Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLID


SUSPENSI ANTASIDA

Nama : Linda Eka Haryanti


NPM : 191FF01030
Kelas : D3 2FA1

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG


FAKULTAS FARMASI
2020
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI
SOLID
ANTASIDA SUSPENSI
ALMALIN®
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami cara dan proses pembuatan Suspensi Antasida sesuai dengan CPOB
2. Mengetahui hal yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan Suspensi
Antasida

II. REGULASI SEDIAAN


A. GOLONGAN OBAT : Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep
dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras, obat
bebas terbatas dan sudah terdaftar di Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

B. ATURAN PENAMAAN GOLONGAN OBAT :


Penandaan : Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 2380/A/SKA/I/1983 adalah “Lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis
tepi berwarna hitam.” Seperti terlihat pada gambar berikut :

III. PREFORMULASI
A. ZAT AKTIF
1. Aluminium Hidroksida Koloidal (FI III 1979, hal. 80)

Nama resmi : Aluminii Hydroxydum Colloidale

Nama lain : Alukol


RM : Al(OH)3
BM : 78,00
Pemerian : Serbuk halus, mengandung sedikit gumpalan ; putih ; tidak
berbau; tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol (95%) P, larut dalam
asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.
pH : 5,5 – 8,0 (FI IV hal 82)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, pada suhu tidak lebih dari 250
Kegunaan : Antasida

2. Magnesium Hidroksida (FI IV hal 513)


Nama resmi : Magnesii Hydroxidum
Nama lain : Magnesium Hydroxide
RM : Mg(OH)2
BM : 58,32
Pemerian : Serbuk putih; ruah.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol; larut dalam
asam encer.
pH :-
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, pada suhu tidak lebih dari 250
Kegunaan : Antasida

B. ZAT TAMBAHAN
1. Natrium CMC (Farmakope Indonesia Edisi IV hal 175)
Nama resmi : Carboxymethylcellulose sodium
Nama lain : CMC Na
RM : C8H16NaO8
BM : 263,20
Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem, higroskopis.
Kelarutan :Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan
koloida, tidak larut dalam etanol, eter, dan pelarut
organik lain.
pH : Larutan stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada
pH dibawah 2
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Suspending agent

2. Sukrosa (RPS 18 th ; 1302)


Nama resmi : Sucrose
Sinonim : Gula beck sugar
BM : 342,30
Pemerian : Kristal tidak berwarna, kristal atau batang, putih, tidak
berbau, dan terasa manis
Kelarutan : gram dalam 0,5 ml air, 170 alkohol atau lebih larut
pada 0,2 ml air mendidih, tidak larut dalam kloroform
atau eter (RPS 18 th; 1298)
Kegunaan : Pemanis
Incomp : Serbuk sukrosa dapat terkontaminasi oleh sulfit
Kestabilan : Stabil pada suhu kamar dan kelembaban relative
sedang, Mengabsorbsi di atas 1% kelembaban, yang
diberikan oleh panas sampai 90oC. Menjadi karatol pada
suhu di atas 160oC, larutan encer dapat diserang
mikroba.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
3. Natrium Siklamat (FI III : 1979 halaman 407)
Nama resmi : Natrii Cyclamas
Nama lain : Natrium Siklamat
RM/BM : C6H12NaO3S / 201,11
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur ; putih ; tidak berbau atau
hamper tidak berbau ; rasa agak manis walaupun dalam
larutan encer.
Kelarutan : Larut dalam 5 bagian air, dalam 250 bagian etanol
(95%) P dan dalam 25 bagian propilenglikol P; praktis
tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
pH : 5,5 sampai 7,5
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Zat tambahan pemanis

4. Nipagin (FI III : 1979 halaman 378)


Nama resmi : Methylis Parabenum
Nama lain : Metil Paraben
RM/BM : C8H8O3 / 152,15
Pemerian : Serbuk hablur halus ; putih ; hamper tidak berbau ;
tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar
diikuti rasa tebal.
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam
3 bagian aseton P; mudah larut dalam eter P dan dalam
larutan alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol
P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati
panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Penggunaan : Zat Pengawet, Antimicrobial preservative (oral
solutions 0.015–0.2 %)

5. Nipasol (FI III : 1979 halaman 535)


Nama resmi : Propylis Parabenum
Nama lain : Propil Paraben
RM/BM : C10H12O3 / 180,21
Pemerian : Serbuk hablur putih; tidak berbau; tidak berasa.
Kelarutan : Sukar larut dalam air; larut dalam 3,5 bagian etanol
(95%) P, dan dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian
gliserol P dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah
larut dalam larutan alkali hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Penggunaan : Zat Pengawet
6. Gliserin (FI V 2014 : 498)
Nama resmi : Glycerin
Nama lain : Gliserol
RM/BM : C3H8O3 / 92,09
Pemerian : Cairan; jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasa
manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak
enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak
larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak
dan dalam mimyak menguap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Flocculating Agent

7. Minyak Permen (FI III 1979 hal 458)


Nama resmi : Oleum Menthae
Nama lain : Ol. Menthae piperitae
RM/BM : C10H20O / 156,27 (Menthol)
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, kuning pucat atau kuning
kehijauan, bau aromatic, rasa pedas dan hangat,
kemudian dingin.
Kelarutan : larut dalam 4 bagian volume etanol (70%) P opalesensi
yang terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi larutan yang
dibuat dengan menambahkan 0,5 mL perak nitrat 0,1 N
pada campuran 0,5 mL natrium klorida 0,02 N dan 50
mL air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung
dari cahaya.
Kegunaan : Pewangi

8. Air suling (FI III ; 1979 hal 96)


Nama resmi : Aqua destillata
Sinonim : Air suling
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Kegunaan : Pembawa dan pelarut bahan
Incomp : Bereaksi dengan bahan obat yang mudah terhidrolisa,
bereaksi kuat dengan logam alkali dan oksidasinya
dengan garam anhidrat.
Kestabilan : Secara kimia stabil dalam semua bentuk fisika.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Pembawa

9. Asam Sitrat (FI V : 2014 hal 157)


Nama resmi : Asam Sitrat
Sinonim : Citric Acid
RM/BM : C6H8O7/192,13
Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur
granul sampai halus; putih; tidak berbau atau praktis
tidak berbau; rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar
dalam udara kering.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam
etanol; agak sukar larut dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Antioksidan/Dapar

10. Na Sitrat (FI V : 2014 hal 913)


Nama resmi : Natrium Sitrat
Sinonim : Sodium Citrate
RM/BM : C6H5Na3O7/258,07
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih.
Kelarutan : Dalam bentuk hidrat mudah larut dalam air; sangat
mudah larut dalam air mendidih; tidak larut dalam
etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Dapar

IV. TINJAUAN FARMAKOLOGI ZAT AKTIF


A. INDIKASI
Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam
lambung, gastritis, tukak lambung, tukak usus dua belas jari, dengan gejala-
gejala seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati, dan perasaan penuh pada
lambung.
B. FARMAKOLOGI
Antasida adalah obat yang mengandung basa – basa lemah yang digunakan
untuk menetralkan asam lambung yang berlebihan. Antasida terdiri dari
senyawa Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida. Kombinasi
Alumunium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida merupakan antasida yang
bekerja menetralkan asam lambung dan menginaktifkan pepsin, sehingga rasa
nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin berkurang. Di
samping itu, efek laksatif dari Magnesium hidroksida akan mengurangi efek
konstipasi dari Alumunium hidroksida
C. EFEK SAMPING
Efek samping yang umum adalah sembelit, diare, mual, muntah dan gejala-
gejala tersebut akan hilang bila pemakaian obat dihentikan.
D. DOSIS
Dewasa : 1 - 2 Sendok takar (5 - 10 ml) 3 - 4 kali sehari.
Anak-anak 6 - 12 tahun : ½ - 1 sendok takar (2,5 ml - 5 ml) 3 - 4 kali sehari.
E. ATURAN PAKAI
Antasida diminum 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan dan
menjelang tidur.

V. FARMAKOKINETIK ZAT AKTIF


-

VI. FARMAKODINAMIK ZAT AKTIF


-

VII. SPESIALIT OBAT


A. PATEN : Mylanta®, Promag®, Polysilene®, Sanmag®, Gastran®
B. Generik : Antasida Doen Mersi, Antasida Doen Kimia Farma,
Antasida Doen Indofarma, Antasida Doen Afi Farma, Antasida Doen First
Medipharma.

VIII. FORMULA UMUM


A. ZAT AKTIF : Antasida (Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida)
Antasida adalah obat yang mengandung basa – basa lemah yang digunakan
untuk menetralkan asam lambung yang berlebihan
B. ZAT TAMBAHAN
1) Bahan pensuspensi / suspending agent, fungsinya adalah untuk
memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah
penggumpalan resin, dan bahan berlemak.
2) Bahan pembasah (wetting agent) / humektan, fungsinya adalah untuk
menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan
meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut.
3) Pemanis, fungsinya untuk memperbaiki rasa dari sediaan.
4) Pengaroma, fungsinya untuk memberikan aroma pada sediaan.
5) Pengawet fungsinya untuk mencegah terjadinya dekomposisi yang
disebabkan oleh adanya pertumbuhan mikroba atau oleh perubahan
kimiawi.
6) Pewarna adalah bahan/zat yang digunakan untuk memperbaiki warna obat
dan diperbolehkan oleh BPOM.
7) Pembawa obat adalah setiap substrat yang digunakan dalam proses
pemberian obat yang berfungsi untuk meningkatkan selektivitas, efektivitas,
dan / atau keamanan pemberian obat.
8) Antioksidan, merupakan molekul yang mampu memperlambat atau
mencegah proses oksidasi molekul lain
9) Pendapar, fungsinya untuk mempertahankan pH, memperbesar potensial
pengawet, meningkatkan kelarutan
IX. FORMULASI KHUSUS
A. ZAT AKTIF : Antasida (Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida)
Antasida adalah obat yang mengandung basa – basa lemah yang digunakan
untuk menetralkan asam lambung yang berlebihan.

B. ZAT TAMBAHAN
1) Bahan pensuspensi / suspending agent : Na CMC
2) Bahan pembasah (wetting agent) : Gliserin
3) Pemanis 1 : Na Siklamat
4) Pemanis 2 : Sukrosa
5) Pengaroma : Ol. Menthae Piperithae
6) Pewarna :Hijau FCF CI. No. 42053
7) Pengawet 1 : Nipagin
8) Pengawet 2 : Nipasol
9) Antioksidan : Asam Sitrat
10) Pendapar : Natrium Sitrat
11) Pembawa : Air Suling (Aquadest)

