Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FARMAKOGNOSI FITOKIMIA II

TEKNIK EKSTRAKSI MENGGUNAKAN MICROWAVE (GELOMBANG MIKRO)

Disusun oleh:

Arvian Istara NIM 11151020000019

Rizky Nasikha NIM 11161020000031

Adhetria Ramadhanty NIM 11161020000032

Aulia Dini Rahmawati NIM 11161020000041

Dea Nasyahta Della NIM 11161020000042

Saila Salsabila NIM 11161020000050

Adinda Citra Amelia NIM 11161020000076

Adilla Suchi Ananda NIM 11161020000077

Alifia Fauziyyah Haifa NIM 11161020000082

Aanisah NIM 11161020000090

Ulvi Anawati NIM 11161020000091

Muhammad Maftukhin NIM 11161020000094

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

FEBRUARI/2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….…i

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang……………….....................……………………….......................1

1.2. Tujuan…………...............…………………..................……………....................1

1.3. Teori...................………………………….......................…………….…..….......1

BAB II ISI

2.1. EKSTRAKSI BERBANTU GELOMBANG MIKRO (MICROWAVE ASSISTED


EXTRACTION/MAE)
…………………………………………………..…..………………….........…...............................2

2.1.1 Jenis-jenis Microwave Assisted Extraction…………………………………..3

A. Compressed Air Microwave Distillation (CAMD)........……………….....3

B. Microwave Hydrodistillation (MWHD)....................................…………...4

C. Solvent-Free Microwave Extraction (SFME)...............................................5

D. Microwave Hydrodiffusion and Gravity (MHG).......................…...……...7

E. Vacuum Microwave Hydrodistillation (VMHD). ............................……...7

2.1.2Kelebihan dan Kekurangan Microwave Assisted Extraction (MAE) .......................8

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan.....................………………………………….............................…..11

DAFTAR PUSTAKA…...…….......……………………………....................……………...12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Secara alamiah, bahan aktif selalu berada bersama-sama dengan senyawa yang lain di
dalam jaringan dan sel tanaman. Cara untuk mendapatkan senyawa tersebut adalah dengan teknik
ekstraksi. Produk ekstraksi yang dihasilkan dari proses ekstraksi jaringan tanaman dapat berupa
cairan yang tidak murni, semisolid atau serbuk yang diperuntukkan bagi pemakaian luar ataupun
oral.
Pemilihan teknik ekstraksi bergantung pada bagian tanaman yang akan diektraksi dan
bahan aktif yang diinginkan. Oleh karena itu, sebelum ekstraksi dilakukan perlu diperhatikan
keseluruhan tujuan melakukan ekstraksi. Tujuan dari suatu proses ekstraksi adalah untuk
memperoleh suatu bahan aktif yang tidak diketahui, memperoleh suatu bahan aktif yang sudah
diketahui, memperoleh sekelompok senyawa yang struktur sejenis, memperoleh semua metabolit
sekunder dari suatu bagian tanaman dengan spesies tertentu, mengidentifikasi semua metabolit
sekunder yang terdapat dalam suatu mahluk hidup sebagai penanda kimia atau kajian metabolisme.
Adanya perkembangan jaman yang disertai dengan perkembangan teknologi
mengakibatkan terjadi perubahan pada teknik ekstraksi. Ekstraksi yang semula membutuhkan
waktu yang cukup lama dan alat yang banyak, sekarang dapat lebih cepat dengan berbagai macam
teknik modern yang memudahkan proses ekstraksi.

1.2. Tujuan
 Mengetahui bagaimana mekanisme kerja ekstraksi berbantu microwave.
 Mengetahui keuntungan dan kerugian menggunakan teknik ekstraksi tersebut.

1.3. Teori
Ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan yang diperoleh
dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat, menggunakan menstrum yang
cocok, uapkan semua atau hampir semua dari pelarutnya dan sisa endapan atau serbuk diatur untuk
ditetapkan standarnya (Ansel, 1989).
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan
pelarut yang sesuai. Seiring majunya teknologi, metode ekstraksi semakin bertambah. Mulai dari
ekstraksi dengan metode yang sederhana hingga metode yang memiliki lebih banyak
keunggulan/kelebihan dibandingkan dengan metode ekstraksi yang ada sebelumnya. Metode
ekstraksi di antaranya yaitu, Maserasi, Perkolasi, Sokletasi, Destilasi, Fluida Super Kritis,
Microwave, dan Ultrasonik.

Dari beberapa metode ekstraksi di atas, yang dibahas dalam makalah ini adalah ekstraksi
dengan metode Microwave, dimana yang dikenal dengan sebutan Microwave Assisted Extraction
(MAE). MAE merupakan ekstraksi bahan aktif dari suatu bahan baku menggunakan pelarut cair
dengan bantuan gelombang mikro. Ekstraksi bantuan microwave ini terbagi lagi dengan beberapa
jenis metode MAE dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
BAB II
ISI

2.1. EKSTRAKSI BERBANTU GELOMBANG MIKRO (MICROWAVE ASSISTED


EXTRACTION/MAE)
Ekstraksi dengam Microwave ini merupakan teknik ekstraksi untuk mengekstraksi bahan
aktif dari berbagai jenis bahan baku menggunakan pelarut cair yang sesuai dengan bantuan
gelombang mikro. Gelombang mikro merupakan medan elektromagnet dengan rentang frekuensi
300 MHz hingga 300 GHz. Gelombang mikro terdiri dari dua medan yang berosilasi saling tegak
lurus, yaitu medan listrik dan medan magnet. Prinsip pemanasan menggunakan gelombang mikro
adalah didasarkan pada tumbukan secara langsung pada bahan-bahan polar. Beberapa keuntungan
mengekstraksi dengan teknik ini adalah laju pemanasan yang lebih cepat, gradien suhu yang rendah,
ukuran peralatan lebih kecil dan rendemen ekstraksi yang tinggi. Teknik ekstraksi ini lebih selektif
dalam mengekstraksi bahan organik dan organometalik yang berikatan sangat kuat dengan matriks
induknya. Teknik ekstraksi ini juga ramah lingkungan karena menggunakan pelarut dalam jumlah
sedikit. Optimasi ekstraksi dengan metode ini didasarkan pada jenis pelarut, konsentrasi pelarut,
ukuran partikel matriks bagian tanaman, waktu dan daya pembangkit gelombang mikro untuk
meningkatkan kemampuan ekstrak bahan aktif dalam menyumbangkan electron.

MAE merupakan ekstraksi yang memanfaatkan radiasi gelombang mikro untuk


mempercepat ekstraksi selektif melalui pemanasan pelarut secara cepat dan efisien (Jain et al.,
2009). Menurut beberapa hasil penelitian, MAE meningkatkan efisiensi dan efektifitas ekstraksi
bahan aktif berbagai jenis rempah-rempah, tanaman herbal, dan buah-buahan (Calinescu et al.,
2001). Gelombang mikro mengurangi aktivitas enzimatis yang merusak senyawa target (Salas et al.,
2010).

Perpindahan energi dari gelombang mikro pada material dikarenakan oleh mekanisme
dipolar polarization, ionicconduction, dan inuterfacial polarization yang menyebabkan superheating
secara cepat pada material. Jika sebuah molekul terkena radiasi gelombang mikro maka dipole
mencoba untuk mensejajarkan dengan bentuk gelombang mikro. Jika gelombang mikro terus
dipancarkan secara cepat (oscillating), dipole akan secara terus menerus mengikuti gerak gelombang
tersebut. Pergantian orientasi dari molekul tersebut akan menyebabkan gesekan dan akan
menimbulkan panas. Dewasa ini, teknologi mikrowave tidak hanya diaplikasikan pada pengolahan
bahan makanan. Salah satu aplikasi yang saat ini sedang banyak dikaji adalah untuk isolasi minyak
atsiri dari bahan tanaman menggantikan teknologi konvensional seperti distilasi uap
(hydrodistillation), ekstraksi dengan lemak (enfleurage), dan ekstraksi pelarut (solvent extraction)
(Guenther, 1948).

