagai
berikut:

58
Pemisahan Mekanik
Gambar 6.4 Proses filtrasi sentrifugal
Persamaan untuk filtrasi sentrifugal dapat menggunakan persamaan filtrasi tekanan
tetap dengan asumsi pengaruh gravitasi dan perubahan energy kinetik di dalam zat cair
kurang signifikan sehingga dapat diabaikan. Penurunan tekanan yang terjadi dari
gerakan sentrifugal merupakan driving force yang dapat mengalirkan slurry sehingga
zat cair mengalir melalui ampas secara laminar. Pada saat awal proses aliran slurry luas
filter (A) tidak berubah dengan jari –jari karena ampas yang terbentuk sangat tipis
sehingga luas filter dianggap sama dengan luas permukaan dalam mesin sentrifugal
yang mempunyai jari- jari r. Aliran filtrat yang laminer melalui luas filter A mempunyai
kecepatan linier dan dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

𝐝𝐕/𝐝𝐭 𝐪
𝐯= = ( 12 )
𝐀 𝐀

q= laju volumetric filtrat (m3/ s)

Persamaan untuk filtrasi tekanan tetap yang melalui ampas dan medium filter yang telah
kita ketahui adalah :

𝐝𝐕 𝚫𝐏
= 𝛂 .𝐂𝐬 𝐕 ( 13 )
𝐀 𝐝𝐭 (µ +𝐑𝐦)
𝐀

Jika dV/ A.dt = q/A di subsitusi ke persamaan filtrasi tekanan tetap, maka persamaan 12
menjadi :

𝐪 𝚫𝐏
= 𝛂 .𝐂𝐬 .𝐕 ( 14 )
𝐀 µ( +𝐑 𝐦 )
𝐀

Jika dinyatakan dalam hubungan perubahan tekanan sebagai berikut :

59
Pemisahan Mekanik
𝛂 𝐂𝐬 𝐕 𝐑 𝐦
𝚫 𝐏 = 𝐪. µ ( 15 )
𝐀𝟐 𝐀

Ingat massa padatan dalam slurry adalah mc = Cs V . , sehingga persamaan diatas dapat
ditulis sebagai berikut :

𝛂 𝐦𝐜 𝐑𝐦
𝚫𝐏 = 𝐪 µ ( + ) ( 16 )
𝐀𝟐 𝐀

Persamaan dasar penurunan tekanan untuk zat cair adalah :

dp =  .g. dz. ( 17 )

Untuk gaya sentrifugal percepatan gravitasi g= ac=r 2 dan ketinggian zat cair dz = dr,
maka persamaan penurunan tekanan dapat ditulis sebagai berikut:

dp =  . r . 2 dr ( 18 )

Pada proses filtrasi sentrifugal beda tekanan yang terjadi pada jarak r1 dan r2 dengan
melakukan integrasi persamaan 17 , maka diperoleh :

 𝟐 ( 𝐫𝟐𝟐 – 𝐫𝟏𝟐 )
𝚫𝐏= ( 19 )
𝟐

Substitusi ΔP pada persamaan 15 dan persamaan 18 , maka didapat laju volumetrik


sebagai berikut :

 𝟐 ( 𝐫𝟐𝟐 – 𝐫𝟏𝟐 )
𝐪= 𝛂𝐦 𝐑 ( 20 )
𝟐 µ [ 𝟐𝐜 + 𝐦 ]
𝐀 𝐀

dengan A= luas permukaan dalam filter sentrifugal = 2  r2 b


Jika ampas yang terbentuk semakin tebal maka luas permukaan filter akan berubah
sesuai dengan ampas yang terbentuk sehingga laju volumetrik filtrat adalah :

 𝟐 ( 𝐫𝟐𝟐 – 𝐫𝟏𝟐 )
𝐪= 𝛂 𝐦𝐜 𝐑𝐦
( 21 )
𝟐 µ[ + ]
𝐀𝐋 𝐀𝐚 𝐀𝟐

A2 = luas permukaan bagian dalam filtrasi sentrifugal = 2  r2 b


Aa = rata-rata aritmatik luas ampas = (ri + r2)  b
𝟐𝐛(𝐫𝟐 – 𝐫𝐢 )
AL= rata-rata logaritmik luas ampas
𝐥𝐧 𝐫𝟐 / 𝐫𝐢
b = tinggi mesin filtrasi sentrifugal
ri = jarak permukaan ampas dengan pusat sumbu
r1 = jarak permukaan zat cair dengan pusat sumbu

60
Pemisahan Mekanik
r2 = jarak dinding mesin sentrifugal dengan pusat sumbu

Jenis Peralatan Filtrasi Sentrifugal

 Suspended centrifuge batch machine


- beroperasi secara batch / tak kontinu
- mempunyai tabung berlubang (perforasi) dengan diameter tabung 30-48 in (75-
120 cm) dan tinggi 18-30 in (46-75 cm)
- kecepatan putar 600-1800 rpm
- banyak digunakan dalam pengolahan gula
- yang beroperasi 10-30 menit dengan produk padatan 700-4000 lb/j

 Automatic Short Cycle Centrifuge Batch Machine


- Beroperasi secara kontinue untuk satu siklus, yaitu pemasukan umpan, pemutaran,
pembilasan dan pengeluaran.
- diameter 20-42 in (50-120 cm)
- siklus operasi 35-90 detik
- umumnya ukuran partikel > 150 mesh
- kecepatan putar < 4000 rpm

 Continuous Conveyer Filter Centrifuge ( Mesin Sentrifugal Konveyer Kontinu)

- Beroperasi secara kontinu


- Diameter 12-48 in (30-120 cm)
- Kapasitas operasi 50 000 lb padatan/jam

Soal Latihan Perlakuan Mekanik.

Slurry buah merah ( campuran padatan /serbuk dan air) dipisahkan secara filtrasi
kontinu dengan system RDF dan pada pembentukan cake dengan drum yang tercelup
slurry sebesar 35 % yang beroperasi pada perbedaan tekanan 67 kPa dan suhu 25 °.
Perbandingan ampas basah terhadap ampas kering = 2 dan fraksi padatan dalam slurry
adalah 0,191 kg padatan/ kg slurry. Tahanan ampas yang terbentuk = 1,225 x 1011 m/kg.
Jika laju slurry 0,778 kg/s dan waktu filtrasi untuk 1 cycle 250 second, maka tentukan
luas filter yang diperlukan.

Catatan:

Pada proses RDF tersebut Tahanan medium filter Rm diabaikan karena


penyaringan berlangsung dengan cake yang tebal.
Sebuah filter sentrifugal system batch mempunyai dimensi diameter 30 inci dan tinggi
mangkuk 18 inci digunakan menyaring slurry CaCO3 dengan filtrate (berupa air) dan
padatan mempunyai sifat sebagai berikut:

- kondisi operasi pada suhu 25°C


- konsentrasi slurry = Cs = 60 gr/ liter
- Volume zat cair = 2 m3

61
Pemisahan Mekanik
- tebal ampas yang terbentuk = 6 inci
- jumlah putaran mesin = 2000rpm.
- tahanan ampas = 1,1 x 1010m/kg
- tahanan medium filter = 6,4 x 1010 m-1
- pada akhir proses zat cair yang ada mempunyai jari-jari 8 inci dari sumbu
pusat.

Dengan kondisi tersebut :


a. Tentukan luas medium filter(luas tabung) A2, luas ampas logaritma AL,
luas ampas aritmatik Aa dalam m2
b. Hitung laju volumetric q m3/s

6.4 Pemisahan Dengan Cyclone

Separator Siklon (Cyclone Separator) adalah alat yang menggunakan prinsip gaya
sentrifugal dan tekanan rendah karena adanya perputaran untuk memisahkan materi
berdasarkan perbedaan massa jenis dan ukuran.

Prinsip Kerja

 Gas atau aliran fluida diinjeksikan melalui pipa input secara tangensial.
 Bentuk kerucut Siklon menginduksikan aliran gas atau fluida untuk berputar,
menciptakan vortex.
 Partikel dengan ukuran atau kerapatan yang lebih besar didorong ke arah luar
vortex.
 Gaya gravitasi menyebabkan partikel-partikel tersebut jatuh ke sisi kerucut (konis)
menuju tempat pengeluaran.
 Partikel dengan ukuran atau kerapatan yang lebih kecil keluar melalui bagian atas
dari Siklon (bagian Vortex Finder) melalui pusat yang bertekanan rendah.
 Gaya sentrifugal timbul saat partikel di dalam fluida masuk ke puncak Siklon dan
diputar dengan cepat mengarah ke bawah seperti pusaran air, sampai dibagian konis
partikel berat mengarah ke dasar Siklon dan partikel ringan bersama fluida keatas
melalui bagian Vortex Finder.

Komponen Siklon terdiri dari:

 Bagian Silinder
 Bagian Konis (kerucut)
 Bagian Vortex Finder (Pipa outlet bagian atas)
 Bagian Zygot (Pipa outlet bagian bawah).

62
Pemisahan Mekanik
Gambar 6.5 Pemisah Cyclone

Jenis Siklon

 Hydrocyclone
 Aircyclone

Hydrocyclone : adalah suatu alat yang berfungsi untuk memisahkan padatan dari cairan
berdasarkan perbedaan gravitasi setiap komponen dengan gaya sentrifugal.

Aircyclone : adalah suatu alat yang berfungsi untuk memisahkan padatan dari gas/udara
berdasarkan perbedaan gravitasi setiap komponen dengan gaya sentrifugal
Parameter Kunci dari Siklon

Ada 3 parameter terpenting dari sebuah Siklon dalam pemisahan berbagai jenis materi
yakni:

 Cut diameter (dpc)


 Pressure drop (ΔP)
 Overall collection efficiency

Cut Diameter (dpc) : batas diameter partikel yang keluar melalui bagian atas dan
bagian bawah Siklon

dpc = [ 9 µ Bc / 2 A N I ( ρp-ρ ) ]0.5 ( 22 )

Dimana: µ = viskositas, lb/ft.s ( Pa.s)


N = effective number of turns (5-10 untuk Siklon pada umumnya)

63
Pemisahan Mekanik
I = kecepatan fluida masuk, (m/s)
ρp = densitas partikel, (kg/m3)
ρ = densitas fluida, (kg/m3)
Bc= lebar bagian masuk, (m)
A = luas proyeksi partikel (m2)

Pressure Drop (Beda tekan masuk dan keluar Siklon)

ΔP = 0.0027q2 / [kc Dc 2Bc Hc (Lc /Dc )1/3( Zc / Dc )1/3] ( 23 )

Dimana: q = laju alir volum (debit)


kc = faktor diskriptif tanpa dimensi ( dimensionless factor descriptive ) dari
bagian masuk vanes Siklon

Overall Collection Efficiency

Ei = 1- e [-2(C)^1/(2n+2)] ( 24 )

Dimana: c = faktor dimensi Siklon (cyclone dimension factor)


 = parameter impaksi (impaction parameter)

n = eksponen vortex (vortex exponent)

Efisiensi Siklon

Efisiensi Siklon tergantung pada:

 Ukuran partikel
 Diamater Siklon
 Viskositas fluida

Semakin besar ukuran partikel, maka efisiensi Siklon akan semakin meningkat karena
berdasarkan Hukum Stokes, diameter partikel berbanding lurus dengan terminal settling
velocity. Berdasarkan gaya sentrifugal, diameter Siklon berbanding terbalik dengan
gayanya, sehingga semakin kecil diameter Siklon maka semakin besar efisiensinya.
Berdasarkan Hukum Stokes, semakin besar viskositas maka efisiensi Siklon semakin
kecil.

Aplikasi

a. Industri agrikultural:
b. memisahkan partikel debu emisi dari pengolahan kapas, pembersihan tepung,
traktor, pencampuran tepung, dan mesin-mesin agrikultural lainnya.
c. Selain itu juga digunakan dalam pemisahan endapan lumpur dari air sumur, dan
pemisahan lumpur pada minyak tanah serta dalam pengumpulan karbon
d. Industri makanan :

1. memisahkan gumpalan partikel

64
Pemisahan Mekanik
2. memisahkan protein dan zat tepung
3. memisahkan butiran pasir dari gula dalam jus kaleng
4. pemurnian air yang digunakan untuk membersihkan kentang dalam
industri keripik kentang.

6.5 Teori Separator Siklon (Theory For Cyclone Separators)

Diasumsi partikel-partikel masuk Siklon pada kecepatan pengendapan terminal. Ukuran


–ukuran partikel kecil selalu mengikuti hokum Stoke’s. Untuk gerakan sentrifugal
dengan kecepatan radial terminal, vt,R, analog dengan kecepatan pengendapan terminal
sedimentasi, vt, maka :

𝝎𝟐 𝒓 𝑫𝟐𝒑 (𝝆𝒑 −𝝆)


𝒗𝒕,𝑹 = ( 25 )
𝟏𝟖 µ

𝒗 𝒓𝒂𝒅
Dimana : 𝝎 = 𝒕𝒂𝒏 = 𝒌𝒆𝒄𝒆𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒔𝒖𝒅𝒖𝒕 ( 𝒔 )
𝒓
Vtan= kecepatan tangensial partikel pada radius r.
𝒗𝒕𝒂𝒏 𝑔
Substitusi 𝝎 = pada persamaan ( ) dan mengalikan dengan 𝑔, maka :
𝒓

