Anda di halaman 1dari 5

REVIEW JURNAL

Alam Muzdalifah
Kelas B, 70100118014

Ekstraksi Antioksidan Spirulina Sp. Dengan Menggunakan Metode Ultrasonikasi Dan


Aplikasinya Untuk Krim Kosmetik
Siti Agustina, Novi Nur Aidha, dan Eva Oktarina

Spirulina sp. merupakan salah satu jenis mikroalga yang bersifat autotrof, bersifat prokariotik,

uniseluler dan berbentuk seperti filamen yang menyerupai spiral berwarna biru kehijauan. Spirulina

sp. merupakan salah satu mikroalga yang mengandung antioksidan dan pigmen alami yang aman

digunakan sebagai bahan kosmetik, skincare, atau sebagai zat aditif. (Nur, 2014).

Senyawa antioksidan yang terkandung di dalam mikroalga sebagai pigmen adalah klorofil,

karotenoid, dan fikobiliprotein (Fabrowska et al. 2015). Klorofil merupakan jenis pigmen yang

terkandung hampir semua jenis mikroalga. Selain sebagai pigmen pada farmasi, senyawa turunan dari

klorofil juga dapat digunakan sebagai produk kesehatan karena dapat menurunkan risiko terkena

kanker (Nur 2014).

Sumber antioksidan dari pigmen yang lainnya adalah karotenoid dan fikosianin. Karotenoid

adalah molekul lifofilik isoprenoid yang terdiri dari karoten (beta-karoten, alfakaroten, dan likopen)

dan xantofil (lutein, astaxanthin, zeaxanthin, violaxanthin, loroxanthin, fukoxanthin). Pigmen kuning

kemerahan beta-karoten dapat ditemukan pada beberapa spesies dari alga seperti Dunaliella Salina,

Haemotococcus pluvialis, Spirulina dan Chorella. Spirulina juga mengakumulasi betakaroten lebih

dari 0,8% - 1,0% berat keringnya (Fretes et al. 2012). Fikosianin merupakan pigmen biru yang

kebanyakan ditemui pada jenis Cyanobacteria, Rhodophyceae, dan Cryptophyceae. Fikosianin yang

terkandung dalam 10 gram Spirulina kering adalah sebesar 1400 mg (Rahmawati, Hidayatulloh, dan

Suprayatmi 2017).

Bahan aktif antioksidan dari Spirulina didapatkan dengan cara ekstraksi. Ekstraksi dilakukan

untuk memecahkan sel dengan metode antara lain secara kimia, mekanik dan enzimatik (Hosikian et

al. 2010; Henriques, Silva, dan Rocha 2007). Beberapa faktor yang mempengaruhi ekstraksi
mikroalga adalah jenis pelarut, suhu dan waktu proses (Plaza et al. 2009; Ibañez et al. 2012). Pada

umumnya proses ekstraksi mikroalga dilakukan dengan metode maserasi dan sistem soklet dengan

menggunakan pelarut organik. Penggunaan pelarut organik, diperlukan proses pemurnian untuk

menghilangkan residu pelarut yang terikut pada bahan aktif, karena pelarut ini tidak aman untuk

kesehatan dan lingkungan. Pada proses tersebut diperlukan waktu yang lama dan suhu tinggi, yang

akan mengakibatkan bahan aktif teroksidasi, sehingga mutu bahan aktif akan rendah (Kadam, Tiwari,

dan O’Dennell 2013).

Ekstraksi Spirulina dengan menggunakan ultrasonikasi, menghasilkan ekstrak fikosianin

sebesar 15,97% pada frekuensi 42 kHz dan 11,24% pada frekuensi 28 kHz. Ekstraksi menggunakan

soklet menghasilkan esktrak fikosianin sebesar 11,24%. Menggunakan ultrasonikasi dapat

menurunkan waktu ekstraksi dari 4 jam menjadi 20 menit dan waktu optimum adalah 55 oC

