Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

PBL MANUFAKTUR
“FORMULASI KETOPROFEN TAB”

OLEH:

SUCI SAFIRA PUTRI

(70100117009)

DOSEN PENGAMPU:

Apt. NUR MUHLISAH MADDEPPUNGENG, S. Si., M.Si

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


ROMANGPOLONG-GOWA
2021
A. STUDI PREFORMULASI
I. Studi Farmakologi
Ketoprofen, agen analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi, diindikasikan untuk
pengobatan rheumatoid arthritis dan osteoartritis. Ketoprofen diserap sepenuhnya dari
saluran pencernaan dan sangat terikat dengan protein. Ini dimetabolisme di hati, dan
metabolitnya diekskresikan dalam urin (Ebadi, 2008: 374).
Ketoprofen adalah turunan asam propinoat yang mempunyai aktivitas
antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik. Ketoprofen biasa digunakan dalam terapi
rhematoid, arthritis, osteoarthritis, dan kram perut yang terkait dengan nyeri saat
menstruasi (Setyawan: 64)
Ketoprofen termasuk dalam aril alkanoik kelompok obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAID) yang juga termasuk ibuprofen, naproxen, fenbufen, dan
fenoprofen. Obat ini membatasi mekanisme inflamasi pada rheumatoid arthritis dan
penyakit lain menyatakan dengan secara reversibel menghambat siklooksigenase dan
lipoksigenase, enzim yang terlibat di dalamnya sintesis prostaglandin dan leukotrien.
juga merupakan penghambat bradikinin yang kuat, salah satunya mediator kimiawi
nyeri dan peradangan, dan mencegah pelepasan enzim lisosom, yang menengahi
kerusakan jaringan dalam reaksi inflamasi. Karena kemampuannya yang sangat baik
untuk mengurangi peradangan dan nyeri serta profil keamanannya yang
menguntungkan, obat ini digunakan secara luas di eropa (Williams, 1998:13).
II. Studi Bentuk Sediaan
Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal. Mereka dicetak dari serbuk
kering, kristal atau granulat, umumnya dengan penambahan bahan pembantu, pada
mesin yang sesuai dengan menggunakan suatu tekanan tinggi (R.Voight, 1994: 163-
164).

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Kebanyakan tablet
digunakan pada pemberian obat-obat secara oral, kebanyakan dan kebanyakan dari
tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa, dan lapisan-lapisan
dalam berbagai jenis (Ansel, 2011: 244-245).
Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan
terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling rendah. Selain itu juga, biaya produksi dari tablet paling murah
serta mudah diproduksi secara besar-besaran (Lachman, 2012: 645).
III. Rancangan Formula
Nama produk : Ketofen® Tab
Jumlah produk : 1000 Tablet
Tanggal formulasi : 1 Januari 2021
Tanggal produksi : 1 Januari 2021
No. registrasi : DKL 2100100110 A1
No. batch : D 2101001
Komposisi : Tiap 500 mg tablet mengandung:
Ketoprofen 50 mg
Sodium Starch Glycolate 4%
Silikon Dioksida 1%
Mg Stearat 0,25%
PVP 4,5%
Laktosa Monohidrat Ad 100 %

IV. Uraian Bahan


a. Zat Aktif
Ketoprofen (Sweetman, 2009: 73)
Nama Resmi : KETOPROFEN
Nama Lain : Ketoprofeeni, Ketoprofen, Ketoprofenas, Ketoprofene,
Ketoprofenum
Rumus Molekul : C16H14O3
Berat Molekul : 254,3 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Putih, atau hampir putih. Bubuk Kristal.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, bebas larut dalam alkohol,
dalam aseton.
Penyimpanan : Simpan pada tempat yang sesuai jauh dari cahaya matahari

Kegunaan : Zat aktif

Efek Samping : Mual, muntah, diare, dispepsia, konstipasi, pusing, sakit


kepala, ulkus peptik, pendarahan, perforasi, ruam kulit,
gangguan fungsi ginjal dan hati, nyeri abdomen, anfilaksis.
Dosis : Sehari 2 x 75 mg atau sehari 4 x 50 mg. Maksimal: sehari
200 mg.
Perhatian : Penderita hiperasiditas lambung, hamil, menyusui,
gangguan fungsi ginjal ringan.
Farmakokinetik : ketoprofen diabsorbsi pada saluran cerna. Konsentrasi
puncak plasma dicapai sekitar 0,5-2 jam setelah pemberian
oral. Ketoprofen 99% terikat pada protein plasma dan
konsentrasi substansial dari obat ditemukan dalam cairan
sinovial. Eliminasi half-life dalam plasma sekitar 1,5 sampai
4 jam. Ketoprofen dimetabolisme terutama melalui
konjugasi dengan asam glukuronat, dan diekskresikan
terutama melalui urin.
b. Zat Tambahan
1. Sodium Starch Glycolate (Rowe, 2009: 663)
Nama Resmi : SODIUM STARCH GLYCOLATE
Nama Lain : Carbomethyl starch, sodium salt, sodium
salt carboxymethylamylum natricum,
exposol.
Rumus Molekul : (C6H9NO)n
Rumus Struktur :

Berat molekul : 290,243 g/mol

Pemerian : Sodium starch glycolate berwarna putih atau


hampir putih sangat bebas mengalir
bubuk higroskopis.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam methylene chloride.

Penyimpanan : Wadah yang tertutup baik

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan asam askorbat

Kegunaan : Disintegran

2. Magnesium Sterarat (Rowe. 2009: 406).


Nama Resmi : MAGNESIUM STEARATE
Nama Lain : Dibasic magnesium stearate, magnesium
distearate, magnesii stearas, magnesiuk
octadecanoate, octadecanoic acid, stearic acid
Rumus Molekul : C36H70MgO4
Berat Molekul : 591,24 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Bubuk halus berwarna putih, bau khas

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, ether, dan


air. Sedikit larut dalam benzen hangat dan
alkohol hangat.
Penyimpanan : Stabil dalam wadah tertutup dengan baik,
sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan asam kuat, alkali, dan
garam besi. Hindari pencampuran dengan
agen pengoksidasi. Mg stearat tidak dapat
digunakan dalam produk yang mengandung
aspirin, beberapa vitamin, dan terlebih garam
alkaloid.
Kegunaan Lubrikan (Pelicin)

3. Silikon Dioxida (Rowe. 2009: 309).


Nama Resmi : HYDROPHOBIC COLLOIDAL SILICA
Nama Lain : Silica dimethyl silylate, silicon dioxide,
silanated, Aerosil R972, silicic acid.
Rumus Molekul : SiO2
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 60,08 g/mol

Pemerian : Putih, atau bubuk amorphous putih, tidak


basah oleh air.
Kelarutan : Kelarutan dalam 1 dalam 6,7 bagian dari
air. Praktis tidak larut dalam pelarut
organik dan asam, larue dalam larutan
panas dari alkali hidroksida.
Penyimpanan : Simpan dalam wadah yang tertutup baik.

Inkompatibilitas : Penggunaan bahan ini akan mengurangi


kekuatan tablet dengan bahan dasar
amilum.
Kegunaan : Glidan (Pelincir).

4. PVP K30 (Rowe, 2009: 584).


Nama Resmi : POVIDONE
Nama Lain : E1201,kollidon, plasdome, povidonum,
povipharm.
Rumus Molekul : (C6H9NO)n
Berat Molekul : 50.000 g/mol
Rumus Struktur

Pemerian : Berwarna krem keputihan, sedikit


berbau atau hampir tidak berbau. Bubuk
higroskopis.
Kelarutan : Bebas larut dalam asam, kloroform,
etanol (95%). Ketones, methanol, dan air.
Praktis tidak larut dalam eter,
hidrokarbons, dan minyak mineral.
Penyimpanan : Simpan di tempat yang sejuk dan
kering.
Inkompatibilitas : incompatible dengan larutan dengan
range luas dari garam anorganik, resin
alami dan buata, dan bahan kimia lain.
Kegunaan : Pengikat

5. Lactosa Monohidrat (Rowe. 2009: 368)


Nama Resmi : LACTOSA MONOHIDRAT
Nama Lain : Capsulac, Granulac, Lactochem,
Lactosum monohydricum, Monohydrate,
Pharmatose, PrismaLac, SorboLac.
Rumus Molekul : C12H22O11H2O
Berat Molekul : 360,31 g/mol
Rumus Struktur

Pemerian : Kristal atau bubuk. Sedikit berbau,


memiliki rasa sedikit manis, alfa laktosa
sekitar 20% manis seperti sukrosa, beta
laktosa 40% semanis sukrosa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform,
etanol, dan eter. Larut 1 bagian dalam
5,24, 1 bagian dala 3,05 (40oC), 1 bagian
dalam 2,3 (50oC).

Penyimpanan : Simpan di tempat yang tertutup rapat,


sejuk dan kering.

Inkompatibilitas : incompatible amin generasi kedua, asam


amino, amfetamin, dan lisinopril.

Kegunaan : Pengikat
V. Alasan Penambahan Bahan
a. Sodium Starch Glycolate
Sodium starch glycolate banyak digunakan dalam obat-obatan oral sebagai
disintegran dalam formulasi kapsul dan tablet. Benar biasa digunakan dalam
tablet yang dibuat dengan proses kompresi langsung atau granulasi basah.
Konsentrasi yang biasa digunakan dalam formulasi adalah antara 2% dan 8%,
dengan konsentrasi optimum sekitar 4%, meskipun dalam banyak kasus 2%
adalah cukup (Rowe,2009: 663).
Natrium pati glikolat adalah garam natrium dari pati kentang
karboksimetilasi. Merupakan bubuk putih atau hampir putih, halus, mengalir
bebas, sangat higroskopis, praktis tidak larut dalam metilen khlorida. Efek
disintegrasi natrium pati glikolat pada tablet formulasi dipelajari oleh banyak
peneliti. Bahan tambahan glikolat pati natrium yang titambahkan pada tablet
pelepasan cepat dengan metode kompresi langsung, menghasilkan tablet dengan
ciri fisik yang baik, serta profil pelepasan obat yang dapat terkontrol (Oshi, et al.
2013: 52-53).
Sodium starch glycolate adalah natrium garam dari pati karboksimetilasi
ikatan silang menunjukkan peningkatan penyerapan air, menghasilkan
peningkatan volumetrik besar-besaran. Pati natrium glikolat diklasifikasikan
sebagai superdisintegrant dengan karakteristik pembengkakan yang sangat kuat
dan berbentuk bulat, dapat meningkatkan aliran. Konsentrasi natrium pati glikolat
yang digunakan dalam formulasi tablet dapat berkisar dari2% hingga 8% (Desai.
2016: 2549).
b. Magnesium stearat
Magnesium stearat banyak digunakan dalam kosmetik, makanan, dan
formulasi farmasi. Ini terutama digunakan sebagai pelumas pembuatan kapsul dan
tablet pada konsentrasi antara 0,25% dan 5,0% w /w Magnesium stearat banyak
digunakan sebagai eksipien farmasi dan umumnya dianggap tidak beracun setelah
pemberian oral (Rowe. 2009: 406).
Untuk meningkatkan kelancaran aliran bubuk, alat bantu aliran atau
pelicin seperti magnesium stearat sering digabungkan dalam formulasi. Agen
aliran digunakan untuk meningkatkan perilaku aliran padatan dengan mengurangi
gaya adhesi antar-partikel (Jinjiang Li. 2013: 30).
Didalam jurnal (Perrault, et al. 2011), didapatkan hasil penelitian bahwa
dengan konsentrasi Magnesium stearat 0,25% sudah cukup untuk digunakan
dalam produksi sejumlah besar tablet. Bila konsenntrasi magnesium sterat
ditingkatkan, akan menghasilkan sifat fisik tablet yang tidak baik.
c. Silikon Dioksida

Silikon dioksida merupakan bubuk kering, memiliki partikel primer


berukuran nano, memberikan aliran yang baik pada pembuatan tablet. Silikoon
dioksida biasanya digunakan sebagai agen anticaking, stabilizer emulsi, glidant
pada tablet, dan menjadi peningkat viskositas. Silikon dioksida memiliki tingkat
hidrofobik yang rendah sehingga memberikan keuntungan pada formulasi yang
menghindari kelembaban (Rowe,2009: 309).

Salah satu glidan yang paling efisien yang dapat meningkatkan daya alir
dari bubuk kohesif dan granul jika ditambahkan pada konsentrasi sekitar 0,2-1%.
Untuk mendapatkan sifat aliran yang baik, konsentrasi maksimum dicapai pada
konsentrasi 1% (Eshovo, et.al. 2019: 45).

Silikon dioksida atau diketahui juga dengan silika, sangat luas digunakan
sebgai zat tambahan. Ini adalah bahan alam murni yang sangat ideal digunakan
untuk formula farmasi. Sebagai glidan, silikon dioksida dapat mengurangi
terjadinya gesekan antar partikulat bubuk curah, memungkinkan partikel mengalir
lebih efisien (Grace, 2017: 1).

d. Polyvinyl pyrrolidone K30

Polyvinylpyrrolidone (PVP) digunakan secara luas sebagai agen pengikat


untuk sediaan tablet. PVP berfungsi sebagai bahan pengikat kering dan lembab
dalam produksi granul dan tablet, serta zat pengental dan pelarut. PVP-K30
memiliki kekuatan pengikatan yang tinggi, cocok untuk granulasi basah dan
kompresi langsung tablet. butiran yang dibuat dengan menggunakan PVP
ditemukan lebih kuat tidak rapuh dibandingkan dengan metokel, akasia dan metil
selulosa (Nagadivya, et al. 2012: 12).

Povidone banyak digunakan sebagai eksipien, khususnya oral tablet dan


solusi. Saat dikonsumsi secara oral, povidone mungkin dianggap pada dasarnya
tidak beracun karena tidak diserap dari saluran pencernaan atau selaput lendir.
Povidone juga tidak memiliki efek iritan pada kulit dan tidak menyebabkan
sensitisasi (Rowe,2009: 584).

Sebgai pengikat, PVP menunjukkan bahwa konsentrasi optimum yang


didapatkan yaitu dengan konsentrasi PVP 4,5% yang telah memenuhi syarat uji
organoleptis, keseragaman ukuran, keseragaman bobot, dan kerapuhan (Devi,
dkk. 2018: 51).

e. Lactosa monohidrat
Laktosa banyak digunakan dalam formulasi farmasi sebagai pengisi
danfiller-binder dalam kapsul oral dan formulasi tablet. Mungkin juga digunakan
dalam suntikan intravena (Rowe. 2009: 368).
Laktosa sebagai pengisi untuk memenuhi bobot tablet yang diinginkan,
dimana laktosa ini mempunyai sifat alir dan kompaktibilitas yang baik sehingga
dapat memperbaiki sifat alir massa serbuk yang dihasilkan (Suherman, 2020: 46).
Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak digunakan karena
harganya murah dan merupakan bahan pengisi yang inert (Syukri, dkk.2018: 67).
B. Formulasi
1. Perhitunga Bahan
a. Pertablet
- Ketoprofen 50 mg
- PVP K30
4,5
= x 500
100
= 22,5 mg

- Magnesium Stearat
0,25
= x 500
100
= 1,25 mg
- Sodium Starch Glycolate
4
= x 500
100
= 20 mg
- Silikon Dioxida
1
= x 250
100
= 5 mg
- Laktosa Monohidrat
= 500 mg - (50+22,5+1,25+20+5)
= 500 mg - 98,75 mg
= 401,25 mg
b. Perhitungan Perbatch
- Ketoprofen = 50 x 1000 = 50 Kg
- PVP K30 = 22,5 x 1000 = 22,5 Kg
- Magnesium Stearat = 1,25 x 1000 = 1,25 Kg
- Sodium Starch Glycolate = 20 x 1000 = 20 Kg
- Silikon Dioxida = 5 x 1000 = 5 Kg
- Laktosa = 401,25 x 1000 = 401,25 Kg
2. Cara Kerja
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Ditimbang bahan-bahan
c. Diambil Lactosa , SSG, kemudian dicampur seragam setelah melalui proses
pengayakan
d. Diambil Zat aktif Ketoprofen kemudian ditambahkan dengan Mg. Stearat dan juga
silikon dioksida serta PVP K30 kedalam campuran, campur hingga homogen
e. Dikempa langsung menggunakan mesin tablet single punch untuk menghasilkan
tablet bikonvek
f. Dilakukan evaluasi tablet
g. Dimasukkan dalam wadah
h. Diberikan brosur dan etiket
(Sa’adah, H. 2015)

C. Evaluasi dan Analisis


1. Penampilan umum
Mengontrol penampilan umum tablet, melibatkan pengukuran sejumlah
perlengkapan seperti ukuran tablet, bentuk, warna, ada-tidaknya bau, rasa, bentuk
permukaan, konsistensi dan cacat fisik.
2. Ukuran dan bentuk

Ketebalan luar tablet diukur dengan tepat memakai mikrometer. Cara lain bisa
meletakkan 5 atau 10 tablet didalam baki, kemudian ketebalan luar tablet diukur
menggunakan jangka sorong yang melengkung. Ketebalan tablet harus terkontrol
sampai perbedaan kurang dari 5% dari nilai standar.

3. Sifat organoleptis
Diamati bau, warna, serta rasa sediaan tablet
4. Kekerasan dan Kerenyahan

Tablet yang telah ditimbang diletakkan dalam alat friabilitas dengan


kecepatan 25 rpm sebanyak 100 kali putaran. Kemudian dibersihkan lalu ditimbang
ulang. Kehilangan berat lebih dari 0,5% sampai 1% masih dapat diterima.

5. Variasi Berat
10 tablet ditimbang kemudian hasil penimbangan dibagi 10 sehingga
didapatkan bobot rata-rata tablet.
(Lachman, 1994: 648-645)
6. Uji Disintegrasi

Waktu hancur tablet adalah waktu yang diperlukan untuk hancurnya tablet dalam
waktu yang sesuai, sehingga tidak ada bagian yang tertinggal diatas kasa Waktu hancur
untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit. Peralatan uji waktu hancur terdiri
dari rak keranjang yang mempunyai enam lubang yang terletak vertikal diatas ayakan
mesh nomor 10, selama percobaan tablet diletakkan pada tiap lubang keranjang.
Kemudian keranjang tersebut bergerak naik turun pada larutan transparan dengan
kecepatan 29-32 putaran permenit. Interval waktu hancur adalah 5-30 menit Disintegrasi
terjadi sempurn ajika sudah tidak ada partikel tablet (kecuali penyalut) yang masih

7. Uji Disolusi

Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan dissolution tester tipe basket.


Kecepatan putar pengaduk basket diatur pada kecepatan 50 rpm dengan jarak pengaduk
basket dari dasar adalah 2,5 cm. Suhu percobaan dipertahankan berada pada 37-38 °C

(Suherman, 2017: 50-51)

D. Daftar Pustaka

Ansel, 2011. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press

Apeji, Y. E., & Olowosulu, A. K. (2020). Quantifying the effect of glidant on the
compaction and tableting properties of paracetamol granules. Journal of
Research in Pharmacy, 24(1), 44–55. https://doi.org/10.35333/jrp.2020.112

Desai, P. M., Liew, C. V., & Heng, P. W. S. (2016). Review of Disintegrants and the
Disintegration Phenomena. Journal of Pharmaceutical Sciences, 105(9),
2545–2555. https://doi.org/10.1016/j.xphs.2015.12.019

Devi, I. ayu S. (2018). OPTIMASI KONSENTRASI POLIVINIL PIROLIDON (PVP)


SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TEHADAP SIFAT FISIK TABLET
EKSTRAK ETANOL RIMPANG BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb).
Jurnal Farmasi Udayana, 7(2), 45.
https://doi.org/10.24843/jfu.2018.v07.i02.p02

Lachman, 2012. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI Press

Li, J., & Wu, Y. (2014). Lubricants in pharmaceutical solid dosage forms. Lubricants,
2(1), 21–43. https://doi.org/10.3390/lubricants2010021

Murtada, A. O., Abdelkarim, M. A., & Huyam, A. M. (2013). The effect of sodium starch
glycolate concentration on physical effectiveness of chlorpheniramine
tablets. Journal of Pharm Educ Res., 4(1), 47–53.
Nagadivya, P., Ramakrishna, R., Sridhar, G., & Bhanushashank, R. (2012). Effect of
various binding agents on tablet hardness and release rate profiles of
diclofenac sodium tablets. International Journal of Research in
Pharmaceutical Sciences, 3(1), 12–16.

Perrault, M., Bertrand, F., & Chaouki, J. (2011). An experimental investigation of the
effect of the amount of lubricant on tablet properties. Drug Development and
Industrial Pharmacy, 37(2), 234–242.
https://doi.org/10.3109/03639045.2010.505013

Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London

Sa’adah, H. (2015). Optimasi Formula Orally Disintegrating Tablet (Odt) Dengan


Metode Kempa Langsung Menggunakan Analisis Simplex Lattice Design.
Media Sains, 8(2), 2355–9136.

Sarzi- Puttini, P., Atzeni, F., Lanata, L., Bagnasco, M., Colombo, M., Fischer, F., &
D’Imporzano, M. (2011). Pain and ketoprofen: what is its role in clinical
practice? Reumatismo, 62(3). https://doi.org/10.4081/reumatismo.2010.172

Suherman, H. (n.d.). LAKTOSA PADA FORMULA TABLET PREDNISOLONE. 44–65.

Sweetman, S.C., 2009, Martindale The Complete Drug Reference, Thirty Sixth
Edition, Pharmaceutical Press, New York

Syukri, Y., Wibowo, J. T., & Herlin, A. (2018). Pemilihan Bahan Pengisi untuk
Formulasi Tablet Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa
Boerl). JSFK (Jurnal Sains Farmasi & Klinis), 5(1), 66–71.
https://doi.org/10.25077/JSFK.5.1.66-71.2018

Voight, 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press

Williams, R. L., & Upton, R. A. (1988). The clinical pharmacology of ketoprofen.


Journal of Clinical Pharmacology, 28(12 Suppl), S13–S22.
https://doi.org/10.1002/j.1552-4604.1988.tb05971.x
LAMPIRAN

1. Etiket
2. Kemasan
3. Brosur

Anda mungkin juga menyukai