Panas radiasi gelombang mikro memanaskan dan menguapkan air sel bahan. Tekanan pada
dinding sel meningkat. Akibatnya, sel membengkak (swelling). Tekanan mendorong dinding sel
dari dalam, meregangkan, dan memecahkan sel tersebut (Calinescu et al., 2001). Rusaknya matrik
bahan mempermudah senyawa target keluar dan terekstraksi (Jain et al., 2009). Menurut Mandal et
al. (2007), radiasi gelombang mikro pada kulit jeruk terbukti meningkatkan tingkat kerusakan sel
dan jumlah pektin terlarut.
Hal ini memungkinkan ekstraksi bahan kering dengan MAE karena masih terdapat
beberapa sel bahan yang mengandung air (moisture) dalam jumlah sangat kecil. Perusakan sel
semakin efektif dengan penggunaam pelarut bernilai faktor disipasi
tinggi (Kaufmann dan Christen, 2002). Namun, penggunaan suhu tinggi tidak aplikatif untuk
senyawa target termolabil. (Calinescu et al., 2001) Untuk melindungi senyawa target yang tidak
stabil pada panas, digunakan pelarut transparan terhadap gelombang mikro seperti heksana dan
klorofom (Mandal et al., 2007).

Suhu tinggi radiasi gelobang mikro menghidrolisis ikatan eter pada konstituen dinding sel
tanaman, yaitu selulosa. Dalam waktu yang singkat, selulosa berubah menjadi fraksi terlarut. Suhu
tinggi pada dinding sel bahan juga meningkatkan dehidrasi selulosa dan menurunkan kekuatan
mekanis selulosa. Akibatnya, pelarut lebih mudah mengakses senyawa target dalam sel. Dalam
studi kerusakan sel akibat berbagai metode ekstraksi terhadap tembakau, metode MAE
menunjukkan tingkat kerusakan sel yang lebih tinggi dibanding metode ekstraksi refluksasi panas
(heat-reflux) akibat kenaikan suhu dan tekanan dalam sel secara signifikan (Mandal et al., 2007).

Migrasi ion terlarut akibat radiasi gelombang mikro memudahkan penetrasi pelarut ke
matriks bahan. Pemanasan molekul air dalam sistem kelenjar dan pembuluh tanaman misalnya. Hal
ini menyebabkan panas terlokalisir. Akibatnya terjadi pengembangan volume dan perusakan
sel. (Mandal et al., 2007).

Beberapa jenis bahan dapat diekstrak secara simultan dan mengasilkan hasil rendemen
menyerupai performansi SFE. Sebaliknya, diperlukan kondisi ekstraksi yang tepat dalam
menggunakan pelarut mudah terbakar ataupun ekstrak bersenyawa termolabil dalam pelarut
berfaktor disipasi tinggi (Salas et al., 2010).

2.1.1. Jenis-jenis Microwave Assisted Extraction

Prinsip dari ekstraksi Microwave-assisted (MAE) berbeda dari metode konvensional


lainnya (padat-cair atau ekstraksi sederhana). Ekstraksi terjadi pada perubahan struktur sel
akibat gelombang elektromagnetik. Berikut jenis-jenis dari Microwave-assisted Extraction
(MAE):

A. Compressed Air Microwave Distillation (CAMD)


Proses ini diusulkan pada tahun 1989 oleh Craveiro dkk. dan dikenal sebagai
teknik microwave pertama untuk ekstraksi minyak esensial dari tanaman aromatik dan
rempah-rempah. Sistem ini terdiri dari tiga bagian: kompresor yang menyuntikkan udara
ke dalam wadah dengan matriks, oven microwave, dan sistem pendingin. Teknik ini
bergantung pada prinsip entrainment uap dan menggunakan udara bertekanan (bukan
uap) untuk mengekstrak minyak esensial. Udara yang ditekan terus-menerus disuntikkan
ke dalam reaktor dimana matriksnya tenggelam dalam air dan dipanaskan oleh
gelombang mikro. Uap menjadi jenuh dengan molekul yang tidak stabil dan kemudian
didorong ke bejana pemulihan yang direndam dalam sistem pendingin yang berada di
luar oven microwave. Setelah hanya beberapa menit, air dan molekul aromatic
dikondensasikan dan dipulihkan dalam proporsi yang sama dengan proses konvensional.
Pada tahun 2010, Lee mematenkan sistem yang serupa: “Peralatan dan metode
microwave mengekstrak minyak esensial, esensi dan pigmen dengan aliran gas.”
Kondensor digunakan pada suhu antara -20° C dan -15° C untuk mendinginkan gas yang
mengalir keluar dari peluru ekstraksi. Karena tidak ada pelarut organik atau senyawa
kimia buatan yang ditambahkan, metode ekstraksi ini ramah lingkungan.

