Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI 2
“EKSTRAKSI MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION”
PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI DAN KONSENTRASI ETANOL
MENGGUNAKAN METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION (MAE)
TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK RAMBUT JAGUNG (Zea
mays L.)

Dosen Pengampu : 1. Dra. Ike Yulia Wiendarlina, M.Farm., Apt


2. Yulianita, M.Farm.
3. Novi Fajar Utami, M.Farm.,Apt.
4. Marybeth Tri R.H, M.Farm.,Apt.
5. Fitria Dewi Sulistiyono, M.Si.

Asisten Dosen : 1. Riffa Kurnia Meidistiana 1. Fitria Agnes Dharmayanti


2. Rani Meiliana Wulandari 2. Triyola Nofriza
3 Dede Nuraliansyah 3. Yoanita Dwi Kushandayani

Disusun Oleh :
Nabila Aulia Permata Sukma
066119075
4 C Farmasi

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Melakukan ekstraksi Microwave Assisted Extraction pada simplisia Rambut
Jagung (Zea mays L)

1.2 Dasar Teori


Jagung merupakan salah satu pangan pokok yang dikonsumsi di Indonesia.
Jagung memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi (19%) sehingga seringkali
digunakan sebagai pangan sumber karbohidrat pengganti nasi (Purwanto, 2008).
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) produksi jagung nasional tahun 2013
mencapai 18,5 juta ton dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 19,6 juta ton. Hasil
bulir jagung yang dimanfaatkan dalam bidang pangan hanya mewakili 5% dari
keseluruhan tanaman jagung, sedangkan 95% sisa dari tanaman jagung dimasukkan
dalam kategori limbah alami yaitu batang, daun, kulit, rambut dan tongkol jagung
(Faesal, 2013).
Salah satu limbah tanaman jagung yang belum termanfaatkan secara
optimal adalah rambut jagung yaitu 5% dari satu tongkol jagung. Rambut jagung
digunakan oleh beberapa masyarakat sebagai obat herbal. Pemanfaatkan air
rebusan rambut jagung adalah untuk mengobati dan mencegah beberapa penyakit.
Rambut jagung sering dimanfaatkan sebagai pengobatan herbal untuk hipertensi,
tumor, hiperglikemia, hepatitis, sistitis, batu ginjal, diabetes, nephritis, dan penyakit
prostat (Hu dan Deng, 2011). Pemanfaatan air rambut jagung dapat diperoleh
dengan merebus rambut jagung tersebut atau dengan merendamnya semalaman
(Herbie, 2015).
Rambut jagung dinyatakan sebagai sumber dari banyak komponen bioaktif
diantaranya adalah senyawa volatil, steroid, alkaloid, dan antioksidan alami seperti
flavonoid dan senyawa fenolik lainnya dengan manfaat yang menguntungkan bagi
kesehatan manusia (Liu et al., 2011). Bushman (2002) menyatakan bahwa rambut
jagung juga mengandung saponin, tanin, asam klorogenik, fitosterol, allantoin dan
senyawa berharga lainnya. Sarepoua et al.(2013) melaporkan bahwa rambut jagung
yang dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 95% menghasilkan ekstrak
rambut jagung yang mengandung total fenolik, total flavonoid, dan aktivitas
antioksidan masing-masing sebesar 117,1 µg GAE/g, 88,8 µg GAE/g, dan 75,6%.
Secara umum rambut jagung mengandung 17,6% protein, 0,29% lemak, 3,91%
kadar abu, dan 40% serat pangan (Wang et al., 2011).
Salah satu cara untuk memperoleh senyawa bioaktif adalah dengan cara
ekstraksi. Metode ekstraksi salah satunya adalah dengan teknik MAE (Microwave
Assisted Extraction). Teknik Ekstraksi MAE merupakan teknik ekstraksi yang
memanfaatkan radiasi gelombang mikro untuk memanaskan pelarut secara cepat
dan efisien (Jain, 2009). Ekstraksi MAE juga sangat cocok digunakan untuk
mengekstraksi senyawa yang tidak tahan terhadap panas. Metode MAE juga dapat
membantu meningkatkan jumlah rendemen ekstrak kasar dalam waktu ekstraksi
dan jumlah pelarut yang lebih rendah dibanding dengan metode ekstraksi
konvensional (Langat, 2011).
Panas radiasi gelombang mikro ini dapat memanaskan dan menguapkan
air pada sel sampel sehingga tekanan pada dinding sel meningkat dan
mengakibatkan sel membengkak (swelling) dan tekanan tersebut mendorong
dinding sel dari dalam, meregangkan, dan memecahkan sel tersebut (Alupululai
(2012) dalam Fadhli, 2013). Rusaknya sel tumbuhan tersebut mempermudah
senyawa target keluar dan terekstraksi (Jain, 2009). Beberapa faktor yang
mempengaruhi ekstraksi dengan teknik MAE adalah ukuran bahan, suhu, waktu,
dan pelarut. Waktu ekstraksi memiliki pengaruh yang besar terhadap ekstraksi,
waktu ekstraksi yang terlalu lama atau terlalu singkat dapat mempengaruhi sifat
fisik dan kimia dari bahan yang terekstrak. (Kojic et al. 2011)
BAB II

METODE KERJA

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
1. Alat gelas
2. Alumunium foil
3. Ayakan mesh 40
4. Blender
5. Evaporator vakum
6. Kertas saring
7. Microwave
8. Oven
9. Pipet volume
10. Spektrofotometri UV-vis
11. Timbangan analitik
2.1.2 Bahan
1. AlCl3
2. Aquadest
3. DPPH (1,1- diphenyl-2-picrylhydrazil)
4. Etanol
5. Na2CO3
6. NaNO2
7. Rambut jagung
8. Reagen Folin-Ciocalteu

2.2 Cara Kerja


1. Dipisahkan rambut jagung dari tongkol jagung dan kulitnya, kemudian
rambut jagung yang sudah disortasi dikeringkan dengan oven pada suhu
60°C selama 6 jam.
2. Digiling rambut jagung sehingga menghasilkan serbuk kasar dan
kemudian diayak menggunakan ayakan 40 mesh.
3. Dilarutkan bubuk rambut jagung sebanyak 15 gram dengan pelarut etanol
dengan konsentrasi 30%, 45%, 60%, 75%, dan 90% sesuai perlakuan
sebanyak 225 ml (1:15 g/ml).
4. Dilakukan pengadukan dan didiamkan selama 20 menit.
5. Dilakukan proses ekstraksi menggunakan microwave dengan waktu sesuai
perlakuan yaitu selama 8 , 13, dan 18 menit sesuai perlakuan dengan daya
450 W.
6. Disaring hasil ekstraksi menggunakan kertas saring sehingga
menghasilkan filtrat.
7. Dilakukan pemekatan filtrat hasil penyaringan menggunakan rotary
vacuum evaporator dengan tekanan 100mBar, suhu 40°C dan putaran
60rpm.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Waktu Daya Pelarut % Rendemen Temperature


ekstraksi
8 Menit 450 W Etanol 30% 13,96% -
18 menit 450 W Etanol 90% 24,54% -

3.2 Perhitungan

-
3.3 Pembahasan
Microwave Assisted Extraction (MAE) adalah teknik untuk mengekstraksi
bahan – bahan terlarut di dalam sampel menggunakan pelarut air dengan bantuan
energi gelombang mikro. Keunggulan MAE sebagai metode ekstraksi adalah
meminimalkan penggunaan pelarut organik, efisiensi waktu, dan sebagai metode
ektraksi yang ramah lingkungan.Transesterifikasi dapat dilakukan secara efektif
dan efisien dengan bantuan radiasi gelombang mikro, hal ini dikarenakan fenomena
konduksi ionik dan rotasi dipol menyebabkan peningkatan panas serta absorpsi
energi gelombang mikro selektif terhadap molekul polar.
Prinsip ekstraksi dengan microwave adalah radiasi elektromagnetik dengan
frekuensi 0,3 – 300 GHz, yang ditransmisi sebagai gelombang, dapat mempenetrasi
biomaterial dan berinteraksi dengan senyawa polar seperti air dalam biomaterial
untuk menciptakan panas. Pemilihan solven untuk MAE tergantung dari kelarutan
dari ekstrak yang diinginkan dan sifat penyerapan microwave dari solven yang
ditentukan dari konstanta dielektriknya. Biasanya solven yang digunakan memiliki
konstanta dielektrik tinggi dan banyak menyerap energi microwave, seperti etanol,
methanol, dan air.
Kecocokan pelarut untuk ekstraksi bahan dinilai dari kepolaran bahan yang
akan diekstraksi. Etanol atau etil alkohol (C2H6O) termasuk kelompok hidroksil
yang memberikan polaritas pada molekul dan mengakibatkan meningkatnya ikatan
hidrogen intermolekuler.
Metode Ekstraksi Microwave Assisted Extraction dibandingkan metode
ekstraksi yang lain memiliki beberapa kelebihan antara lain : dapat menyelesaikan
ekstraksi dalam beberapa menit lebih cepat dibandingkan metode ekstraksi yang
lain, penggunaan solvent yang sedikit sehingga mengurangi biaya pembelian
pelarut dan pembuangan sisa pelarut, MAE menghasilkan ekstrak dengan yield
lebih besar daripada metode ekstraksi yang lain, menggunakan energi listrik lebih
kecil dibandingkan metode ekstraksi yang lain.
Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Metode Ekstraksi Microwave
Assisted Extraction (MAE) (Mandal et al., 2007)
1. Volume pelarut
Volume pelarut harus cukup untuk memastikan bahwa solid selalu terendam dalam
seluruh pelarut selama iradiasi berlangsung. Semakin tinggi volume pelarut maka
semakin besar yield yang dihasilkan dalam metode ekstraksi konvensional. Namun,
dalam MAE semakin tinggi volume pelarut maka semakin kecil yield yang
dihasilkan. Hal ini disebabkan karena dengan jumlah pelarut yang jauh lebih
banyak dibandingkan jumlah solid yang sedikit, pelarut akan lebih banyak
menyerap energi microwave yang besar untuk menaikkan suhunya, sedangkan
solid hanya menyerap sisa energi microwave yang ada. Hal ini menyebabkan tidak
semua senyawa fenolik dapat keluar dari sel buah stroberi sehingga senyawa
fenolik tidak dapat terekstrak dengan sempurna.
2. Waktu radiasi
Semakin lama waktu ekstraksi menyebabkan waktu radiasi dalam microwave
semakin lama sehingga pelarut akan menyerap energi microwave yang lebih
banyak. Namun dengan waktu radiasi yang terlalu lama maka analit akan
terdegradasi oleh panas yang dihasilkan oleh energi microwave. Oleh karena itu,
ekstraksi MAE harus dilakukan dengan waktu radiasi yang optimum.
3. Power microwave
Semakin besar power microwave yang digunakan dalam ekstraksi MAE, maka
semakin cepat pecahnya dinding sel karena jika digunakan power yang lebih tinggi
maka suhu akan naik dengan cepat, sehingga analit yang diinginkan lebih cepat
keluar dari dalam sel dan berdifusi ke dalam pelarut. Besar power microwave harus
dipilih dengan benar untuk menghindari kenaikan suhu yang sangat tinggi, yang
dapat menyebabkan analit terdegradasi.
4. Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel berarti semakin besar luas permukaan kontak antara
partikel dan pelarut selama iradiasi dalam ekstraksi MAE.
5. Suhu
Semakin tinggi suhu ekstraksi berarti semakin besar tekanan internal pada sel
partikel sehingga dinding sel cepat pecah dan analit dari dalam sel akan keluar larut
dalam pelarut. Pada ekstraksi MAE diperlukan suhu yang optimum untuk menjaga
agar analit tidak terdegradasi oleh panas yang dihasilkan energi microwave.
Namun MAE juga memiliki kekurangan yaitu masih diperlukan proses
lanjutan berupa sentrifugasi ataupun filtrasi untuk memisahkan residu padat yang
dihasilkan, efisiensi MAE akan menjadi sangat rendah jika senyawa target dan
media pelarutnya bukan berupa senyawa polar dan atau senyawa volatile
Rasio bahan pelarut juga faktor kritis dalam proses ekstraksi. Prinsip
utamanya adalah volume pelarut harus mencukupi untuk memastikan bahwa bahan
telah tercelup seluruhnya ke dalam pelarut selama proses iradiasi. Secara umum,
rasio bahan pelarut terhadap matriks padatan yang lebih rendah lebih efektif pada
metode ekstraksi konvensional. Sebaliknya, rasio yang tinggi akan menurunkan
rendemen ekstrak karena diperlukan proses pengadukan (stirring) pelarut terhadap
gelombang mikro. Penelitian-penelitian sebelumnya melaporkan bahwa jumlah
bahan dan volume pelarut yang dipakai dalam ekstraksi MAE berkisar antara
miligram dan mililiter (dalam skala laboratorium) dengan aplikasi rasio optimum
10:1 (ml/mg) hingga 20:1 (ml/mg). Efisiensi pemanasan pelarut oleh gelombang
mikro juga perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi tingkat evaporasi
pelarut.
Berdasarkan data pengamatan dapat dilihat bahwa rendemen terbesar
diperoleh dari hasil ekstraksi dengan etanol 90% dengan waktu 18 menit yaitu
sebesar 24,54% sedangkan rendemen terendah diperoleh dari hasil ekstraksi dengan
etanol 30% dengan waktu 8 menit yaitu 13,96%. Hal tersebut menyatakan bahwa
semakin tinggi konsentrasi etanol dan semakin lama waktu ekstrasi maka akan
meningkatkan rendemen ekstrak rambut jagung. Konsentrasi etanol mempengaruhi
polaritas etanol yang digunakan. Kesesuaian polaritas pelarut dengan senyawa yang
akan dilarutkan memaksimalkan ekstraksi yang dilakukan. Handayani et al., (2014)
menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi etanol maka rendemen ekstrak yang
dihasilkan akan semakin tinggi dan semakin lama waktu ekstraksi maka
kesempatan bahan kontak dengan pelarut akan semakin besar sehingga rendemen
hasil ekstraksi juga akan bertambah.
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum (Ekstraksi Microwave Assisted Extraction) yang telah dilakukan,


