Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

PERHITUNGAN TONISITAS DAN ALUR PEMBUATAN SEDIAAN ELEKTROLIT


“INFUS MANITOL 5%”

Disusun oleh :
Kelompok 1

BAIQ RILDA ERLIANA K1A020009


ZAHARA
KAMELIA ROIYAN K1A020031
MELDA PUTRI ZAKIAH K1A020043
PUTRI OKTAVIATI RIADI K1A020061
SYAUZATTA AMANI K1A020075

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
A. PENDAHULUAN
Sediaan injeksi merupakan sediaan steril yang bebas dari kontaminasi pirogenik, endotoksin,
partikulat, stabil secara fisika, kimia, dan mikrobiologi, isotonis, dan isohidris (Dewantisari &
Musfiroh, 2020). Sediaan injeksi berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
dilarutkan, atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi diracik dengan
melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumah obat kedalam sejumlah pelarut
atau dengan mengisikan sejumlah obat kedalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda
(DepKes., 1979).
Infus adalah salah satu sediaan steril yang merupakan produk parental dan digunakan
untuk injeksi ke dalam pembuluh darah vena melalui intravena. Infus dikemas dalam wadah
Large Volume Parental (LVP) plastic atau gelas yang cocok untuk intravena. Sistem infus
menyediakan kecepatan aliran cairan yang terus menerus dan teratur. Infus bisa diberikan
dengan atau tanpa bahan tambahan (Lecvhuk, 1992). Syarat sediaan infus antara lain (Lukas,
2006) :
1. Aman, tidak boleh menyebabkan boleh menyebabkan iritasi jaringan iritasi jaringan dan
efek toksis. efek toksis.
2. Jernih, berarti tidak erarti tidak ada partikel padat.
3. Tidak berwarna, kecuali obatnya obatnya memang berwarna
4. Sedapat mungkin isohidris, pH larutan sama dengan darah dan cairan tubuh lain yakni
7,4.
5. Sedapat mungkin isotonis, artinya mempunyai tekanan mempunyai tekanan osmosis yang
sama dengan darah atau cairan tubuh seperti darah, air mata, cairan lumbai dengan
tekanan osmosis larutan NaCl 0,9 %.
6. Harus steril, suatu bahan dinyatakan bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari
mikroorganisme hidup dan patogen maupun non patogen, baik dalam bentuk vegetatif
maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora).
7. Bebas pirogen, karena cairan yang mengandung pirogen dapat menimbulkan demam.
Pirogen adalah senyawa kompleks polisakarida dimana mengandung radikal yang ada
unsur N, dan P. Selama radikal masih terikat, selama itu dapat menimbulkan demam dan
pirogen bersifat termostabil
Salah satu zat aktif yang dibuat dalam sediaan steril infus adalah mannitol. Mannitol
merupakan obat diuretik yang digunakan untuk mengurangi tekanan dalam kepala
(intrakranial) akibat pembengkakan otak serta menurunkan tekanan bola mata akibat
glaukoma. Manitol akan membuat darah yang akan disaring oleh ginjal menjadi lebih
pekat, sehingga mengganggu fungsi ginjal untuk menyerap air kembali. Dosis manitol
bagi orang dewasa yang digunakan untuk mengurangi tekanan di dalam otak atau bola
mata adalah 0,25-2 g/kgBB. Infus diberikan melalui pembuluh vena dalam (intravena)
pada larutan yang mengandung manitol 15- 25%, selama 30-60 menit.
B. FORMULASI
 Formula
Tabel 1. Formula sediaan infus manitol 5%
Bahan Konsentrasi (%) Fungsi
Manitol 5 Zat aktif
Natrium klorida 0,0135 Pengisotonis
Natrium hidroksida 0,25 Pengatur pH
Karbon adsorben 0,1 Penyerap pirogen
Aqua pro injeksi Ad 100 Pelarut

 Monografi Bahan
 Manitol (HOPE Edisi VI, halaman 424)
Nama Resmi : Mannitol
Sinonim : Cordycepic acid; C*PharmMannidex; E421;
Emprove; manna sugar; D-mannite; mannite;
mannitolum; Mannogem; Pearlitol.
Struktur :