B. Microwave Hydrodistillation (MWHD)


Proses hidrodistilasi gelombang mikro, yang dikembangkan oleh Stashenko dkk.
pada tahun 2004, didasarkan sepenuhnya pada prinsip hidrodistilasi klasik; Bagian dari
jalur perakitan hidrodistilasi ditempatkan di microwave oven. Matriks dipasang dengan
air ke dalam reaktor yang sudah ada telah ditempatkan di dalam oven microwave. Sistem
pendinginan dan bagiannya diperkirakan untuk memulihkan esens terletak di luar oven.
Alat hidrodistilasi ditempatkan di dalam oven microwave dengan lubang
samping, melalui mana kondensor kaca eksternal bergabung dengan labu bundar dengan
matriks (Xylopia aromatica) (100 g) dan air (2 liter) di dalam oven. Oven itu dioperasikan
selama 30 menit pada 800 W, yang menyebabkan perebusan air mendidih dengan kuat.
Minyak atsiri dituangkan dari kondensat dan dikeringkan dengan sodium anhidrat sulfat.
Komponen utama minyak esensial ini adalah b-felandren (65%). Teknik ini diterapkan
untuk ekstraksi minyak esensial dari banyak tanaman aromatik dan rempah-rempah.
Perbaikan MWHD dikembangkan oleh Flamini dkk. pada tahun 2006
dengan memperkenalkan antena koaksial microwave terisolasi di dalam labu kaca
yang mengandung matriks dan air. Pemanasan microwave in situ ini tampaknya
aman dan serbaguna. Itu menunjukkan keuntungan menghemat waktu dan energi dan
bisa bermanfaat untuk aplikasi industri.

Inovasi lain, penyulingan uap mikro (MSD), dikembangkan pada tahun 2008
oleh Chemat dkk. Prosesnya didasarkan pada prinsip distilasi uap konvensional di
mana radiasi gelombang mikro hanya diterapkan pada reaktor ekstraksi
Sistem pendinginan dan bagian yang diperkirakan bisa memulihkan esens
terletak di luar oven. Metode ini digunakan untuk ekstraksi minyak esensial lavender
(L. angustifolia Mill.).

C. Solvent-Free Microwave Extraction (SFME)


Ekstraksi dengan bantuan microwave bebas pelarut (SFME) dikembangkan dan
dipatenkan tahun 2004 oleh Chemat dkk. SFME adalah salah satu teknik terbaru untuk
ekstraksi minyak esensial yang dibantu oleh microwave, tanpa pelarut dan air di tekanan
atmosfer. Proses SFME pada dasarnya terdiri dari empat bagian: satu reaktor dimana
hanya matriks yang akan diproses ditempatkan, satu oven microwave, satu sistem
pendingin, dan wadah esensi dimana minyak esensial dipulihkan. Berdasarkan prinsip
yang relatif sederhana, proses ini menggambarkan penyulingan kering dibantu oleh
microwave yang menempatkan matriks segar di reaktor microwave tanpa menambahkan
air atau pelarut organik. Pemanasan air dari bahan baku merusak kelenjar yang
mengandung minyak esensial. Fase ini melepaskan minyak esensial, yang kemudian
digerakkan oleh uap yang dihasilkan dari air matriks. Sistem pendingin diletakkan di luar
microwave oven memungkinkan kondensasi kontinyu distilat, yang terdiri dari air dan
minyak esensial, dan air yang berlebihan kembali ke dalam balon, yang memungkinkan
pemeliharaan tingkat kelembaban yang tepat dari matriks.
Proses ini diaplikasikan pada beberapa jenis tanaman segar dan kering, seperti
rempah-rempah, ramuan aromatik, dan buah sitrus.

