Anda di halaman 1dari 18

JURNAL UJIAN PRAKTIKUM SOLIDA

TABLET HIDROKLOROTIAZID

I. Nama Sediaan/Nama Dagang


Nama sediaan : Tablet Hidroklorotiazida (HCT)

II. Kekuatan Sediaan


Tiap tablet mengandung hidroklorotiazida 25 mg

III. Formula Sediaan


3.1 Formula Umum
1. Zat Aktif
2. Penghancur
3. Pengisi
4. Lubrikan
5. Glidan

3.2 Formula Utama


Kandungan Hidroklorotiazida : 25 mg
Bobot tablet : 200 mg
Tablet yang dibuat : 1000 tablet

Hidroklorotiazida 25 mg
Primogel 8%
Avicel pH 102 qs
Mg. Stearat 1%
Talk 2%
IV. Preformulasi Zat Aktif
1. Hidroklorotiazida (HCT)

Rumus molekul : C7H8ClN3O4S2


Bobot molekul : 297,74
Pemerian : Serbuk halus, putih atau praktis putih, praktis
tidak berbau.
Suhu leleh : 268°
Kelarutan : Mudah larut dalam natrium hidroksida, larut
dalam n-butilamina dan dalam dimetilformamida,
agak sukar larut dalam metanol, sukar larut dalam
air, tidak larut dalam eter, dalam kloroform dan
dalam asam mineral encer, dalam kloroform dan
dalam asam mineral encer.
Stabilitas : Hidroklorotiazid dalam larutan air terhidrolisis
membentuk formaldehid dan 6-kloro-2,4-
disulfamoilanilin. Mengalami dekomposisi
fotolitik dengan cahaya ultraviolet, hidroklortiazid
padat tidak mengalami degradasi. Warna akan
menjadi kekuningan setelah pemanasan pada suhu
230° selama 2 jam. Tidak stabil terhadap cahaya
matahari. Harus dihindari dari kelembaban.
Inkompatibilitas : Dengan agen pengoksidasi kuat.
Penyimpanan : Wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya.
Dosis pemakaian : Untuk hipertensi 12,5 mg setiap pagi setelah
makan, pemeliharaan 25-100 mg/hari atau 2-3 kali
seminggu.
Indikasi : Hipertensi golongan diuretik.
(Dirjen POM, 2014 hal 530-531; MIMS, hal 524; AHFS, 2011; Lund,
1994; Abate and Abel, 2006; Merck, 2012)

V. Preformulasi Zat Tambahan


1. Primogel (Carboxymethyl starch)

Pemerian : Serbuk hablur, putih, rasa khas atau agak asam,


bau lemah.
TL : Terbakar pada suhu 200°C
BJ : 1,49 g/ml
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (95%) dan praktis tidak
larut dalam air dan metilen klorida.
Stabilitas : Tablet dengan primogel memiliki sifat
penyimpanan yang stabil terhadap kelembaban
suhu dan higroskopis.
Inkompatibilitas : Dengan asam askorbat (vitamin C).
Fungsi : Penghancur (efektif pada konsentrasi 2-8%).
(Rowe et al, 2009 hal 663-666)
2. Avicel pH 102

Rumus molekul : (C6H10O5)n

Pemerian : Serbuk kristalin dengan partikel berpori,


berwarna putih, tidak berbau, dan tidak berasa.
Bobot jenis : 0,32 g/cm3 (bulk), 0,45 g/cm3 (tapped), 1,512 -
1,668 g/cm3 (true).
Daya Alir : 1,41 g/s.
Stabilitas : Material higroskopis yang stabil. Disimpan di
wadah tertutup rapat pada tempat yang sejuk dan
kering.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agen pengoksidasi yang
kuat.
Kegunaan : Pengisi atau pengikat pada sediaan tablet dan
kapsul, mempunyai kegunaan sebagai lubrikan dan
disentegrant.
Konsentrasi : 20-50% (pengisi) ; 5-15% (penghancur) ; 5-20%
(antilengket).
(Rowe et al, 2009 hal 129-133)

3. Magnesium stearat

Rumus molekul : [CH3(CH2)16COO2]2Mg


Pemerian : Putih terang, serbuk, bau khas asam stearat.
Titik leleh : 126-1300c.
BJ : 1,092 g/ml.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%),
eter dan air, sedikit larut dalam benzen dan etanol
hangat.
Stabilitas : Wadah tertutup rapat, dingin dan kering.
Inkompatibilitas : Dengan asam kuat, alkali dan garam besi. Tidak
dapat digunakan pada produk meng- andung
aspirin, vitamin dan garam alkaloidal.
Kegunaan : Tablet dan kapsul lubricant (pelicin) pada kon-
sentrasi 0.25-5%.
(Rowe et al, 2009 hal 404)

4. Talkum (Magnesium kalsium silikat)

Rumus molekul : Mg6(Si2O5)4(OH4)


Pemerian : Serbuk atau bubuk, tidak berbau, putih kelabu.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut basa dan as- am,
pelarut organik dan air.
Stabilitas : Stabil dapat disterilisasi pada suhu 1600C tidak
kurang dari 1 jam. Disimpan dalam wadah tertutup
rapat, dingin, dan kering.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan surfaktan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk dan
kering.
Kegunaan : Glidant dengan konsentrasi 1-10%
(Rowe et al, 2009 hal 728-729)
VI. Analisis/Pendekatan Formula
1. Hidroklorotiazid
Dosis hidroklorotiazid untuk dewasa dalam buku obat-obat penting
(2007) dan drug information handbook (2001), adalah 25 mg sampai 100
mg untuk pengobatan hipertensi golongan diuretik. Sehingga dalam
formula ini digunakan 25 mg untuk satu tablet karena pada dosis tersebut
hidroklorotiazid telah menimbulkan efek terapi. Digunakan metode kempa
langsung pada pembuatan tablet hidroklorotiazid ini karena dosis yang
digunakan kecil, sehingga dapat meminimalisir kehilangan bobot zat aktif
pada saat proses pembuatan dan kompresibilitas juga sifat alir dari
hidroklorotiazid dapat di perbaiki dengan eksipien lain yang ada pada
formula ini. Selain itu, menurut Lund (1994), hidroklorotiazid juga harus
dihindari dari kelembaban dan pada pemanasan berlebih akan
menimbulkan perubahan warna.

2. Primogel
Menurut Rowe (2009), primogel dapat digunakan sebagai penghancur
tablet dengan konsentrasi efektif adalah 2-8%. Dalam formula ini dipilih
konsentrasi 8% dimaksudkan agar tablet yang dibuat memiliki waktu
hancur yang baik. Menurut Miller (2005), primogel merupakan super
disintegran tablet yang efektif pada granulasi basah dan kempa langsung
karena memiliki kemampuan mengembang dalam air yang tinggi yaitu
hampir 300 kali volumenya.

3. Avicel pH 102
Berfungsi sebagai pengisi tablet yang digunakan secukupnya, karena
digunakan untuk menggenapkan volume tablet. Avicel pH 102 atau
microcrystallin cellulose termasuk golongan selulosa. Menurut (Banker
and Anderson, 1994) Avicel pH 102 banyak digunakan pada metode
kempa langsung karena memiliki ukuran partikel yang besar sehingga
memiliki sifat alir yang baik. Avicel pH 102 juga memiliki
kompaktibilitas yang baik sehingga dapat memperbaiki ke kompakan dari
tablet yang akan dibuat.

4. Mg. Stearat
Berfungsi sebagai lubrikan dengan rentang konsentrasi menurut Rowe
(2009) adalah 0,25-5%. Pada formula digunakan 1% karena dapat
memberikan hasil yang baik sebagai lubrikan. Mg. stearat merupakan
lubrikan yang dapat dipilih karena dapat mengurangi gaya adhesi antara
bahan dan alat pengempa sehingga tidak ada massa yang tertinggal di
mesin tablet.

5. Talk
Berfungsi sebagai glidan dengan rentang konsetntrasi menurut Rowe
(2009), 1-10%. Dipilih konsentrasi 2% karena menurut hasil penelitian
Syofyan (2015), pada perbandingan konsentrasi talk : mg stearat 2:1
tersebut, talk dapat bekerja dengan baik bersama mg. stearat dalam
meningkatkan sifat alir juga dapat meningkatkan disolusi.
VII. Perhitungan dan Penimbangan
Kandungan hidroklortiazid/tablet : 25 mg
Bobot Tablet : 200 mg
Jumlah tablet yang dibuat : 1000 tablet

Nama Zat Untuk 1 tablet Untuk 1000 tablet

Hidroklorotiazida 25 mg 25 mg x 1000
= 25000 mg
Primogel 8 16 mg x 1000
𝑥 200 𝑚𝑔 = 16 𝑚𝑔
100 = 16000 mg
Avicel pH 102 200 mg - (25+16+2+4)mg 153 mg x 1000
= 153 mg = 153000 mg
Mg. Stearat 1 2 mg x 1000
𝑥 200 𝑚𝑔 = 2 𝑚𝑔
100 = 2000 mg
Talk 2 4 mg x 1000
𝑥 200 𝑚𝑔 = 4 𝑚𝑔
100 = 4000 mg

VIII. Prosedur Pembuatan


7.1 Prosedur Pembuatan
Timbang sebanyak 25000 mg hidroklortiazida, 16000 mg primogel,
153000 mg avicel pH 102, 2000 mg Mg. stearat, dan 4000 mg talk.