dapat disimpulkan bahwa :

1. Microwave Assisted Extraction (MAE) adalah teknik untuk mengekstraksi bahan –


bahan terlarut di dalam sampel menggunakan pelarut air dengan bantuan energi
gelombang mikro.
2. Interaksi waktu ekstraksi dan konsentrasi etanol berpengaruh sangat nyata terhadap
rendemen.
3. Berdasarkan perlakuan terbaik tersebut didapatkan jumlah rendemen, dengan pelarut
etanol 90% sebanyak 24,54% dan etanol 30% sebanyak 13,96%.
4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu ekstraksi terbaik menggunakan metode
Microwave Assisted Extraction (MAE) adalah 18 menit dengan pelarut etanol 90%.
DAFTAR PUSTAKA

Bushman, B.S. 2002. The Genetic Basis of Chlorogenic Acid Synthesis in Maize.PhD
Dissertation University of Missouri-Columbia, USA

Faesal. 2013. Pengolahan Limbah Tanaman Jagung Untuk Pakan Ternak Sapi Potong.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. Badan Litbang
Pertanian, Jakarta

Herbie, T. 2015. Kitab Tanaman Berkhasiat Obat-226 Tumbuhan Obat untuk


Penyembuhan Penyakit dan Kebugaran Tubuh. Octopus Publishing House,
Yogyakarta

Hu, Q. L. and Z. Deng. 2011. Protective effects of flavonoids from corn silk on oxidative
stress induced by exhaustive exercise in mice. African Journal of Biotechnology
10: 3163–3167

Liu, J., C. Wang, Z. Wang, C. Zhang, S. Lu dan J. Liu. 2011. The antioxidant and free
radical scavenging activities of the extract and fraction from cornsilk (Zea mays
L.) and related flavone glycosides. Food Chemistry 126(1): 261-269
Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal)
Vol. 8, No.1, 94-103, Maret 2019

PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI DAN KONSENTRASI ETANOL


MENGGUNAKAN METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION
(MAE) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK
RAMBUT JAGUNG (Zea mays L.)
Effect of Extraction Time and Ethanol Concentration with Microwave Assisted Extraction
(MAE) of Antioxidant Activity Corn Silk Extract (Zea mays.L.).

Yessica Kristanti1), I Wayan Rai Widarta2), I Dewa Gede Mayun Permana3)


1)
Mahasiswa Program Studi Imu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Unud
2)
Dosen Program Studi Imu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Unud
Kampus Bukit Jimbaran, Badung-Bali

ABSTRACT

This research was conducted to determine effect of the extraction time and ethanol concentration on
antioxidant activity of corn silk extract and to obtain extraction time and ethanol concentration using Microwave
Assisted Extraction (MAE) that can produce extract with the highest antioxidant activity. The experimental
design used in this research was a completely randomize design, which consisted of two factors. The fisrt factor
was the concentration of ethanol which consisted of 5 level that namely ethanol 30%, 45%, 60%, 75%, and 90%.
The second factor was the time of extraction which consisted of 3 level namely 8, 13 and 18 minutes. Data were
analyzed with analysis of variance that followed by Duncan test. The result showed that the best treatment of
corn silk extract is extraction by ethanol 90% for 18 minutes using MAE which the highest resulted rendemen
was 24.54%, total phenol was 159.65 mg GAE/g extract, total flavonoid was 149 mgQE/g extract, antioxidant
activity was 70.18%, and the IC50 value 64.806 ppm.

Keyword : corn silk, MAE, ethanol, antioxidant activity

PENDAHULUAN alami yaitu batang, daun, kulit, rambut dan


tongkol jagung (Faesal, 2013). Salah satu
Jagung merupakan salah satu pangan limbah tanaman jagung yang belum
pokok yang dikonsumsi di Indonesia. Jagung termanfaatkan secara optimal adalah rambut
memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi jagung yaitu 5% dari satu tongkol jagung.
(19%) sehingga seringkali digunakan sebagai Rambut jagung digunakan oleh beberapa
pangan sumber karbohidrat pengganti nasi masyarakat sebagai obat herbal.
(Purwanto, 2008). Menurut data dari Badan Pemanfaatkan air rebusan rambut jagung
Pusat Statistik (BPS) produksi jagung adalah untuk mengobati dan mencegah
nasional tahun 2013 mencapai 18,5 juta ton beberapa penyakit. Rambut jagung sering
dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 19,6 dimanfaatkan sebagai pengobatan herbal
juta ton. Hasil bulir jagung yang untuk hipertensi, tumor, hiperglikemia,
dimanfaatkan dalam bidang pangan hanya hepatitis, sistitis, batu ginjal, diabetes,
mewakili 5% dari keseluruhan tanaman nephritis, dan penyakit prostat (Hu dan Deng,
jagung, sedangkan 95% sisa dari tanaman 2011). Pemanfaatan air rambut jagung dapat
jagung dimasukkan dalam kategori limbah diperoleh dengan merebus rambut jagung

*Korespondensi Penulis:
Email: rai_widarta@yahoo.com 1)

94
Kristanti, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

tersebut atau dengan merendamnya (Alupululai (2012) dalam Fadhli, 2013).


semalaman (Herbie, 2015). Rusaknya sel tumbuhan tersebut
Rambut jagung dinyatakan sebagai sumber mempermudah senyawa target keluar dan
dari banyak komponen bioaktif diantaranya terekstraksi (Jain, 2009).
adalah senyawa volatil, steroid, alkaloid, dan Beberapa faktor yang mempengaruhi
antioksidan alami seperti flavonoid dan ekstraksi dengan teknik MAE adalah ukuran
senyawa fenolik lainnya dengan manfaat yang bahan, suhu, waktu, dan pelarut. Waktu
menguntungkan bagi kesehatan manusia (Liu ekstraksi memiliki pengaruh yang besar
et al., 2011). Bushman (2002) menyatakan terhadap ekstraksi, waktu ekstraksi yang
bahwa rambut jagung juga mengandung terlalu lama atau terlalu singkat dapat
saponin, tanin, asam klorogenik, fitosterol, mempengaruhi sifat fisik dan kimia dari
allantoin dan senyawa berharga lainnya. bahan yang terekstrak. Kojic et al. (2011)
Sarepoua et al.(2013) melaporkan bahwa melaporkan bahwa suhu dan waktu ekstraksi
rambut jagung yang dimaserasi dengan memiliki peranan yang penting dalam
menggunakan pelarut etanol 95% ekstraksi senyawa fenolik. Terlalu singkatnya
menghasilkan ekstrak rambut jagung yang waktu ekstraksi mengakibatkan pelarutan
mengandung total fenolik, total flavonoid, dan senyawa fenolik tidak optimum sehingga
aktivitas antioksidan masing-masing sebesar bahan belum terekstraksi secara sempurna dan
117,1 µg GAE/g, 88,8 µg GAE/g, dan 75,6%. sebaliknya, semakin lama waktu ekstraksi
Secara umum rambut jagung mengandung maka akan menaikan jumlah analit yang
17,6% protein, 0,29% lemak, 3,91% kadar terekstrak karena kontak antara pelarut
abu, dan 40% serat pangan (Wang et al., dengan zat terlarut akan semakin lama
2011). sehingga proses pelarutan senyawa fenolik
Salah satu cara untuk memperoleh akan terus berlangsung dan berhenti sampai
senyawa bioaktif adalah dengan cara pelarut jenuh. Namun, ketika waktu optimum
ekstraksi. Metode ekstraksi salah satunya telah tercapai, penambahan waktu ekstraksi
adalah dengan teknik MAE (Microwave tidak lagi dapat meningkatkan kandungan
Assisted Extraction). Teknik Ekstraksi MAE senyawa fenolik yang terekstrak (Ince et al.,
merupakan teknik ekstraksi yang 2013). Graziani et al. (2011) melaporkan
memanfaatkan radiasi gelombang mikro bahwa ekstraksi tanaman Crocus sativus
untuk memanaskan pelarut secara cepat dan dengan microwave selama 18 menit
efisien (Jain, 2009). Ekstraksi MAE juga menghasilkan aktivitas antioksidan yang lebih
sangat cocok digunakan untuk mengekstraksi tinggi dibandingkan ekstraksi menggunakan
senyawa yang tidak tahan terhadap panas. gelombang ultrasonik selama 30 menit.
Metode MAE juga dapat membantu Kecocokan pelarut untuk ekstraksi bahan
meningkatkan jumlah rendemen ekstrak kasar dinilai dari kepolaran bahan yang akan
dalam waktu ekstraksi dan jumlah pelarut diekstraksi. Etanol atau etil alkohol (C2H6O)
yang lebih rendah dibanding dengan metode termasuk kelompok hidroksil yang
ekstraksi konvensional (Langat, 2011). Panas memberikan polaritas pada molekul dan
radiasi gelombang mikro ini dapat mengakibatkan meningkatnya ikatan hidrogen
memanaskan dan menguapkan air pada sel intermolekuler (Kirk dan Othmer, 2006).
sampel sehingga tekanan pada dinding sel Flavonoid adalah polifenol yang bersifat polar
meningkat dan mengakibatkan sel sehingga akan lebih mudah larut dalam
membengkak (swelling) dan tekanan tersebut pelarut yang polar (Handayani et al., 2014).
mendorong dinding sel dari dalam, Berbagai konsentrasi pelarut yang digunakan
meregangkan, dan memecahkan sel tersebut akan mengakibatkan perubahan polaritas

95
Vol.8, No.1, Maret 2019. Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Konsentrasi …

sehingga mempengaruhi kelarutan flavonoid Rancangan Penelitian


(Zhang et al., 2009 dalam Widarta dan Penelitian ini menggunakan rancangan
Arnata, 2017). Handayani et al. (2014) acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan
menyatakan bahwa semakin tinggi perlakuan konsentrasi etanol dan waktu
konsentrasi etanol maka rendemen ekstrak ekstraksi. Faktor pertama adalah konsentrasi
yang dihasilkan akan semakin tinggi, namun etanol (P) terdiri dari etanol 30% (P1), 45%
kadar polifenol mencapai optimum pada (P2), 60% (P3), 75% (P4) dan 90% (P5)
konsentrasi etanol tertentu. Penelitian ini sedangkan faktor kedua adalah waktu
bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu ekstraksi (W) terdiri dari 8 menit (W1), 13
ekstraksi dan konsentrasi etanol terhadap total menit (W2) dan 18 menit (W) sehingga
fenol, flavonoid dan aktivitas antioksidan diperoleh 15 perlakuan. Perlakuan ini diulang
pada ekstrak rambut jagung dan juga sebanyak dua kali sehingga diperoleh 30 unit
mengetahui perlakuan yang tepat untuk percobaan. Data yang diperoleh dianalisis
mendapatkan aktivitas antioksidan tertinggi. menggunakan sidik ragam (ANOVA).
Perlakuan yang berpengaruh nyata dianalisis
METODE PENELITIAN dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).

Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Persiapan Sampel
Laboratorium Pengolahan Pangan dan Rambut jagung dipisahkan dari tongkol
Laboratorium Analisis Pangan, Program Studi jagung dan kulitnya, kemudian rambut jagung
Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas yang sudah disortasi dikeringkan dengan oven
Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, pada suhu 60°C selama 6 jam. Setelah itu,
Kampus Sudirman, Denpasar. Penelitian ini rambut jagung digiling sehingga
dilakukan pada bulan Maret-Mei 2018. menghasilkan serbuk kasar dan kemudian
diayak menggunakan ayakan 40 mesh. Proses
Bahan dan Alat pembuatan bubuk rambut jagung dapat dilihat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini pada Gambar 1.
adalah rambut jagung manis muda yang
berasal dari penjual jagung bakar di Tuban,
Bali dengan usia 1 hari sejak pemisahan dari Rambut jagung
tongkol jagung dan dipanen sekitar 70 hari
dari masa berbunga. Bahan kimia yang
digunakan terdiri dari Aquades, etanol, reagen
Dikeringkan dengan oven pada suhu
Folin-Ciocalteu, NaNO2, AlCl3, Na2CO3, 1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH). 60°C selama 6 jam
Alat yang digunakan adalah blender
(philips), evaporator vakum (Ika
Labortechnik), microwave (samsung), kertas Dihaluskan dengan blender
saring Whatman no 1 , seperangkat alat gelas
(pyrex dan iwaki), oven (cosmos),
spektrofotometer UV-VIS (Genesys 10s Uv- Diayak dengan ayakan 40 mesh
Vis), pipet volume (pyrex), timbangan analitik
(Shimadzu), ayakan 40 mesh, dan alumunium
foil. Bubuk rambut jagung

96
Kristanti, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

Gambar 1. Proses pembuatan bubuk rambut pemekatan menggunakan rotary vacuum


jagung (Hu et al., (2010), yang dimodifikasi) evaporator dengan tekanan 100mBar, suhu
40°C dan putaran 60rpm. (Handayani et al.,
Proses ekstraksi rambut jagung 2013).
Bubuk rambut jagung sebanyak 15 gram
dilarutkan dengan pelarut etanol dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
konsentrasi 30%, 45%, 60%, 75%, dan 90%
sesuai perlakuan sebanyak 225 ml (1:15 Rendemen
g/ml), dilakukan pengadukan dan didiamkan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
selama 20 menit. Dilakukan proses ekstraksi interaksi waktu ekstraksi dan konsentrasi
menggunakan microwave dengan waktu etanol pada ekstrak rambut jagung
sesuai perlakuan yaitu selama 8 , 13, dan 18 berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
menit sesuai perlakuan dengan daya 450 W. rendemen ekstrak rambut jagung. Grafik
Hasil ekstraksi disaring menggunakan kertas interaksi antara waktu ekstraksi dan
saring Whatman no 1 sehingga menghasilkan konsentrasi etanol terhadap rendemen ekstrak
filtrat. Filtrat hasil penyaringan dilakukan rambut jagung dapat dilihat pada Gambar 2.
30

24,54 a
25 22,79 cd 23,63 b
23,23 bc
21,64 e 22,53 d 22,61 d
21,33 e 20,26 f
Rendeme 20 20,15 f
n Ekstrak 19,13 g
18,27 h 17,18 i
(%) 15
14,63 j
13,96 k
10 Etanol 30%
Etanol 45%
5 Etanol 60%
Etanol 75%
Etanol 90%
0
8 13 18
Waktu ekstraksi (menit)
Gambar 2. Rendemen ekstrak rambut jagung (%)
Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat menit yaitu 13,96%. Hal tersebut menyatakan
bahwa rendemen terbesar diperoleh dari hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi etanol dan
ekstraksi dengan etanol 90% dengan waktu 18 semakin lama waktu ekstrasi maka akan
menit yaitu sebesar 24,54% sedangkan meningkatkan rendemen ekstrak rambut
rendemen terendah diperoleh dari hasil jagung.
ekstraksi dengan etanol 30% dengan waktu 8

97
Vol.8, No.1, Maret 2019. Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Konsentrasi …

Konsentrasi etanol mempengaruhi polaritas Total Fenol


etanol yang digunakan. Kesesuaian polaritas Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
pelarut dengan senyawa yang akan dilarutkan interaksi waktu ekstraksi dan konsentrasi
memaksimalkan ekstraksi yang dilakukan. etanol dalam ekstraksi rambut jagung
Handayani et al., (2014) menyatakan bahwa berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
semakin tinggi konsentrasi etanol maka total fenol. Grafik hasil interaksi antara
rendemen ekstrak yang dihasilkan akan konsentrasi etanol dan waktu ekstraksi
semakin tinggi. terhadap total fenol pada ekstrak rambut
Semakin lama waktu ekstraksi akan jagung dapat dilihat pada Gambar 3.
meningkatkan jumlah rendemen ekstrak Gambar 3 menunjukkan bahwa total fenol
rambut jagung. Handayani et al., (2014) tertinggi diperoleh dari ekstraksi dengan
menyatakan bahwa semakin lama waktu etanol 90% dengan waktu 18 menit yaitu
ekstraksi maka kesempatan bahan kontak 159,39 mg GAE/g ekstrak, sedangkan total
dengan pelarut akan semakin besar sehingga fenol terendah diperoleh dari ekstraksi dengan
rendemen hasil ekstraksi juga akan etanol 30% dengan waktu 8 menit yaitu 75,41
bertambah. mg GAE/g ekstrak.

180

160
140,61 b 159,39 a
140 132,45 c
Total 120,41 e
120 128,16 d
Fenol 107,96 f
109,69 f 109,90 f
(mg 100 107,76 f
89,80 h 96,94 g
GAE/g 84,08 i
ekstrak) 80 75,41 j 86,63 hi
60 74,18 j
Etanol 30%
40 Etanol 45%
Etanol 60%
20 Etanol 75%
Etanol 90%
0
8 13 18
Waktu Ekstraksi (menit)
Gambar 4. Total fenol ekstrak rambut jagung (mg GAE/g ekstrak)
Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Kenaikan waktu proses ekstraksi yang keluar dari bahan, sementara semakin
digunakan akan meningkatkan penetrasi sedikitnya waktu ekstraksi yang digunakan
pelarut ke dalam bahan sehingga pelarut akan mempersulit pelarut untuk menembus
semakin mudah untuk menarik zat-zat kimia dinding-dinding pada bahan (Tambun et al.,

98
Kristanti, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

2016). Pada ekstraksi lengkuas merah kesesuaian polaritas pelarut dengan bahan
menggunakan pelarut etanol 96% juga akan meningkatkan proses ekstraksi pada
didapatkan bahwa kandungan total fenol bahan. Nisa et al., (2014) menyatakan bahwa
semakin meningkat seiring dengan semakin pada ekstraksi daun sirih merah, kenaikan
lama waktu ekstraksi sampai titik optimum konsentrasi etanol berbanding lurus dengan
(Tambun et al., 2016). Waktu ekstraksi total fenol yang diperoleh.
terbaik pada penelitian ini adalah 18 menit.
Hal serupa juga dilaporkan oleh Graziani et Total Flavonoid
al., (2010) yang menyatakan bahwa waktu 18 Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
menit juga merupakan waktu optimum untuk interaksi waktu ekstraksi dan konsentrasi
etanol dalam ekstraksi rambut jagung
memperoleh total fenol terbaik pada Crocus
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
sativus. total flavonoid. Grafik hasil interaksi antara
Konsentrasi etanol yang meningkat konsentrasi etanol dan waktu ekstraksi
mengakibatkan polaritas pelarut yang terhadap total flavonoid pada ekstrak rambut
menurun akan meningkatkan total fenol. jagung dapat dilihat pada Gambar 4.
Handayani et al., (2014) menyatakan bahwa
180
160 149,95 a
145,825 b
140 126,45 d 136,7 c
Total 120 111,7 f 125,7 d 121,825 e
Flavono 105,825 g 114,2 f
100 98,325 h 105,575 g
id (mg 89,45 i
QE/g 80 75,2 j 87,45 i Etanol 30%
ekstrak) 60 67,95 k Etanol 45%
Etanol 60%
40
Etanol 75%
20 Etanol 90%
0
8 13 18
Waktu Ekstraksi (menit)
Gambar 4. Total flavonoid ekstrak rambut jagung (mg QE/g ekstrak)
Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Gambar 4 menyatakan bahwa total penelitian menyatakan bahwa semakin lama


flavonoid tertinggi diperoleh dari ekstraksi waktu ekstraksi dan semakin tinggi
dengan etanol 90% dengan waktu 18 menit konsentrasi etanol maka total flavonoid juga
yaitu 149,95 mg QE/g ekstrak, sedangkan semakin meningkat.
total flavonoid terendah diperoleh dari Kenaikan waktu proses ekstraksi yang
ekstraksi dengan etanol 30% dengan waktu 8 digunakan akan meningkatkan penetrasi
menit yaitu 67,95 mg QE/g ekstrak. Hasil pelarut ke dalam bahan baku. Ibrahim et al.,

99
Vol.8, No.1, Maret 2019. Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Konsentrasi …

(2015) menyatakan bahwa waktu ekstraksi mempengaruhi hasil ekstraksi bahan karena
yang terlalu singkat akan menyebabkan tidak senyawa target yang akan diekstrak akan
semua senyawa dapat terekstrak dari bahan. mudah larut pada tingkat polaritas yang sama.
Winata dan Yunianta., (2015) menyatakan
bahwa semakin lama waktu ekstraksi, Aktivitas Antioksidan
kuantitas bahan yang terekstrak juga semakin Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
meningkat dikarenakan kesempatan untuk interaksi waktu ekstraksi dan konsentrasi
bersentuhan antara bahan dengan pelarut etanol dalam ekstraksi rambut jagung
semakin besar sehingga hasilnya akan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
bertambah sampai titik jenuh larutan. Hasil aktivitas antioksidan. Grafik hasil interaksi
penelitian menyatakan bahwa konsentrasi antara konsentrasi etanol dan waktu ekstraksi
etanol yang meningkat akan meningkatkan terhadap aktivitas antioksidan pada ekstrak
total flavonoid. Purwanto et al., (2014) rambut jagung dapat dilihat pada Gambar 5.
menyatakan bahwa polaritas pelarut sangat
80
70 62,25 b 70,18 a
60 55,74 c
Aktivitas 55,69 c
49,90 d
Antioksidan 50 43,54 e 50,92 d
(%) 40 44,65 e
39,59 f 38,81 f
30 31,68 g Etanol 30%
28,06 h 25,99 i Etanol 45%
20 22,81 j Etanol 60%
20,44 k
10 Etanol 75%
Etanol 90%
0
8 13 18
Waktu Ekstraksi (menit)
Gambar 5. Aktivitas antioksidan ekstrak rambut jagung (%)
Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Gambar 5 menunjukkan bahwa aktivitas memperoleh aktivitas antioksidan terbaik


antioksidan tertinggi diperoleh dari ekstraksi pada Cinnamomum zeylanicum. Aktivitas
dengan etanol 90% dengan waktu 18 menit antioksidan dipengaruhi oleh meningkatnya
yaitu 70,18%, sedangkan aktivitas antioksidan total fenol dan flavonoid pada bahan sehingga
terendah diperoleh dari ekstraksi dengan semakin tinggi total fenol dan flavonoid maka
etanol 30% dengan waktu 8 menit yaitu semakin tinggi juga aktivitas antioksidannya
20,44%. Semakin lama waktu ekstraksi dan sesuai dengan Gambar 3, 4 dan 5.
semakin tinggi konsentrasi etanol maka Hubungan antara kandungan fenol total
semakin tinggi juga aktivitas antioksidan yang dan total flavonoid terhadap aktivitas
dihasilkan. Waktu ekstraksi terbaik pada antioksidan memiliki kolerasi yang kuat.
penelitian ini adalah 18 menit. Hal serupa Angkasa dan Suleman (2012) menyatakan
juga dilaporkan oleh Graziani et al., (2010) bahwa kandungan total fenol pada daun
yang menyatakan bahwa waktu 18 menit juga Hantap (Sterculia coccinea. Jack) memiliki
merupakan waktu optimum untuk nilai korelasi sebesar 99% terhadap aktivitas

100
Kristanti, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

antioksidannya. Hasil penelitian Kemit et yaitu dengan waktu 18 menit menggunakan


al.,(2016) menyatakan bahwa total flavonoid pelarut etanol 90%. Berdasarkan hasil
juga memiliki korelasi positif dengan aktivitas tersebut maka dilakukan uji lanjut yaitu
antioksidan pada ekstrak daun alpukat penentuan IC50. Hasil pengujian aktivitas
(Persea Americana Mill) dengan nilai rata- antioksidan ekstrak rambut jagung dalam
rata koefisien korelasi (R2) sebesar 0,955. beberapa konsentrasi dapat dilihat pada
Berdasarkan hasil analisis aktivitas Gambar 6.
antioksidan pada ekstrak rambut jagung
diperoleh perlakuan terbaik untuk ekstraksi
80
Aktivitas antioksidan (%)

y = 0,5916x + 11,661
R² = 0,9985 70,18
60
59,33
47,17
40
36,22
20 24,11
16,35
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi ekstrak (ppm)
Gambar 6. Grafik hubungan antara aktivitas antioksidan dan konsentrasi ekstrak

Gambar 6 menunjukkan interaksi antara metode Microwave Assisted Extraction


konsentrasi ekstrak (x) dengan aktivitas (MAE) adalah 18 menit dengan pelarut
antioksidan (y) yang diperoleh. Diketahui etanol 90%. Berdasarkan perlakuan
bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak terbaik tersebut didapatkan jumlah
maka semakin tinggi juga aktivitas rendemen, total fenol, total flavonoid, dan
antioksidannya. Analisis regresi linier yang aktivitas antioksidan masing-masing
diperoleh dari grafik tersebut menyatakan sebesar 24,54%, 159,65 mg GAE/g
persamaan y = 0,5915x + 11,661 dengan IC50 ekstrak, 149,95 mg QE/g ekstrak, dan
sebesar 64,81 ppm. 70,18%. Nilai IC50 adalah sebesar 64,81
ppm.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang Saran
telah diperoleh, maka dapat disimpulkan Perlu dilakukan penelitian yang mengkaji
beberapa hal sebagai berikut : pengaruh konsentrasi etanol yang lebih tinggi
1. Interaksi waktu ekstraksi dan konsentrasi dan waktu ekstraksi yang lebih lama untuk
etanol berpengaruh sangat nyata terhadap menghasilkan ekstrak rambut jagung dengan
rendemen, total fenol, total flavonoid, dan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi.
aktivitas antioksidan ekstrak rambut
jagung. DAFTAR PUSTAKA
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
waktu ekstraksi terbaik menggunakan

101
Vol.8, No.1, Maret 2019. Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Konsentrasi …

Anonimus. 2012. Produksi padi, jagung, dan exercise in mice. African Journal of
kedelai. Badan Pusat Statistik. Biotechnology 10: 3163–3167
www.bps.go.id/getfile.php?news=938/
diakses tanggal: 23 Juni 2018. Ince, A.E., S. Sahin dan G.S. Servet. 2013.
Extraction of phenolic compounds
Angkasa, D dan A. Sulaeman. 2012. from melissa using microwave and
Pengembangan Minuman Fungsional ultrasound. Turk Journal Agritech
Sumber Serat dan Antioksidan dari 37:69:75.
Daun Hantap (Sterculia oblongata R.
Brown.). Skripsi. Tidak Jain, T., V. Jain, R. Pandey, A. Vyas dan S.
dipublikasikan. Departemen Gizi Shukla. 2009. Microwave assisted
Masyarakat Institut Pertanian Bogor, extraction for phytoconstituents – an
Bogor. overview. Asian Journal Research
Chemistry 2: 19-25.
Bushman, B.S. 2002. The Genetic Basis of
Chlorogenic Acid Synthesis in Kemit, N., I.W.R. Widarta, dan K.A.
Maize.PhD Dissertation University of Nocianitri. 2015. Pengaruh jenis
Missouri-Columbia, USA. pelarut dan waktu maserasi terhadap
kandungan senyawa flavonoid dan
Faesal. 2013. Pengolahan Limbah Tanaman aktivitas antioksidan ekstrak daun
Jagung Untuk Pakan Ternak Sapi alpukat (Persea Americana Mill).
Potong. Prosiding Seminar Nasional Jurnal ITEPA 5(2): 130-141
Inovasi Teknologi Pertanian. Badan
Litbang Pertanian, Jakarta Kirk, R.E. dan D.F. Othmer. 1998.
Encyclopedia of Chemical
Graziani, G., M. Galo, R. Ferracane, A. Engineering Technology. The
Ritieni dan V. Fogliano. 2010. Interscience Publisher Division of
Microwave assisted extraction of John Wiley and Sons Inc, New York.
phenolic compounds from four
different spices. Molecules Journal Kojic, A.B., P. Mirela, T. Srecko, K. Stela, M.
15:6365-6374 Ibrahim, B. Mate dan V. Darko. 2011.
Effect of extraction conditions on the
Handayani, D., A. Mun’im dan A.S. Ranti. extractability of phenolic compounds
2014. Optimation of green tea waste from lyophilised fig fruits (Ficus
extraction using microwave assisted carcia L). Journal Food Nutrition
extraction to yield green tea extract. Science 61(3): 195-199.
Traditional Medicine Journal
19(1):29-35 Langat, M. K. 2011. Chemical Constituents of
East European Forest Species. Book of
Herbie, T. 2015. Kitab Tanaman Berkhasiat Extended Extracts, Kenya
Obat-226 Tumbuhan Obat untuk
Penyembuhan Penyakit dan Liu, J., C. Wang, Z. Wang, C. Zhang, S. Lu
Kebugaran Tubuh. Octopus Publishing dan J. Liu. 2011. The antioxidant and
House, Yogyakarta free radical scavenging activities of
the extract and fraction from cornsilk
Hu, Q. L. and Z. Deng. 2011. Protective (Zea mays L.) and related flavone
effects of flavonoids from corn silk on glycosides. Food Chemistry 126(1):
oxidative stress induced by exhaustive 261-269

102
Kristanti, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

Sarepoua, E., R. Tangwochai, B. Suriharn dan


K. Lertrat. 2013. Relationship between
phytochemicals and antioxidant
activity in corn silk. International
Food Research Journal 20(5): 2073-
2079
Sompong, R., S. Siebenhandl-Ehn, G.
Linsberger-Martin dan G.E.
Berghofer. 2011. Physicochemical and
antioxidative properties of red and
black rice varieties from Thailand,
China and Sri Lanka. Food Chemistry
124: 132-140.
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip
dan Prosedur Statistik Suatu
Pendekatan Biometric. Penerjemah
Bambang Sumantri. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Wang, C., T. Zhang, J. Liu, S. Lu, C. Zhang,
E. Wang, Z. Wang, Y. Zhang dan J.
Liu. 2011. Subchronic toxicity study
of cornsilk with rats. Journal of
Ethnopharmacology 137: 36–43.
Widarta, I.W.R. dan I.W. Arnata. 2017.
Extraction of bioactive compounds
from avocado leaves by sonication at
various solvent types and
concentration. Agritech Journal
37(2):158-166

103

Anda mungkin juga menyukai