𝒗𝟐𝒕𝒂𝒏 𝒓 𝑫𝟐𝒑 (𝝆𝒑 −𝝆) 𝒈 𝒈𝑫𝟐𝒑 (𝝆𝒑 −𝝆) 𝒗𝟐𝒕𝒂𝒏 𝒗𝟐𝒕𝒂𝒏


𝒗𝒕,𝑹 = 𝒙𝒈 = = 𝒗𝒕 ( 26 )
𝒓𝟐 𝟏𝟖 µ 𝟏𝟖µ 𝒈𝒓 𝒈𝒓

BAB VII
FLUIDISASI

Tujuan Pembelajaran Umum

65
Pemisahan Mekanik
Mahasiswa mampu menjelaskan proses fluidisasi, jenis-jenis peraltan fluidisasi dan
perhitungannya

Tujuan Pembelajaran Khusus

Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan proses fluidisasi, jenis-jenis peraltan


fluidisasi dan perhitungannya

7.1. Pendahuluan

Fluidisasi adalah suatu operasi pengontakan unggun (padatan/partikel) dengan fluida


(zat cair atau gas) sehingga sifat unggun berubah menyerupai fluida yang menimbulkan
beda tekanan dengan pengaruh :

 bentuk, ukuran,densitas dan distribusi partikel


 densitas fluida.

Penggunaan Fluidisasi :

 Untuk proses katalitik cracking di industri minyak ( saat ini banyak


digunakan riser yang dapat memecah komponen minyak )
 Pengeringan zat padat ( fluidized bed drying partikel )
 Regenerasi katalis.
 Teknik ini banyak digunakan di industri kimia dengan penggunaannya yang
meningkat pesat pada decade terakhir ini. Pada proses pembuatan besi (iron
making) fluidisasi merupakan cara alternatif dalam mereduksi bijih
(Fe2O3) menjadi logam (Fe).

Jenis kondisi fluidisasi:

* Fluidisasi yang homogeny


* Channeling ( pengkanalan)
* Slugging ( pergolakan)
* Bubbling (penggelembungan)

7.2 Dasar Teori Fluidisai

Mekanisme fluidisasi menimbulkan beda tekan sesuai dengan bertambahnya kecepatan


superficial aliran fluida digambarkan sebagai berikut:

B D E

66
Pemisahan Mekanik
∆P

Daerah Unggun Diam Daerah Unggun Terfluidakan

Vmf V
Gambar 7.1 Kurva karakteristik fluidisasi ideal

Titik A sampai B merupakan awal proses fluidisasi dengan aliran fluida bentuk laminar
pada kecepatan fluida yang rendah dan beda tekanan yang sebanding dengan kecepatan
fluida. Jika kecepatan fluida dinaikan secara bertahap maka beda tekanan bertambah
dengan semakin bertambahnya kecepatan fluida, kondisi ini partikel saling kontak
secara merata. Pada titik B partikel dalam tabung mulai merenggang dengan
bertambahnya kecepatan fluida,yang meningkatkan beda tekanan sampai ke titik C (
beda tekanan yang terjadi maksimum).
Pada kondisi ini mulai terjadi fluidisasi dengan kecepatan tertentu dan
merupakan kecepatan minimum fluidisasi (vmf).
Pada titik D sampai E dengan kecepatan yang terus bertambah menimbulkan beda
tekanan yang relatif konstan yang merupakan proses fluidisasi . Untuk proses
fluidisasi, karakteristik pertama yang harus diperhatikan adalah kecepatan
minimum fluidisasi.

Persamaan yang berlaku untuk proses-proses aliran fluida dalam hamparan


partikel.

1. Hubungan tinggi partikel (L) dengan porositas ().

Bila fluida mengalir melalui hamparan partikel dalam tabung dengan kecepatan
rendah, partikel belum bergerak dan mempunyai tinggi Lo serta porositas o. Untuk
kecepatan yang bertambah besar, partikel akan bergerak dan tingginya menjadi L1 dan
porositasnya 1.
Jika luas penampang tabung (A) tidak berubah selama fluida mengalir maka hubungan
tinggi partikel dan porositas sebagai berikut:

L0.A (1-0)= L1.A (1-1) atau (1)


L0/ L1 = 1-1/1-0

Untuk partikel yang bergerak pada saat mulai terfluidisasi, maka:

67
Pemisahan Mekanik
- tinggi partikel yang terjadi L1 adalah tinggi minimum fluidisasi (Lmf)
- porositas yang terjadi 1 adalah porositas minimum (mf).

Hubungan tinggi partikel dan porositas minimum adalah :

L0/Lmf = 1- mf/ 1- 0 (2)

Harga porositas pada kondisi awal (0) = 0, sehingga persamaan ( 2 )


menjadi :
L0/Lmf = 1- mf (3)

2. Hubungan beda tekanan (∆P) dengan tinggi partikel (L) dan porositas pada
fluidisasi minimum.

Beda tekanan yang terjadi dalam tabung dengan luas penampang A akan sebanding
dengan massa partikel pada kondisi tinggi dan porositas minimum dikalikan gravitasi
sehingga menghasilkan neraca massa sebagai berikut:

ΔP A = Lmf . A (1- mf) (p-) g (4)

Bila dinyatakan beda tekan per tinggi unggun maka rumus yang berlaku:

ΔP/ Lmf = (1- mf) (p-) g (SI)


ΔP/ Lmf = (1- mf) (p-) g/gc (British) (5)

Dimana :

ΔP = Beda tekan (atm, Pa)


Lmf = tinggi unggun minimum fluidisasi (m)
g = gravitasi (9,8 m/s2)

Persamaan beda tekan untuk partikel yang mempunyai ukuran dan bentuk tertentu,
maka rumus yang berlaku yaitu persamaan "Ergun" sebagai berikut :

𝚫𝐏 𝟏𝟓𝟎 µ 𝐯 (𝟏 −  )𝟐 𝟏, 𝟕𝟓 𝐯 𝟐 (𝟏 −  )
= + (𝟔)
𝐋 𝟐𝐬 𝐃𝟐𝐏 𝟑  𝐒 𝐃𝐏 𝟑

Persamaan "Ergun" dapat digunakan untuk menghitung vmf (kecepatan minimum


fluidisasi) dengan substitusi v = vmf ,  = mf , dan L = Lmf serta subsitusi ΔP/L dengan
persamaan 5 sehingga dihasilkan persamaan :

𝟐
𝟏, 𝟕𝟓 𝐃𝐩𝟐 𝐯𝐦𝐟 𝟐 𝟏𝟓𝟎 (𝟏 − 𝐦𝐟 ) 𝐃𝐩 𝐯𝐦𝐟  𝐃𝐩𝟑  (𝐩 −  ) 𝐠
+ − =𝟎 (𝟕)
𝐒 𝟑𝐦𝐟 µ
𝟐
𝟐𝐬 𝟑𝐦𝐟  µ𝟐

Jika bilangan Reynold untuk fluidisasi pada kecepatan minimum adalah :

68
Pemisahan Mekanik
𝐃𝐩 𝐯𝐦𝐟 
𝐍𝑹𝒆 = (𝟖)
µ

Bila persamaan 7 dinyatakan dalam NRe maka;

𝟐
𝟏, 𝟕𝟓 𝐍𝐑𝐞,𝐦𝐟 𝟏𝟓𝟎 (𝟏 − 𝐦𝐟 ) 𝐍𝐑𝐞,𝐦𝐟 𝐃𝟑𝐏  (𝐏 −  )𝐠
+ − =𝟎
𝐬 𝟑𝐦𝐟 𝟐𝐬 𝟑𝐦𝐟 µ𝟐

Untuk kasus dengan partikel yang mempunyai diameter kecil dan bilangan NRe,mf < 20
maka kecepatan minimum fluidisasi adalah;

𝐃𝟐𝐏 𝐠 (𝐩 − )
𝐕𝐦𝐟 = (𝟗)
𝟏𝟔𝟓𝟎 µ

Untuk partikel dengan diameter yang menghasilkan bilangan NRe,mf > 1000 maka
kecepatan minimum fluidisasi adalah :

Vmf = [ Dp .g ( p - )/ 24,5  ]0,5 ( 10 )

Contoh soal.

Partikel batubara digunakan untuk hamparan proses fluidisasi dengan diameter partikel
= 0,10 mm, faktor bentuk (s) = 0,65 dan
porositas pada kondisi fluidisasi minimum = 0,60. density partikel = 1000kg/m3. untuk
fluidisasi digunakan udara pada suhu 250 C dan tekanan 1 atm. Luas penampang tabung
0,5 m2 dan massa partikel dalam hamparan tabung 500kg.

a. tentukan tinggi minimum saat mulai terfluidisasi.(m)


b. hitung beda tekan pada kondisi fluidisasi minimum (Pa)
c. hitung kecepatan minimum fluidisasi dalam m/s

69
Pemisahan Mekanik
70
Pemisahan Mekanik
71
Pemisahan Mekanik

Anda mungkin juga menyukai