(Hadiyanto et al. 2016). Ekstraksi Spirulina menggunakan ultrasonikasi dengan variabel volume

pelarut (29 ml, 40 ml dan 60 ml) dan waktu ekstraksi (5 menit, 15 menit dan 25 menit) pada suhu 40

oC menghasilkan kondisi optimum frekuensi ultrasonikasi sebesar 40 kHz, waktu selama 25 menit,

rasio biomassa:pelarut sebesar 1:6 dan yield sebesar 1,38 µg/ml (Hadiyanto, Marsya, dan Fatkhiyatul

2015). Ekstrak mikroalga Spirulina sp. dapat diformulasikan menjadi sediaan berbentuk krim

antioksidan (Novak 2010). Krim merupakan sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung

bahan dasar yang sesuai dan mengandung air tidak kurang dari 60%. Sediaan krim untuk kulit dapat

berfungsi sebagai pelindung yang baik untuk kulit dan penghantar antioksidan ke dalam kulit

(Moldovan et al. 2017). Salah satu syarat yang harus dipenuhi suatu sediaan emulsi adalah stabil

secara fisik karena tanpa hal itu, suatu emulsi akan menjadi dua fase yang terpisah. Kestabilan emulsi

terlihat dari pemisahan fase (Dewi, Anwar, dan Yunita 2014).

Beta-karoten umumnya berasal dari turunan kelapa sawit (Crude Palm Oil) memiliki sifat

tidak larut pada air dan larut pada lemak. Pada umumnya digunakan sebagai bahan pangan misalnya

minyak goreng dan margarin yang berfungsi sebagai antioksidan. Nilai tambah antioksidan dari

mikroalga dibandingkan dari kelapa sawit adalah karotenoid yang dihasilkan oleh mikroalga adalah

jenis karotenoid primer, yang terdapat pada pigmen fotosintesis. Beta-karoten yang dihasilkan dari

mikroalga Spirulina memiliki sifat larut pada air. Hal tersebut karena pada Cyanobacteria karotenoid
membentuk Orange-CarotenoidProtein (OCP) yaitu karoten yang berikatan dengan gugus protein

sehingga memungkinkannya untuk larut pada air (Kerfeld 2004). Sifat tersebut berguna untuk

aplikasinya sebagai antioksidan dan pigmen di obat dan kosmetik. Nilai tambah lainnya adalah

budidaya alga memiliki waktu singkat dan tidak terlalu dipengaruhi oleh iklim dan kondisi tanah jika

dibandingkan dengan kelapa sawit. Proses ekstraksi beta-karoten dari mikroalga lebih mudah jika

dibandingkan dengan kelapa sawit (proses hidrogenasi).

KESIMPULAN

Bahan aktif Spirulina dapat diekstraksi dengan menggunakan metode ultrasonikasi dan

pengeringan dengan freeze dryer. Hasil identifikasi ekstrak mikroalga menunjukkan bahwa terdapat 3

jenis antioksidan yaitu betakaroten, fikosianin dan klorofil. Kondisi proses yang terbaik adalah

menggunakan pelarut air dan waktu ultrasonikasi 15 menit, dengan menghasilkan kandungan

antioksidan sebesar 452,87 µM dan aktivitas antioksidan sebesar 70,27%, rendemen sebesar 37,15

gram/liter serta kandungan beta-karoten sebesar 15,98 mg/kg. Aplikasi pada krim kosmetik

menunjukkan kadar beta-karoten tertinggi pada kondisi proses sonikasi selama 15 menit dengan

penambahan 0,2 % ekstrak, yaitu 4,85 mg/kg dan memilki aktivitas antioksidan 16,83 µM. Secara

keseluruhan krim kosmetik stabil baik dari warna, bau, tekstur, homogenitas serta penyimpanan.

Selain itu krim ini juga aman digunakan karena kadar cemaran mikroba ALT dan AKK dibawah

ambang batas yaitu kurang dari 103 koloni/g


DAFTAR PUSTAKA

Dewi, R., E. Anwar, dan K.S Yunita. 2014. “Uji Stabilitas Fisik Formula Krim Yang Mengandung
Ekstrak Kacang Kedelai ( Glycine Max ).” Journal of Pharmaceutical Sciences and Research
1: 194–208.
Fabrowska, J, B. Leska, G. Schroeder, B. Messyasz, dan M. Pikosz. 2015. “Biomass and Extracts of
Algae as Material for Cosmetics.” In Marine Algae Extracts: Processes, Products, and
Applications, edited by Se-Kwon Kim and Katarzyna Chojnacka, First Edit, 681–706. Wiley-
VCH Verlag GmbH & Co. KGaA.
Fretes, H De, A.B. Susanto, B. Prasetyo, dan L. Limantara. 2012. “Potensi Kesehatan Aplikasi Dan
Bioteknologi [ Carotenoids from Macroalgae and Microalgae : Health Potential , Application
and Biotechnology ].” Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan XXIII (2).
doi:10.6066/jtip.2012.23.2.221.
Hadiyanto, H., M.A. Marsya, dan P. Fatkhiyatul. 2015. “Jurnal Teknologi Improved Yield oF β -
Carotene from Microalgae Spirulina Plantesis Using Ultrasound Assistes Extraction.” Jurnal
Teknologi 77 (1): 219– 22. doi:10.11113/jt.v77.4482.
Hadiyanto, Suttrisnorhadi, H. Sutanto, dan M Suzery. 2016. “Phyocyanin Extraction from Microalgae
Spirulina Platensis Assisted by Ultrasound Irradiation : Effect of Time and Temperature.”
Songklanakarin Journal of Science and Technology 38 (4): 391–98.
Henriques, M., A. Silva, dan J. Rocha. 2007. “Extraction and Quantification of Pigments from a
Marine Microalga : A Simple and Reproducible Method,” 586–93. Hosikian, Aris, Su Lim,
Ronald Halim, dan Michael K. Danquah. 2010. “Chlorophyll Extraction from Microalgae : A
Review on the Process Engineering Aspects” 2010. doi:10.1155/2010/391632.
Ibañez, El, M. Herrero, J.A. Mendiola, dan M. Castro-puyana. 2012. Extraction and Characterization
of Bioactive Compounds with Health Benefi Ts from Marine Resources : Macro and Micro
Algae , Cyanobacteria , and Invertebrates Bioactive Compounds from Marine Sources. Edited
by M Hayes. Madrid, Spain: Springer Science+Business Media. doi:10.1007/978-1-4614-
1247-2.
Moldovan, Mirela, Abir Lahmar, Cătălina Bogdan, Simona Părăuan, Ioan Tomuță, dan Maria Crișan.
2017. “Formulation and Evaluation of a Water-in-Oil Cream Containing Herbal Active
Ingredients and Ferulic Acid.” Clujul Medical 90 (2): 212. doi:10.15386/cjmed-668.
Novak, Alessandra Cristine. 2010. “Evaluation of the Cosmetic Potential of the Cyanobacterium
Spirulina Platensis.” Ufpr
Nur, M.M. Azimatun. 2014. “Potensi Mikroalga Sebagai Sumber Pangan Fungsional Di Indonesia
( Overview ) Potency of Microalgae as Source of Functional Food in Indonesia ( Overview )”
XI (2): 1–6.
Kadam, Shekhar, B.K. Tiwari, dan C.P O’Dennell. 2013. “Application of Novel Extraction
Technologies for Bioactives from Marine Algae.” Journal of Agricultural and Food
Chemistry 61: 4667–75. doi:10.1021/jf400819p.
Kerfeld, Cheryl A. 2004. “Water-Soluble Carotenoid Proteins of Cyanobacteria.” Archives of
Biochemistry and Biophysics 430 (1): 1–8. doi:10.1016/j.abb.2004.03.018.
Rahmawati, S.I., S. Hidayatulloh, dan M. Suprayatmi. 2017. “Antioksidan Extraction of Phycocyanin
from Spirulina Plantesis for Biopigment and Antioxidant.” Jurnal Pertanian 8 (1): 36–45.
Plaza, M., S. Santoyo, M. Herrero, L. Jaime, G.G Reina, M. Herrero, F.J Señoráns, dan E. Ibáñez.
2009. “Screening for Bioactive Compounds from Algae.” Journal of Pharmaceutical and
Biomedical Analysis 51: 450–55. doi:10.1016/j.jpba.2009.03.016.

Anda mungkin juga menyukai