Berat Molekul : 182,17


Pemerian : Berbentuk bubuk kristal putih, tidak berbau, atau
granul mengalir bebas. Rasanya manis, kira-kira
semanis glukosa dan setengah manis sukrosa,
serta memberikan sensasi sejuk di mulut. Secara
mikroskopis, ampak seperti jarum ortorombik
ketika dikristalisasi dari alkohol.
Kelarutan : Larut dalam pelarut alkalis, mudah larut dalam air
dan gliserin, sukar larut dalam ethanol 95% dan
propan-2-ol, serta praktis tidak larut dalam eter.
Titik Leleh : 166 – 168oC
Stabilitas : Stabil dalam keadaan kering dan dalam larutan
air. Dalam larutan, manitol tidak terpengaruh oleh
asam atau basa encer yang dingin, atau oleh
oksigen atmosfer tanpa adanya katalis.
Inkompatibilitas : Larutan manitol ≥ 20% dapat diasinkan oleh
kalium klorida atau natrium klorida. Terjadi
pengendapan ketika larutan manitol 25% b/v
bersentuhan dengan plastik. Natrium sefapirin
pada konsentrasi 2 mg/mL dan 30 mg/mL
inkompatibel dengan larutan manitol 20% b/v.
Mannitol tidak kompatibel dengan infus xylitol
dan dapat membentuk kompleks dengan beberapa
logam seperti aluminium, tembaga, dan besi.
Mannitol dapat mengurangi bioavailabilitas oral
simetidin.
pH Stabilitas : 5,0 – 7,0
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat di tempat
sejuk dan kering.
Fungsi : Zat aktif

 Natrium klorida (HOPE Edisi VI, halaman 637)


Nama Resmi : Sodium Chloride
Sinonim : Albert; garam biasa; garam hopper; natrii klorida;
halit alami; garam kasar; garam laut; garam
dapur.
Struktur :

Berat Molekul : 58,44


Pemerian : Berbentuk bubuk kristal putih atau kristal tidak
berwarna; rasanya asin.
Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol, sukar larut dalam
ethanol 95%, mudah larut dalam air dan gliserin.
Titik Leleh : 804oC
Stabilitas : Stabil dalam air, tetapi dapat menyebabkan
pemisahan partikel kaca dari jenis wadah kaca
tertentu.
Inkompatibilitas : Larutan NaCl dalam air bersifat korosif terhadap
besi dan membentuk endapan dengan garam
perak, timbal, dan merkuri. Kelarutan
metilparaben berkurang dalam larutan natrium
klorida berair dan viskositas gel karbomer dan
larutan hidroksietil selulosa atau hidroksipropil
selulosa akan berkurang dengan penambahan
natrium klorida.
pH Stabilitas : 6,7 – 7,3
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat di tempat
sejuk dan kering.
Fungsi : Agen tonisitas

 Natrium hidroksida (HOPE Edisi VI, halaman 648)


Nama Resmi : Sodium hidroksida
Sinonim : Soda api; E524; larutan alkali; natrii hidroksidum;
soda alkali; natrium hidrat.
Struktur :

Berat Molekul : 40,00


Pemerian : Massa menyatu berwarna putih atau hampir putih;
tersedia dalam pelet kecil, serpihan, batangan;
keras dan rapuh dan menunjukkan retakan kristal.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan gliserin, larut dalam
methanol dan ethanol, praktis tidak larut dalam
eter.
Titik Leleh : 318oC
Stabilitas : Ketika terkena udara, natrium hidroksida dengan
cepat menyerap uap air dan mencair, namun
kemudian menjadi padat kembali karena
penyerapan karbon dioksida dan pembentukan
natrium karbonat.
Inkompatibilitas : Tidak dapat bercampur dengan senyawa apa pun
yang mudah mengalami hidrolisis atau oksidasi.
Bereaksi dengan asam, ester, dan eter, terutama
dalam larutan air.
pH Stabilitas : 12 – 13
Penyimpanan : Harus disimpan dalam wadah nonlogam kedap
udara di tempat sejuk dan kering.
Fungsi : Pengatur pH (agen pengalkilasi)

 Karbon adsorben (FI Edisi IV, halaman 173)


Nama Resmi : Karbon adsorben
Pemerian : Serbuk halus, bebas dari butiran, hitam, tidak
berbau.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalan air dan ethanol.
Fungsi : Menjerap dan mneghilangkan pirogen dari sediaan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

 Aqua pro injeksi (HOPE Edisi VI, halaman 766)


Nama Resmi : Aqua Pro injeksi
Sinonim : Aqua; aqua purificata; hydrogen oxide.
Struktur :

Berat Molekul : 18,02


Pemerian : Cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa.
Kelarutan : Dapat larut dengan sebagian besar pelarut polar.
Titik Leleh : 0oC
Stabilitas : Stabil secara kimia di semua keadaan fisik (es,
cair, dan uap).
Inkompatibilitas : Dapat bereaksi dengan obat dan bahan tambahan
lainnya yang rentan terhadap hidrolisis
(penguraian dengan adanya air atau uap air) pada
suhu sekitar dan suhu tinggi. Dapat bereaksi hebat
dengan logam alkali dan secara cepat dengan
logam alkali dan oksidanya, seperti kalsium
oksida dan magnesium oksida. Dapat bereaksi
dengan garam anhidrat membentuk hidrat dengan
berbagai komposisi, dan dengan bahan organik
tertentu serta kalsium karbida.
pH Stabilitas : 6,7 – 7,3
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat di tempat
sejuk dan kering.
Fungsi : Pelarut

 Perhitungan Tonisitas
Tabel 2. Perhitungan tonisitas sediaan infus manitol 5%
Konsentrasi
Bahan ΔTf E C. ΔTf C. E
(%)

Manitol 5 0,51 0,1773 2,55 0,8865


(Hiper) (Hipo)
Perhitungan :
1. Metode kriospatik
B=0 , 52−Σ C . ΔTf
0 , 52−2 , 55=−2 , 03
Jadi, NaCl tidak perlu ditambahkan karena infus manitol tersebut hipertonis.
Oleh karena itu, perlu penyesuaian konsentrasi dari zat aktifnya (manitol).
2. Metode Ekivalensi
0,9
B= x V −( W 1 x E 1 )
100
0,9
¿ x 100−( 5 x 0,1773 )
100
¿ 0 , 9−( 0,8865 )
¿ 0,0135 %
Jadi, jumlah NaCl yang perlu ditambahkan agar sediaan isotonis adalah
0,0135%

C. PROSES PRODUKSI SEDIAAN

Proses Prosedur Ruangan

Proses  Semua alat dicuci bersih dan dikeringkan White Area


Sterilisasi  Alat yang memiliki mulut seperti erlenmeyer dan (Kelas A
gelas ukur tutup dengan kapas yang dilapisi kasa background
kemudian dibungkus menggunakan aluminium B)
foil dan plastik wrap lalu diikat diikat
menggunakan tali kasur
 Alat-alat yang permukaannya harus steril seperti
pipet tetes, batang pengaduk, mortir, stamper,
pinset, spatel logam, corong, dan termometer
dibungkus menggunakan aluminium foil
 kaca arloji, beaker glass dan cawan penguap
dibungkus menggunakan perkamen lebar lalu
diikat dengan tali kasur kemudian dimasukkan
kedalam plastik dan dilapisi dengan plastik wrap.
 karet pipet tetes, sudip dan pot plastik direndam
menggunakan alkohol 70% di gelas kimia selama
24 jam
 Alat lainnya seperti lap dan tisu yang akan
digunakan perlu disterilkan dengan cara
dimasukkan ke dalam plastik tahan panas dan
dilapisi plastik wrap. Alat-alat yang berpresisi dan
tidak berpresisi seperti diatas disterilisasi
menggunakan autoklaf pada suhu 121 C pada
tekanan 0,15 ppm selama 15-20 menit lalu
dikeringkan. Alat-alat yang sudah steril diberi
label dan disimpan
 Pembuatan aqua steril pro injeksi, 50 mL akuades
yang disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu
121°C selama 15 menit

Proses  Lakukan penggerusan dan penimbangan untuk Grey Area


Penimbangan masing-masing bahan (kelas D)
 Manitol ditimbang menggunakan cawan penguap
steril dan Natrium Klorida ditimbang
menggunakan kertas perkamen steril
 Natrium hidroksida ditimbang menggunakan gelas
arloji
 Kaca arloji yang berisi bahan yang telah
ditimbang ditutup menggunakan alumunium foil
 Bahan baku (zat aktif dan zat eksipien)
dimasukkan ke white area melalui transfer box

Proses  Manitol sebanyak dilarutkan dengan sebagian White are


Pencampuran aqua pro injeksi ke dalam beaker glass diaduk (Kelas A
menggunakan batang pengaduk hingga larut background
 Natrium klorida dilarutkan menggunakan aqua B (LAF))
pro injeksi ke dalam beaker glass steril yang lain
diaduk menggunakan batang pengaduk
 Natrium hidroksida dilarutkan menggunakan
aqua pro injeksi ke dalam beaker glass steril yang
lain diaduk menggunakan batang pengaduk
 Setelah natrium klorida larut dimasukan kedalam
beaker glass yang berisi larutan manitol
 Dilakukan pengecekan pH menggunakan pH
meter
 Bila nilai pH belum mencapai nilai pH yang
diinginkan ditambah larutan natrium hidroksida
yang telah dilarutkan sebelumnya hingga pH
mencapai 7. Lalu, volume digenapkan
menggunakan aqua pro injeksi hingga 515 mL.
 Larutan disaring kembali menggunakan kertas
saring
 Filtrat dimasukkan kedalam botol kaca yang telah
ditara sebanyak 500 mL tiap botol botol kaca.

Proses  Botol kaca ditutup menggunakan tutup karet botol White Area
Penutupan kaca steril (Kelas A
background
B)

Proses  Sterilisasi akhir dilakukan dengan autoklaf pada White Are


Sterilisasi suhu 121°C selama 15 menit (kelas A
Akhir Background
B)

Proses  Dilakukan evaluasi sediaan, sediaan diberi etiket Grey Area


Evaluasi dan brosur dan dikemas dalam dus (kelas D)

D. EVALUASI SEDIAAN
1. Evaluasi Fisik
 Penetapan pH
Tujuan dilakukan uji ini adalah mengetahui pH sediaan sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan yaitu 5-7. Pengukuran pH cairan uji
menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi.
 Bahan Partikulat Dalam Injeksi
Tujuan dilakukan uji ini adalah : memastikan larutan injeksi, termasuk larutan
yang dikonstitusi dari zat padat steril untuk penggunaan parenteral, bebas dari
partikel yang dapat diamati pada pemeriksaan secara visual. Memenuhi syarat
uji jika jumlah partikel yang dikandung yang memiliki diameter ≥ 10 um ≤ 3000.
 Penetapan Volume Injeksi Dalam Wadah
Tujuan dilakukan uji ini adalah untuk menetapkan volume injeksi yang
dimasukkan dalam wadah agar volume injeksi yang digunakan tepat/sesuai
dengan yang tertera pada penandaan. Penentuan volume dilakukan dengan cara
mengambil sampel dengan alat suntik hipodermik dan memasukkannya ke
dalam gelas ukur yang sesuai. Penetapan volume injeksi dalam wadah tidak
kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diuji satu persatu, atau bila
wadah volume 1ml dan 2ml tidak kurang dari jumlah volume wadah yang tertera
pada etiket bila isi digabung.
 Keseragaman Sediaan
Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk menjamin keseragaman kandungan zat
aktif dengan cara menetapkan kadar 10 satuan sediaan satu per satu sesuai
penetapan kadar. Bobot isi wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas yang
tertera pada daftar berikut, kecuali satu wadah yang boleh menyimpang tidak
lebih dari 2 kali batas yang tertera.
 Uji Kejernihan Larutan
Uji kejernihan dilakukan untuk memastikan larutan terbebas dari pengotor
dengan cara membandingkan kejernihan larutan uji dengan Suspensi Padanan,
dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi tegak lurus ke arah bawah tabung
dengan latar belakang hitam. Memenuhi syarat apabila tidak terdapat partikel
asing pada larutan.
2. Evaluasi Biologi
 Uji Sterilitas
Uji sterilitas dilakukan untuk menetapkan ada/tidaknya bakteri atau jamur
yang dalam sediaan. Uji ini dilakukan dengan cara mengkultur sediaan dalam
media. Media yang digunakan dapat berupa media tioglikolat cair, media
tioglikolat alternatif, dan media soybean. Penanaman sediaan ke dlm pembenihan
dilakukan di ruangan steril (cawan petri sudah diisi media pembenihan ). Sediaan
yang akan diperiksa dikeluarkan dari wadah, ditampung dengan batang pengaduk
steril. Sediaan dioleskan ke dalam media, kemudian diinkubasi selama 7 hr.
Sediaan dikatakan steril jika tidak terdapat pertumbuhan mikroorganisme pada
media uji. Jika digunakan untuk pembuatan sediaan parenteral, Angka Lempeng
Total tidak lebih dari 102 koloni/g. Angka Kapang dan Khamir tidak lebih dari
102 koloni/g. Tidak terdapat Escherichia coli.
 Uji endotoksin bakteri
Uji endoteksin untuk memperkirakan kadar endotoksin bakteri yang
mungkin ada dalam sediaan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan LAL
(limulus amubocyt lysate):
o Prosedur kualitatif meliputi inkubasi selama waktu yang telah ditetapkan
dari endotoksin yang bereaksi dan larutan kontrol dengan pereaksi LAL.
Sediaan dikatakan bebas endotoksin jika tidak adanya gumpalan padat
(gelasi) setelah tabung uji dibalik.
o Prosedur kuantitatif penetapan titik akhir reaksi dilakukan dengan
membandingkan enceran dari zat uji dengan enceran endotoksin baku.
Prosedur meliputi inkubasi selama waktu yang telah ditetapkan dari
endotoksin yang bereaksi dan larutan kontrol dengan pereaksi LAL,
pembacaan serapan cahaya pada panjang gelombang yang sesuai. Syarat
untuk mannitol injeksi tidak lebih dari 0,04 unit Endotoksin FI/mg
manitol apabila jumlah yang tertera pada etiket injeksi 10% atau kurang,
dan tidak lebih dari 2,5 unit Endotoksin FI per g manitol apabila jumlah
yang tertera pada etiket injeksi lebih dari 10%.
3. Uji Kimia
 Uji Identifikasi
Uji ini bertujuan untuk memastikan bahwa bahan aktif, yaitu manitol, hadir
dalam sediaan infus sesuai dengan yang diharapkan. Metode spektrofotometri
atau kromatografi dapat digunakan. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada
bilangan gelombang yang sama seperti pada Manitol BPFI.
 Uji Penetapan Kadar
Uji ini dilakukan untuk memastikan kadar mannitol dalam sediaan. Uji Kadar
dilakukan menggunakan HPLC. Larutan resolusi kadar masing-masing lebih
kurang 4,8 mg/mL. Larutan baku kadar lebih kurang 5 mg/mL. Larutan uji
mengandung lebih kurang 5 mg/mL manitol.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. (2020). Farmakope Indonesia Edisi VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Dewantisari, D., & Musfiroh, I. (2020). Strategi Peningkatan Objektivitas Hasil Uji Inspeksi
Visual Sediaan Injeksi : Review. Majalah Farmasetika, 5(2), 64–72.
https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v5i2.26017
Levchuk, J. W. (1992). Parental Products in Hospital and Home Care Pharmacy Pratice.
Pharmaceutical Dosage Forms: Perenteral Medications. Volume 1.2 Edition. P.249-282.
New York: Marcel Dekker
Lukas, S., (2006). Formulasi Steril, Penerbit Andi, Yogyakarta
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Quinn M. E. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th
Edition. London: Pharmaceutical Press.

Anda mungkin juga menyukai