Peningkatan SFME diusulkan oleh Wang et al. di tahun 2006 [31]. Metode ini
terletak pada penggunaan perakitan ekstraksi pelarut bebas yang dibantu oleh gelombang
mikro di mana serbuk besi karbonil (CIP) ditambahkan dan dicampur dengan matriks
kering di bagian bawah reactor. Partikel sferis besi karbonil (CIP) mampu menyerap
sebagian energi microwave yang dipancarkan dan mengembalikannya di tengah sebagai
bentuk panas. Dengan demikian, matriks dapat dipanaskan dengan konduksi sederhana
tanpa energi tambahan. Berbagai jenis bahan seperti grafit (serbuk grafit), karbon aktif
(serbuk karbon aktif), dan cairan ionik (1-heksil-3-methylimidazolium heksa
fluksosofosfat) dapat menyerap radiasi microwave. Proses SFME yang lebih baik
diterapkan pada berbagai jenis tanaman kering dan segar seperti rempah-rempah, jeruk,
dan herba aromatik.
D. Microwave Hydrodiffusion and Gravity (MHG)
Ekstraksi microwave hydrodiffusion and gravity (MHG) dipatenkan oleh
Chemat dkk. di tahun 2008. Proses ini dirancang untuk ekstraksi minyak esensial yang
berbeda matriks dengan hidrodifusi melalui radiasi gelombang mikro pada tekanan
atmosfer.
Sistem MHG pada dasarnya terdiri dari empat bagian: satu reaktor dimana
matriks olahan ditempatkan, oven microwave, sistem pendingin, dan esensi wadah
dimana minyak esensial dipulihkan. Teknik ini terdiri dari menempatkan matriks di
dalam reaktor di dalam microwave oven tanpa menambahkan air atau pelarut organik.
Microwave menginduksi pemanasan air yang terkandung dalam matriks, yang
memungkinkan penghancuran sel-sel yang mengandung minyak esensial. Minyak atsiri,
serta air internal matriks, dilepaskan dan dipindahkan dari dalam ke luar tanaman: inilah
fenomena hidrodifusi. Sistem pendingin diletakkan di luar microwave oven
memungkinkan kondensasi distilat. Proses ini telah diterapkan pada berbagai jenis
tanaman seperti tanaman aromatik dan citrus.

E. Vacuum Microwave Hydrodistillation (VMHD)


Hidrodistilasi vakum microwave (VMHD) telah diuraikan dan dipatenkan oleh
Archimex di tahun 1990an. Teknik ini didasarkan pada pemanasan selektif oleh
microwave dikombinasikan dengan aplikasi sekuensial vakum. Bahan tanaman
ditempatkan dalam rongga microwave dengan air untuk menyegarkan kembali bahan
kering. Bahan tanaman kemudian terkena radiasi gelombang mikro untuk pelepasan
ekstrak alami. Mengurangi tekanan hingga antara 100 dan 200 mbar memungkinkan
penguapan campuran minyak atsiri air azeotropik dari matriks biologis. Prosedur
diulangi dengan cara bertahap, yang dapat membantu mengekstrak semua minyak atsiri
dari tanaman. Sampai 100 kg bahan bisa dilakukan per jam. Perusahaan Gattefossé di
Perancis (www.gattefosse.com) mengkomersilkan berbagai produk yang diberi nama
“original extracts” yang diperoleh dari hidrodistilasi microwave in situ dari herba,
rempah-rempah, dan buah-buahan tanpa menambahkan air atau pelarut. Ekstrak asli ini
digunakan untuk kosmetik, parfum, dan nutraceuticals.

