Anda di halaman 1dari 11

JURNAL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA – SEMISOLIDA NONSTERIL


KELOMPOK C-II-2
Emulsi Iecoris Aseli 30% -> 10% ajaaa!!

I. Latar Belakang
I.1 Penggunaan Sediaan
Emulsi terdiri dari dua fasa cair yang tidak bercampur, dimana satu fasa yang terbagi
halus dan seragam terdispersi sebagai tetesan dalam fasa lain. Ini merupakan sistem yang
tidak stabil secara termodinamik, yang harus distabilkan oleh suatu zat pengemulsi
(emulsifying agents). Dalam emulsi farmasetik, satu fasa biasanya air dan fasa yang lainnya
adalah minyak, lemak, atau senyawa lilin. Sistem dimana minyak terdispersi, diskontinu atau
fasa internal dan air adalah fasa kontinu, medium dispersi atau fase eksternal disebut sebagai
emulsi minyak dalam air Sebaliknya disebut emulsi air dalam minyak.
Emulsi oral hampir selalu merupakan tipe minyak dalam air. Untuk minyak dengan rasa
yang tidak enak atau konsistensi yang tidak menyenangkan (kental), fasa luar air dapat
membantu menutupi rasa.
Emulsi oral minyak ikan merupakan emulsi jenis minyak dalam air dimana air sebagai
fasa eksternal. Emulsi minyak ikan merupakan emulsi yang cukup banyak diminati. Emulsi
ini terutama digunakan sebagai suplemen untuk anak-anak. Minyak ikan sendiri, yang
merupakan fasa internal mengandung vitamin A dan vitamin D.

I.2 Dosis Oleum Iecoris Aseli


9 tahun keatas : 3 sendok teh sehari
4-9 tahun : 2 sendok teh sehari
2-4 tahun : 1 sendok teh sehari
<2 tahun : konsultasi dengan dokter.
(Dosis Scott’s emulsion)

II. PREFORMULASI
 Oleum Iecoris Aselli
Minyak ikan adalah minyak lemak hasil destearisasi sebagian dari minyak lemak hati
segar Gadus morrhua Linne dan spesies lain dari familia Gadidae. Mengandung tidak
kurang dari 255 µg (850 unit FI) vitamin A dan tidak kurang dari 2.125 µg (85 unit FI)
vitamin D per gram minyak ikan. Minyak ikan dapat ditambah penyedap tunggal atau
campuran penyedap yang sesuai tidak lebih dari 1 %.
Pemerian
Cairan minyak, encer, berbau khas, tidak tengik, rasa dan bau seperti ikan.
Kelarutan
Sukar larut dalam etanol; mudah larut dalam eter, dalam kloroform, dalam karbon
disulfida dan dalam etil asetat.
Wadah dan Penyimpanan
Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan dapat digunakan botol atau wadah lain yang
telah dikeluarkan udaranya dengan cara hampa atau dialiri gas inert.