Kemudian hidroklorotiazida, primogel, dan avicel pH 102 dicampurkan


selama 15 menit hingga homogen.

Lalu ditambahkan Mg. stearat dan Talk dan dicampur kembali selama 2
menit kemudian masa kempa yang telah homogen dievaluasi seperti pada
evaluasi granul.
Setelah massa kempa memenuhi syarat maka selanjutnya dilakukan proses
tabletasi dengan menggunakan punch diameter 6-8 mm.

Setelah terbentuk tablet maka tablet tersebut dievaluasi.

IX. Prosedur Evaluasi IPC (In Process Control)


1. Uji kelembaban
Sebanyak 1 gram massa kempa ditimbang kemudian dimasukkan kedalam
alat moisture analyzer dan ditara.

Massa kempa dipanaskan pada suhu 60-70°C sampai skala pada alat tidak
berubah dan dibaca kadar air yang tertera pada skala (%).

Penafsiran hasil: kadar air yang baik 1-2%.

2. Uji Sifat Alir


a) Metode corong
Sejumlah 100 gram massa kempa dimasukkan kedalam corong kemudian
corong digetarkan sampai seluruh massa kempa mengalir keluar dari
corong.

Lalu kecepatan alir dihitung dengan membagi bobot massa kempa (100
gram) dengan waktu yang diperlukan granul untuk melewati corong
(g/detik).
Penafsiran hasil: Aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk
mengalirkan 100 gram granul ≤ 10 detik.

b) Metode sudut baring


Sejumlah massa kempa ditimbang kemudian dimasukkan kedalam corong
kemudian massa kempa dibiarkan mengalir bebas dari lubang corong
silinder.

Ditampung pada suatu bidang datar hingga timbunan massa kempa


membentuk kerucut. Dari timbunan tersebut diukur sudut istirahat.

Penafsiran hasil :α = 25-30° : granul sangat mudah mengalir

α = 30-38° : granul mudah mengalir

α > 38° : granul kurang mengalir

X. Prosedur Evaluasi Obat Jadi/EPC (End Process Control)


1. Organoleptis
Diambil 20 tablet dan dilihat rupa (warna), bau dan bentuk.

2. Keseragaman Ukuran
Diambil secara acak 20 tablet kemudian diukur diameter dan tebalnya
menggunakan jangka sorong.

Menurut FI ed III (1979) diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali dan
tidak kurang 1 1/3 tebal tablet.
3. Keragaman Bobot
Diambil 20 tablet secara acak lalu ditimbang masing-masing tablet.

Dan dihitung bobot rata-rata dan penyimpangan terhadap bobot rata-rata.

Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot


rata-rata lebih besar dari harga yang terdapat pada kolom A dan tidak ada
satupun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga
kolom B.

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata (%)


A B
˂ 25 mg 15 30
26 mg – 150 mg 10 20
151 mg – 300 mg 7.5 15
>300 mg 5 10

4. Kekerasan
Diambil 20 tablet secara acak.

Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet dengan


menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg/cm2 kemudian ditentukan
kekerasan dan standar deviasinya.

Syarat: tablet besar 7-10 kg/cm2, tablet kecil 4 kg/cm2.


5. Friabilitas dan Friksibilitas
Diambil 20 tablet secara acak kemudian dibersihkan satu persatu dengan
sikat halus lalu ditimbang (a).

Lalu dimasukkan semua tablet kedalam alat dan diputar sebanyak 100
putaran, tablet kemudian dibersihkan dan ditimbang kembali (b).

𝒂−𝒃
𝒇= 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝒂
Dimana :
f = friabilitas
a = bobot tablet sebelum uji
b = bobot tablet setelah uji

Syarat: tablet yang baik memiliki friabilitas ˂ 1 %.

6. Uji Keseragaman Kandungan


Diambil 30 tablet secara acak lalu ditentukan kadar dari 10 tablet 1 per 1
dengan metode yang sesuai.

Jika ada 1 tablet yang diluar 85-115%, tentukan 20 tablet sisanya.

Dianggap memenuhi syarat jika :

Hanya ada 1 tablet dari 30 tablet yang diluar 85-115%


7. Uji Waktu Hancur
Bejana diisi dengan HCl 0.1 N. volume diatur pada kedudukan tertinggi
lempeng kasa tepat pada permukaan larutan dan pada kedudukan terendah
mulut tabung tetap diatas permukaan.

Suhu pelarut 36-28°C.

Kemudian 6 tablet dimasukkan satu persatu kedalam masing-masing


tabung, kemudain alat dinyalakan dan atur naik turun keranjang 30 kali
tiap menit.

Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasaa
kecuali fragmen-fragmen bahan pembantu.

Waktu hancur dicatat sejak pertama kali alat dinyalakan hingga tidak ada
bagian tablet yang tertinggal diatas kasa.

Syarat: waktu yang diperlukan untuk menghancurkan ke-6 tablet tidak


lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut.
8. Uji Disolusi
Kondisi pengujian:
1. Volume Media : 900 mL asam klorida 0,1 N
2. Kecepatan Alat : 100 rpm
3. Waktu Uji : 60 menit
4. Alat tipe 1 yaitu keranjang

Prosedur
Lakukan penetapan jumlah hidroklorotiazid, yang terlarut dengan
mengukur serapan alikuot

Jika perlu encerkan dengan media disolusi dan serapan larutan baku
Hidroklorotiazid BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang
serapan maksimum lebih kurang 272 nm.

Toleransi dalam waktu 60 menit harus larut tidak kurang dari 60% (Q)
hidroklorotiazid dari jumlah yang tertera pada etiket (Dirjen POM, 2014
hal 532).

XI. Informasi Obat


Senyawa sulfamoyl ini diturunkan dari khlortiazida yang
dikembangkan dari sulfanil amida. Bekerja di bagian muka tubuli distal,
efek diuretisnya lebih ringan dari diuretika lengkungan tapi bertahan lebih
lama, 6-12 jam. Daya hipotensifnya lebih kuat (pada jangka panjangnya),
maka banyak digunakan sebagai pilihan pertama untuk hipertensi ringan
sampai sedang. Sering kali pada kasus yang lebih berat dikombinasi
dengan obat-obat lain untuk memperkuat efeknya, khususnya beta-bloker
(Tjay et al, 2007).
1. Golongan obat : Obat keras.
2. Dosis : Untuk dewasa adalah 25-100 mg/hari atau 2-3 kali seminggu,
maksimal 200 mg/hari.
3. Mekanisme aksi : menghambat reabsorpsi natrium di tubulus distal
yang menyebabkan peningkatan ekskresi natrium dan air serta ion
kalium dan hidrogen.
4. Interaksi obat : Suplemen K, diuretik hemat K, litium, derivat kurare,
antihirpentensi lain, AINS lain, kortikosteroid, ACTH, amfoterisin,
karbenoksolon, penisilin G, derivat asam salisilat, insulin, antidiabetes
oral, amantadin, garam-garam kalsium.
5. Indikasi : Agen hipertensi (menurunkan tekanan darah tinggi), diuretik.
6. Kontraindikasi : Anuria, kerusakan ginjal, hipersensitivitas
hidroklortiazida atau komponen lainnya, sensitifitas silang dengan
thiazid dan derivat sulfonamid.
7. Efek samping : Sering buang air kecil, diare, kehilangan selera makan,
sakit kepala, rambut rontok, mulut kering, mual, muntah, tubuh terasa
lemah, sering mengantuk, menyebabkan otot lemah, kram, detak
jantung lemah, dan tanda-tanda lain dehidrasi.
(AHFS, 2011; Aberg et al, 2009; MIMS, 2012)
XII. Wadah dan Kemasan Obat Jadi (Brosur/Leaflet, Label/Etiket)
Brosur dan Kemasan Primer : Strip

Kemasan Sekunder : Kardus


XIII. Daftar Pustaka
Abate, M. and Abel, S. K. (2006). Remington: The Science and Practice of
Pharmacy 21st Edition. Lippincott Williams and Wilkins. University of
The Sciences, Philadelphia.
Aberg, J.A., Lacy, C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L. (2009).
Drug Information Handbook, 17th edition. Lexi-Comp for the American
Pharmacists Association.
American Society of Health System Pharmacists. (2011). AHFS Drug
Information. United States of America.
Banker, G.S. dan Anderson, N.R. (1994). Tablet In the Theory and Practice of
Industrial Pharmacy. Ed III. Diterjemahkan Oleh Siti Suyatmi. UI Press,
Jakarta.
Dirjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Dirjen POM. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi Kelima. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Lund, Walter. (1994). The Pharmaceutical Codex. 12th edition. The
Pharmaceutocal Press, London.
Merck. (2012). Material Safety Data Sheet (Hidroklorotiazida MSDS).
MIMS. (2012). MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 12 2012/2013. PT
Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia), Jakarta.
Miller, J.M. (2005). Chromatography: concepts and contrasts. 2nd edition. John
Wiley & Sons, Hoboken, New Jersey.
Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, E.Q. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipients Sixth Edition. Chicago, London: Pharmaceutical Press.
Syofyan, Yanuarto T., dan Octavia. (2015). Pengaruh Kombinasi Magnesium
Stearat dan Talkum sebagai Lubrikan terhadap Profil Disolusi Tablet
Ibuprofen. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. Vol. 01 No. 02. Diakses pada
tanggal 19 Mei 2019.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. (2007). Obat-Obat Penting Khasiat,
Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam. PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai