Anda di halaman 1dari 19

BLOK TEKNOLOGI SEMI SOLID 2

BELAJAR MANDIRI
TUTORIAL 3 GEL NATRIUM DIKLOFENAK

OLEH :

NAMA : Alam Muzdalifah

NIM : 7010018014
KELAS :C
DOSEN : Nur Azizah Syahrana, S.Farm., M.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2020

Skenario

As Seorang staf R&D sebuah perusahaan farmasi PT. UINAM mendapatkan tugas
memformulasikan suatu sediaan topical untuk mengatasi gangguan muskoletal dan berfungsi
sebagai analgesic serta inflamasi. Berdasarkan literatur, As memutuskan akan membuat
sediaan dengan zat aktif Diclofenac sodium. Anda sebagai seorang farmasi dipercayakan
untuk melakukan kajian terapi, menyusun formula, membuat, dan mengevaluasi sediaan
emulsigel sehingga memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan siap dipasarkan.

A. Studi Preformulasi
1. Studi Farmakologi Natrium Diklofenak

Natrium diklofenak merupakan salah satu OAINS derivat asam fenilasetat.


Selain antiinflamasi, natrium diklofenak juga mempunyai aktivitas lain
sebagai analgesik dan antipiretik. Senyawa ini merupakan inhibitor
cyclooxygenase nonselektif yang potensinya jauh lebih besar daripada
indometasin, naproksen, atau beberapa senyawa lain.

Obat ini bekerja dengan cara menghambat enzim cyclooxygenase (COX)


sehingga produksi prostaglandin di seluruh tubuh akan menurun.
Penghambatan terhadap enzim cyclooxygenase-2 (COX-2) diperkirakan
memediasi efek antipiretik (penurunan suhu tubuh saat demam), analgesik
(pengurangan rasa nyeri), dan antiinflamasi (anti peradangan). Sedangkan
penghambatan enzim COX-1 menyebabkan gangguan pada pencernaan berupa
luka atau ulkus di lambung disamping gangguan pembekuan darah.
NatriumNatrium diklofenak sering digunakan untuk penanganan simptomatik
jangka lama pada artritis reumatoid, osteoartritis, dan spondilitis
ankilosa.Senyawa ini mungkin juga berguna untuk penanganan jangka pendek
cedera otot rangka akut, bahu nyeri akut (bisipital tendinitis dan subdeltoid
bursitis), nyeri paskaoperasi, dan dismenorea. Selain itu, ada juga bentuk
larutan yang digunakan untuk penanganan radang paskaoperasi setelah
pengangkatan katarak.

2. Studi Farmakokinetik
Natrium diklofenak merupakan NSAID dengan potensi tinggi dan toleransi
yang baik. Dosis lazim yang biasa digunakan adalah 100 sampai 200 mg per
hari, diberikan dalam beberapa dosis terbagi. Efek samping terjadi pada sekitar
30% penderita, meliputi ulserasi gastrointestinal, kenaikan enzim hepar,
trombositopenia, gangguan fungsi ginjal, gangguan sistem saraf pusat, serta
alergi. NatriumNatrium diklofenak merupakan inhibitor COX yang relatif non
spesifik sehingga risiko efek samping gastrointestinalnya lebih rendah
dibandingkan NSAID konvensional lainnya. Obat ini juga memiliki kelebihan
dari segi biaya karena telah tersedianya bentuk generik yang relatif murah.
Obat ini dapat menyebabkan oliguria dan peningkatan kadar serum kreatinin,
juga nefritis interstitial. Penggunaannya dalam jangka waktu lama untuk
penyakit- penyakit kronik tentunya akan meningkatkan risiko efek samping
obat ini terhadap ginjal. Nefrotoksisitas natrium diklofenak perlu diwaspadai
karena penggunaannya yang kebanyakan pada pasien lansia dimana fungsi
ginjal telah menurun. Terdapat beberapa laporan kasus gagal ginjal akut
setelah inisiasi dosis akut tinggi NSAID, terutama pada orang tua. Beberapa
kasus gagal ginjal akut pada pasien yang sehat juga telah dilaporkan.

Absorpsi natrium diklofenak melalui saluran cerna berlangsung cepat dan


Sempurna. Laju absorpsi akan melambat jika diberikan bersamaan dengan
Makanan, tapi tidak dengan jumlah yang diabsorpsi.Obat ini terikat 99% pada
Protein plasma dan mengalami efek lintas awal (first pass) sebesar 40-50%.
Walaupun waktu paruh singkat yaitu 1-3 jam, natrium diklofenak diakumulasi
di Cairan sinovial yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang
dari Waktu paruh obat tersebut. Metabolisme natrium diklofenak berlangsung
di hati Oleh isoenzim sitokrom P450 subfamili CYP2C menjadi 4-
hidroksidiklofenak, Metabolit utama, serta bentuk terhidroksilasi lain.
Metabolit tersebut akan Diekskresi dalam urin (65%) dan empedu (35%)
setelah mengalami glukoronidasi Dan sulfasi

B. Uraian Bahan
1. Zat aktif

Na Diklofenak (FI IV halaman 1405, USP halaman 32)


Pemerian : Serbuk hablur putih hingga hamper putih,
higroskopik

Nama Lain : Natrii-diklofenak. Diclofenac sodium

Nama Kimia : Natrium [0-(2,6-dikloroanilino)fenil] asetat

Rumus Molekul :C14H10C12NNaO2

Berat Molekul : 318,13

Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, larut dalam etanol, agak


sukar larut dalam air, praktis larut dalam kloroform dan dalam eter

pH : 4,0 7,5

Titik Leleh : 284°C

Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah kedap dan tertutup rapat

Stabilitas : Gel 1% Na Diklofenak harus disimpan pada suhu 25°C


dan terlindung dari panas. Stabil tanpa adanya O2 dan dalam buffer
pH 7,6

Inkompatibilitas :-

Sifat Khusus : Sedikit higroskopis

Koefisien Partisi : 4,5

2. Na-CMC (HOPE, hal. 118)

Nama Lain : Akucell, Aqualon CMC, Aquasorb, Blanose,


Carbose D, carmellosum natricum, Cel-O-Brandt, gom Selulosa,
Cethylose, Na CMC, E466, Finnfix, Glykocellan, Nymcel ZSB, SCMC,
natrium Karboksimetilselulosa, natrium glikolat selulosa, Sunrose,
Tylose CB, Tylose MGA, Walocel C, XyloMucine.

Struktur Kimia :
Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem, tidak berbau, tidak
berasa, butiran bubuk. Bersifat higroskopis setelah pengeringan.

Rumus Molekul :-

Berat Molekul : 90.000 – 700.000.

Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal,


tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain.

pH : antara 6,5 sampai 8,5

Titik Leleh :-

Wadah dan Penyimpanan : Sediaan cair jika disimpan untuk waktu


yang lama harus mengandung pengawet antimikroba. Bahan

serbuk harus disimpan dalam wadah tertutup baik pada tempat sejuk
dan kering.

Stabilitas : Na CMC stabil, meskipun bersifat higroskopis. Dalam


kondisi kelembaban yang tinggi, Na CMC dapat menyerap air dalam
jumlah besar (> 50 %). Pada tablet, hal ini berkaitan dengan
penurunan kekerasan tablet dan peningkatan waktu hancur. Larutan
Na CMC stabil pada pH 2-10, pengendapan dapat terjadi pada pH di
bawah 2, dan viskositas larutan menurun dengan cepat di atas pH 10.
Umumnya, larutan menunjukkan viskositas maksimum dan stabilitas
pada pH 7-9.

Na CMC dapat disterilkan dalam keadaan kering dengan


mempertahankannya pada suhu 160C selama 1 jam. Namun, proses
ini menghasilkan penurunan yang signifikan pada viskositas dan
beberapa penurunan sifat pada sediaan yang dibuat dari bahan yang
disterilkan. LarutanLarutan dapat disterilkan dengan pemanasan,
meskipun hal ini juga mengakibatkan penurunan viskositas. Setelah di
autoklaf, viskositas berkurang sekitar 25 % , namun penurunan ini tidak
begitu terlihat jika dibandingkan dengan sediaan yang dibuat dari
bahan disterilkan dalam keadaan kering. Besarnya pengurangan
tergantung pada berat molekul dan derajat substitusi, pada berat
molekul yang tinggi umumnya mengalami penurunan viskositas
dengan persentase yang lebih besar. Sterilisasi dari sediaan dengan
iradiasi sinar gamma juga menghasilkan penurunan viskositas.

Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan larutan asam


kuat dan dengan garam terlarut dari besi dan Beberapa logam lainnya,
seperti aluminium, merkuri , dan seng . Na CMC juga kompatibel
denganXanthan gum. Pengendapan dapat terjadi pada pH < 2 dan jika
dicampur dengan etanol (95 %).Na CMC membentuk kompleks
koarsevatif dengan gelatin dan pektin. Na CMC juga membentuk
Kompleks dengan kolagen dan dan memiliki potensi untuk mengendap
akibat muatan psositif Protein.

Kegunaan : gelling agent, Agen pelapis, agen penstabil, zat


pensuspensi, disintegran tablet dan kapsul, tablet binder, agen
Peningkat viskositas, agen penyerap air.

3. Propilen Glikol

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis


tidak berbau, menyerap air pada udara lembab

Nama Lain : Propilen glycolum, metil-glikol

Struktur Kimia :
Nama Kimia : 1,2-propanediol

Rumus Molekul :C3H8O2

Berat Molekul : 76,09

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan


dengan kloroform. Lart dalam beberapa minyak esensial dan dalam
eter, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak

pH :-

Titik Didih : 188°C

Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Stabilitas : Pada suhu tinggi akan teroksidasi menjadi


propionaldehid, asam laktat, asam piruvat dan asam asetat

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan reagen pengoksidasi


seperti potassium permanganat

Konsentrasi : 10-25%

4. Nipagin (Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 Hal 442, FI IV


Hal 551)

Pemerian : Hablur kecil, tidak berwana, atau serbuk hablur putih,


tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar

Nama Lain : Metilparaben, Metagin, Metil paraept, aseptoform, metyl


cemosept

Struktur Kimia :
Nama Kimia : Methyl-4-hydrobenzoate

Rumus Molekul : C8H8O3

Berat Molekul : 152,15

Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena, dan dalam


karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan eter

pH larutan :-

Titik Lebur : 125◦C – 128◦C

Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan bentonit, magnesium


trisilikat, talk, tragacant, sodium alginate, minyak esensial, sorbitol, dan
atropine.

Stabilitas : Pada ph 3-6 larutan nipagin cair dapat disterilkan


dengan autoklaf pada suhu 120◦C selama 20 menit. Stabil pada pH 3-6
pada suhu ruangan.

Konsentrasi : 0,12-0,18%

3.5 Nipasol (Handbook of Phmarmaceutical Excipient Hal 596, FI IV


Hal 713)

Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna

Nama Lain : Propyl Paraben, Propagin, Propyl Cemosept, Propyl


Parasept, Solbrol P, Tegosept

Struktur Kimia :
Nama Kimia : Propyl-4-hydroxibenzoate

Rumus Molekul : C10H12O3

Berat Molekul : 180,20

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih

pH larutan :-

Titik Lebur : 95◦C – 98◦C

Wadah dan Penyimpanan : Dalam wada tertutup baik

Stabilitas : Larutan nipasol cair pada pH 3-6 dapat disterilkan


dengan autoklaf, tanpa dekomposisi. Pada pH 3-6, larutan nipasol cair
stabil sampai ste lebuh sekitar 4 tahun pada suhu ruangan. Apabila
pada pH 8 atau di atasnya maka akan cepat terhidrolisis (10% atau
lebih setelah 60 hari pada suhu ruangan)

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan mgnesium aluminium


silikat, magnesium trisilikat, besi kuning oksida

Konsentrasi : 0,02-0,05%

5. Trietanolamin (DEPKES RI, 1995, Halaman 1203; Handbook Of


Pharmaceutical Exipients Halaman 663 – 664)

Pemerian : cairan kental tidak berwarna hingga kuning pucat,


bau lemah Mirip amoniak, higroskopik.

Kelarutan : mudah larut dalam air dan etanol 95% dan


dalam Kloroform.

Fungsi : zat tambahan, sebagai pengemulsi.

Stabilitas : trietanolamin bisa berubah menjadi coklat, akibat


pemaparan Pada udara dan cahaya. Trietanolamin harus disimpan
dalam Wadah tertutup baik, di tempat yang sejuk dan kering.

Inkompatibilitas : trietanolamin akan bereaksi dengan asam


mineral untuk Membentuk garam kristal dan eter. Trietanolamin juga
Bereaksi dengan tembaga untuk membentuk garam kompleks.
Trietanolamin juga dapat bereaksi dengan reagen seperti tionil klorida
untuk mengganti kelompok hidroksi dengan halogen.

Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari


cahaya.

6. Aquadest

Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa

Nama Lain : Dihidrogen Oksida, Aqua, aqua purificata

Nama Kimia : Dihidrogen oksida

Rumus Molekul : H2O

Berat Molekul : 16,02

Kelarutan :-

pH :7

Titik Didih : 100◦C

Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


.

C. Alasan Pemilihan
1. Alasan pemilihan bentuk Sediaan
Sediaan gel mempunyai kelebihan diantaranya adalah memiliki
viskositas Dan daya lekat tinggi sehingga tidak mudah mengalir pada
permukaan kulit, Memiliki sifat tiksotropi sehingga mudah merata bila
dioles, tidak meninggalkan Bekas, hanya berupa lapisan tipis seperti
film saat pemakaian, mudah tercucikan Dengan air, dan memberikan
sensasi dingin setelah digunakan, mampu Berpenetrasi lebih jauh dari
krim, sangat baik dipakai untuk area berambut dan lebih disukai secara
kosmetika, gel segera mencair jika berkontak dengan kulit dan
membentuk satu lapisan dan absorpsinya pada kulit lebih baik
daripada krim, memiliki daya lekat yang tinggi yang tidak menyumbat
pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu(Sharma, 2008)

2. Alasan pemilihan zat aktif

Natrium diklofenak merupakan salah satu OAINS derivat asam


fenilasetat. Selain antiinflamasi, natrium diklofenak juga aktivitas lain
sebagai analgesik dan antipiretik. Senyawa ini merupakan inhibitor
cyclooxygenase nonselektif yang potensinya jauh lebih besar daripada
indometasin, naproksen, atau beberapa senyawa lain. mempunyai
Natrium diklofenak merupakan NSAID dengan potensi tinggi dan
toleransi yang baik. Dosis Natrium Diklofenak untuk meredakan rasa
nyeri dalam sediaan topikal adalah 1%.

3. Alasan pemilihan bahan tambahan


- Na CMC sebagai garam natrium dari polikarboksimetil eter
selulosa.Konsentrasi 3-6% b/b biasa digunakan untuk
menghasilkan gel (Rowe, dkk., 2009). Sebagai gelling agent,
CMC-Na akan memberikan viskositas yang stabil. CMC-Na
akan membentuk massa gel, meningkatkan viskositas, dan
membentuk Sifat alir sediaan gel pada sediaan. Dengan
menggunaan basis CMC-Na, tidak Diperlukan penambahan
basa seperti TEA (Trietanolamin) untuk menetralkan
keasaman untuk dapat Membentuk massa gel, seperti jika
menggunakan karbopol ataupun viscolam. Penggunaan basis
gel CMC-Na karena selain mudah Diperoleh, dapat disebarkan
dengan baik serta stabil dalam penyimpanan waktu Yang
lama.
- Propilenglikol sebesar 15% ditambahkan pada sediaan
topikal untuk mengurangi penguapan air dari permukaan kulit
(efek humektan). Selain sebagai humektan, propilen glikol ini
digunakan pula sebagai pelarut untuk sediaan topical dengan
konsentrasi 5% dari rentangan 5% - 80% dalam melarutkan
bahan pengawet baik Methyl Paraben maupun Propyl
Paraben, serta bahan aktif Na Diklofenak. Kadar propilen glikol
sebagai thickening agent adalah ≈15% (Rowe dkk., 2009).
- Metyl paraben dan propyl paraben
Gel dikemas dan diawetkan dengan penambahan pengawet
kimia sebagai antimikroba pada formulasi untuk mencegah
pertumbuhan mikroba organisme yang terkontaminasi.
Preparat setengah padat harus pula dilindungi melalui
kemasan dan penyimpanan yang sesuai dari pengaruh
pengrusakan oleh udara, cahaya, uap air ( lembab ) dan
panas, serta kemungkinan terjadinya interaksi kimia antara
sediaan dengan wadah. Digunakan pengawet Methyl Paraben
( nipagin ) 0,12-0,18% sebesar 0,18% dan Propyl Paraben
(nipasol ) 0,02-0,05% sebesar 0,02%. Kedua bahan pengawet
ini mempunyai kinerja yang maksimal apabila dikombinasi
dengan perbandingan 9:1.
- aquades bebas CO2 digunakan sebagai fase air ad 100%,
yang digunakan untuk membuat fase jelly, ketika ditambahkan
dengan gelling agent na. CMC.

D. Rancangan Formula
Nama produk : Diclee
Jumlah Produk : 10 pot
Tanggal Formulasi : 23 September 2020
Tanggal Produksi : 26 September 2020
No. Registrasi : DBL2000128828A1
No. Batch : D200100120
Komposisi : Tiap 30 g salep mengandung
Resorsinol 500 mg
Sulfur 500mg
Cetomacrogolum 1000 300 mh
Cetostearylalkoholum 1,2gram
ZnO 4 gram
Parafin cair 1 gram
Vaselin falvum ad 10 gram

E. METODE KERJA
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu timbangan digital, kertas perkamen, sendok
tanduk, cawan porselen, beker glass, batang pengaduk, hot plate,
sudip, dan pipet tetes serta pot untuk wadah gel.
Adapun bahan yang diperlukan yaitu Natrium Diklofenak, Na. CMC,
Propilenglikol, metil Paraben, propil paraben, dan aquadest.

2. Perhitungan Bahan
Per Pot (30 gram)
a. Na. Diklofenak
1% × 30 gram = 0.3 gram = 300 mg
b. Na. CMC
6% × 30 gram = 1,8 gram = 1800 mg
c. Propilenglikol
15% × 30 gram = 4,5 gram = 4500 mg
d. Metil Paraben
0,18% × 30 gram = 0,054 gram = 54 mg
e. Propil Paraben
0,02% × 30 gram = 0,006 gram = 6 mg
f. Aquadest
• 100% - (1+6+15+0,18+0,02) %=77,8%
• 77,8% × 30 ml = 23,34 ml

Per Batch (10 pot)


- Na. Diklofenak = 300 mg × 10 botol = 3000 mg = 3 gram
- Na. CMC = 1800 mg × 10 botol = 18000 mg = 18 gram
- Propilenglikol = 4500 mg × 10 botol = 45000 mg = 45 gram
- Metil Paraben = 54 mg × 10 botol = 540 mg = 0,54 gram
- Propil paraben = 6 mg × 10 botol = 60 mg = 0,06 gram
- Aquadest = 23,34 ml × 10 botol = 233,4 ml

3. Cara Kerja
a. Didihkan air sebanyak 250ml dan didinginkan dengan keadaan
tertutup. Sehingga didapatkan air bebas CO2.
b. Ditimbang na. CMC sebanyak 18 gram dan di masukkan ke dalam
beaker glass.
c. Diukur aquadest bebas CO2 sebanyak 233,4 ml (dibulatkan 234 ml)
d. Dicampur Na.CMC sedikit demi sedikit ke dalam air bebas CO2 dan
distirer 450 rpm selama 10 menit .
e. Ditimbang metil paraben 0,54 gram dan Propilenglikol 3,78 gram.
Kemudian dicampurkan hingga larut.
f. Ditimbang propil paraben 0,06 gram dan Propilenglikol 0,25 gram.
Kemudian dicampurkan hingga larut.
g. Campuran pada bagian “e” di campurkan dengan campuran pada
bagian “f”. Kemudian diaduk hingga larut. Sehingga didapatkan
larutan propil paraben+metil Paraben+Propilenglikol.
h. Ditimbang na. Diklofenak sebanyak 3 gram Kemudian dicampurkan
dengan sisa Propilenglikol. Diaduk hingga larut.
i. Larutan na. CMC pada bagian “d” dicampurkan dengan larutan
pada bagian “g” (larutan propil paraben+metil
Paraben+Propilenglikol).
Kemudian distirer 450 rpm selama 5 menit.
j. Dicampurkan larutan pada bagian “h” (larutan na.
Diklofenak+Propilenglikol) dengan larutan pada bagian “i”. Di stirer
450 rpm selama 5 menit. Sehingga diperoleh campuran bahan
aktif+bahan tambahan+na. CMC.
k. Di masukkan kedalam pot masing-masing 30 gram.
l. Diberi etiket, brosur dan kemasan.

F. EVALUASI SEDIAAN
1. Daya lekat

Uji daya lekat adalah uji yang dilakukan secara visual dengan melihat
Apakah sediaan dapat melekat sempurna apa tidak pada objeknya
ketika Diaplikasikan pada kulit. Daya lekat merupakan kemampuan
sediaan untuk Menempel pada lapisan epidermis (Zats & Gregory,
1996). Pengujian daya lekat bertujuan untuk mengetahui waktu retensi
atau Kemampuan melekat sediaan gel yang dihasilkan pada saat
penggunaan di tempat Aplikasi. Semakin besar kemampuan gel untuk
melekat, maka akan semakin baik Penghantaran obatnya.
Kemampuan daya lekat dipengaruhi oleh viskositas suatu Sediaan.
Semakin tinggi viskositas, maka daya lekat akan semakin besar,
Sedangkan daya sebarnya akan semakin kecil. Untuk menambah
viskositas Sediaan maka diperlukan bahan pengental atau thickening
agent. Thickening agent Memiliki peran utama sebagai bahan
pengental, juga dapat memperbaiki daya Sebar sehingga sediaan
memiliki daya lekat yang dan daya sebar baik (Donovan & Flanagan,
1996). Syarat uji daya lekat pada sediaan semi padat adalah lebih dari
10 detik (Suyudi, 2014)

2. Uji organoleptis

Organoleptis merupakan pengujian kualitas suatu bahan atau produk


Menggunakan panca indra manusia. Organoleptis biasa dilakukan
secara Makroskopis dengan mendeskripsikan warna, kejernihan,
transparansi, kekeruhan, Dan bentuk sediaan (Lachman, 1994).

3. Uji homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dapat dilakukan secara visual.


Homogenitas gel Diamati pada kaca objek di bawah cahaya, diamati
apakah terdapat bagian-bagian Yang tidak tercampurkan dengan baik.
Gel yang stabil harus menunjukkan Susunan yang homogen
(Lachman, 1994).

4. Uji PH

Nilai pH idealnya sama dengan pH kulit atau tempat pemakaian. Hal Ini
bertujuan untuk menghindari iritasi. pH normal kulit manusia berkisar
Antara 4,5–6,5 (Draelos & Lauren, 2006).

5. Uji viskositas

Viskositas merupakan gambaran suatu benda cair untuk mengalir.


Viskositas menentukan sifat sediaan dalam hal campuran dan sifat
alirnya, pada Saat diproduksi, dimasukkan ke dalam kemasan, serta
sifat-sifat penting pada saat Pemakaian, seperti konsistensi, daya
sebar, dan kelembaban. Selain itu, Viskositas juga akan
mempengaruhi stabilitas fisik dan ketersediaan hayatinya. Semakin
tinggi viskositas, waktu retensi pada tempat aksi akan naik, sedangkan
Daya sebarnya akan menurun. Viskositas juga menentukan lama
lekatnya sediaan Pada kulit, sehingga obat dapat dihantarkan dengan
baik. Viskositas sediaan dapat Dinaikkan dengan menambahkan
polimer (Donovan & Flanagan, 1996).

6. Uji daya sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan penyebaran


sediaan gel saat dioleskan dikulit. Sebuah sampel dengan volume
tertentu diletakkan diatas permukaan kaca lalu kaca tersebut diberi
beban anak timbangan di atas permukaan kaca. Daya sebar berkaitan
dengan kenyamanan pada pemakaian. Sediaan yang memiliki daya
sebar yang baik sangat diharapkan pada sediaan topikal. Daya sebar
sediaan semipadat berkisar pada diameter 3 cm-5 cm (Voight, 1994).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1973. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Jakarta ; Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Anonim, 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Jakarta ; Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Ansel, H. C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI PPres.

Donovan, M. D., Flanagan, D. R., 1996, Bioavailability of Disperse Dosage Forms, in


Libermann, H.A., Lachman, L., Schwartz, J.B., (Eds), Pharmaceutical Dosage
Forms: Disperse System Vol.2, 2nd Ed., 316, Marcell Dekker Inc., New York.

Draelos, Z.D., & Lauren, A. T., 2006, Cosmetic Formulation of Skin Care Products,
234-235 Taylor dan Francis Group, New York.

Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,. Edisi
Kedua, 1091-1098, UI Press, Jakarta.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., & Quinn, M. E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipient, 6th Ed, 110-114, 326-329, 441-444, 592-594, 754-755,
Pharmaceutical Press. Inc., London
Sumardjo, Damin, 2006. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksata. Jakarta : EGC.

Troy, B. David dan Paul Beringer, 1885. Remingtoon ; The Science and Practice of
Pharmacy. US : Lippincott Williams & Wilkins.

Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press. Yogyakarta.

Yoshita, 2003. Farmasi Fisik ; Dasar Dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetika.
Jilid 2 Edisi 3. Yogyakarta : UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai