PBL MANUFAKTUR
“FORMULASI KETOPROFEN TAB”
OLEH:
(70100117009)
DOSEN PENGAMPU:
JURUSAN FARMASI
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Kebanyakan tablet
digunakan pada pemberian obat-obat secara oral, kebanyakan dan kebanyakan dari
tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa, dan lapisan-lapisan
dalam berbagai jenis (Ansel, 2011: 244-245).
Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan
terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling rendah. Selain itu juga, biaya produksi dari tablet paling murah
serta mudah diproduksi secara besar-besaran (Lachman, 2012: 645).
III. Rancangan Formula
Nama produk : Ketofen® Tab
Jumlah produk : 1000 Tablet
Tanggal formulasi : 1 Januari 2021
Tanggal produksi : 1 Januari 2021
No. registrasi : DKL 2100100110 A1
No. batch : D 2101001
Komposisi : Tiap 500 mg tablet mengandung:
Ketoprofen 50 mg
Sodium Starch Glycolate 4%
Silikon Dioksida 1%
Mg Stearat 0,25%
PVP 4,5%
Laktosa Monohidrat Ad 100 %
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, bebas larut dalam alkohol,
dalam aseton.
Penyimpanan : Simpan pada tempat yang sesuai jauh dari cahaya matahari
Kegunaan : Disintegran
Kegunaan : Pengikat
V. Alasan Penambahan Bahan
a. Sodium Starch Glycolate
Sodium starch glycolate banyak digunakan dalam obat-obatan oral sebagai
disintegran dalam formulasi kapsul dan tablet. Benar biasa digunakan dalam
tablet yang dibuat dengan proses kompresi langsung atau granulasi basah.
Konsentrasi yang biasa digunakan dalam formulasi adalah antara 2% dan 8%,
dengan konsentrasi optimum sekitar 4%, meskipun dalam banyak kasus 2%
adalah cukup (Rowe,2009: 663).
Natrium pati glikolat adalah garam natrium dari pati kentang
karboksimetilasi. Merupakan bubuk putih atau hampir putih, halus, mengalir
bebas, sangat higroskopis, praktis tidak larut dalam metilen khlorida. Efek
disintegrasi natrium pati glikolat pada tablet formulasi dipelajari oleh banyak
peneliti. Bahan tambahan glikolat pati natrium yang titambahkan pada tablet
pelepasan cepat dengan metode kompresi langsung, menghasilkan tablet dengan
ciri fisik yang baik, serta profil pelepasan obat yang dapat terkontrol (Oshi, et al.
2013: 52-53).
Sodium starch glycolate adalah natrium garam dari pati karboksimetilasi
ikatan silang menunjukkan peningkatan penyerapan air, menghasilkan
peningkatan volumetrik besar-besaran. Pati natrium glikolat diklasifikasikan
sebagai superdisintegrant dengan karakteristik pembengkakan yang sangat kuat
dan berbentuk bulat, dapat meningkatkan aliran. Konsentrasi natrium pati glikolat
yang digunakan dalam formulasi tablet dapat berkisar dari2% hingga 8% (Desai.
2016: 2549).
b. Magnesium stearat
Magnesium stearat banyak digunakan dalam kosmetik, makanan, dan
formulasi farmasi. Ini terutama digunakan sebagai pelumas pembuatan kapsul dan
tablet pada konsentrasi antara 0,25% dan 5,0% w /w Magnesium stearat banyak
digunakan sebagai eksipien farmasi dan umumnya dianggap tidak beracun setelah
pemberian oral (Rowe. 2009: 406).
Untuk meningkatkan kelancaran aliran bubuk, alat bantu aliran atau
pelicin seperti magnesium stearat sering digabungkan dalam formulasi. Agen
aliran digunakan untuk meningkatkan perilaku aliran padatan dengan mengurangi
gaya adhesi antar-partikel (Jinjiang Li. 2013: 30).
Didalam jurnal (Perrault, et al. 2011), didapatkan hasil penelitian bahwa
dengan konsentrasi Magnesium stearat 0,25% sudah cukup untuk digunakan
dalam produksi sejumlah besar tablet. Bila konsenntrasi magnesium sterat
ditingkatkan, akan menghasilkan sifat fisik tablet yang tidak baik.
c. Silikon Dioksida
Salah satu glidan yang paling efisien yang dapat meningkatkan daya alir
dari bubuk kohesif dan granul jika ditambahkan pada konsentrasi sekitar 0,2-1%.
Untuk mendapatkan sifat aliran yang baik, konsentrasi maksimum dicapai pada
konsentrasi 1% (Eshovo, et.al. 2019: 45).
Silikon dioksida atau diketahui juga dengan silika, sangat luas digunakan
sebgai zat tambahan. Ini adalah bahan alam murni yang sangat ideal digunakan
untuk formula farmasi. Sebagai glidan, silikon dioksida dapat mengurangi
terjadinya gesekan antar partikulat bubuk curah, memungkinkan partikel mengalir
lebih efisien (Grace, 2017: 1).
e. Lactosa monohidrat
Laktosa banyak digunakan dalam formulasi farmasi sebagai pengisi
danfiller-binder dalam kapsul oral dan formulasi tablet. Mungkin juga digunakan
dalam suntikan intravena (Rowe. 2009: 368).
Laktosa sebagai pengisi untuk memenuhi bobot tablet yang diinginkan,
dimana laktosa ini mempunyai sifat alir dan kompaktibilitas yang baik sehingga
dapat memperbaiki sifat alir massa serbuk yang dihasilkan (Suherman, 2020: 46).
Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak digunakan karena
harganya murah dan merupakan bahan pengisi yang inert (Syukri, dkk.2018: 67).
B. Formulasi
1. Perhitunga Bahan
a. Pertablet
- Ketoprofen 50 mg
- PVP K30
4,5
= x 500
100
= 22,5 mg
- Magnesium Stearat
0,25
= x 500
100
= 1,25 mg
- Sodium Starch Glycolate
4
= x 500
100
= 20 mg
- Silikon Dioxida
1
= x 250
100
= 5 mg
- Laktosa Monohidrat
= 500 mg - (50+22,5+1,25+20+5)
= 500 mg - 98,75 mg
= 401,25 mg
b. Perhitungan Perbatch
- Ketoprofen = 50 x 1000 = 50 Kg
- PVP K30 = 22,5 x 1000 = 22,5 Kg
- Magnesium Stearat = 1,25 x 1000 = 1,25 Kg
- Sodium Starch Glycolate = 20 x 1000 = 20 Kg
- Silikon Dioxida = 5 x 1000 = 5 Kg
- Laktosa = 401,25 x 1000 = 401,25 Kg
2. Cara Kerja
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Ditimbang bahan-bahan
c. Diambil Lactosa , SSG, kemudian dicampur seragam setelah melalui proses
pengayakan
d. Diambil Zat aktif Ketoprofen kemudian ditambahkan dengan Mg. Stearat dan juga
silikon dioksida serta PVP K30 kedalam campuran, campur hingga homogen
e. Dikempa langsung menggunakan mesin tablet single punch untuk menghasilkan
tablet bikonvek
f. Dilakukan evaluasi tablet
g. Dimasukkan dalam wadah
h. Diberikan brosur dan etiket
(Sa’adah, H. 2015)
Ketebalan luar tablet diukur dengan tepat memakai mikrometer. Cara lain bisa
meletakkan 5 atau 10 tablet didalam baki, kemudian ketebalan luar tablet diukur
menggunakan jangka sorong yang melengkung. Ketebalan tablet harus terkontrol
sampai perbedaan kurang dari 5% dari nilai standar.
3. Sifat organoleptis
Diamati bau, warna, serta rasa sediaan tablet
4. Kekerasan dan Kerenyahan
5. Variasi Berat
10 tablet ditimbang kemudian hasil penimbangan dibagi 10 sehingga
didapatkan bobot rata-rata tablet.
(Lachman, 1994: 648-645)
6. Uji Disintegrasi
Waktu hancur tablet adalah waktu yang diperlukan untuk hancurnya tablet dalam
waktu yang sesuai, sehingga tidak ada bagian yang tertinggal diatas kasa Waktu hancur
untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit. Peralatan uji waktu hancur terdiri
dari rak keranjang yang mempunyai enam lubang yang terletak vertikal diatas ayakan
mesh nomor 10, selama percobaan tablet diletakkan pada tiap lubang keranjang.
Kemudian keranjang tersebut bergerak naik turun pada larutan transparan dengan
kecepatan 29-32 putaran permenit. Interval waktu hancur adalah 5-30 menit Disintegrasi
terjadi sempurn ajika sudah tidak ada partikel tablet (kecuali penyalut) yang masih
7. Uji Disolusi
D. Daftar Pustaka
Apeji, Y. E., & Olowosulu, A. K. (2020). Quantifying the effect of glidant on the
compaction and tableting properties of paracetamol granules. Journal of
Research in Pharmacy, 24(1), 44–55. https://doi.org/10.35333/jrp.2020.112
Desai, P. M., Liew, C. V., & Heng, P. W. S. (2016). Review of Disintegrants and the
Disintegration Phenomena. Journal of Pharmaceutical Sciences, 105(9),
2545–2555. https://doi.org/10.1016/j.xphs.2015.12.019
Li, J., & Wu, Y. (2014). Lubricants in pharmaceutical solid dosage forms. Lubricants,
2(1), 21–43. https://doi.org/10.3390/lubricants2010021
Murtada, A. O., Abdelkarim, M. A., & Huyam, A. M. (2013). The effect of sodium starch
glycolate concentration on physical effectiveness of chlorpheniramine
tablets. Journal of Pharm Educ Res., 4(1), 47–53.
Nagadivya, P., Ramakrishna, R., Sridhar, G., & Bhanushashank, R. (2012). Effect of
various binding agents on tablet hardness and release rate profiles of
diclofenac sodium tablets. International Journal of Research in
Pharmaceutical Sciences, 3(1), 12–16.
Perrault, M., Bertrand, F., & Chaouki, J. (2011). An experimental investigation of the
effect of the amount of lubricant on tablet properties. Drug Development and
Industrial Pharmacy, 37(2), 234–242.
https://doi.org/10.3109/03639045.2010.505013
Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London
Sarzi- Puttini, P., Atzeni, F., Lanata, L., Bagnasco, M., Colombo, M., Fischer, F., &
D’Imporzano, M. (2011). Pain and ketoprofen: what is its role in clinical
practice? Reumatismo, 62(3). https://doi.org/10.4081/reumatismo.2010.172
Sweetman, S.C., 2009, Martindale The Complete Drug Reference, Thirty Sixth
Edition, Pharmaceutical Press, New York
Syukri, Y., Wibowo, J. T., & Herlin, A. (2018). Pemilihan Bahan Pengisi untuk
Formulasi Tablet Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa
Boerl). JSFK (Jurnal Sains Farmasi & Klinis), 5(1), 66–71.
https://doi.org/10.25077/JSFK.5.1.66-71.2018
1. Etiket
2. Kemasan
3. Brosur