PRAFORMULASI
I.1. Indikasi
Cladribine diberikan untuk pengobatan leukemia sel berambut. Ini
juga diberikan untuk leukemia limfositik kronis pada pasien yang
gagal merespon rejimen standar yang mengandung agen alkilasi.
I.2. Kontraindikasi
Kehamilan dan menyusui
I.5. Dosis
1 Injeksi Intravena 1 mg / 1 ml
3 Larutan Intravena 1 ml
4 Tablet Oral 10 mg
I.7. Farmakokinetik
Farmakokinetik Bioavailabilitas cladribine ketika diberikan secara
oral, subkutan, dan rectal telah ditetapkan. Ketika diberikan secara
oral, bioavailabilitasnya berkisar antara 37% hingga 51%. Karena
cladribine tidak stabil pada pH kurang dari 2. Ketika diberikan
secara subkutan, bioavailabilitas cladribine adalah 100% “dengan
konsentrasi plasma puncak terjadi 60-70 menit setelah pemberian
dosis. Bioavailabilitas cladribine ketika diberikan per rectum adalah
20%, seperti enzim bakteri menurunkan obat.
I.8. Farmakodinamik
Cladribine adalah adenosine deaminase (ADA) – analog yang tahan
terhadap deoxyadenosine. Obat ini memiliki berbagai in- vitro
aktivitas terhadap kedua limfoid dan neoplasma myeloid [ berarti IC
50 nilai-nilai (konsentrasi obat yang dibutuhkan untuk menghambat
pertumbuhan sel dengan 50% dari control) 20-87 nmol / L ], tetapi
memiliki sedikit aktivitas melawan multiple myeloma specimen dan
banyak garis sel tumor padat. Monosit sangat sensitive terhadap
cladribine in vitro. Cladribine mendemonstrasikan aktivitas melawan
sel-sel yang membelah dan tidak membelah, aktifitas yang
membedakannya dari banyak agen lain, dan juga memiliki aktivitas
dalam model-model murine leukemia.
(WHO Drug
Information, 1992)
Sifat Kimia
Larut dalam air
Sedikit larut dalam alcohol
Tidak larut dalam HCl
Tidak korosif terhadap semua logam dan kaca
Korosif terhadap carbon steel,cast iron, dan sedikit korosif
terhadap stainless steel 302 dan 304 (Perry, 2008)
Sifat Kimia :
Merupakan asam lemah
Pada temperature tinggi, asam dapat bereaksi dengan metal dan
teroksidasi
Asam fosfat dapat di reduksi dengan pereduksi kuat seperti H2C
FORMULASI
PELAKSANAAN
I. CARA KERJA
a. Timbang glukosa digelas arloji.
b. Kalibrasi beaker gelas dengan WFI steril 500 ml.
c. Glukosa anhidrat yang sudah ditimbang dimasukkan kedalam
beaker gelas yang sudah dikalibrasi dan ditambahkan dengan WFI
hingga kira-kira 450 ml aduk hingga larut.
d. Larutan campuran kemudian dicek pH (pH spesifikasi = 5), apabila
pH belum sesuai maka adjust dengan HCl 0,1N atau NaOH 0,1N
e. Tambahkan WFI pada larutan hingga mencapai 500 ml. aduk
hingga homogen.
f. Timbang norit 500 mg digelas arloji.
g. Panaskan larutan glukosa hingga mencapai suhu 80oC
h. Saat sudah mencapai suhu 80oC tambahkan norit yang telah
ditimbang pertahankan suhu pada 80oCaduk hingga homogen
selama 15 menit. Pastikan volume tidak berkurang, jika berkurang
tambahkan WFI hingga 500 ml.
i. Saring larutan dengan corong dan kertas saring rangkap dua.
Tampung filtrat dalam labu Erlenmeyer 1000 ml. tandai batas atas
permukaan larutan.
j. Panaskan lagi larutan pada suhu 80oC sembari diaduk selama 15
menit. Tambahkan air yang berkurang hingga tanda batas atas
permukaan larutan.
k. Saring larutan dengan corong dan kertas saring rangkap dua yang
sama, tamping filtrat dalam labu Erlenmeyer 1000 ml yang lain.
l. Saring larutan yang telah ditampung dengan membran filter
0,45mm untuk pembebasan sisa norit dan mikroorganisme.
Masukkan larutan kedalam botol infus 500 ml.
m. Bilas botol infus dengan sediaan lalu tutup rapat. Ikat dengan tali
champagne. Autoklaf pada suhu 115oC selama 30 menit.
n. Botol infus dikeluarkan dari autoklaf, diberi etiket dan brosur lalu
dimasukkan kedalam kemasan sekunder.
I. Evaluasi Fisika
50,0 ml
Atau lebih 2% 3%
Bila dalam wadah dosis ganda berisi beberapa dosis volume tertera,
lakukan penentuan seperti di atas dengan sejumlah alat suntik terpisah
sejumlah dosis tertera. Volume tiap alat suntik yang diambil tidak kurang
dari dosis yang tertera. Untuk injeksi mengandung minyak, bila perlu
hangatkan wadah dan segera kocok baik-baik sebelum memindahkan isi.
Diinginkan hingga suhu 25˚C sebelum pengukuran volume (Anonim b,
1995).
c. Kejernihan larutan
Bahan partikulat merupakan zat asing, tidak larut, dan melayang, kecuali
gelembung gas, yang tanpa disengaja ada dalam larutan parenteral.
Pengujian bahan partikulat dibedakan sesuai volume sediaan injeksi seperti
yang tertcantum pada FI Edisi IV tahun 1995. 6.2 Evaluasi Kimia
a. Penetapan kadar
b. Identifikasi
• Reaksi natrium
Cara A: tambahkan Kobalt Uranil asetat LP sejumlah lima kali volume
kepada larutan yang mengandung tidak kurang dari 5 mg natrium per
ml sesudah diubah menjadi klorida atau nitrat: terbentuk endapan
kuning keemasan setelah dikocok kuat-kuat beberapa menit.
• Reaksi klorida
a. Uji sterilitas Asas : larutan uji + media perbenihan, inkubasi pada 20o –
25oC Metode uji : Teknik penyaringan dengan filter membran (dibagi
menjadi 2 bagian ) lalu diinkubasi
b. Uji pirogen Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi
demam pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian
sediaan injeksi. Pengujian meliputi pengukuran kenaikan suhu kelinci
setelah penyuntikan larutan uji secara intravena
DAFTAR PUSTAKA