2.1.2. Kelebihan dan Kekurangan Microwave Assisted Extraction (MAE)

MAE telah dianggap sebagai alternatif potensial untuk ekstraksi padat-cair


tradisional. Beberapa kelebihannya disebutkan dibwah ini:

1. Pengurangan waktu yang signifikan. Waktu ekstraksi biasanya berkisar antara beberapa
detik sampai beberapa menit (15-20 menit).
2. Mengurangi penggunaan pelarut. Dalam MAE hanya beberapa milliliter pelarut yang
diperlukan
3. Meningkatkan hasil ekstraksi.
4. Memberikan akurasi dan presisi yang lebih baik
5. Cocok untuk unsur termolabil.
6. Dapat mengekstrak konstituen kecil termasuk residu logam berat dan pestida dari
beberapa milligram sampel tanaman.
7. Instrumental set up seperti Soxwave menggabungkan keuntungan fitur soxhlet dan
microwave, sehingga membuat ekstraksi lebih menarik. (Mandal, 2007)

Adapun kekurangan dari metode ini diantaranya:


1. Energi microwave menyebabkan kenaikan suhu yang cepat untuk membangun
tekanan internal di dalam sel bahan tanaman.Suhu tinggi akan menyebabkan dehidrasi
selulosa, dan kurangi mekanisnya kekuatan MAE, yang mendorong pelarut untuk
menembus ke dalam saluran seluler, dan selanjutnya meningkatkan hasil ekstraksi.
Namun, suhu bisa menyebabkan degradasi senyawa target. (Yu, 2016)
 Kelebihan dan kekurangan Ekstraksi menggunakan Microwave Berdasarkan
Jenisnya
Kelebihan sistem bejana tertutup dapat diringkas sebagai berikut.
a) Dapat mencapai suhu yang lebih tinggi daripada bejana terbuka sistem karena
tekanan yang meningkat di dalam bejana menaikkan titik didih pelarut yang
digunakan. Suhu yang lebih tinggi pada gilirannya mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk perlakuan microwave
b) Hilangnya zat volatil selama iradiasi gelombang mikro hampir sepenuhnya
dihindari
c) Sedikit pelarut diperlukan. Karena tidak ada penguapan,tidak perlu terus
menambahkan pelarut untuk dipelihara volume. Selain itu, risiko kontaminasi
dihindari. Hasilnya ada sedikit atau tidak ada risiko udara kontaminasi.
d) Asap yang dihasilkan selama ekstraksi terkandung di dalam bejana, jadi tidak
penyediaan untuk penanganan kebutuhan asap yang berpotensi berbahaya untuk
dibuat
Sebaliknya, sistem bejana tertutup tunduk pada beberapa kekurangan, sebagai
berikut:
a) Tekanan tinggi menggunakan risiko keamanan (ledakan).
b) Jumlah sampel yang bisa diolah terbatas
c) Bahan penyusun bejana yang biasa, PTFE (polytetraflouro ethylene), tidak
memungkinkan larutan yang tinggi suhu.
d) Prosedur single-step tidak termasuk penambahan reagen atau pelarut selama
operasi.
e) Bejana harus didinginkan sebelum dapat dibuka setelah perawatan untuk
menghindari hilangnya konstituen yang mudah menguap
Pada sistem bejana terbuka, contoh microwave atmosfer. Persiapan bisa lebih
efektif daripada metode bejana tertutup. Penggunaan tekanan atmosfir
memberikan keuntungan substansial dari bejana bertekanan, sebagai berikut.
a) Peningkatan keselamatan dari operasi di atmosfer tekanan dengan bejana
terbuka
b) Kemampuan untuk menambahkan reagen kapan saja selama penggunaan.
c) Kemampuan untuk menggunakan bejana yang terbuat dari berbagai bahan,
termasuk PTFE, kaca dan kuarsa.
d) Kemudahan pelarut berlebih yang bisa dilepas.
e) Kemampuan mengolah sampel besar.
f) Tidak adanya persyaratan untuk pendinginan atau depresurisasi
g) Rendahnya biaya peralatan yang dibutuhkan.