 Xanthan Gum
Pemerian
Xanthan gum merupakan krim atau serbuk halus berwarna putih, tidak berbau, dan
mengalir bebas
Sifat-sifat
Keasaman/kebasaan : pH=6-8 untuk 1% b/v larutan
Titik beku : 0°C untuk 1% b/v larutan
Titik leleh : mengarang pada 270°C
Distribusi partikel :100% kurang dari 250µm, 95% kurang dari 177 µm dalam ukuran
untuk Rhodigel; 100% kurang dari 177 µm, 92% kurang dari 74 µm dalam ukuran untuk
Rhodigel 200.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol dan eter, larut dalam air dingin
dan hangat.
Viskositas (dinamik) : 1200-1600 mPa s (1200-1600 cP) untuk 1% b/v larutan pada
25°C
Stabilitas dan Penyimpanan
Xanthan gum adalah zat yang stabil. Larutannya stabil dalam rentang pH yang lebar (pH
3-12) dan temperatur antara 10-60°C. Larutan xanthan gum kurang dari konsentrasi 1%
b/v mungkin dapat menghasilkan efek yang tidak diinginkan dengan lebih tinggi daripada
ambient temperatur, contohnya viskositasnya akan berkurang. Larutannya juga stabil
dengan keberadaan enzim, garam, asam, dan basa.
Inkompatibilitas
Xanthan gum adalah zat anionik dan biasanya tidak kompatibel dengan surfaktan
kationik, polimer, dan pengawet karena terjadi pengendapan. Surfaktan anionik dan
amfoter pada konsentrasi di atas 15% menyebabkan pengndapan xnthan gum dalam
larutan.
Dalam kondisi basa ion polivalen logam, seperti kalsium, menyebabkan gelasi atau
pengendapan; ini dapat dihambat dengan penambahan glukoheptonat sekuestran.
Keberadaan borat dalam jumlah sedikit (<300 ppm) juga dapat menyebabkan gelasi. Ini
dapat dicegah dengan meningkatkan konsentrasi ion boron atau dnegan menurunkan pH
formulasi sampai kurang dari pH 5. Penambahan etilenglikol, sorbitol, atau manitol
dapat juga mencegah gelasi ini.
Xanthan gum kompatibel dengan sebagian besar zat peningkat viskositas sintetik maupun
alami. Jika ini akan dikombinasikan dengan derivat selulosa, kemudian xanthan gum
bebas selulase harus digunakan untuk mencegah depolimerisasi ari turunan selulosa.
Viskositas dari larutan xanthan gum akan meningkat atau terjadi gelasi pada keberdaan
beberapa zat seperti seratonia, guar gum dan magnesium alumunium silikat. Efek ini
sangat ditegaskan dalam air yang deionasi dan dikurangi dengan keberadaan garam.
Interaksi ini mungkin diinginkan dalam beberapa kondisi dan dapat dimanfaatkan untuk
mengurangi jumlah xanthan gum yang digunakan dalam formulasi.
Larutan xanthan gum stabil pada keberadan sampai 60% pelarut organik yang bercampur
dengan air seperti aseton, metanol, etanol, atau propan-2-ol. Tetapi, diatas konsentrasi ini
akan terjadi gelasi.
Xanthan gum tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi, beberapa tablet film-coating,
CMC-Na, gel alumunium hodroksida kering, dan beberapa zat aktif seperti amitriptilin,
tamiksifen, dan verapamil.
 Sukrosa
Pemerian
Sukrosa merupakan kristal tidak berwarna, atau bongkahan massa kristalin, atau
merupakan serbuk kristalin. Sukrosa tidak berbau dan mempunyai rasa yang manis.
Sifat-sifat
Konstanta disosiasi : pKa=12.62
Titik leleh : 160-186°C
Kelarutan : larut 1 dalam 0.5 bagian air atau larut 1 dalam 0.2 bagian air pada
100 °C
Stabilitas
Sukrosa memiliki kestabilan yang baik pada temperatur kamar dan pada kelembaban
relatif sedang. Sukrosa dapat mengabsorbsi sampai 1% kelembaban yang akan dilepaskan
pada pemanasan hingga suhu 90C. Sukrosa dapat mengalami karamelisasi ketika
dipanaskan hingga suhu di atas 160C. Larutan sukrosa encer rentan terhadap fermentasi
oleh mikroorganisme tetapi tahan terhadap dekomposisi pada konsentrasi yang lebih
tinggi.
Penyimpanan
Bahan ruahannya harus disimpan dalam wadah tertutup baik, di tempat yang sejuk dan
kering.
Inkompatibilitas
Serbuk sukrosa dapat terkontaminasi oleh cemaran logam berat yang dapat menyebabkan
inkompatibilitas dengan bahan aktif. Sukrosa juga dapat terkontaminasi oleh sulfit,
dengan kadar sulfit yang tinggi dapat terjadi perubahan warna pada tablet salut sukrosa.
Jika terdapat asam encer atau terkonsentrasi, sukrosa akan terhidrolisis atau terinversi
membentuk dekstrosa dan fruktosa (gula invert). Sukrosa dapat menyerang wadah
aluminium.

 Tokoferol
Rumus molekul : C29H50O2
Berat molekul : 430,72
Fungsi : antioksidan
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna atau coklat kekuningan, kental,
dan berminyak.
Densitas : 0,947 – 0,951 gm/cm3
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam aseton, etanol, eter, dan minyak sayur.
Stabilitas dan kondisi penyimpanan
Tokoferol teroksidasi perlahan oleh oksigen atmosfer dan teroksidasi secara cepat oleh
garam besi dan garam perak. Hasil oksidasi termasuk tokoferoksida, tokoferilquinon,
tokoferilhidroquinon, dimer dan trimer. Ester tokoferol lebih stabil terhadap oksidasi
daripada tokoferol bebas, tetapi akibatnya menjadi kurang efektif sebagai antioksidan.
Tokoferol harus disimpan dalam wadah kedap udara yang udaranya digantikan dengan
gas inert di tempat yang sejuk dan kering serta dilindungi dari cahaya.
Inkompatibilitas
Tokoferol inkompatibel dengan peroksida dan ion logam terutama besi, tembaga, dan
perak. Tokoferol dapat diabsorbsi oleh plastik.

 Natrium Benzoat
Pemerian
Granul atau serbuk hablur, putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau, stabil di udara.
Kelarutan
Mudah larut dalam air ( 1:1,8), agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut
dalam etanol 90%.
Inkompatibilitas
Inkompatibel dengan senyawa kuartener, gelatin, garam ferat, garam kalsium, dan garam
logam berat termasuk perak, merkuri. Aktifitas pengawet berkurang karena adanya
interaksi dengan kaolin atau surfaktan nonionik.
Fungsi: Pengawet

 Essence jeruk

 Air
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Fungsi : Pelarut
Sifat fisik :
- titik didih: 100C
- konstanta dielektrik: 78,54
- titik leleh: 0C

- indeks bias: nD20  1,3330


- tegangan permukaan: 71,97 mN/m (71,97 dyne/cm) pada 25C
- viskositas: 0,89 mPa (0,89 cP) pada 25C
- titik didih: 100C
- konstanta dielektrik: 78,54
- titik leleh: 0C

- indeks bias: nD20  1,3330


- tegangan permukaan: 71,97 mN/m (71,97 dyne/cm) pada 25C
- viskositas: 0,89 mPa (0,89 cP) pada 25C
Kelarutan
Bercampur hampir dengan semua pelarut polar.
Stabilitas
Secara kimia air bersifat stabil pada semua bentuk fisiknya (es, cair, uap).
Penyimpanan
Disimpan dalam wadah tertutup rapat. Jika disimpan dalam bentuk ruahan, maka kondisi
penyimpanan harus didesain untuk membatasi pertumbuhan mikroorganisme dan untuk
menghindari kontaminasi.
Inkompatibilitas
Dalam formulasi farmasetik, air dapat bereaksi dengan obat dan bahan lain yang dapat
mengalami hidrolisis. Air dapat bereaksi kuat dengan logam alkali dan dengan cepat
dengan logam alkali tanah dan oksidanya seperti kalsium oksida atau magnesium oksida.
Air juga bereaksi dengan garam anhidrat membentuk garam hidrat, dengan beberapa
bahan organik dan kalsium karbida.

III. PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN FARMASETIKA


Rasa dan bau dari minyak ikan yang khas ikan ditutupi oleh penggunaan essence jeruk.
Tokoferol ditambahkan untuk mencegah minyak ikan teroksidasi.

IV. FORMULASI
Bahan Jumlah Fungsi/alasan penambahan
bahan
Oleum iecoris aseli 10% Sumber vit A dan D
Xanthan gum 0,5% Emulgator
Tokoferol 0,01% Antioksidan
Natrium benzoat 0.15% Pengawet
Sirupus simpleks 30% Pemanis
Essence jeruk qs Flavouring agent
Aquades ad 100 % Fasa Pendispersi

V. ALAT DAN BAHAN


ALAT BAHAN
Kertas perkamen Oleum Iecoris Aselli
Xanthan gum
Kaca arloji atau cawan penguap
Natrium Benzoat
Mortir dan stamper Sukrosa
Tokoferol
Timbangan
Essence jeruk
Gelas kimia Aquades
Batang pengaduk
Spatula
Gelas ukur
Botol kaca coklat 100 ml

VI. PENIMBANGAN
Untuk memenuhi volume terpindahkan, sediaan akan dimasukkan sebanyak 61,2 ml ke dalam
botol akhir. Tetapi sediaan akan dibuat sebanyak 200 ml untuk proses evaluasi.

No Nama Zat Formula Jumlah yang Ditimbang


1. Oleum iecoris aselli 30% 60 gram
2. Xanthan gum 7,5% 15 gram
3. Natrium Benzoat 0,15% 300 mg
4. Tokoferol 0,01% 20 mg
5 Sukrosa 65% dari total sirupus 48,75
simpleks
6. Sirupus simplex 30% 60 gram
7. Essence jeruk qs qs
8. Air Ad 100% ad 200 mL

VII.PROSEDUR PEMBUATAN

Pembuatan Larutan Stok Sirupus Simpleks


1. Panaskan 40 ml aquades dalam gelas kimia dalam penangas.
2. Timbang 48,75 gram Sukrosa.
3. Masukkan sedikit demi sedikit sukrosa ke dalam aquades yang sedang dipanaskan
hingga semua sukrosa melarut.
4. Setelah semua sukrosa melarut, matikan api, kemudian dinginkan hingga suhu
kamar.
5. Larutan sirupus simpleks digenapkan volumenya dengan aquades hingga beratnya
mencapai 75 gram.
6. Simpan larutan stok Sirupus Simpleks.

Pembuatan Sediaan Emulsi Minyak Ikan dengan Metode Corpus Emulsi Basah
1. Botol kaca coklat yang akan menjadi wadah primer sediaan dikalibrasi dengan 61,2
ml aquades kemudian diberi tanda dan dikeringkan. Kalibrasi botol lain dengan 200
ml aquades, beri tanda, kemudian keringkan.
2. Didihkan aquades yang akan digunakan untuk membuat sediaan.
3. Sebanyak 60 mL Oleum Iecoris Aseli diukur dalam gelas ukur.
4. Timbang tokoferol sebanyak 20 mg dalam kaca arloji, kemudian dimasukkan ke
dalam oleum iecoris aseli. (campuran ini sebagai fasa minyak).
5. Sebanyak 15 g Xanthan Gum ditimbang, lalu simpan.
6. Ukur Aquades sebanyak 30 ml dalam gelas ukur.
7. Masukkan 30 ml aquades ke dalam mortar, taburkan serbuk xanthan gum ke dalam
mortar, tunggu hingga xanthan gum mengembang kemudian gerus kuat hingga
terbentuk musilago yang kental dan jernih.
8. Tambahkan fasa minyak ke dalam mortar sedikit demi sedikit hingga terbentuk
korpus emulsi.
9. Sebanyak 300 mg Natrium benzoat ditimbang, larutkan dalam 2 mL air, lalu
masukkan ke dalam mortar berisi korpus emulsi, kocok hingga homogen.
10. Timbang 60 gram Sirupus simpleks dalam cawan penguap.
11. Masukkan 60 gram Sirupus Simpleks ke dalam mortar korpus emulsi, kocok hingga
homogen. Bilas cawan penguap dengan 2 ml aquades sebanyak 2 kali, masukkan ke
dalam mortar, kocok hingga homogen.
12. Masukkan emulsi ke dalam botol yang telah dikalibrasi 200 ml.
13. Masukkan essence jeruk secukupnya ke dalam emulsi.
14. Genapkan volume emulsi dengan aquades hingga 200 ml.
15. Sediaan yang sudah jadi dimasukan ke dalam wadah primer (botol kaca coklat) yang
telah terkalibrasi dan sisanya digunakan untuk evaluasi.
16. Beri etiket, dan dikemas dalam dus beserta brosur informasinya.

VIII. EVALUASI SEDIAAN


Penentuan Bobot Jenis Larutan dengan Piknometer (Farmakope Indonesia IV, hal.1030)
1. Gunakan piknometer yang bersih dan kering.
2. Timbang piknometer kosong.
3. Timbang piknometer yang berisi air yang baru dididihkan.
4. Timbang piknometer yang berisi sediaan yang telah direkonstitusi.
Wsediaan  Wkosong
5. bobot jenis sediaan =   air
Wair  Wkosong

diketahui: bobot jenis air pada suhu 20C = 997,18 gram/liter


bobot jenis air pada suhu 25C = 996,02 gram/liter
bobot jenis air pada suhu 30C = 994,62 gram/liter

Penentuan Viskositas Larutan dengan Alat Brookfield


1. Pilih spindel sesuai dengan viskositas cairan yang hendak diukur.
2. Pasang spindel pada gantunga spindel.
3. Turunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup dalam cairan yang
akan diukur viskositasnya.
4. Pasangkan stop kontak.
5. Hidupkan motor sambil menekan tombol.
6. biarkan spindel berputar dan perhatikan jarum merah pada skala.
7. Catat angka yang ditunjukkan oleh jarum merah tersebut. Utnuk menghitung angka
pembacaan dikalikan dengan suatu faktor yang dapat dikutip dari tabel yang terdapat
pada brosur alat.
8. Dengan mengubah-ubah rpm, akan diperoleh viskositas cairan pda berbagai ppm.
Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurfa antara rpm dengan usaha yang dibutuhkan
untuk memutar spindel. Usaha dapat dihitung melalui perkalian angka yang terbaca pada
skala dengan 7,187 dyne.cm-1 untuk viskometer Brookfield tipe RV, dan 673,7 dyne.cm -1
untuk tipe LV.

Penentuan pH larutan (Farmakope Indonesia IV, hal. 1039)


1. Uji pH larutan dengan kertas pH atau dengan pH-meter

Pengamatan Organoleptis
1. Amati warna larutan.
2. Cium bau dari larutan.
3. Rasakan sedikit dari larutan

Penentuan Volume Terpindahkan (Farmakope Indonesia IV, hal. 1089)


1. Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan
kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah
dikalibrasi.
2. Diamkan selama 30 menit.
3. Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari campuran: volume rata-rata
larutan, suspensi, atau sirup yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100%,
dan tidak satupun volume wadah kurang dari 95% volume yang dinyatakan pada
etiket.

Pengamatan Pertumbuhan Mikroorganisme dan Sedimentasi


1. Amati sediaan selama beberapa hari untuk mengamati adanya pertumbuhan
mikroorganisme.
2. Pengamatan untuk sedimentasi yaitu pada menit ke 10, 20, 30, 60, 2 jam, 3 hari, 4
hari, 5 hari, 6 hari.
3. Parameter sedimentasi yang diamati yaitu tinggi sedimentasi (H v) dan tinggi total
larutan suspensi (H0).
Hv
4. Buat grafik untuk setiap waktu pengamatan.
H0

IX. PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA
Rowe, Raymond C., Sheskey, Paul J., Owen, C. Siân., Handbook of Pharmaceutical Excipients,
5th edition, Pharmaceutical Press, Chicago, 2006 halaman : 662, 744, 821
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan. Halaman: 628.

Anda mungkin juga menyukai