X. ALASAN PEMILIHAN FORMULA KHUSUS


1. Na CMC
Na CMC bekerja dengan mekanisme meningkatkan viskositas atau kekentalan
sediaan. Viskositas yang tinggi akan menyebabkan kecepatan aliran partikel
padat untuk turun dan tertimbun menjadi lebih rendah. Sehingga, partikel akan
tetap tersebar merata pada fase cair dan terjaga kestabilannya. Penggunaan
CMC di Indonesia sebagai bahan penstabil, pengental, pengembang,
pengemulsi dan pembentuk gel dalam produk pangan khususnya sejenis sirup
yang diizinkan oleh Menteri Kesehatan RI, diatur menurut PP. No. 235/
MENKES/ PER/ VI/ 1979 adalah 1-2%.
2. Oleum Menthae Piperithae
Oleum Menthae Piperithae (Minyak permen) memiliki bau aromatik yang khas
sebagai pewangi/corrigen odoris pada sediaan suspense. Minyak permen
cenderung bersifat basa sehingga mampu menetralisir asam lambung.
3. Asam Sitrat
Asam sitrat digunakan dalam industri sebagai pengawet, pencegah rusaknya
rasa dan aroma, sebagai antioksidan, pengatur pH dan sebagai pemberi kesan
rasa dingin (Bizri dan Wahem, 1994).
4. Natrium Sitrat
Natrium sitrat / Sodium Citrate / Trisodium Citrate, dengan rumus kimia
Na3C6H5O7. Memiliki wujud larutan tak berwarna, memiliki fungsi sebagai
pengatur keasaman seperti Citric Acid / Citrun. Dapat digunakan sebagai
pengawet dan pemberi flavour.
5. Gliserin
Glisering sebagai wetting agent atau zat yang digunakan untuk membasahi zat
padat. Mekanisme Gliserin adalah dengan mengganti lapisan udara yang ada di
permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi.
6. Na Siklamat
Natrium siklamat adalah senyawa kimia yang sering digunakan sebagai
pemanis buatan. Kadar kemanisannya 30-50 kali lebih tinggi daripada gula.
7. Sukrosa
Sukrosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomer-
monomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan rumus molekul
C₁₂H₂₂O₁₁. Sukrosa umum digunakan sebagai pemanis karena mudah didapat,
relative stabil, dan mudah larut dalam air.
8. Hijau FCF CI. No. 42053 (Fast green FCF)
Pewarna sintetis menurut SK Mentri Kesehatan RI tanggal 22 Oktober 1973 No.
11332/A/SK/73 adalah pewarna yang diperoleh secara sintetis kimiawi. Hijau
FCF CI. No. 42053 (Fast green FCF) adalah salah satu pewarna yang
diperbolehkan oleh BPOM.
9. Nipagin dan Nipasol
Menurut informasi yang dikutip Badan Pengawas Makanan dan Obat Amerika
Serikat atau Food and Drug Administration (FDA), nipagin merupakan zat
tambahan untuk mencegah jamur dan ragi. Methyl p-hydroxybenzoate adalah
salah satu dari jenis parabens atau pengawet yang banyak digunakan untuk
kosmetik dan obat.

XI. PENIMBANGAN BAHAN

Formula Formula Formula


Komposisi 5mL 60 mL 5 botol
@ 60 mL
Al(OH)3 0,2 gram 2,4 gram 12 gram
200mg/5mL

Mg(OH)2 0,2 gram 2,4 gram 12 gram


200mg/5mL

Na CMC (1 %) 0,05 gram 0,6 gram 3 gram


1/100 x 5mL = 0,05 gram

Sukrosa (25 %) 1,25 gram 15 gram 75 gram


25/100 x 5 mL = 1,25 gram

Na Siklamat (0,5 %) 0,025 gram 0,3 gram 1,5 gram


0,5/100 x 5mL = 0,025
gram
Nipagin (0,18 %) 0,009 gram 0,108 gram 0,54 gram
0,18/100 x 5mL = 0,009
gram

Nipasol (0,02 %) 0,001 gram 0,012 gram 0,06 gram


0,02/100 x 5mL = 0,001
gram

Asam Sitrat (0,4 %) 0,02 gram 0,24 gram 1,2 gram


0,4/100 x 5mL = 0,02 gram

Natrium Sitrat (0,4 %) 0,02 gram 0,24 gram 1,2 gram


0,4/100 x 5mL = 0,02 gram

Gliserin (5%) 0,25 gram 3 gram 15 gram


5/100 x 5mL = 0,25 gram

Hijau FCF CI. No. 42053 0,0025 gram 0,03 gram 0,15 gram
(Fast green FCF) (0,05%)
0,05/100 x 4mL = 0,0025
gram

Ol. Menthae piperithae 0,005 gram 0,06 gram 0,3 gram


(0,1%)
0,1/100 x 5 mL = 0,005
gram
Aquadest ad 5mL ad 60 mL ad 300mL

XII. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
1. Perkamen,
2. Spatel,
3. Timbangan analitik
4. Beker gelas
5. Homogenizer/Alat pengaduk modern
6. Beaker Glass
7. Batang pengaduk
8. Corong
9. Kaca arloji
10. Gelas ukur
11. Pipet
12. Cawan Porselen
B. BAHAN
1. Magnesium Hidroksida
2. Aluminum Hidroksida
3. Na CMC
4. Sukrosa
5. Hijau FCF CI. No. 42053 (Fast green FCF)
6. Na Siklamat
7. Gliserin
8. Nipagin
9. Nipasol
10. Aqudest (Air Suling)
11. Oleum Menthae Piperithae
12. Asam Sitrat
13. Natrium Sitrat.

XIII. PROSEDUR PEMBUATAN

Larutkan Na Siklamat dengan Larutkan Asam Sitrat dengan


Siapkan alat dan bahan, lalu Aquadest, masukkan ke Aquadest, masukkan ke
Timbang semua bahan campuran, homogenkan campuran, homogenkan
dengan homogenizer dengan homogenizer

Buat suspending agent


Larutkan Sukrosa dengan Larutkan Natrium Sitrat
dengan menaburkan Na CMC
Aquadest, masukkan ke dengan Aquadest, masukkan
diatas air panas (1:20) hingga
campuran, homogenkan ke campuran, homogenkan
terbasahi semua dan
dengan homogenizer dengan homogenizer
membentuk mucilago

Larutkan Hijau FCF dengan


Basahi zat aktif dengan Masukkan Oleum Menthe
Aquadest, masukkan ke
Gliserin sehingga zat aktif Piperithae qs, homogenkan
campuran, homogenkan
menjadi basah dengan homogenizer
dengan homogenizer

Suspending agent yang telah


Larutkan Nipagin dan Nipasol
dikembangkan ditambahkan Masukkan sisa aquadest, ad
dengan Aquadest, masukkan
kedalam zat aktif yang telah 300mL, homogenkan dengan
ke campuran, homogenkan
dibasahi, homogenkan homogenizer
dengan homogenizer
dengan homogenizer
XIV. PROSEDUR EVALUASI SEDIAAN
a. Uji Pemerian
 Rasa : Teteskan 1-2 tetes suspensi ke telapak tangan atau ke sendok,
kemudian amati rasa.
 Bau : Masukkan suspensi kedalam beaker glass, lalu kipas-kipaskan tangan
agar bau suspensi tercium oleh hidung.
 Warna : Masukkan suspensi kedalam beaker glass, kemudian amati warna
suspensi.
b. Pemeriksaan pH
 Tujuan :Mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk
mengetahui kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah ditentukan.
 Alat : pH meter
 Prosedur :
- pH meter dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan larutan dapar baku.
Larutan dapar baku yang dipilih ada dua, di mana pH larutan uji
diperkirakan berada diantara pH kedua larutan dapar baku tersebut
dan mempunyai perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit dengan pH
larutan uji.
- Suspensi yang telah jadi dari masimg masing formula di tuangkan
kedalam gelas piala 20 mL, dan selanjutnya diukur pH dengan
mrnggunakan pH meter.

c. Pemeriksaan BJ
 Alat : Piknometer
 Prosedur :
- Ditimbang piknometer kosong (Wpikno)
- Piknometer kosong diisi air suling hingga penuh kemudian ditimbang
(Wpikno + air )
- Dihitung selisih antara Wpikno+air dan Wpikno didapat Wair.
- Selanjutnya Wair dibagi oleh massa jenis air sehingga didapat volume
air Vair
- Suspensi dimasukkan ke dalam piknometer kosong, kemudian
ditimbang (Wpikno + sirup)
- Dihitung selisih antara Wpikno + suspensi dan Wpikno didapat
Wsuspensi
- Selanjutnya Wsuspensi dibagi oleh Wair sehingga diperoleh massa jenis
sirup
- Massa jenis sirup selanjutnya dibagi oleh massa jenis air, sehingga
diperoleh berat jenis sirup

d. Pemeriksaan Viskositas
- Siapkan alat viskometer
- Masukkan 10mL sediaan suspensi kedalam viskometer
- Pipet larutan sirup sampai tanda batas atas
- Lepas filler dan catat waktu yang dibutuhkan larutan
- Visko = Bj x t

e. Pemeriksaan Kadar
1. Larutan Uji Sampel
 Pipet larutan suspensi 20 ml, masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml
 Tambahkan 30 ml HCl 4N dan 20 ml Aquadest secara perlahan lahan,
hangatkan saring ke dalam labu takar 250 ml
 Bilas gelas kimia dengan HCL 4N 20 ml dan tambahkan 40 ml aquadest,
panaskan kemudian saring.
 Encerkan dengan aquadest hingga tanda batas.
2. Kadar Al(OH)3
 Pipet 10 ml larutan uji ke dalam erlenmeyer 250 ml.
 Tambahkan 20 ml aquadest , 25 ml EDTA 0,05 M, dan buffer Ammonium
Asetat, panaskan hingga mendidih tunggu 5 menit, dinginkan.
 Tambahkan 50 ml etanol 95% dan 2 ml ditizol
 Titrasi dengan ZnSO4 0,05 N sampai warna merah muda.
 Lakukan titrasi blanko
 1 ml EDTA setara dengan 3,9 mg Al(OH)3

M 3,9 Wr 250
% Al(OH)3 = ( Vblanko-Vsampel ) x 0,05 x dosis x Ws x x 100%
10

3.Penetapan Kadar Mg(OH)2


 Pipet 5 ml larutan uji ke dalam erlenmeyer 250 ml
 Tambahkan 50 ml aquadest dan 10 ml Trietanolamin, kocok
 Tambahkan buffer ammonia pH 10 dan 2 tetes EBT – TEA, dinginkan 3-4
deraja celcius.
 Titrasi dengan EDTA 0,05 M
 1ml EDTA 0,05 M setara dengan 2,916 Mg(OH)2

100 x V x N x K x Br
% Mg(OH)2 = x 100 %
10 x 0,05 x Bi x Bp
XV. RANCANGAN KEMASAN
A. KEMASAN PRIMER
B. KEMASAN SEKUNDER
C. LEAFLET

ALMALIN®
ANTASIDA SUSPENSI

KOMPOSISI :
Tiap 1 sendok takar (5 ml) mengandung :
Alumunium hidroksida 200 mg
Magnesium hidroksida 200 mg

CARA KERJA OBAT :


Kombinasi Alumunium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida merupakan
antasida yang bekerja menetralkan asam lambung dan menginaktifkan pepsin,
sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin
berkurang. Di samping itu, efek laksatif dari Magnesium hidroksida akan
mengurangi efek konstipasi dari Alumunium hidroksida.
INDIKASI:
Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam
lambung, gastritis, tukak lambung, tukak usus dua belas jari, dengan gejala-gejala
seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati, dan perasaan penuh pada lambung.

KONTRA INDIKASI :
Jangan diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal yang berat, karena dapat
menimbulkan hipermagnesia (kadar magnesium dalam darah meningkat).

DOSIS DAN CARA PEMAKAIAN


Dewasa : 1 - 2 Sendok takar (5 - 10 ml) 3 - 4 kali sehari.
Anak-anak 6 - 12 tahun : ½ - 1 sendok takar (2,5 ml - 5 ml) 3 - 4 kali sehari.
Diminum 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan dan menjelang tidur.

EFEK SAMPING :
Efek samping yang umum adalah sembelit, diare, mual, muntah dan gejala-gejala
tersebut akan hilang bila pemakaian obat dihentikan.

PERINGATAN DAN PERHATIAN :


- Tidak dianjurkan digunakan terus-menerus lebih dari 2 minggu, kecuali atas
petunjuk dokter.
- Bila sedang menggunakan obat tukak lambung lain seperti simetidin atau
antibiotika tetrasiklin, harap diberikan dengan selang waktu 1 -2 jam.
- Tidak dianjurkan pemberian anak-anak di bawah 6 tahun, kecuali atas petunjuk
dokter, karena biasanya kurang jelas penyebab gangguan penyakitnya.
- Hati-hati pemberian pada penderita diet fosfor rendah dan pemakaian lama
karena dapat mengurangi kadar fosfor dalam darah.

INTERAKSI OBAT :
Pemberian bersama-sama dengan simetidin atau tetrasiklin dapat mengurangi
absorpsi obat tersebut.

PENYIMPANAN :
Simpan ditempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya

KEMASAN :
ALMALIN® Suspensi
Dus, Botol 60mL
No.Reg : DBL2019100233A1
:
Diproduksi oleh :
PT LINDA – FARMA
Bandung - Indonesia
D. PENJELASAN TENTANG DATA YANG TERCANTUM DALAM KEMASAN
1. Nomor Registrasi
CARA PENOMORAN NO.REGISTRASI (PERMENKES RI NO.
920/MENKES/PER/X/1995 TENTANG PENDAFTARAN OBAT JADI IMPOR)
DBL 2 0 1 9 1 0 0 2 3 3 A 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Keterangan :
Kotak no 1 membedakan nama obat jadi
D : Nama Dagang
G : Nama Generik

Kotak No 2 menggolongkan golongan obat


N : Golongan obat narkotik
P : Golongan obat Psikotropika
T : Golongan obat Bebas terbatas
B : Golongan obat bebas
K : Golongan obat keras

Kotak nomor 3 membedakan jenis produksi


I : Obat jadi Impor
E : Obat jadi untuk keperluan ekspor
L : Obat jadi produksi dalam negeri/lokal
X : Obat jadi untuk keperluan khusus

Kotak nomor 4 dan 5 membedakan priode pendaftaran obat jadi


20 : Obat jadi yang telah di setujui pendaftarannya pada tahun 2020

Kotak nomor 6,7 dan 8 menujukkan nomor urut pabrik.


191 : Nomor urut pabrik

Kotak no 9,10, dan 11 menunjukkan nomor urut obat jadi yang disetujui untuk
masing-masing pabrik.
002 : Nomor urut obat jadi yang disetujui oleh pabrik.

Kotak no 12 dan 13 menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi. Macam sediaan yang
ada yaitu :
12 : Tablet isap
37 : Sirup
24 : bedak/talk
62 : Inhalasi
33 : Suspensi
30 : Salep
29 : krim
10 : Tablet
01 : Kapsul
46 : Collyria
36 : Drops

Kotak nomor 14 menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi


A : Menunjukkan kekuatan obat yang pertama di setujui
B : Menunjukkan kekuatan obat yang kedua di setujui
C : Menunjukkan kekuatan obat yang ketiga di setujui

Kotak nomor 15 menunjukkan kemasan yang berbeda untuk tiap nama, kekuatan
dan bentuk sediaan obat jadi.
“1” :Menunjukkan kemasan yang pertama
“2” :Menunjukkan beda kemasan yang pertama
“3” :Menunjukkan beda kemasan.

2. Nomor Batch
K : Obat di produksi pada bulan November, K merupakan alphabet ke-11
20 : Obat di produksi pada tahun 2020
001: Produk pertama yang di produksi dan hanya 1 lot

XVI. HASIL PENGAMATAN


-

XVII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, dilakukan pembuatan sediaan suspensi antasida. Antasida
digunakan untuk menetralkan asam lambung. PH tidak boleh terlalu rendah, jika
asam lambung terlalu asam dan pH rendah maka akan menyebkan ulcer.
Pada evaluasi uji organoleptis hasil yang didapat yaitu warna hijau, bau permen,
dan rasanya manis. Lalu untuk pemeriksaan pH menggunakan pH meter. Pada
Farnakope Indonesia Edisi IV syarat pH adalah 5,5 – 8,0. Lalu pemeriksaan BJ
menggunakan piknometer. BJ dikatakan memenuhi syarat jika sediaan suspensi
melebihi bobot jenis air atau di atas 1,0. Lalu dilakukan uji viskositas menggunakan
viskometer. Pada evaluasi pemeriksaan kadar Aluminium Hidroksida, syarat
kadarnya tidak kurang dari 47,0 % Al2O3 (FI III hal 80).

Dalam sediaan cair seperti suspensi, flokulasi secara umum didefinisikan


sebagai suatu proses mengendapnya partikel karena adanya gaya gravitasi dan
faktor faktor lain yang mempengaruhi seperti besarnya ukuran partikel, rendahnya
viskositas sediaan dan faktor-faktor lainya, dalam sistem suspensi terbagi atas dua
yaitu sistem flokulasi dan deflokulasi.
Flokulasi dan deflokulasi keduanya sama sama merupakan proses pengendapan,
namun memiliki letak perbedaanya ada pada bentuk partikel yang terflokulasi,
untuk partikel yang mengendap pada suspensi sistem flokulasi adalah partikel yang
terbuka, yang apabila membentuk endapan masih terdapat rongga rongga yang
yang memungkinkan endapan pada suspensi sistem flokulasi dapat diredispersikan,
berbeda dengan suspensi sistem deflokulasi, bentuk partikel yang membentuk
endapan adalah flokulat sistem tertutup, yang menyebabkan endapan yang
terbentuk tidak dapat diredispersikan lagi.

Suspensi yang baik salah satu cirinya adalah sediaan ini akan mudah terdispersi
kembali setelah dilakukan pengocokan (Flokulasi). Apabila dalam sediaan
suspensi terdapat endapan yang sukar terdispersi kembali bisa jadi karena sediaan
sudah kadaluarsa sehingga suspensi ini sudah tidak layak untuk digunakan. Sediaan
suspensi dapat rusak pula karena penyimpanan yang tidak tepat. Sedangkan
sediaan suspensi yang kurang baik adalah apabila endapan yang terjadi pada
suspensi tersebut tidak mudah terdispersi kembali dengan pengocokan dan
membentuk cake yang liat ( Deflokulasi )

XVIII. KESIMPULAN
1. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair.
2. Antasida (Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida) adalah obat
yang mengandung basa – basa lemah yang digunakan untuk menetralkan asam
lambung yang berlebihan.
3. Antasida termasuk ke dalam obat bebas yang dapat dibeli tanpa menggunakan
resep dokter.
4. Antasida praktis tidak larut dalam air sehingga dibuat sediaan suspensi dengan
penambahan suspending agent.
5. Suspensi yang baik salah satu cirinya adalah sediaan ini akan mudah terdispersi
kembali setelah dilakukan pengocokan ( Flokulasi)

XIX. DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 1996. Remington Pharmaceutical Science 18th Ed. USA : Pharmaceutical
Press
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Jilid III. Jakarta : Depkes RI
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Jilid IV. Jakarta : Depkes RI
Anonim. 2014. Farmakope Indonesia Jilid V. Jakarta : Depkes RI

https://doktersehat.com/permen-mint-turunkan-asam-lambung/ (diakses tanggal


8/11/2020)

https://siplah.pesonaedu.id/product/1348/natrium-sitrat-50percent-1-liter-student-
grade) (diakses tanggal 8/11/2020)
https://lifestyle.kompas.com/read/2010/10/12/0928286/mengenal.pengawet.nipag
in.(diakses tanggal 11/11/2020

Anda mungkin juga menyukai