Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN LENGKAP

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL II

LARGE VOLUME PARENTERAL (SEDIAAN INFUS)

DISUSUN OLEH :

KELAS : FARMASI B2

ASISTEN : ANDI HARDIYANTI TAHIR, S.Farm


AULIA DIFA RAHAYU, S.Farm
KOORDINATOR : Dr. Apt. KARLINA AMIR TAHIR, S.Si., M.Si.

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2023
A. Studi Preformulasi

1. Zat aktif

a. Studi farmakologi

1) Farmakodinamik (ADME)

Absorpsi antibiotik levofloksasin mencapai rasio konsentrasi puncak

jaringan/plasma kulit sebesar 1,4, rasio cairan lapisan epitel terhadap

plasma sebesar 2,8, dan rasio urin terhadap plasma sebesar 67. Dalam uji
klinis pada pasien yang diobati dengan levofloksasin, dua faktor terpenting

dalam memprediksi hasil klinis dan mikrobiologis yang berhasil pada

pasien adalah konsentrasi obat plasma maksimal (CPmax) yang cukup,

yang diperlukan untuk mencapai tingkat 12 kali konsentrasi penghambatan

minimum (MIC) (CPmax/MIC ≥12), dan tempat infeksi (Brunton, 2016 :

1366).

Volume distribusi levofloksasin cukup besar, rata-rata 1·64 L/kg,

setelah dosis tunggal 750 mg. Ini menunjukkan bahwa Levofloksasin

didistribusikan secara luas di jaringan dan cairan tubuh. Dilaporkan bahwa

Levofloksasin dapat didistribusikan secara luas ke cairan antar sel otot


rangka, cairan lepuh inflamasi, jaringan lunak subkutan dan jaringan paru;

terutama di paru-paru dan bronkus, konsentrasi Levofloksasin dua kali

lebih tinggi daripada di darah (J. Clin, 2013 : 394).

Metabolisme Levofloksasin secara konsisten dan stabil

dimetabolisme sebagai D-ofloxacin. Levofloksasin dimetabolisme dan

diekskresikan di urin dalam keadaan yang sama. Pada administrasi


parenteral, 87% ditemukan di urin dalam waktu 48 jam, dan ditemukan di

feses <4% dalam waktu 72 jam (Brunton, 2016 : 1366).

Ekskresi rata-rata paruh waktu dari Levofloksasin pada saat di

distribusikan ke dalam tubuh ialah di sekresikan melalui urin setelah 72

jam. Dimana masing-masing dosis setiap 7,75 jam dan dengan konsentrasi

86,95% (J. Clin, 2013 : 396).

2) Mekanisme kerja
Levofloksasin adalah antibiotik fluoroquinolon yang memiliki

aktivitas spektrum luas terhadap mikroba. Obat dari golongan

fluoroquinolon ini dapat menembus cepat ke dalam makrofag sehingga

dengan cepat menunjukkan aktivitas mikobakterisidal pada intraselular.

Oleh karena itu, obat ini banyak digunakan untuk perawatan beberapa

infeksi, seperti saluran pernapasan atas dan bawah, saluran

genitourinarium, kulit dan jaringan lunak dan infeksi ginekologi (Brian K,

2013: 336).

3) Indikasi

Levofloksasin dalam sediaan parenteral atau intravena memiliki


beberapa indikasi yang umum digunakan, di antaranya yaitu sebagai

pengobatan eksaserbasi bronkitis akut, pengobatan pneumonia akut, infeksi

urin, prostatitis, infeksi kulit serius, dan pulmonori kronik yang disebabkan

oleh pseudmonas aeruginosa (Frez Mir, 2020 : 592).

4) Kontraindikasi

Gangguan ginjal, hipersensitifitas terhadap levofloksasin dan

penyakit saraf lainnya (Sweetman, et al. 2009: 292).


5) Efek samping

Efek samping yang jarang terjadi untuk penggunaan intravena ialah

paranoia dan diare hemoragik (Frez Mir, 2020 : 592).

