Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

ISOLASI DAN STANDARISASI BAHAN ALAM


BAB 1
EKTRAKSI TEMULAWAK (Curcumin Xanthorriza Roxb.) DENGAN
METODE MASERASI

NAMA KELOMPOK:
ADILAH ATHTAHIRAH (1042111001)
AHMAD IHSAN MUSOFI (1042111005)
ALLYA KUSUMA (1042111009)
AMANDA MARIADENY (1042111013)

PROGAM STUDI S1 FARMASI


STIFAR YAYASAN PHARMASI SEMARANG
2024
A. JUDUL
Ektraksi Temulawak (Curcumin xanthorriza roxb.) Dengan Metode Maserasi

B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu melakukan ekstraksi bahan, tanaman obat (temulawak)
dengan menggunakan metode maserasi
2. Mahasiswa mempelajari dan mengetahui cara melakukan ekstraksi tanaman
dengan metode maserasi

C. DASAR TEORI
Temulawak adalah tanaman asli Indonesia termasuk ke dalam famili
Zingiberaceae. Tanaman ini secara empiris dilaporkan dapat mengobati berbagai
penyakit seperti radang dan pembengkakan saluran cerna, batu empedu, liver,
dyspepsia, antispasmodic (Wahyuni et al. 2017). temulawak dimanfaatkan sebagai
pengobatan tradisional maupun sebagai rempah-rempah. Temulawak dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia seperti menghilangkan rasa nyeri sendi,
menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah, antibakteri, dan sebagai
antioksidan. Minyak atsiri dapat dimanfaatkan untuk merangsang pengeluaran cairan
empedu yang berfungsi sebagai penambah nafsu makan dan anti spasmodicum, yaitu
menenangkan dan mengembalikan kekejangan otot (Adipratama, 2009). Indonesia
merupakan salah satu negara agraris yang sebagian besar penduduknya bertumpu
pada bidang pertanian. Salah satu komoditas bahan alam andalan Indonesia yakni
temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) (Anggoro et al., 2015).Produksi temulawak
di Indonesia pada tahun 2015 tercatat sebanyak 27.840.185 kg(Anon., 2015).
Temulawak masih sangat berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki bahan
aktif kurkumin di dalamnya. Kurkumin termasuk senyawa fenolik yang memberikan
pigmen berwarna kuning yang diperoleh dari rimpang tanaman family Jahe
(Zingiberaceae) (Akramet al., 2010). Kandungan senyawa kimia pada temulawak
seperti Alkaloid, Flavonoid, Triterpenoid, Saponin dan Tanin. Kandungan ini
memiliki manfaat untuk antioksidan, antimikroba, dan antiinflamsi.
Ekstraksi adalah proses pemisahan komponen-komponen dalam larutan
berdasarkan perbedaan kelarutannya. Faktor–faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi
adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, jumlah sampel, suhu, dan jenis pelarut
(Utami, 2009).Selama proses ekstraksi, bahan aktif akan terlarut oleh zat penyari yang
sesuai sifat kepolarannya. Ekstraksi dapat dilakukan dengan metode maserasi.
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan. Cara ini
sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri (Agoes, 2007). Metode maserasi
dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil (Mukhriani,
2014). Metode maserasi juga merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman
bahan dengan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan
pemanasan rendah atau tanpa adanya proses pemanasan (Chairunnisa et al. 2019).
Dasar dari maserasi adalah untuk melarutnya bahan dari kandungan simplisia dari sel
yang rusak, pada saat penghalusan, ekstraksi bahan kandungan dari sel yang masih
utuh. Waktu maserasi telah selesai artinya keseimbangan antara antara bahan yang
akan diekstraksi bahan kandungannya masuk kedalam cairan, telah tercapai maka
proses difusi telah berakhir. Selama maserasi dilakukan pengocokan secara berulang-
ulang, untuk menjamin keseimbangan bahan konsetrasi bahan ekstrak dalam cairan.
Dalam keadaan diam menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif (Istiqomah,
2013). Maserasi Kinetik adalah melakulan pengulangan penambahan pelarut setelah
penyaringan maserasi pertama dan seterusnya. Metode maserasi dapat menghindari
rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil. Pada waktu maserasi yang tepat
akan menghasilkan senyawa yang optimal dan waktu maserasi yang terlalu singkat
maka akan mengakibatkan semua senyawa tidak terlarut dalam pelarut yang
digunakan (Amelinda et al. 2018). Menurut Budiyanto dan Yulianingsih (2008) waktu
ekstraksi sangat berpengaruh terhadap senyawa yang dihasilkan. Waktu maserasi
yang tepat akan menghasilkan senyawa yang optimal.Waktu maserasi yang terlalu
singkat dapat mengakibatkan tidak semua senyawa terlarut dalam pelarut yang
digunakan.