h) Kemampuan untuk melewati siklus pencucian sampai pengambilan kuantitatif


spesies sasaran tercapai.
i) Operasi otomatis sepenuhnya.
j) Operasi open-vessel lebih sesuai dengan thermolabil, karena menggunakan suhu
rendah relatif terhadap sistem bejana tertutup.
Meski banyak kelebihannya, sistem bejana terbuka juga memiliki pada beberapa
kekurangan, sebagai berikut.
a) Metode selanjutnya biasanya kurang tepat dari pada itu dikembangkan
menggunakan sistem bejana tertutup.
b) Throughput sampel lebih rendah, karena kebanyakan sistem terbuka Tidak dapat
memproses banyak sampel secara simultan, sementara sistem bejana tertutup dapat
menangani 8-14 sampel sekaligus.
c) Waktu operasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang serupa sistem
bejana tertutup biasanya lebih lama. (Mandal, 2007)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan


pelarut yang sesuai.
 Macam-macam metode ekstraksi di antaranya yaitu, Maserasi, Perkolasi, Sokletasi,
Destilasi, Fluida Super Kritis, Microwave, dan Ultrasonik.
 Microwave Assisted Extraction (MAE) merupakan ekstraksi bahan aktif dari suatu bahan baku
menggunakan pelarut cair dengan bantuan gelombang mikro. MAE terbagi lagi dengan
beberapa metode, di antaranya yaitu Compressed Air Microwave Distillation (CAMD),
Microwave Hydrodistillation (MWHD), Solvent-Free Microwave Extraction (SFME),
Microwave Hydrodiffusion and Gravity (MHG), Vacuum Microwave Hydrodistillation
(VMHD).
 Teknologi microwave tidak hanya diaplikasikan pada pengolahan bahan makanan. Salah satu
aplikasi yang saat ini sedang banyak dikaji adalah untuk isolasi minyak atsiri dari bahan
tanaman menggantikan teknologi konvensional seperti distilasi uap (hydrodistillation),
ekstraksi dengan lemak (enfleurage), dan ekstraksi pelarut (solvent extraction).
 MAE memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan metode ekstraksi yang
lainnya. Kelebihannya seperti waktu dan pelarut yang digunakan lebih efisien, hasil ekstraksi
lebih banyak, serta memberikan akurasi dan presisi yang lebih baik. Kekurangannya yaitu
energi microwave menyebabkan kenaikan suhu yang cepat untuk membangun tekanan internal
di dalam sel bahan tanaman yang menyebabkan degradasi senyawa target.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. Popovich, N.G. and Allen., L.Jr., 1995, Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery
Systems. 6th, Lea and Febriger,

Calinescu, I., Ciuculescu, C., Popescu, M., Bajenaru, S., & Epure, G. (2001). Microwaves Assisted
Extraction of Active Principles from Vegetal Material. Romanian International Conference on Chemistry
and Chemical Engineering, 12, 1-6.

Endarini, L. H. (2016). Farmakognosi dan Fitokimia. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Chemat, F. dkk. 2013. Microwave Assisted Extraction for Bioactive Compounds: Theory and Practice.
New York: Springer Science+Business
Media

Guenther, E., (1987), Essential oil, Robert E. Krieger Publishing Co., Inc. New York.

Jain, T., Jain, V., Pandey, R., Vyas, A., & Shukla, S. S. (2009). Microwave Assisted Extraction for
Phytoconstituents – An Overview. Asian Journal Research Chemistry , 1 (2), 19-25.

Kaufmann, B., & Christen, P. (2002). Recent Extraction Techniques for Natural Products: Microwave-
assisted Extraction and Pressurised Solvent Extraction. Phytochemical Analysis , 13, 105-113.

Mandal, V., Mohan, Y., & Hemalatha, S. (2007, January-May). Microwave Assisted Extraction – An
Innovative and Promising Extraction Tool for Medicinal Plant Research. Pharmacognosy Reviews , 1 (1),
pp. 7-18.

Salas, P. G., Aranzazu, M.-S., Antonio, S.-C., & Alberto, F.-G. (2010, December 3). Phenolic-Compound-
Extraction Systems for Fruit and Vegetable Samples. Molecules , 15, pp. 8813-8826

Yu, Sun dkk. 2016. Comparison Of Microwave Assisted Extraction With Hot Reflux Extraction In
Acquirement And Degradation Of Anthocyanin From Powdered Blueberry. College of
Engineering, Northeast Agricultural University, Harbin 150030: China.

Diambil dari: https://ijabe.org/index.php/ijabe/article/viewFile/2724/pdf . (Diakses pada 27


Februari 2018)

Anda mungkin juga menyukai