6) Dosis

Untuk penggunaan infus melalui intravena, aturan dosis nya ialah

500mg sekali sehari (Vinks, 2013 : 332).

b. Studi sifat fisika kimia


1) Levofloksasin (Dirjen POM, 2020 : 1021) (Williams, 1996 : 141).
LEVOFLOXACYN
Nama resmi :
Dihidro metil, asam karboksilat,
Levofloksasin hemihidrat, Lefloksasin.
Lekuicin, Levocin, Prolecinm dan Lefos.
Nama lain :
370,38 g/mol
Berat molekul :
C18H20FN3O4
Rumus struktur :

Struktur kimia :
Hablur atau serbuk hablur, putih
kekuningan sampai putih kuning.
Pemerian :
Agak sukar larut dalam air, dalam aseton,
dalam methanol; praktis tidak larut dalam
gliserin dan dalam n-oktanol; larut dalam
dimetilsufoksida dan dalam asetat.
Kelarutan :
Dalam Wadah tertutup baik.
Penyimpanan :

pH :
3,8 – 5,8

Stabil dalam 72 jam penyimpanan pada


suhu 25˚C (77 ˚F) dan dalam penyimpanan
14 hari pada suhu 5 ˚C (41 ˚F) dalam
Stabilitas : wadah.

Levofloksasin tidak stabil dan


inkompatibel dengan dua pelarut yakni
mannitol 20% dan sodium bicarbonate
5%.
Inkompabilitas :
225 - 227 ˚ C
Titik leleh :

10,3 ˚C
Titik beku :
Sebagai zat aktif
Kegunaan :

2. Zat tambahan

a. Natrium klorida (Dirjen POM, 2020 : 1225) (Rowe, 2009 : 639).

: NATRIUM KLORIDA
Nama resmi

: Alberger, chloride sodium:common salt,


Nama lain
hopper salt, natri chloridum,natural

halite,rock salt,table salt

: 58,44 g/mol
Berat molekul
: NaCl
Rumus struktur

: [Na]+ [Cl]-
Struktur kimia

: Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau


Pemerian
serbuk hablur putih, rasa asin, mudah larut

dalam air, larut dalam gliserin, sukar larut

dalam etanol.

: Mudah larut dalam air, larut dalam


Kelarutan
gliserin, sukar larut dalam etanol.

: Dalam wadah tertutup baik


Penyimpanan

: Sebagai pengisotonis
Kegunaan

pH : 6,7-7,3

Stabilitas : Larutan natrium klorida berair stabil tetapi

dapat menyebabkan pemisahan partikel


kaca dari jenis wadah kaca tertentu.Bahan

padat bersifat stabil dan harus disimpan

ditempat yang tertutup rapat wadah

ditempat yang sejuk dan kering.

: Larutan natrium klorida encer bersifat


Inkompabilitas
korosif terhadap besi. Mereka juga
bereaksi membentuk endapan dengan
garam perak, timbal, dan merkuri. Kuat

zat pengoksidasi membebaskan klorin dari

larutan natrium yang diasamkan klorida.

Kelarutan metil paraben pengawet

antimikroba yang menurun dalam larutan

natrium klorida berair dan viskositas gel

karbomer dan larutan hidroksetil selulosa


atau hidroksipropil selulosa dikurangi

dengan penambahan natrium klorida.

: Pengisotonis
Kegunaan

: 1465oc
Titik didih

: 801oc
Titik lebur

: 0,9%
Range

b. Aqua Pro Injeksi (Dirjen POM, 1979 : 97) (Rowe, 2009 : 765)

Nama resmi : AQUA PRO INJEKSI

Nama lain : Air injeksi

Rumus molekul : H2O

Berat molekul : 18.02 g/mol


Rumus struktur :

Pemeriaan : Cairan jernih, tidak berwarna;

tidak berbau

Kelarutan : Terlarut campur dengan sebagian

besar pelarut polar

pH : 5,0 sampai 7,0

Stabilitas : Air stabil secara kimiawi di semua

sifat fisik (es, cair, danuap)

Titik didih : 100o C

Titik leleh : 0o C

Incompatibilities : Air dapat bereaksi cepat dengan

logam alkali dan oksida, seperti

kalsium oksida dan magnesium

oksida. Air juga bereaksi dengan

garam anhidrat untuk

membentuk hidrat dari berbagai

komposisi, dan dengan

beberapa

bahan organic dan kalsium

karbida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.


Kegunaan : Sebagai pembawa

3. Alasan pemilihan

a. Bentuk sediaan

Terapi infus adalah tindakan yang dilakukan pada klien

yang menjalani rawat inap sebagai jalur terapi intravena (IV) dengan

pemberian obat, cairan dan pemberian produk darah atau sampling

darah, tindakan ini sering disebut dengan tindakan untuk pertolongan

pertama pada klien yang mengalami perdarahan, dehidrasi, ataupun

syok hipovolemik (Handayani, 2020 : 2).

Pemberian terapi infus ini merupakan metode efektif dan efisien

dalam memberikan suplai cairan ke dalam intravaskuler. Hal

ini sangat penting karena apabila pemberian cairan infus dilakukan

pada tingkat yang tidak benar, seperti terlalu sedikit maupun terlalu

berlebihan dapat menimbulkan bahaya bagi klien tersebut

(Handayani, 2020 : 2).


Cairan infus adalah air yang dimurnikan lewat proses penyulingan.

Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan

melalui infus untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta

sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan (Maharani, 2019 :

97).

Larutan LVP digunakan secara i.v. dikemas dalam kemasan volume

100 ml atau lebih. Sediaan steril volume besar yang lain adalah cairan
untuk irigasi atau dialisis. Cairan ini dikemas dalam kemasan yang dapat
dikosongkan secara cepat dengan volume 1000 ml atau lebih (Agoes,

2013 : 140).

Ini melibatkan pemberian formulasi parenteral ke dalam vena,

biasanya vena proksimal yang besar. Vena terletak di bawah jaringan

subkutan, tertanam di dalam otot. Administrasi IV mencapai respon yang

cepat dan dapat diprediksi. Ini memastikan 100% bioavailabilitas obat

(Jones, 2008 : 104).


b. Zat aktif

Levofloksasin direkomendasikan oleh pusat pengendalian dan

pencegahan penyakit sebagai pilihan pengobatan alternatif untuk uretritis

klamidia atau servisitis. Levofloksasin adalah kadang-kadang digunakan

sebagai bagian dari regimen pengobatan untuk tuberkulosis dan infeksi

mikobakteri non-tuberkulosis (Katzung, 2012 : 853).

Flouoroquinolone (Levofloksasin) adalah antibiotik pilihan untuk L.

pneumophila. Fluoroquinolones telah sangat efektif dalam memberantas

H. influenzae dan M. Catarrhalis dari dahak. Data klinis yang muncul

menunjukkan peran yang jelas untuk fluoroquinolones yang lebih baru


sebagai agen tunggal untuk pengobatan pneumonia yang dapat digunakan

oleh masyarakat (Brunton, 2018 :1473).

Levofloksasin adalah S-(-)-isomer dari fluoroquinolone anti bakteri

ofloxacin . Ini diberikan secara oral, atau dengan infus intravena sebagai

larutan 5 mg/mL selama 30 sampai 90 menit, untuk mengobati infeksi

yang rentan termasuk tuberculosis (Sweetman, 2009 6: 292).


Terapi jangka pendek (terapi 3 hari) dengan trimethoprim

sulfamethoxazole atau fluoroquinolone (misalnya ciprofloxacin atau

Levofloksasin, tapi bukan moxifloxacin) adalah lebih unggul daripada

terapi dosis tunggal untuk infeksi tanpa komplikasi. (Dipiro, 2017 : 690).

c. Bahan tambahan

1) Natrium Klorida (Pengisotonis)

Natrium klorida banyak digunakan dalam berbagai formulasi

farmasi parenteral dan non parenteral, dimana penggunaan utamanya

adalah untuk menghasilkan larutan isotonik (Rowe, 2009 : 637).

Larutan Natrium klorida isotonik (juga dikenal sebagai salin

normal) mengacu pada larutan yang memiliki konsentrasi natrium

klorida 0,9%. Jenis larutan ini disebut 'isotonik' karena mengandung

konsentrasi natrium klorida yang sama dengan darah dan cairan dalam

jaringan tubuh (Chang, 2017: 1081-1089).

Natrium klorida digunakan untuk menjaga agar larutan tetap

isotonik. Natrium klorida adalah garam yang paling penting dalam

tubuh untuk mempertahankan tekanan osmotik darah dan jaringan.


(Rowe, 2009 : 639).

Injeksi natrium klorida adalah larutan isotonik steril natrum

klorida dalam air untuk injeksi. Ini dapat digunakan sebagai keadaan

steril dalam larutan atau suspensi obat untuk pemberian parenteral

(Ansel, 2011: 438).


Formulasi hipotonik bisa dengan mudah dihindari dengan

penggunaan eksipien, sering kali natrium klorida, untuk meningkatkan

osmolaritas (Gibson, 2004 : 334)

2) Aqua Pro Injeksi (Pembawa)

Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan

destilasi. Perlakuan menggunakan penukar ion, osmosis balik atau

proses lain yang sesuai. Air steril lain untuk injeksi adalah air untuk
injeksi yang disterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai, tidak

mengandung bahan anti mikroba atau bahan tambahan lainnya (Dirjen

POM, 1995 : 12).

Air pengaplikasian nya terbagi atas beberapa tipe lain air

bakteriostatik untuk injeksi yang digunakan untuk pembawa dari

sediaan dan berbagai dosis injeksi (Rowe, 2009 : 766).

Pembawa dapat berkisar dari air untuk injeksi, glikol sampai

minyak lemak. Pembawa yang paling sering digunakan untuk produk

steril adalah air karena merupakan pembawa untuk semua caitran

tubuh. Keunggulannya diisyaratkan untuk penggunaan tersebut


diuraikan dalam monograf tentang air untuk injeksi (water for Injeksi,

USP) (Lachman, 2008: 1294-1295).

Aqua pro injeksi adalah air untuk persiapan obat untuk

pemberian parenteral bila air digunakan sebagai pembawa (Sweetman,

2009 : 2415).
Aqua pro injeksi digunakan sebagai bahan pelarut atau zat

pembawa untuk bahan aktif farmasi. Kadar air yang digunakan untuk

aplikasi tertentu dalam konsentrasi hingga 100% (Rowe, 2009: 766).

c. Metode sterilisasi
No Nama Bahan Metode sterilisasi Cara sterilisasi
1. Levoproksasin Sinar UV Dibungkus
menggunakan
kertas
2. NaCl Sinar UV Dibungkus
menggunakan
kertas
3. Aqua Pro Injeksi Autoklaf 121oC Didalam
selama 15 menit erlenmeyer
yang mulutnya
dibungkus
aluminium foil
B. Formulasi

1. Rancangan formula

Nama Produk : LEVUS®

Jumlah Produk : 10.000 sediaan

Tanggal Formulasi : 01 April 2023

Tanggal Produksi : 10 April 2024

Nomor Registrasi : DKL2311122230A1

Nomor Bets : G 3210211

Komposisi : Tiap 100 ml infus mengandung :

Levofloksasin 500mg

Natrium Klorida 0,885%

Aqua Pro Injeksi ad 100 ml


2. Master Formula
Diproduksi Tanggal Tanggal Dibuat Oleh Disetujui
Oleh Formulasi Produksi Oleh

Tiga 2 Mei 2023 2 mei 2024 Kelompok 3 Asisten


PT.
Lab
jaya
medika
Nama bahan Fungsi Per sediaan Per bets
Kode bahan
kegunaan infus

500 g
001-LFX Zat aktif 0,5g
Levofloksasin
8550 g
002 - NK Natrium klorida Pengisotonis 0,855 g
1000L
003- API Aqua pro injeksi Pembawa 0,1 L

3. Perhitungan tonisitas

a. Levofloksasin

𝐿𝑖𝑠𝑜
𝐸 = 17
BM
2
𝐸 = 17
370,38 g/mol
E = 0,0918

W = 500 mg = 0,5 g

= 0,5 x 100/100 = 0,5 %

WxE = 0,5 % x 0,09


= 0,045 %
Jadi kebutuhan NaCl dalam sediaan adalah :

= 0,9% - 0,045

= 0,855 %

Maka kebutuhan NaCl dalam formula adalah :

= 0,855 x 100/100
= 0,855 g
3. Perhitungan osmolaritas
𝑔
𝑀 𝑜𝑠𝑚𝑜𝑙 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑜𝑓 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒 ( )
𝐿
= x 1000 x Jumlah ion
𝐿 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑐𝑢𝑙𝑎𝑟 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡

a. Osmolaritas Levofloksasin

5𝑔
M osmol/ L= 370 𝑔/𝑚𝑜𝑙 x 1000 x 1

= 13,499 M osmol/ L
b. Osmolaritas NaCl
8,5 𝑔
M osmol/ L = 58,44 𝑔/𝑚𝑜𝑙 x 1000 x 2

= 290,89 M osmol/ L
Jumlah osmolaritas adalah :
= 13,449 M osmol/ L + 290,89 M osmol/ L
= 304 M osmol/ L (isotonis)
Hubungan antara osmolaritas dan tonisitas

Osmolaritas Tonisitas

(M osmol/liter)

>350 Hipertonis

329-350 Sedikit hipertonis

270-328 isotonis

250-269 Sedikit hipotonis


0-249 Hipotonis

4. Perhitungan kelarutan

a. Levofloksasin

kelarutan terhadap air 1 : 30 – 100 (Agak sukar larut )


500 𝑚𝑔
Kebutuhan API = 1000 𝑚𝑔 x 100ml

= 50 ml

b. Natrium Klorida

kelarutan terhadap air ialah 1 : 1 – 10 (Mudah larut)


885 𝑚𝑔
Kebutuhan API = 1000 𝑚𝑔 x 10 ml

= 8,85 mL

= 9 mL

Maka kebutuhan water for Injeksi untuk melarutkan Levofloksasin dan

Natrium Klorida adalah

= 50 mL + 9 mL

= 59 mL

5. Perhitungan bahan

a. Perhitungan persediaan

1) Levofloksasin = 500 mg

2) Natrium Klorida = 0,855 g x 1000

= 885 mg

3) API = ad 100 ml

b. Perhitungan perbatch

1) Levofloksasin = 500 mg x 10.000

= 5000 gram
2) Natrium Klorida = 0,855 g x 10.000

= 8.550 gram

3) API = 100 ml x 10.000

= 1000 L

c. Perhitungan skala lab (5 sediaan)

1) Levofloksasin = 500 mg x 5 sediaan = 2.500mg = 2,5 g

2) Natrium Klorida = 0,885 g x 5 sediaan = 4, 425 gram


3) API = 100 mL x 5 sediaan = 500 mL

d. Penambahan 15 %

1) Levofloksasin = 2,5 g + 15% = 2,5 g + 0,375 g

= 2,875 g

2) Natrium Klorida = 4,425 g + 15% = 4,425 g +0,66 g

= 5,088 g

3) API = 500mL +15% = 500 mL + 75 mL


= 575 mL

6. Cara kerja

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Ditimbang Levofloksasin sebanyak 2,875gram dengan timbangan

digital di atas kertas perkamen.

c. Ditimbang Natrium Klorida sebanyak 5,088gram dengan timbangan

digital di atas kertas perkamen.

d. Di siapkan aqua pro injeksi sebanyak 600 ml di dalam erlenmeyer.

e. Dilakukan kalibrasi pada wadah.


f. Dilakukan sterilisasi alat dan bahan sesuai dengan tabel sterilisasi.
g. Dilakukan sterilisasi ruangan dengan sinar UV selama 24 jam.

h. Di ambil levofloksasin sebanyak 2,875gram yang telah di sterilkan,

kemudian dilarutkan dengan API sebanyak 250 ml di dalam gelas

kimia 1000 ml. Kemudian di aduk dengan batang pengaduk hingga

homogen (Larutan A).

i. Dilarutkan NaCl sebanyak 5,088gram didalam tabung reakdi dengan

menggunakan API sebanyak 9 ml (Larutan B).


j. Di tambahkan NaCl (Larutan B) yang telah dilarutkan ke dalam

larutan A. Di cukupkan dengan API hingga mencapai volume 500Ml.

k. Disaring larutan dalam kertas saring, kemudian filtrat dibuang.

l. Di masukkan hasil larutan yang telah di saring ke dalam wadah yang

telah disiapkan.

m. Diberi etiket dan brosur.

n. Di lakukan uji evaluasi sediaan.

7. Evaluasi sediaan

a. Evaluasi Fisika

1) Uji Bahan Partikulat dalam Injeksi


Prosedurnya dengan cara memanfaatkan sensor penghamburan

cahaya, jika tidak memenuhi batas yang ditetapkan maka dilakukan

pengujian mikroskopik. Pengujian mikroskopik ini menghitung bahan

partikulat subvisibel setelah dikumpulkan pada penyaring membrane

mikropori (Dirjen POM, 1995 : 1533).

2) Penetapan pH
Pengukuran pH cairan uji menggunakan potensiometri (pH

meter) yang telah dibakukan sebagaimana mestinya yang mampu

mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektrode

indikator yang peka, elektrode kaca, dan elektrode pembanding yang

sesuai (Dirjen POM, 1995 :1572-1573).

3) Uji Kebocoran

Untuk cairan bening tidak berwarna (a) wadah takaran tunggal


yang masih panas setelah selesai disterilkan dimasukkan ke dalam

larutan metilen biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor maka larutan

metilen biru akan masuk ke dalam karena perubahan tekanan di luar

dan di dalam wadah tersebut sehingga larutan dalam wadah akan

berwarna biru. Untuk cairan yang berwarna (b) lakukan dengan posisi

terbalik, wadah takaran tunggal ditempatkan diatas kertas saring atau

kapas. Jika terjadi kebocoran maka kertas saring atau kapas akan basah

(Agoes, 2008 :191-192).

4) Uji Kejernihan dan Warna

wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan


menyinari wadah dari samping dengan latar belakang hitam untuk

menyelidiki pengotor berwarna putih dan latar belakang putih untuk

menyelidiki pengotor berwarna (Agoes, 2008 : 201-203).

b. Evaluasi Biologi

1) Inokulasi Langsung

a) Siapkan media untuk pengujian antara lain media tioglikolat

cair (untuk kondisi aerob), media tioglikolat alternatif (untuk


kondisi anaerob), dan soybean-casein digest medium (untuk

bakteri dan jamur pada kondisi aerob).

b) Pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau

jarum suntik steril

c) Secara aseptik inokulasikan sejumlah tertentu bahan dari

wadah uji ke tabung media.

d) Campur cairan dengan media tanpa aerasi berlebihan


e) Inkubasi* media yang telah diinokulasi selama tidak kurang

dari 14 hari.

f) Amati pertumbuhan mikroba beberapa kali, selama masa

inkubasi.

g) Bandingkan dengan kontrol negatif (media tanpa sediaan uji)

dan kontrol positif

h) (media+mikroba uji) *Media Tioglikolat alternatif inkubasi

pada suhu 30-35oC dalam kondisi anaerob dan

Soybean Casein Digest Medium diinkubasi pada suhu

22,5°C±2,5°C.
2) Penyaringan Membran

a) Infus disaring melalui membran steril secara aseptik, lalu bilas

membran dengan larutan steril yang sesuai.

b) Pindahkan membran ke dalam media

c) Inkubasi media selama tidak kurang dari 14 hari

d) Amati pertumbuhan mikroba beberapa kali selama masa

inkubasi(Dirjen POM, 1995 :1513).


8. Wadah

9. Etiket
10. Brosur
DAFTAR PUSTAKA

Alexander A.vinks, Hartmut Derendorf. Johan W mouton., fundamentals of


antimicrobial pharmacokinetics and pharmacodynamic., springer .,2013

Ansel, H.C., Popovich, N.G., Allen, L.V., Pharmaceutical Dosage Form and Drug
delivery System Ninth Edition, London, New York, 225-235. 2011

Brian K. Alldrege et al., koda-kimble and young's applied therapeutics the clinical
use of drug tenth edition : Lippincott William and Wilkins., 2013

Chang-Ryul Kim, Anup C. Katheria, Judith S. Mercer, Barbara S. Stonestreet, 112


(2017) - Fluid Distribution in the Fetus and Neonate. Fetal and Neonatal
Physiology (Fifth Edition), Elsevier. Pages 1081-1089.e3

David Jones., Fastrack Pharmaceutic dosage form and design. London :


Pharmaceutical press. , 2008

Dirjen POM. Farmakope Indonesia edisi 6. Jakarta : Departemen kesehatan republik


Indonesia., 2020

Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi 3. Jakarta : Kementerian kesehatan republik


Indonesia., 1979

Dirjen POM. Farmakope Indonesia edisi VI. Jakarta : Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia. 1995

Fraz Mir ., British National Formulary (BNF) edition 80. British medical association.
Royal pharmaceutical society., 2020

G, caoMSC et al., Pharmacokinetics and pharmacodinamycs of Levofloxacyn Injeksi


in healthy chinese volunteers and dosing regimen optimation. Wiley : J clin
pharm ther., journal of clinical pharmacy and therapeutics., 2013

Gibson,M., Pharmaceutical Preformulation And Formulation., CRC Press : United


state of America., 2004

Goeswin agoes., Sediaan farmasi likuida-semi solida(Sfi-7) seri farmasi industri-7 .,


penerbit ITB, 2017
Joseph T. DiPiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G. &
Posey, L. M., 2020, Pharmacotherapy : a Pathophysiologic Approach
Eleventh Edition. Mc-Graw Hill Company, New York

Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC, Jakarta., 2012

Lachman L., Herbert, A. L. & Joseph, L. K., , Teori dan Praktek Industri Farmasi
Edisi III, 1119-1120, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.2008

Laurence L Brunton, Rabda Hilal-Dandan., Goodman and Gilman's ., the


pharmacological basis of therapeutics 13th edition. New york :MC Graw Hill
education., 2018

Na Williams et al . , stability of levofloxacyn in intravenous solution in polyvinyl


chloride bags., Am J health syst pharm., 1996

Raymond C. Rowe, Paul J., Sheskey and Marian E quinn., Handbook of


pharmaceutical excipient sixth edition : Pharmaceutical press., 2009

Rini Maharani dkk. Sistem monitoring dan peringatan pada volume cairan intravena
(infus) pasien menggunakan arduino berbasis website., 2019

Sweetman, S. C., Martindale: The Complete Drug Reference. 36th ed. London:
Pharmaceutical Press. 2009

Yuli Handayani, Kristina Lisum., Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan


perawat dalam memanyau cairan infus., Jurnal ilmu keperawatan dan
kebidanan vol. 11 no. 2. 2020.

Anda mungkin juga menyukai