D. HASIL PENGAMATAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data:
Berat simplisia : 100,0251
Berat ekstrak : 11,0035
Berat cawan : 97,1545
Berat cawan + ekstrak: 108,1580

% Rendemen = 11,0035 g / 100,0251 g x 100% = 11,00%

E. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan ektraksi temulawak menggunakan metode
Maserasi. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstraksi substansi
yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Tujun ekstraksi adalah penyarian
komponen kimia atau zat aktif dari bagian tanaman obat.
Maserasi cara cepat ialah proses ekstraksi menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengadukan pada suhu ruangan. Keuntungan dari cara penyarian itu
adalah pengerjaannya dan peralatannya yang digunakan sederhana serta
pengerjaannya atau proses pengekstraksiannya cepat, sedangkan untuk kerugiannya
adalah penguapannya lama, dan pelarut yang digunakan cukup banyak.
Temulawak masih sangat berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki
bahan aktif kurkumin di dalamnya. Kurkumin termasuk senyawa fenolik yang
memberikan pigmen berwarna kuning yang diperoleh dari rimpang tanaman family
Jahe (Zingiberaceae). Kandungan senyawa kimia pada temulawak seperti Alkaloid,
Flavonoid, Triterpenoid, Saponin dan Tanin. Kandungan ini memiliki manfaat untuk
antioksidan, antimikroba, dan antiinflamsi.
Pada ekstraksi ini digunakan pelarut etanol 96% dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama satu hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel
melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan di dalam sel dengan di luar sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan
dan selanjutnya hasil filtrat yang diperoleh diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental.
Setelah didapatkan ekstrak, maka dihitung rendemen yang dihasilkan,
Rendemen yang diperoleh dari hasil penelitian ini sebesar 11,00% Menurut Afif
(2006) perbedaan rendemen yang terjadi pada masing-masing kelompok disebabkan
oleh metode ekstraksi, jumlah pelarut, waktu ekstraksi, ukuran serbuk dan suhu yang
digunakan. Umur pemanenan juga berpengaruh terhadap rendemen temulawak.
Penelitian Rosiyani (2010) menemukan rendemen ekstrak temulawak berkisar antara
9.092%-10.605% ). Rendemen ekstrak pada rimpang temulawak dengan umur yang
berbeda berpengaruh nyata dan rendemen rimpang umur 8 bulan berbeda nyata
dengan rendemen rimpang umur 7 dan 9 bulan. Besarnya rendemen menunjukkan
banyaknya komponen yang terekstrak selama proses maserasi. Maka perbedaan
rendemen dipengaruhi oleh banyaknya jumlah komponen senyawa aktif yang terdapat
dalam rimpang temulawak. Hal ini menunjukkan bahwa rimpang temulawak umur 8
bulan mempunyai komponen senyawa metabolit terbanyak dibanding umur 7 dan 9
bulan. Namun, banyaknya rendemen tidak mampu mengukur kadar kurkuminoid
maupun xanthorizol. Hal ini disebabkan tidak hanya metabolit sekunder saja yang
teresktrak tetapi semua metabolit yang ikut tertarik selama proses ekstrkasi.

F. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan atau praktikum yang dilakukan, didapatkan rendemen
temulawak yang dilakukan ekstraksi maserasi langsu 11,00%. Besar kecilnya nilai
randemen menunjukan keefektifan proses ekstraksi. Efektivitas proses ekstraksi
dipengaruhi oleh jenis pelarut yang digunakan sebagai penyari, ukuran partikel,
simplisia, metode dan lamanya ekstraksi.

G. DAFTAR PUSTAKA
Wahyuni, D.T. dan S.B. Widjanarko. 2015.Pengaruh jenis pelarut dan lamaekstraksi terhadap
ekstrak karotenoid labu kuning dengan metode gelombang ultrasonik. Jurnal Pangan dan
Agroindustri. 3(2):390-401.

Adipratama, D. N. (2009). Pengaruh Ekstrak Etanol Temulawak (Curcuma xanthorrhiza


Roxb.) Terhadap Jumlah Total Dan Diferensi Leukosit Pada Ayam Petelur (Gallus gallus)
Strain Isa Brown.

Anggoro D, Rezki RS, Siswarni, MZ. 2015. Ekstraksi Multi Tahap Kurkumin dari
Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) Menggunakan Pelarut Etano Jurnal Teknik Kimia
USU. 4(2). pp. 40-43.

Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. ITBPress, Bandung

Chairunnisa S, Ni Made W, Lutfi S. 2019. Pengaruh Suhu dan Waktu Maserasi terhadap
Karakteristik Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.) sebagai Sumber Saponin. Jurnal
Rekayasa dan Manajemen Agroindustri. 7(4): 551-560.
Amelinda E, Widarta IWR, Darmayanti LPT. 2018. Pengaruh Waktu Maserasi Terhadap
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.). Jurnal
Ilmu dan Teknologi Pangan (ITEPA). 7(4): 165–174.

H.LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai