Anda di halaman 1dari 32

R/ Aluminium hidroksida 250 mg/5ml

Magnesium hidroksida 250 mg/5ml


Gliserin 3%
GOM 10 %
Sakarin 0.2 %
Na Benzoat 0.1 %
Aquadest 60 ml

1. MONOGRAFI
a. Aluminium Hidroksida
Nama resmi : Alumini hydroxydi
Nama lain : Aluminium hidroxida
RM : Al(OH)3
BM : 78
Pemeriaan : Serbuk halus, mengandung sedikit gumpalan, putih, tidak berbau,
dan tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut
dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida
berlebihan.
Ph : ph suspensi 4.0 % b/v dalam air bebas karbondioksida P tidak
lebih dari 10.0
Konsentrasi : 47,0%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, pada suhu tidak lebih dari 25oC
Khasiat : adstrigen dan antasida atau obat untuk sakit tukak lambung

b. Magnesium Hidroksida
Nama resmi : Magnesii hydroxidum
Nama lain : Magnesium Hidroksida
RM : Mg(OH)2
BM : 58,32
Pemerian : Serbuk, putih, ruah
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam asam
encer
Khasiat : Menetralkan asam lambung, kartatik dan obat antacide

2. FARMAKOLOGI OBAT
a. Aluminium hidroksida
Aluminium Hidroksida adalah obat antasida berbentuk garam inorganik yang
digunakan sebagai penetralisir keasaman sekresi lambung yang berlebihan. Dengan
begitu dapat mengurangi berbagai gejala akibat asam lambung berlebih seperti maag,
dispepsia dan nyeri ulu hati.
cara kerja aluminium hidroksida adalah dengan menetralisir asam lambung serta
melindungi dinding lambung dari iritasi akibat asam lambung.
Dengan berkurangnya keasaman sekresi lambung, senyawa ini juga secara tidak
langsung menjaga lapisan lambung dari kerusakan akibat terkikis zat asam. Selain itu,
Aluminium Hidroksida juga dapat mengikat fosfat di pencernaan sehingga fosfat
yang masuk dari makanan tidak diserap seluruhnya oleh tubuh. Mekanisme ini akan
membantu menurunkan kadar fosfat pada penderita gagal ginjal kronis.

b. Magenesium Hidroksida
Magnesium Hidroksida merupakan senyawa inorganik yang secara alami dapat
ditemukan pada mineral brucite. Senyawa ini akan bersifat antasida karena dapat
bereaksi dengan asam hidroklorida dan membentuk magnesium klorida dan air pada
saluran pencernaan. Karena dapat menurunkan efek asam di lambung dan
meningkatkan pH sekresi lambung menyebabkan obat ini juga secara tidak langsung
menginaktifkan pepsin. Kelebihan asam lambung dan pepsin merupakan penyebab
utama terjadinya maag dan tukak lambung.

3. PREFORMULASI ZAT AKTIF


a. Aluminium hidroksida
BM : 78
Pemeriaan : Serbuk halus, mengandung sedikit gumpalan, putih, tidak berbau,
dan tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut
dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida
berlebihan.
Ph : ph suspensi 4.0 % b/v dalam air bebas karbondioksida P tidak
lebih dari 10.0
Konsentrasi : 47,0%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, pada suhu tidak lebih dari 25oC
Khasiat dan Pengunaan : Digunakan sebagai antasida.

b. Magnesium hidroksida
Nama resmi : Magnesii hydroxidum
Nama lain : Magnesium Hidroksida
RM : Mg(OH)2
BM : 58,32
Pemerian : Serbuk, putih, ruah
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam asam
encer
Khasiat : Menetralkan asam lambung, kartatik dan obat antacid

c. Gliserol
NR : Glycerolum
NL : Gliserol; Gliserin
BM : 92,09
RM : CH3H8O3
BJ : Tidak kurang dari 1.249, 1.261 pada suhu 150oC
Pemerian : Cairan seperti sirup; jernih, tidak berwarna; tidak berbau; manis
diikuti rasa hangat, higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada
suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur berwarna
yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20 derajat.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) ; praktis
tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam minyak
lemak.
Titik Beku : 1,60oC
Konsentrasi : 30-50 %
OTT : Gliserin bias meledak jika bercampur dengan oksidator kuat
seperti kromiun trioksida. Adanya kontaminasi besi bias
menggelapkan warna dari campuran yang terdiri dari fenol,
salisilat dan tannin.
Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis dapat terurai dengan pemanasan
yang bias menghasilkan akrolin yang beracun. Campuran gliserin
dengan air, etanol 95% dan propilenglikol secara kimiawi stabil
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan

d. Natrium Benzoat
Sinonim : Sodium benzoat, Natrii benzoat
RM : C6H5COONa
BM : 144,11
Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, stabil di udara.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, lebih
mudah larut dalam etanol 90%.
Stabilitas : Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan kering
OTT : Tidak bercampur dengan komponen kuartener, gelatin, garam
ferri, garam kalsium, dan garam logam berat termasuk perak,
timah, dan merkuri.
Konsentrasi : 0,02-0,5 %
Incompatibilitas : Incomp dengan komponen quarter, gelatin, garam ferri, garam
kalsium, dan garam dari heavy metakis termasuk silver
Fungsi : Pengawet/antimikroba.
Wadah : Wadah tertutup rapat, di tempat kering & sejuk.

e. Aquadest
NR : Aqua destillata
NL : Air suling
RM : H2O.
BM : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar
Kegunaan : Sebagai pelarut
Stabilitas : Dalam semua keadaan fisik (es, cairan, udara).
OTT : Bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lain yang rentan
terhadap hidrolisis, bereaksi keras dengan logam alkali.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

f. Sakarin
Rumus Empiris : C7H4NO3S
BM : 205,17
Pemerian : Sakarin adalah serbuk putih, tidak berbau atau sedikitaromatik,
efflorescent, bubuk kristal. Memiliki rasa yang sangat manis,
dengan logam atau rasa pahit bahwa pada tingkat normal
penggunaan dapat terdeteksi sekitar 25% dari populasi. Rasa
pahitbisa ditutupi dengan memadukan sakarin natrium dengan
pemanis lainnya. Sakarin natrium dapat mengandung jumlah
variabel air
Kelarutan : 1 : 1,2 dalam air, 1 : 102 dalam etanol, 1 : 50 dalam etanol (95%)
Titik Leleh : Terurai pada pemanasan
Inkompatibilitas : Sakarin natrium tidak mengalami Maillard browning
Stabilitas : Sakarin natrium stabil di bawah kisaran normal kondisi
digunakan dalam formulasi. Hanya bila terkena suhu (125oC) pada
pH rendah(pH 2) selama lebih dari 1 jam tidak terjadi dekomposisi
yangsignifikan.
Konsentrasi : Konsentrasi 84% adalah yang paling stabil bentuk sakarin
natrium sedangkan bentuk 76% akan kering di bawah
kondisikamar. Larutan untuk injeksi dapat disterilkan dengan
autoklaf
Kegunaan : Kegunaan : Pemanis
Penyimpanan : Sakarin natrium harus disimpan dalam wadah yang tertutup
dalam tempat yang kering
g. Pulvis Gummi Arabic/GOM
Sinonim : PGA, Gumm Acacia,GOM
Pemerian : Hampir tidak berbau; rasa tawar seperti lendir
Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilka larutan yang kental dan
tembus cahaya. Praktis dan tidak larut dalam etanol 90% P
Makroskopik : Butir, bentuk bulat, atau bulat telur, penampang 0,5 cm sampai 6
cm atau berupapecahay bersegi-segi. Warna putih sampai putih
kekuningan. Tembus cahaya; buram karena banyak retakan kecil;
amat rapuh, permukaan pecahan menyerupai kaca, dan kadang-
kadang berwarna seperti pelangi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan, suspending agent
Konsentrasi : Emulsifying agent 5-10%
Pastilie base 10-30%
Suspending agent 5-10%
Tablet binder 1-5%

4. FORMULA STANDAR

5. FORMULA YANG BEREDAR


-Promag -anflat

-Mylanta -ranacid forte


-Polysilane
-hufamag
-gastrucid

6. FORMULA YANG DIRENCANAKAN


R/ Alumunium Hydroksida 250 mg/ 5 ml
Magnesium Hidroksida 250 mg/ 5 ml
Gliserin 3%
Gom 10%
Sakarin 0,2%
Na Benzoat 0,1%
Aquadest 60 ml

7. ALASAN PENGAMBILAN BAHAN


a. Aluminium Hydroksida
Alasan penggunaan karena bahan aktif ini memiliki daya menetralkan asam lambung
lambat ,tetapi masa kerjanya lebih panjang . Aluminium ini bersifat demulsen dan
absorben .

b. Magnesium Hidroksida
Alasan Penggunaan ,bahan ini memiliki daya netralisasi kuat ,cepat ,dan banyak
digunakan dalam sediaan terhadap gangguan lambung bersama Al hidroksida ,dan
juga bahan aktif ini dipilih karena antasida yang mengandung magnesium relative
tidak larut air sehingga bekerja lebih lama bila berada dalam lambung dan sebagaian
besar tujuan pemberian antasida tercapai.

c. Gliserin
Alasan Penggunaan, sebagai zat pembasah yaitu suatu surfaktan yang biasa
dilarutkan dalam air ,menurunkan sudut kontak baru dan membantu memindahkan
fase udara pada permukaan dan menggantikannya dengan suatu fase cair,dan juga
digunakan sebagai bahan pengawet ,pengawet antimikroba dan zat penambah
viskositas

d. GOM
Alasan Penggunaan, karena dapat meningkatkan stabilitas dengan peningkatan
viskositas dan juga sebagai pengental suspensi yang efektif karena kemampuannya
melindungi koloid

e. Sakarin
Alasan Penggunaan,untuk mendapatkan rasa manis atau dapat mempertajam
penerimaan terhadap rasa manis tersebut.

f. Natrium Benzoat
Alasan penggunaan sebagai bahan pengawet anti mikroba dan juga karena mampu
menurunkan pH awal dan juga mempertahankan suspensi serta memberikan kapasitas
penetralan asam yang cukup baik.

g. Aquadest
Alasan Penggunaan ,karena merupakan pelarut terbaik dan terutama untuk
penggunaan oral. Aquadest digunakan sebagai pelarut pembawa pada pembuatan obat
dan sediaan farmasi

8. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN

9. CARA KERJA
10. ETIKET

11. BROSUR
 Indikasi umum :
Mengurangi gejala kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak usus dua
belas jari.
 Komposisi :
R/ Aluminium Hydroksida 250mg/5ml
Magnesium Hidrolisida 250mg/5ml
Gliserin 3%
GOM 10%
Sakarin 0,2%
Na benzoat 0,1%
Aquadest 60ml
 Kategori : Obat bebas
 Dikonsumsi oleh : Dewasa dan anak-anak
 Bentuk sediaan : Suspensi, tablet dan kaplet kunyah
 Dosis :
 Dewasa : Diminum 3-4 kali per hari, berikan 2-4 sendok takar (10-20 mL).
 Anak usia 6-12 tahun : Diminum 3-4 kali sehari, berikan ½-1 sendok takar (2.5-5
mL).
 Dikonsumsi sebelum makan.
 Interaksi obat :
1. Mengganggu penyerapan tetrasiklin, penisilin, sulfonamda, digoxin, indometacin,
naproxen, phenylbutazone, quinidine, dan vitamin.
2. Meningkatkan penyerapan vitamin C.
 Efek samping :
1. Diare
2. Perut kembung
3. Mual dan muntah
4. Kram perut
5. Sembelit
 Penyimpanan :
Antasida sebaiknya disimpan pada ruangan bersuhu 25ºC atau pada kisaran 15-
30ºC. Tempatkan obat pada lingkungan yang kering. Jangan menyimpan di kamar
mandi. Jauhkan dari lingkungan yang lembap, panas, atau sinar matahari, dan jauhkan
dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.
 Peringatan :
 Jangan berikan antasida pada anak-anak di bawah 12 tahun tanpa anjuran dokter.
 Hati-hati dalam menggunakan antasida jika sedang atau pernah menderita tukak
lambung, penyakit hati, penyakit ginjal, atau penyakit jantung.
 Penggunaan antasida oleh pasien berusia di atas 60 tahun harus dengan anjuran
dan pengawasan dokter.
 Beberapa jenis antasida mengandung natrium atau sodium (garam) tinggi. Hati-
hati jika Anda tengah menjalankan diet rendah garam, memiliki tekanan darah
tinggi, atau menderita sirosis. Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-
obatan lain, termasuk suplemen dan produk herbal.
 Segera temui dokter apabila terjadi reaksi alergi atau overdosis.

12. EVALUASI
a. Uji organoleptis
Uji organoleptis di lakukan pengamatan secara visual meliputi bau,
rasa, dan warna, pada sediaan. Serta pemeriksaan kelengkapan pada brosure,
etiket, kemasan, (cara penggunaan cara peyimpanan tgl kadaluarsa, dll ).
b. Uji viskositas
Uji viskositas di lakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan sediaan.
Viskositas dapat mempengaruhi stabilitas suatu sediaan, viskositas di ukur
dengan alat viskomter
c. Uji pH
Uji pH di lakukan untuk mengetahui apakah pH pada sediaan suspensi
telah memenuhi batas penerimaan yang sesuai (antara 7-8,9) pH pada sediaan
suspensi antasida sangat berperan penting karena berdasarkan fungsi suspensi
antasida sangat berperan penting krena, berdasarkan fungsi suspensi antasida
adalah : untuk mengontrol pH lambung supaya idak terjadi iritai atau ulcer
pada lambung.
d. Uji homogenitas
Uji homogenitas di lakuan untuk mengetahui apakah seiaa memiliki
ukuan vartikel yang seragam atau tidak, untuk memastikan bahwa bahan aktif
dan bahan tambahan lainnya dapat tercampur dengan baik.
e. Uji berat jenis
Uji berat jenis umumnya di gunakan pada sediaan, yang didasarkan
pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah di etapkan
terhadap bobo air dengan volume atau suhu yang sama.

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen RI. 1976 Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI
2. Departemen RI. 1995. Farmkope Indonesia edisi IV. Jakarta : Depkes RI
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Formulariun Nasional
4. Departemen RI. 2014. Farmakope Indonesia edisi V. jakarta : Depkes RI
5. Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta: DepkesRI
6. Anonim.1978.Formularium Nasional. Jakarta: Depkes RI

r/ infus piper bettle 100

Borax 1
Sol H2o2 5

Mf gargarisma

S.Obat kumur

Pro : Ny aira

1. MONOGRAFI

 Infus Piper bettle

Pemerian : Berupa helaian daun berbentuk bulat sampai lonjong, ujung


runcing, pangkal berbentuk jantung atau agak bulat, panjang 5-18 cm, lebar 3-12
cm, warna hijau kecoklatan hingga coklat, permukaan bawah kasar, kusam
berwarna lebih muda dari permukaan atas, tulang daun permukaan atas agak
tenggelam, permukaan bawah menonjol, tangkai daun bulat, panjang 1,5 cm- 3
cm, bau khas, rasa pedas.

Kelarutan : Kelarutan Kadar abu tidak lebih dari 14% Kadar abu yang
tidak larut dalam asam tidak lebih dari 7% Kadar sari yang larut yang larut dalam
air tidak kurang dari 14% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari
4,5%

2. FARMAKOLOGI

Daun sirih hijau dapat digunakan sebagai antibekteri karena mengandung


4,2% minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol, caryophyllen
(sisquiterpene), kavikol, kavibetol, estragol, dan terpen (Hermawan dkk, 2007).
Komponen utama minyak atsiri terdiri dari fenol dan senyawa turunannya. Salah
satu senyawa turunan itu adalah kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali
lebih kuat dibandingkan fenol. Daya antibakteri minyak atsiri daun sirih hijau
(Piper betle L.) disebabkan adanya senyawa kavikol yang dapat mendenaturasi
protein sel bakteri.

Flavonoid selain berfungsi sebagai antibakteri dan mengandung kavikol


dan kavibetol yang merupakan turunan dari fenol yang mempunyai daya
antibektri lima kali lipat dari fenol biasa terhadap Staphylococcus aureus. Estragol
mempunyai sifat antibakteri, terutama terhadap Shigella sp. Monoterpana dan
seskuiterpana memiliki sifat sebagai antiseptik, anti peradangan dan antianalgenik
yang dapat membantu penyembuhan luka

3. PREFORMULASI ZAT
a. Infus pipper Bettle
Pemerian : Berupa helaian daun berbentuk bulat sampai lonjong, ujung
runcing, pangkal berbentuk jantung atau agak bulat, panjang 5-18 cm, lebar 3-12
cm, warna hijau kecoklatan hingga coklat, permukaan bawah kasar, kusam
berwarna lebih muda dari permukaan atas, tulang daun permukaan atas agak
tenggelam, permukaan bawah menonjol, tangkai daun bulat, panjang 1,5 cm- 3
cm, bau khas, rasa pedas.

Kelarutan : Kelarutan Kadar abu tidak lebih dari 14% Kadar abu yang
tidak larut dalam asam tidak lebih dari 7% Kadar sari yang larut yang larut dalam
air tidak kurang dari 14% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari
4,5%

b. Borax

Nama resmi : Natrii tetraboras

Nama lain : Natrium tetraborat

RM/BM : Na2B4O7/381,37

Pemerian : Hablur transparan, tidak berwarna atau serbuk hablur putih,


tidak berbau, rasa asin dan basa. Dalam udara kering merapuh

Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 0,6 bagian air mendidih,
dan dalam lebih kurang 1 bagian gliserol, praktis tidak larut dalam etanol (95%)
P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kandungan : Tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 105,0%
Na2B4O7.10 H2O

Khasiat : Antiseptikum ekstern

c. Sol H2o2

Pemerian : tidak bewarna, hampir tidak berbau, mudah terurai jika


berhubungan dengan zat organic yang dapat teroksidasi, dengan logam tertentu
dan senyawanya atau dengan alkali

Khasiat : Antiseptikum extern

4. FORMULASI STANDAR
5. FORMULA YANG BEREDAR
- Sirup enkasari

6. FORMULA YANG DIRENCANAKAN

r/ infus piper bettle 100


Borax 1
Sol H2o2 5
Mf gargarisma
S.Obat kumur
Pro : Ny aira

7. ALASAN PENGAMBILAN BAHAN


a. Infus piper bettle
Penggunaan sirih sebagai bahan obat mempunyai dasar kuat karena
adanya kandungan minyak atsiri yang merupakan komponen fenol alami sehingga
berfungsi sebagai antiseptik yang kuat. Sepertiga dari minyak atsiri tersebut
terdiri dari fenol dan sebagian besar adalah kavikol. Kavikol inilah yang memiliki
daya pembunuh bakteri lima kali lipat dari fenol biasa.

b. Borax
Karena merupakan antiseptik yang digunakan untuk meredakan nyeri dan
luka pada rongga mulut, seperti sariawan, bibir kering dan pecah-pecah, serta
radang gusi.

8. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN


9. CARA KERJA

10. ETIKET
11. BROSUR

12. EVALUASI

a. Uji Organoleptis

Uji organoleptis digunakan untuk mengetahui sifat fisik dari produk. Uji ini
meliputi :

1. Sediaan diamati warna, bau, rasa, bentuk dan kejernihan.

2. Dicatat hasilnya.

b. Uji pH
Uji pH merupakan salah satu bagian dari kriteria pemeriksaan fisika dan kimia
dalam memprediksi kesetabilan suatu sediaan meliputi :

1. pH stik dicelupkan pada sampel sediaan.

2. Kemudian cocokan dengan pH indicator.

3. Dicatat hasilnya.

c. Uji Homogenitas
Pada pengujian homogenitas percobaan ini adalah mempunyai tujuan untuk
mengetahui sediaan yang menunjukan susunan yang homogeny atau tidak.
Meliputi:

1. Sediaan diamati tekstur partikel atau keseragaman partikelnya.

2. Dicatat hasilnya.

d. Uji Stabilitas
Uji stabilitas ialah pengamatan perubahan bentuk, warna, bau, rasa, dan pH dari
sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar (25°C – 30°C) pada hari ke 0, 7,
14, 21, 28.

e. Uji Kejernihan

f. Uji Bobot Jenis

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Disiapkan 3 piknometer kosong, ditimbang dan dicatat hasilnya

3. Piknometer diisi dengan air, kemudian dimasukkan kedalam bak yang berisi
air es

4. Diukur hingga suhunya mencapai 20 C

5. Diisi kekurangan air pada piknometer

6. Piknometer ditutup, kemudian ditimbang dan dicatat hasilnya

g. Uji Viskositas
1. Alat dan bahan disiapkan

2. Dimasukkan 10 ml air pada lubang yang besar pada viscometer Ostwald

3. Disedot dari lubang yang kecil, hingga air naik sampai batas tanda atas

4. Penyedot dilepaskan bersamaan dengan menyalakan stopwatch

5. Dicatat waktu air turun dari batas atas hingga batas bawah

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen RI. 1976 Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI
2. Departemen RI. 1995. Farmkope Indonesia edisi IV. Jakarta : Depkes RI
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Formulariun Nasional
4. Departemen RI. 2014. Farmakope Indonesia edisi V. jakarta : Depkes RI

R/ SULFIDIAZIN 3%

NIPAGIN 0,1%

PARAFIN MELATI qs

Basis cream 100%


1.MONOGRAFI

a. Sulfidiazin

Gol: antibiotik

Khasiat: obat luka bakar

Dosis: dosis pemberian 1-2 kali sehari di luka bakar yang sudah dibersihkan.

Efek samping: seperti gangguan hematologi (agranulositosis, anemia aplastik,


trombositopenia, dan anemia hemolitik), reaksi gangguan gastrointestinal, hepatitis dan
nekrosis hepatoseluler, nefrosis toksik, dan gangguan sistem saraf pusat.

Kontra indikasi: Pemberian krim perak sulfadiazine dikontraindikasikan pada ibu hamil
yang mendekati atau sudah aterm, neonatus prematur atau neonatus berusia kurang dari 2
bulan, dan pasien yang diketahui memiliki hipersensitivitas terhadap perak sulfadiazine
atau salah satu komponen dalam formulasinya

2.Farmakologi :

bakterisidal karena kemampuan baik perak maupun sulfadiazine untuk


mengatasi/mencegah infeksi dengan baik. Absorbsi perak sulfadiazine hanya terjadi jika dipakai
pada luka bakar yang dalam dan luas. Resistensi terhadap perak dapat terjadi pada penggunaan
dengan dosis sublethal yang tidak terkontrol.

3.Preformulasi zat aktif

a. Sulfidiazin

Berat molekul: 250,27

Komposisi: sulfadiazine mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
102,0% dihitung terhadp zat yang telah dikeringkan.

Pemerian: serbuk,puti agak kuning, tidak berbau atau hampir tidak berbau ,stabil di udara
tetapi pada pemaparan terhadap cahaya perlahan-lahan menjadi hitam

Kelarutan: praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam asam mineral encer , dalam
larutan kalium hidoksida dalam larutan natrium hidroksida dan dalam aminium
hidroksida ,agak sukar larut dalam etanol dan dalam aseton ,sukar larut dalam serum
manusia pada suhu 37 derajat celcius.

b.Nipagin
Sinonim: Methylparaben; methylis parahydroxybenzoas;
Penggunaan: Antimicrobial preservative (oral solutions 0.015–0.2 %)
Deskripsi: merupakan kristal tdak berwarna atau serbuk kristal berwarna putih; tidak
berbau atau hamper tidak berbau dan sedikit mempunyai rasa panas.
Kelarutan: larut dalam 5 bagian propilenglikol; 3 bagian etanol 95%; 60 bagian gliserin;
dan 400 bagian air.
Stabilitas: larutan metilparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf pada
suhu 120° C selama 20 menit, tanpa penguraian. Larutan ini stabil selama kurang lebih 4
tahun dalam suhu kamar, sedangkan pada pH 8 atau lebih dapat meningkatkan laju
hidrolisis.
Inkompatibilitas: aktivitas antimikroba dari metilparaben atau golongan paraben yang
lain sangat dapat mengurangi efektivitas dari surfaktan nonionik, seperti polysorbate 80.
Tetapi adanya propilenglikol (10%) menunjukkan peningkatan potensi aktivitas
antibakteri dari paraben, sehingga dapat mencegah interaksi antara metilparaben dan
polysorbate. Inkompatibel dengan beberapa senyawa, seperti bentonit, magnesium
trisilicate, talc, tragacanth, sodium alginate, essential oils, sorbitol dan atropine.

c. Parafin melati

Pemerian : cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi; tidak berwarna;hampir


tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larutdalam
kloroform P dan dalam eter P

.Bobot per mL : 0,870 gram sampai 0,890 gram.

Khasiat : laksativum.

Stabilitas : parafin stabil, meskipun dalam bentuk cair dan mungkin dapatterjadi
perubahan secara fisik. Parafin harus disimpan padatemperatur tidak melebihi 40°C
dalam wadah tertutup baik.

4. FORMULA STANDAR
5.. FORMULA YANG BEREDAR

-BURNAZIN CREAM

-ialuset cream

-silver dream cream

-dermazin cream

6. FORMULA YANG DIRENCANAKAN

R/ SULFIDIAZIN 3%

NIPAGIN 0,1%

PARAFIN MELATI qs

Basis cream 100%

7.alasan pengambilan bahan

sulfadiazin

antibiotik untuk menangani infeksi bakteri. Selain itu, sulfadiazine bisa digunakan dalam
pencegahan kekambuhan demam rematik, dan jika dikombinasikan dengan
pyrimethamine, dapat digunakan untuk mengobati toksoplamosis.

Nipagin

Sebagai pengawet agar sediaan dapat disimpan dalam waktu tertentu. Jika penggunaan
tidak bersaam nipasol karena nipasol sangat sukar larut dalam air dan biasanya digunakan
untuk emulsi atau jika lotio sudah mengandung alkohol, tidak perlu penambahan nipasol.
Jika menggunakan sirup simpleks meskipun di dalam nya sudah ada nipagin tapi
kadarnya hanya 0,2%, sehingga masih perlu penambahan nipagin. Mudah larut dalam
alkohol, efektif pada beberapa range pH dan mempunyai aktifitas antimikroba yang luas.
Parafin cair

Dapat memperbaiki konstitensi krim dan dapat digunakan sebagai emolient

8.PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN


9. CARA KERJA
10.ETIKET

11.BROSUR

Deskripsi
Obat antimikroba topikal yang diindikasikan untuk pencegahan dan
pengobatan sepsis luka pada pasien tingkat luka bakar ke dua dan ke tiga
Indikasi / Manfaat / Kegunaan :
Obat antimikroba topikal yang diindikasikan untuk pencegahan dan
pengobatan sepsis luka pada pasien tingkat luka bakar ke dua dan ke tiga
Sub Kategori
Obat Kulit Lain
12. EVALUASI

1. Organoleptis
Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sediaan,
konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden (dengan kriteria tertentu)
dengan menetapkan kriterianya pengujianya (macam dan item), menghitung presentase
masing-masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.

2. Evaluasi pH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60g : 200 ml air
yang di gunakan untuk mengencerkan, kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan
agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada
alat pH meter.
3. Evaluasidaya sebar
Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian
bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebannya, dan di beri rentang
waktu 1-2 menit. Kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban,
saat sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur).

4. Evaluasi penentuan ukuran droplet


Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel, dengan
cara menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian diperiksa
adanya tetesan tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya.

5. Uji aseptabilitas sediaan


Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner dibuat suatu
kriteria, kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudahan
pencucian.

Kemudian dari data tersebut di buat skoring untuk masing masing kriteria. Misal untuk
kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembut

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen RI. 1976 Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI
2. Departemen RI. 1995. Farmkope Indonesia edisi IV. Jakarta : Depkes RI
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Formulariun Nasional
4. Departemen RI. 2014. Farmakope Indonesia edisi V. jakarta : Depkes RI

Resep Standar ( CMN halaman 147 )


Solutio lugoli fortio
R/ Iodii 1
Iodeti kalii 2
Aquadest 20
1. Monografi zat aktif
a. IODIUM
Golongan : bebas
Rumus molekul :I
Berat molekul : 126,91
Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilat, seperti logam,
hitam kelabu, bau khas
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 3500 bagian air, dalam 13
bagian etanol (95%)p, dalam lebih kurang 80 bagian gliserol p dan dalam lebih
kurang 4 bagian karbondisufida p, larut dalam kloroform p dan dalam
karbontetraklorida p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Antiseptikum ekstern (obat yang digunakan untuk
mencegah luka luar agar tidak membusuk)
Efek samping : Oral/Kulit: Reaksi hipersensitivitas (urtikaria, angioedema,
radang kulit, purpura, demam, arthralgia, limfadenopati, eosinofilia), Gondok,
hipotiroidisme dan hipertiroidisme, Untuk penggunaan jangka panjang:
menyebabkan rasa logam dalam mulut, air liur meningkat, pembengkakan dan
radang tenggorokan, mata bengkak dan iritasi, edema paru, mual, muntah, diare

b. Kalii Iodium
Golongan : bebas
Rumus molekul : KI
Berat molekul : 166,00
Pemerian : Hablur heksahedral, transparan atau
tidak berwarna,opak dan putih atau serbuk butiran putih, higroskopik
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah
larut dalam air mendidih, larut dalam etanol (95%)p, mudah larut dalam
gliserol p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
K/P :Anti jamur adalah obat yang
digunakan untuk membasmi jamur

2. Farmakologi obat

Lugol Iodin atau yang dikenal juga dengan kalium iodida memiliki formulasi dalam
bentuk oral dan solusio. Formulasi oral digunakan sebagai obat anti tiroid, anti septik,
dan sebagai profilaksis pada paparan radiasi. Formulasi solusio juga dapat digunakan
sebagai antiseptik.

Kalium iodida adalah suatu senyawa kimia, obat-obatan, dan suplemen makanan.
Sebagai obat-onbatan hal ini digunakan pada penyakit hipertiroidisme, dalam radiasi
darurat, dan untuk melindungi kelenjar tiroid ketika beberapa jenis radiofarmaka
digunakan.

3. Preformulasi

1. IODIUM
Struktur kimia :

Nama resmi : IODUM


Nama sinonim : Iodii, iod, iodum
Rumus molekul :I
Berat molekul : 126,91
Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilat, seperti logam, hitam kelabu,
bau khas
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 3500 bagian air, dalam 13 bagian
etanol (95%)p, dalam lebih kurang 80 bagian gliserol p dan dalam lebih kurang 4
bagian karbondisufida p, larut dalam kloroform p dan dalam karbontetraklorida p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Antiseptikum ekstern (obat yang digunakan untuk mencegah luka
luar agar tidak membusuk)
2. KALII IODIDUM (FI Edisi III Hal. 330)
Nama resmi : KALII IODIDUM
Nama sinonim : Kalium iodida
Rumus molekul : KI
Berat molekul : 166,00
Pemerian : Hablur heksahedral, transparan atau tidak berwarna,opak dan
putih atau serbuk butiran putih, higroskopik
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
mendidih, larut dalam etanol (95%)p, mudah larut dalam gliserol p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
K/P : Anti jamur adalah obat yang digunakan untuk membasmi jamur
3. AQUADEST ( FI.Edisi III Hal.96 )
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama sinonim : Air suling, Air murni
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
K/P : Zat tambahan

4. Formula standar

5. Formula yang beredar


Lugols 5%
j.crow’s
immunoglukan

6. Formula yang direncanakan


Resep Standar ( CMN halaman 147 )
Solutio lugoli fortio
R/ Iodii 1
Iodeti kalii 2
Aquadest 20

7. Alasan pengambilan bahan


Iodium
Iodium : Antiseptikum ekstern (obat yang digunakan untuk mencegah luka luar
agar tidak membusuk)

Kallium iodida : digunakan pada penyakit hipertiroidisme, dalam radiasi


darurat, dan untuk melindungi kelenjar tiroid ketika beberapa jenis radiofarmaka
digunakan.
8. Perhitungan dan penimbangan bahan

9. Cara kerja
10. etiket

11. Brosur

Deskripsi :

Lugol adalah larutan yodium yg bisa diminum (terapi oral), beda dgn
Betadine (povidone iodine) yg hanya bisa utk pemakaian luar (terapi
topical) saja. Rumus kimia Lugol yaitu Kalium Tri-iodide (KI3).

Komposisi sesuai formula orinal Dr. Jean G.A. Lugol tahun 1829:

- 5% yodium murni (I2)

- 10% kalium iodide (KI)


\

12. Evaluasi

1.Tes organoleptis : warna, bau, rasa, bentuk

Cara pengujian :

a.Sediaan dituang pada wadah.


b.Diamati bentuk dan warna.

c.Diamati bau dengan indera pencium.

2.Tes homogenitas : mengetahui tingkat tercampurnya sediaan.

Cara pengujian :

1.Dikocok sediaan.

2.Diteteskan sample pada kaca objek, ditutup dengan cover glass.

3.Diamati tingkat kehomogenan.

3.Uji viskositas

Cara pengujian :

1.Diisi tabung Ostwald dengan sample.

2.Dengan bantuan tekanan/penghisapan, atur menskus cairan dalam tabung


kapilerhingga garis graduasi teratas.

3.Dibuka kedua tabung pengisi dan tabung kapiler agar cairan dapat mengalir
bebas kedalam wadah melawan tekanan atmosfer.

4.Dicatat waktu dalam detik yang diperlukan cairan untuk mengalir dari batas
atas hingga bawah dalam tabung kapiler

4.Uji intensitas warna

Cara pengujian :Dilakukan dengan pengamatan pada warna larutan (sirup) mulai 0-4
warna yangterjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan warna pada
minggu 0. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan cair yang
disimpan selama waktutertentu.

5.Uji volume terpindahkan Prosedur :

Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam wadah gelas ukur kering terpisah
dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua kali volume yang diukur dan
telahdikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukkan gelembung
udara padawaktu penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30 menit. Volume
rata-rata dari 10wadah tidak kurang dari 100 %, dan tidak satupun wadah yang
kurang dari dari 95 % darivolume yang dinyatakan pada etiket. Jika tipe A adalah
volume rata-rata kurang dari 100% dari yang tertera pada etiket akan tetapi tidak
ada satu wadah volumenya kurang dari95 % dari volume yang tertera pada etiket,
atau B tidak lebih dari satu wadah kurang dari95 %, tetapi tidak kurang dari 90 %
dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian 20 wadah tambahan

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen RI. 1976 Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI
2. Departemen RI. 1995. Farmkope Indonesia edisi IV. Jakarta : Depkes RI
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Formulariun Nasional
4. Departemen RI. 2014. Farmakope Indonesia edisi V. jakarta : Depkes RI

Anda mungkin juga menyukai