Anda di halaman 1dari 39

BAB I

FORMULASI DAN PENGEMBANGAN PRODUK

1.1 Nama dan Kekuatan Sediaan


Nama Sediaan : Parasetamol
Nama Paten : Fiyunadol® Tablet
Kekuatan Sediaan : 250 mg/Tablet

1.2 Prinsip Percobaan


Pembuatan tablet metode granulasi basah dengan cara membasahi massa
dengan larutan pengikat hingga mendapatkan kebasaan tertentu, kemudian massa
dilakukan pengeringan dan diayak sehingga terbentuk granul.

1.3 Tujuan Percobaan


1. Dapat memahami prinsip pembuatan granul dan tablet parasetamol
dengan metode granulasi basah.
2. Dapat melakukan pembuatan granul dan tablet parasetamol dengan
metode granulasi basah.
3. Dapat mengetahui dan melakukan evaluasi granul parasetamol hasil
dari metode granulasi basah.
4. Dapat menyimpulkan mutu dari sediaan yang telah dibuat.

1.4 Preformulasi Zat Aktif


Tabel 1.1 Preformulasi Parasetamol

Struktur Kimia

(Dirjen POM, 2020).


C8H9NO2
Rumus Molekul
(Dirjen POM, 2020).
Nama Parasetamol
1
(Dirjen POM, 2020).
Asetaminofen
Nama Lain
(Dirjen POM, 2020).
4-Hidroksiasetoanilida [103-90-2]
Nama Kimia
(Dirjen POM, 2020).
151,16
Berat Molekul
(Dirjen POM, 2020).
Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Pemerian
(Dirjen POM, 2020).
-
Suhu Lebur
-
pH

Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N,


Kelarutan mudah larut dalam etanol.
(Dirjen POM, 2020).
perubahan dalam kekerasan disintergan dan disolusi tablet
parasetamol (disiapkan dengan povidone dan pati pregelatin)
selama penyimpanan 8 minggu pada 40°C dan 52 %
kelembapan relative pada 40°C dan 94 % kelembapan
Stabilitas
relative. Tabet yang menggunakan granulasi basah dengan
pati pregelatin kurang dipengaruhi kelembapan tinggi
dibandingkan dengan yang dibuat dengan povidone.
(Dirjen POM, 2020).
o
Simpan dibawah suhu 30 C dan dalam wadah tertutup rapat.
Penyimpanan
(Dirjen POM, 2020).

1.5 Preformulasi Zat Tambahan


Tabel 1.2 Preformulasi Polyvinyl Pyrrolidone

2
Struktur Kimia

(Rowe, 2017).
(C6H9NO)n
Rumus Molekul
(Rowe, 2017).
2,5-bis-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidin) siklopentanon
Nama Kimia
(Rowe, 2017).
352,13 g/mol
Berat Molekul
(Rowe, 2017).
Serbuk higroskopik, berwarna putih krem-puih, tidak berbau
Pemerian
(Rowe, 2017).
150℃
Suhu Lebur
(Rowe, 2017).
Mudah larut dalam aam, kloroform, etanol (95%), keton,
methanol, air; praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon,
Kelarutan
minyak mineral
(Rowe, 2017).
Stabil jika dipemanasan 110-130℃
Stabilitas
(Rowe, 2017).
Dapat bercampur dalam berbagai larutan, berbagai garam
Inkompatibilitas organic, resin alami, sintetik, dan bahan kimia lainnya
(Rowe, 2017).
Disimpan didalam wadah tertutup rapat
Penyimpanan
(Rowe, 2017).
Pengikat tablet
Kegunaan
(Rowe, 2017).
Tabel 1.3 Preformulasi Etanol 95%

Struktur Kimia

(Dirjen POM, 2020).


C2H6O
Rumus Molekul
(Dirjen POM, 2020).
3
Etil Alkohol [64-17-5]
Nama Kimia
(Dirjen POM, 2020).
46,07
Berat Molekul
(Dirjen POM, 2020).
Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau khas
dan menyebabkan rasa terbakar, menguap pada suhu
Pemerian
rendah.
(Dirjen POM, 2020).
Suhu Lebur -
Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua
Kelarutan pelarut organic.
(Dirjen POM, 2020).
Mudah menguap, mudah terbakar, mudah rusak oleh
Stabilitas cahaya.
(Rowe, 2009).
Pada kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi dengan
bahan pengoksidasi. Campuran dengan alkali dapat
membuat warna menjadi gelap karena bereaksi dengan
Inkompatibilitas
jumlah sisa aldehid. Etanol juga inkompatibilitas dengan
alumunium dan berinteraksi dengan beberapa obat.
(Rowe, 2009).
Warna jernih, tidak berwarna, rasa panas, bau khas.
Penyimpanan
(Rowe, 2009).
Pelarut
Kegunaan (Rowe,
2009).
Tabel 1.4 Preformulasi Acdisol

Struktur Kimia

(Pubchem, 2021).
4
C8H16O8
Rumus Molekul
(Pubchem, 2021).
Nama Kimia -
240.21
Berat Molekul
(Pubchem, 2021).
bubuk putih yang tidak berbau, putih atau keabu-abuan.
Pemerian
(Rowe, 2009).
Suhu Lebur -
Tidak larut dalam air, tapi dapat membengkak dengan cepat
4-8 kali dari volume aslinya saat bersentuhan dengan air;
Kelarutan
praktis tidak larut dalam aseton, etanol, dan toluene.
(Rowe, 2009).
Natrium kroskarmelosa adalah bahan higroskopis yang
stabil. Natrium kroskarmelosa harus disimpan dalam
Stabilitas
keadaan tertutup wadah di tempat yang sejuk dan kering.
(Rowe, 2009).
Kemampuan penghancur sedikit berkurang saat
menggunakan metode granulasi basah dan kempa langsung
yang mengandung eksipien higroskopis seperti sorbitol;
Inkompatibilitas
inkompatibel dengan asam kuat, larutan garam besi,
alumunium, merkuri, dan seng.
(Rowe, 2009).
Disimpan dalam keadaan tertutup pada wadah di tempat
Penyimpanan sejuk dan kering.
(Rowe,2009).
Penghancur
Kegunaan
(Rowe,2009).

Tabel 1.5 Preformulasi Laktosa

Struktur Kimia

(Rowe, 2017).
Rumus Molekul C₁₂H₂₂O₁₁

5
(Rowe, 2017).
β-D-galactopyranosyl-(1→4)-D-glucose
Nama Kimia
(Rowe, 2017).
342,3 g/mol
Berat Molekul
(Rowe, 2017).
Serbuk atau massa hablur, keras, putih/putih krem, tidak
Pemerian berbau, rasa agak manis
(Rowe, 2017).
202,8℃
Suhu Lebur
(Rowe, 2017).
Larut dalam air dan mudah larut dalam air mendidih, sangat
Kelarutan sukar larut dalam etanol
(Rowe, 2017).
Dapat berubah warna menjadi kecoklatan pada
penyimpanan, dalam kondisi lembab dapat terjadi
Stabilitas pertumbuhan mikroorganisme, stabil dalam wadah tertutup
rapat dan pada tempat kering dan sejuk
(Rowe, 2017).
Pengoksidasi kuat
Inkompatibilitas
(Rowe, 2017).
Disimpan dalam wadah tertutup rapat
Penyimpanan
(Rowe, 2017).
Pengisi tablet
Kegunaan
(Rowe, 2017).

Tabel 1.6 Preformulasi Amprotab

Struktur Kimia

(Rowe, 2017).
(CH6H10O5)n
Rumus Molekul
(Rowe, 2017).
Nama Kimia -
0,69-0,72 g/cm3
Berat Jenis
(Rowe, 2017).

6
Serbuk putih halus, tidak berbau, tidak berasa, butiran bulat
Pemerian sangat kecil
(Rowe, 2017).
117-150℃
Suhu Lebur
(Rowe, 2017).
Praktis tidak larut dalam etanol dingin 95%, mengembang
Kelarutan dalam air dengan konsentrasi 5-10%, larut dalam air panas
(Rowe, 2017).
Stabil jika dilindungi dari kelembaban tinggi, dan harus
Stabilitas disimpan dalam wadah tertutup rapat
(Rowe, 2017).
Pengoksidasi kuat
Inkompatibilitas
(Rowe, 2017).
Disimpan didalam wadah tertutup rapat
Penyimpanan
(Rowe, 2017).
Penghancur tablet
Kegunaan
(Rowe, 2017).

Tabel 1.7 Preformulasi Talk

Struktur Kimia

(Rowe, 2017).
Mg3Si4O10(OH)2
Rumus Molekul
(Rowe, 2017).
-
Nama Kimia
379,2657 g/mol
Berat Molekul
(Rowe, 2017).
Serbuk kristal, sangat halus, putih atau kelabu, tidak berbau,
Pemerian tidak berasa, bubuk kristal bebas dari butiran
(Rowe, 2017).
Suhu Lebur 117-150℃

7
(Rowe, 2017).
Praktis tidak larut dalam pelarut asam dan basa, pelarut
Kelarutan organik, dan air
(Rowe, 2017).
Dapat disterilkan pada suhu 160℃
Stabilitas
(Rowe, 2017).
Surfaktan
Inkompatibilitas
(Rowe, 2017).
Didalam wadah tertutup rapat
Penyimpanan
(Rowe, 2017).
Glidan
Kegunaan
(Rowe, 2017).

Tabel 1.8 Preformulasi Magnesium Stearat

Struktur Kimia

(Rowe, 2017).
C36H70MgO4
Rumus Molekul
(Rowe, 2017).
-
Nama Kimia
591,24 g/mol
Berat Molekul
(Rowe, 2017).
Serbuk halus, putih dan volumetrik, bau lemah khas, mudah
Pemerian melekat pada kulit, bebas dari butiran
(Rowe, 2017).
126-130℃
Suhu Lebur
(Rowe, 2017).
Tidak larut dalam air, etanol, eter; sedikit larut dalam
benzene, dan etanol hangat
Kelarutan (Rowe, 2017).
Stabil pada suhu ruangan
Stabilitas (Rowe, 2017).
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan asam kuat, basa, gram besi, dengan

8
pengoksidasi kuat, aspirin, beberapa vitamin, kebanyakan
garam alkohol
(Rowe, 2017).
Disimpan didalam wadah terturup rapat
Penyimpanan (Rowe, 2017).
Lubrikan
Kegunaan (Rowe, 2017).

1.6 Preformulasi Wadah Kemasan


A. Kemasan Primer
Pada literatur wadah dan penyimpanan bagi parasetamol adalah dalam
wadah tertutup, tidak tembus cahaya, simpan pada suhu ruangan, dan terlindung
dari kelembaban dan panas. Berdasarkan hal tersebut bahan kemasan primer yang
cocok adalah plastik High Density Polyethylene (HDPE). Bahan tersebut dipilih
karena ringan, tidak mudah pecah, tahan air, tidak tembus cahaya, dan tidak
mencemari sediaan. HDPE mudah dicari juga mudah dibentuk saat proses
produksi kemasan. Pada bagian dalam kemasan primer atau bersama dengan tablet
parasetamol perlu ditambahkan silica gel untuk menyerap kelembaban yang
mungkin ada dan dapat mengganggu stabilitas tablet. Pada kemasan primer juga
perlu diberi etiket yang berisi informasi obat terdiri dari nama obat, nama sediaan,
berat sediaan, jenis obat, komposisi, indikasi, kontra indikasi, efek samping,
aturan pakai, etiket, no registrasi, expire date, dan nomor bach. Informasi obat
pada etiket bertujuan untuk apabila kemasan sekunder hilang, maka pasien tetap
bisa mengetahui informasi obat (Dirjen POM, 2020).

B. Kemasan Sekunder
Kemasan sekunder adalah kemasan yang berfungsi untuk melindungi
kemasan primer saat pendistribusian dan penyimpanan. Kemasan sekunder juga
digunakan sebagai identitas tablet parasetamol karena pada kemasan sekunder
terdapat informasi nama obat, nama sediaan, berat sediaan, jenis obat, komposisi,
indikasi, kontra indikasi, efek samping, aturan pakai, etiket, no registrasi, expire
date, dan nomor bach. Bahan yang digunakan untuk kemasan sekunder tablet
9
parasetamol adalah karton duplex, pemilihan bahan ini karena karton duplex
mudah dibentuk juga pada permukaannya dapat dicantumkan identitas tablet
parasetamol (BPOM RI, 2018).

1.7 Formula
Formula tablet metode granulasi basah terdiri dari fase dalam dan fase luar.
Fase dalam terdiri dari zat aktif (parasetamol), pengikat (amprotab dan acdisol),
pelarut (etanol 95%), dan pengisi (laktosa). Fase luar terdiri dari pengikat
(amprotab), glidan (talk), dan lubrikan (magesium stearat) (Murtini, 2018).
Tabel 1.9 Formulasi

Kadar
Formula
Formula 1 Formula 2 Formula 3

Parasetamol 250 mg 250 mg 250 mg


PVP 5% 3% 5%
Fase Dalam

Etanol 95% q.s q.s q.s


Amprotab 10% 10% -
Acdisol - - 5%
Laktosa q.s q.s q.s
Amprotab 5% 5% 5%
Fase Luar

Talk 2% 2% 2%
Magnesium Stearat 1% 1% 1%

1.8 Analisis Pertimbangan Formula


Formula yang digunakan pada kelompok B1 adalah formula 3 yang berisi
fase dalam dan fase luar dengan metode pembuatan granulasi basah cara basah.
Fase dalam terdiri dari parasetamol sebanyak 250 mg, PVP sebanyak 5%, etanol
95% secukupnya, acdisol sebanyak 5%, dan laktosa secukupnya. Fase luar terdiri
dari amprotab sebanyak 5%, talk sebanyak 2%, dan magnesium stearat sebanyak
1%.

10
A. Parasetamol
Parasetamol digunakan sebagai zat aktif yang memiliki bentuk hablur,
stabil terhadap pemanasan dan lembab, dan higroskopis. Metode granulasi basah
dipilih karena parasetamol memiliki sifat alir yang buruk dapat diketahui dari
bentuknya yang hablur sehingga dengan pembentukan granul dapat memperbaiki
sifat alir, juga sifatnya yang higroskopis sehingga mudah dibasahi, dan stabil
terhadap pemanasan dan lembab karena proses granulasi basah melewati proses
pembasahan dan pengeringan dengan panas (Dirjen POM, 2020).

B. PVP
PVP digunakan sebagai pengikat dengan konsentrasi 5%. Pengikat
digunakan untuk mendapatkan tablet yang kuat dan kompak sehingga tidak mudah
hancur saat proses distribusi dan penyimpanan. Pada metode granulasi basah PVP
akan dilarutkan dengan pelarut yang akan menghasilkan aglomerat dari ikatan
partikel karena adanya pelarut tersebut sehingga akan mengikat komponen granul.
Pemilihan konsentrasi tersebut karena konsentrasi PVP sebagai pengikat tablet
adalah 0,5-5% (Rowe, 2009).

C. Etanol 95%
Etanol 95% digunakan sebagai pelarut PVP karena PVP dapat larut dalam
etanol 95%. Etanol 95% mudah menguap sehingga proses pengeringan granul
tidak membutuhkan suhu terlalu tinggi dan waktu yang lama, juga memiliki
toksisitas yang rendah dibandingkan pelarut lain sehingga aman digunakan
(Rowe, 2009).

D. Acdisol
Acdisol digunakan sebagai penghancur dalam dengan konsentrasi 5%.
Penghancur dalam digunakan untuk memecah granul menjadi partikel kecil yang

11
mudah di absorpsi. Pemilihan konsentrasi tersebut karena konsentrasi acdisol
sebagai penghancur tablet adalah 0,5-5% (Rowe, 2009).

E. Laktosa
Laktosa digunakan sebagai pengisi untuk meningkatkan massa granul atau
fase dalam sehingga dapat dicetak dengan baik. Laktosa memiliki sifat alir yang
baik sehingga dapat meningkatkan sifat alir dari granul (Rowe, 2009).

F. Amprotab
Amprotab digunakan sebagai penghancur luar dengan konsentrasi 5%.
Penghancur luar digunakan untuk memecah tablet menjadi granul. Pemilihan
konsentrasi tersebut karena konsentrasi amprotab sebagai penghancur tablet
adalah 3-25% (Rowe, 2009).

G. Talk
Talk digunakan sebagai glidan dengan konsentrasi 2%. Glidan digunakan
untuk mamperbaiki sifat air sehingga proses filling dari hopeer ke ruang kempa
dapat berjalan dengan baik. Talk memiliki bentuk kristal sehingga sifat alirnya
baik. Pemilihan konsentrasi tersebut karena konsentrasi talk sebagai glidan adalah
1-10% (Rowe, 2009).

H. Magnesium Stearat
Magnesium stearat digunakan sebagai lubrikan dengan konsentrasi 1%.
Lubrikan digunakan untuk mencegah menempelnya tablet pada punch dan die saat
proses injection. Magnesium stearat bekerja dengan menurunkan gaya adhesi
antara tablet dan mesin cetak sehingga tablet tidak menempel pada mesin cetak
dan saat tablet keluar dari mesin cetak. Pemilihan konsentrasi tersebut karena
magesium stearat sebagai lubrikan adalah 0,25-5% (Rowe, 2009).

1.9 Perhitungan dan Penimbangan Tablet


12
Kadar Parasetamol : 250 mg
Bobot Tablet : 500 mg

Tabel 1.10 Perhitungan Tablet


Formula Perhitungan 1 Tablet Perhitungan 300 Tablet

Fase Dalam (92%)


Total Fase Dalam (92%) 92/100 x 500 mg = 460 mg 460 mg x 300 = 138 gram
Paracetamol 250 mg x 1 Tablet = 250 mg 250 mg x 300 = 75 gram
PVP 5% 5/92 x 460 mg = 25 mg 25 mg x 300 = 7,5 gram
Etanol 95 % untuk melarutkan
0,025 gram x 25 mL = 0,625 mL 0,625 mL x 300 = 187,5 mL
PVP (1:25)
Acdisol 5% 5/92 x 460 mg = 25 mg 25 mg x 300 = 7,5 gram
Laktosa q.s 460 mg - (250 + 25 + 26) mg = 160 mg 160 mg x 300 = 48 gram
Fase Luar (8%)
Total Fase Luar (8%) 8/92 x 437 mg = 38 mg 38 mg x 300 = 11,4 gram
Amprotab 5% 5/92 x 437 mg = 23,75 mg 23,75 mg x 300 = 7,125 gram
Talk 2% 2/92 x 437 mg = 9,5 mg 9,5 mg x 300 = 2,85 gram
Mg Stearat 1% 1/92 x 437 mg = 4,75 mg 4,75 mg x 300 = 1,425 gram

 Massa granul sebenarnya = 131,1 gram/300 tablet


= 437 mg/tablet
 Massa granul teoritis = 138 gram/300 tablet
= 460 mg/tablet
Massa granul sebenarnya
 Ʃ Tablet = × Junlah tablet yang dibuat
Massa granul teoritis
131,1 gram
= × 300 tablet
138 gram
= 285 tablet
(Massa granul sebenarnya+Total Fase Luar )
 Bobot/tablet =
Jumlah Tablet
131,1 gram+ 11,4 gram
=
285tablet
= 500 mg/tablet
Massa granul sebenarnya
 Kandungan Zat Aktif = × Dosis Zat Aktif
Massa granul teoritis

13
131,1 gram
= × 75 gram
138 gram
= 571,25 gram/300 tablet
= 237,5 mg zat aktif/tablet

1.10 Prosedur Pembuatan


1.10.1 Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu untuk pembuatan tablet dengan
granulasi basah cara basah berupa alat pencetak, baskom, mesh, oven pencetak
tablet dan timbangan analitik. Untuk bahan disiapkan acdisol, amprotab, etanol
95%, laktosa, Mg stearat, parasetamol, PVP, dan Talk.

1.10.2 Pembuatan Larutan Pengikat


Larutan pengikat dibuat dengan cara zat pengikat PVP sebanyak 7,5 gram
dimasukkan kedalam gelas kimia, kemudian dilarutkan dengan 187,5 mL etanol
95% (PVP larut dalam 25 bagian etanol 95%) kemudian diaduk hingga homogen.

1.10.3 Granulasi Basah Cara Basah


Pertama-tama parcetamol digerus terlebih dahulu hingga halus. Kemudian
ditimbang semua bahan fase dalam yang akan digunakan sesuai dengan
perhitungan yaitu parasetamol yang sudah digerus sebanyak 75 gram, acdisol 7,5
gram, dan laktosa 48 gram. Setelah ditimbang parasetamol, acdisol, dan laktosa
dimasukkan kedalam baskom lalu dicampur dan diaduk hingga homogen. Setelah
homogen dimasukkan larutan pengikat kedalam campuran serbuk sedikit demi
sedikit hingga terbentuk massa basah atau massa granul yang dapat dikempal dan
dipatahkan. Setelah terbentuk, massa granul diayak dengan mesh no. 16 hingga
terbentuk butir-butir granul. Kemudian granul dikeringan dengan menggunakan
oven dengan suhu 60°C selama 5 menit. Setelah 5 menit, granul dikeluarkan dari
oven kemudian dilakukan evaluasi granul yang pertama yaitu uji kelembapan

14
untuk menentukan kadar airnya. Apabila granul telah memenuhi persyaratan,
selanjutnya granul diayak kembali menggunakan mesh no.16. Setelah itu
dilakukan evaluasi granul lainnnya seperti uji sifat alir, uji granulometri dan uji Bj
mampat. Setelah dilakukan evaluasi, granul ditimbang untuk mengetahui jumlah
fase luar yang akan digunakan. Diketahui fase luar yang akan digunakan yaitu
amprotab 7,125 gram, talk 2,85 gram dan Mg stearat 1,425 gram. Selanjutnya
dilakukan proses pencampuran kembali dengan mencampurkan granul dengan
fase luar yang telah ditimbang, lalu campuran diaduk hingga homogen. Setelah
homogen siap dilakukan pencetakan tablet.

1.10.4 Penncetakan Tablet


Pencetakan tablet dilakukan dengan menggunakan mesin pencetak tablet.
Campuran granul dan fase luar dimasukkan ke dalam Hopper sampai penuh.
Sebelum tablet mulai dicetak, mula-mula ukuran tablet diatur dengan memutar
tuas yang ada di belakang mesin. Setelah tuas diputar, katrol diputar untuk
menentukan besar kecilnya ukuran tablet yang akan dibuat. Memutarnya ke arah
bawah akan memperbesar ukuran tablet, dan memutarnya ke arah atas akan
memperkecil ukuran tablet. Pencetakan tablet dapat dilakukan secara otomatis
atau manual. Cara otomatis dapat dilakukan dengan menekan tombol coklat untuk
mengatur kecepatan pencetakan tablet dan cara manual dapat dilakukan dengan
cara memutar tuas yang ada di sebelah kiri mesin. Tablet yang sudah jadi
kemudian dievaluasi.

15
BAB II
EVALUASI

2.1 Evaluasi Granul


2.1.1 Uji Kelembaban
A. Tujuan Pengujian
Mengetahui kadar air dalam granul.

B. Prosedur Pengujian
1. Alat Moisture Analytical Balance dinyalakan dan diatur menjadi 0 gram
dengan cara mengeluarkan tempat granul dan memasukkannya kembali ke
alat dan alat ditutup.
2. Sebanyak 2 gram granul dimasukkan ke dalam alat dan ditutup. Secara
otomatis alat akan menghitung kadar air di dalam alat.
3. Pengujian selesai ketika pada alat terdapat tanda putih dan hitam. Hasil %
yang didapat adalah kadar air dari granul yang diuji.

C. Persyaratan
Granul yang diuji memiliki kelembapan pada rentang 1-3%.

D. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Evaluasi Uji Kelembaban

Formula Kadar Air (%)

Formula 1 1,8%
Formula 2 1,51 %
Formula 3 0,8%

E. Kesimpulan
Granul formula 1 dan formula 2 sudah memenuhi syarat uji kelembapan
karena kadar air yang terdapat pada granul berada pada rentang 1-3%. Sedangkan

16
untuk formula 3 tidak memenuhi syarat uji kelembaoan karena kadar air dalam
granul < 1%. Hal ini tidak dapat diperbaiki pada hasil jadi granulnya, sehingga
harus dilakukan pembuatan granul ulang dengan penambahan pelarut. Granul
yang memiliki kadar air dibawah 1% akan membuat tablet rapuh.

2.1.2 Uji Sifat Alir


A. Tujuan Pengujian
Mengetahui karakteristik sifat alir dari aarnul.

B. Prosedur Pengujian
1. Corong untuk pengujian disiapkan, lalu granul dimasukkan ke dalam
corong. Tutup corong kemudia dibuka bersamaan dengan perhitungan
waktu stopwatch.
2. Setelah granul semuanya turun, stopwatch dihentikan, Waktu yang tertera
pada stopwatch dicatat.
3. Sudut yang terbentuk dapat ditentukan dengan pengukuran puncak
tumpukan granul dan dihitung dengan rumus tanα.

C. Persyaratan
 Granul mengalir dengan baik jika memiliki laju alir 10 g/s.
 Granul termasuk sangat mudah mengalir jika sudut baringnya ada pada
rentang 25-30 derajat, mudah mengalir jika sudut baringnya ada pada
rentang 30-38 derajat, dan kurang mengalir jika sudut baringnya > 38
derajat.

17
D. Hasil Pengamatan
Tabel 2.2 Evaluasi Uji Sifat Alir

Parameter Formula 1 Formula 2 Formula 3


Tinggi (h) 3 cm 3,4 cm 3,6 cm
Diameter (d) 11,76 cm 12 cm 12,76 cm
Jari-Jari (r) 5,88 cm 6 cm 6,38 cm
Sudut Baring 27,022 derajat 29,25 derajat 29,423 derajat
Bobot 50 gram 50 gram 50 gram
Waktu 3 sekon 3,53 sekon 3,11 sekon
Laju Alir 16,667 g/s 14,16 g/s 16,077 g/s

 Formula 3
h
α= tan-1
r
3,6 cm
= tan-1
6,38 cm
= 29,423∘

E. Kesimpulan
Granul formula 1, 2, dan 3 telah memenuhi syarat karena memiliki sudut
baring pada rentang 25-30 derajat. Laju alir dari granul formula 1, 2, dan 3 tidak
memenuhi syarat karena > 10 gram/s, tetapi masih dapat dinyatakan memenuhi
syarat karena sudut baringnya memenuhi syarat.

2.1.3 Uji Distribusi Ukuran Partiket (Granulometri)


A. Tujuan Pengujian
Mengetahui keseragaman ukuran dan bentuk granul yang dihasilkan.

B. Prosedur Pengujian
1. Mesin dinyalakan terlebih dahulu dan pengayak dipastikan bersih. Mesh
disusun dan granul dimasukkan ke dalam mesh. Alat kemudian ditutup.
2. Penyangga diletakkan di atas mesin dan waktu pengayakan diset.
Pengayak akan bergerak secara otomatis.

18
3. Setelah mesin berhenti, semua granul diambil dari setiap mesh. Semua
granul dari setiap mesh masing-masing ditimbang dan dilakukkan
perhitungan uji distribusi ukuran partikel.

C. Persyaratan
Ukuran partikel granul yang baik dan memenuhi syarat ada pada hasil
ayakan mesh 60-80 sebanyak > 40%.

D. Hasil Pengamatan
Tabel 2.3 Evaluasi Uji Distribusi Ukuran Partikel

Ukuran Formula 1 Formula 2 Formula 3


No.
Mesh W (gram) % W (gram) % W (gram) %
1 20 23,91 47,82 32,98 38,8 2,46 3,5
2 40 7,8 15,6 4,90 5,76 13,90 19,86
3 60 2,34 4,68 1,69 1,99 4,76 6,8
4 80 1,66 3,32 1,63 1,92 3,44 4,91
5 100 0,08 0,16 0,03 0,035 0,12 0,17
6 120 0,77 1,54 1,40 1,65 1,79 2,56
7 140 0,24 0,48 0,10 0,12 0,20 0,28
8 Alas / Sisa 0,36 0,72 2,46 2,89 1,83 2,61
W0 = 50 gram W0 = 85 gram W0 = 70 gram
W ( gram)
%= x 100%
Wo( gram)
 Formula 3
W0 = 70 gram
2,46 gram
Mesh 20 : 70 gram × 100% = 3,5%
13,90 gram
Mesh 40 : 70 gram × 100% = 19,86%
4,76 gram
Mesh 60 : 70 gram × 100% = 6,8%

19
3,44 gram
Mesh 80 : 70 gram × 100% = 4,91%
0,12 gram
Mesh 100 : 70 gram × 100% = 0,17%
1,79 gram
Mesh 120 : 70 gram × 100% = 2,56%
0,20gram
Mesh 140 : 70 gram × 100% = 0,28%
1,83 gram
Sisa : 70 gram × 100% = 2,61%

E. Kesimpulan
Dari ketiga formula tersebut tidak ada granul yang memenuhi syarat
granulometri. Pada formula 1 dan 2 granul paling banyak terdapat pada mesh 20
sedangkan pada formula 3 granul terbanyak terdapat pada mesh 40. Masalah ini
dapat ditangani dengan menggerus atau mengayak granul kembali.

2.1.4 Uji Bobot Jenis


A. Tujuan Pengujian
Mengetahui kerapatan granul per satuan volume (g/ml)

B. Prosedur Pengujian
a. Bobot Jenis Mampat
1. Gelas ukur di dalam Tap Density Meter dikeluarkan dari penyangga dan
granul dimasukkan ke dalam gelas ukur. Seteah itu gelas ukur dimasukkan
ke dalam penyangga.
2. Kemudian dilakukan pengaturan bobot granul dan volume massa granul
pada alat. Klik start untuk memulai pengetukan.
3. Nilai yang didapat dari pengetukan awal adalah nilai V1, sedangkan
volume awal sebelum pengetukan adalah V0.

20
4. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian 750 kali pengetukan. Volume
yang didapat adala Vn. Lakukan perhitungan bobot jenis.

b. Bobot Jenis Sejati


1. Piknometer disiapkan dan piknometer kosong ditimbang. Setelah
piknometer kosong ditimbang, piknometer berisi 1 gram granul ditimbang.
Piknometer berisi paraffin liquidum ditimbang, dan yang terakhir
piknometer berisi granul yang dilarutkan paraffin ditimbang.
2. Kemudian dilakukan perhitungan bobot jenis sejati.

C. Persyaratan
1. Kadar pemampatan: granul memenuhi syarat jika kadar pemampatan <
20%.
2. Angka Hausner: granul memenuhi syarat jika angka Hausner mendekati 1.
3. Persen kompresibilitas:
Tabel 2.4 Persyaratan Persen Kompresibilitas

Indeks
No. Kompresibilitas Sifat Alir
(%)
1 < 10 Sangat Baik
2 11-15 Baik
3 16-20 Cukup Baik
4 21-25 Agak Baik
5 26-31 Buruk
6 32-37 Sangat Buruk
Sangat Buruk
7 > 38
Sekali

D. Hasil Pengamatan
a. Bobot Jenis Nyata
Tabel 2.5 Evaluasi Uji Bobot Jenis Nyata

21
Formula W (gram) Vo (mL) ρ (g/mL)

Formula 1 30 68 0,441
Formula 2 30 70 0,43
Formula 3 30 71 0,423

W
ρ= ; dimana W ialah bobot granul (gram) dan Vo ialah volume granul
Vo
sebelum pemampatan (mL)
30 gram
 Formula 3: ρ = 71 ml = 0,423 g/mL

b. Bobot Jenis Mampat


Tabel 2.6 Evaluasi Uji Bobot Jenis Mampat

Formula W (gram) Vn (mL) ρ (g/mL)


500x 30 60 0,5
Formula 1
750 x 30 58 0,517
500 x 30 61 0,49
Formula 2
750 x 30 56 0,53
500 x 30 60 0,5
Formula 3
750 x 30 60 0,5

W
ρ= ; dimana W ialah bobot granul (gram) dan Vn ialah volume granul
Vn
setelah n ketukan (mL)
 Formula 3:
30 gram
ρ500 = 60 ml = 0,5 g/mL
30 gram
ρ750 = 60 ml = 0,5 g/mL

c. Bobot Jenis Sejati


Tabel 2.7 Evaluasi Uji Bobot Jenis Sejati

22
Formula a (gram) b (gram) c (gram) d (gram) ρ (g/mL)

Formula 1 18,47 19,51 28,51 28,24 1,148


Formula 2 19,78 10,74 29,46 29,44 0,87
Formula 3 17,78 18,78 27,08 26,68 1,417

(b−a)
ρ= × BJ cairan pendispersi (Paraffin = 0,85)
( b+d )−(a+ c)
a: bobot piknometer kosong (gram)
b: bobot piknometer + 1 gram granul (gram)
c: bobot piknometer + 1 gram granul + cairan pendispersi (gram)
d: bobot piknometer + cairan pendispersi (gram)
 Formula 3:
(18,78 g - 17,78 g )
ρ = (18,78 g + 26,68 g ) - (17,78 g + 27,08 g ) × 0,85 = 1,417 g/mL

d. Kadar Pemampatan
Tabel 2.8 Evaluasi Kadar Pemampatan

Formula Vo (mL) Vn (mL) Kadar Pemampatan (%)


500x 68 60 11,765
Formula 1
750 x 68 58 14,706
500 x 70 61 12,857
Formula 2
750 x 70 56 20
500 x 71 60 15,493
Formula 3
750 x 71 60 15,493

Vo−Vn
% Kp = × 100 %
Vo
Vo : Volume granul sebelum dimampatkan (mL)
V750 dan V500 : Volume granul setelah diketuk 500× dan 750× (mL)
 Formula 3:
71 ml - 60 ml
% Kp 500 = 71 ml × 100% = 15,493 %

23
71 ml - 60 ml
% Kp 750 = 71 ml × 100% = 15,493 %

e. Angka Haussner
Tabel 2.9 Evaluasi Angka Haussner

Formula B0 (g/mL) Bn500 (g/mL) H

Formula 1 0,441 0,5 1,134


Formula 2 0,43 0,49 1,139
Formula 3 0,0423 0,5 1,182

Bn
H = ; dimana Bn ialah BJ setelah pemampatan dan Bo ialah BJ
Bo
sebelum pemampatan.
 Formula 3:
0,5 g/ml
H500= 0,423 g/ml = 1,182

f. Persen Kompresibilitas
Tabel 2.10 Evaluasi Persen Kompresibilitas

Formula BJ Mampat BJ Nyata %K

Formula 1 0,509 0,441 13,360


Formula 2 0,51375 0,4285 16,59
Formula 3 0,5 0,423 15,4

BJ mampat −BJ nyata


%K= × 100%
BJ mampat
 Formula 3:
0,5 g/ml - 0,423 g/ml
%K= 0,5 g/ml × 100% = 15,4%

E. Kesimpulan
1. Kadar pemampatan

24
Kadar pemampatan granul dari ketiga formula di atas sudah memenuhi
syarat karena kadar pemampatannya < 20%.
2. Angka Haussner
Granul dari ketiga formula tersebut sudah memenuhi syarat karena angka
Haussne granul dari formula 1, 2, dan 3 mendekati 1.
3. Persen Kompresibilitas
Granul dari ketiga formula yang diuji memiliki sifat alir yang baik dilihat
dari persen kompresibilitasnya yang berada pada rentang 11-15%.

25
BAB III
PEMBAHASAN DAN EVALUASI

3.1 Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian granul dengan metode
pembuatan granulasi basah. Granulasi basah adalah metode pembuatan tablet
dengan pencampuran fase dalam tablet terlebih dahulu dengan pengikat yang
basah, digranulasi lalu dicampurkan dengan fase luar tablet, lalu dicetak menjadi
tablet. Granulasi basah digunakan karena zat aktif dan beberapa zat tambahan
pada formula diatas memiliki laju alir yang buruk sehingga tidak memungkinkan
untuk digunakan metode kempa langsung. Pembagian fase luar dan fase dalam
dilakukan berdasarkan fungsi dan karakteristik setiap zat. Fase dalam biasanya
terdiri dari zat aktif, zat pengisi, dan zat pengikat yang tahan terhadap suhu tinggi
dalam waktu lama karena pada proses pembuatan granulasi basah, pemanasan
dalam oven untuk menghilangkan air dilakukan setelah terbentuk granul. Fase luar
adalah zat eksipien yang berfungsi untuk membantu proses pengempaan tablet,
yaitu zat pelincir dan zat eksipien lain yang tidak tahan pemanasan dalam waktu
lama. (Ansel, 1989).
Tablet yang akan dibuat pada praktikum kali ini adalah tablet parasetamol.
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara
kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP).
Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan
tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam
sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas. (Lusiana, 2002).
Parasetamol sebagai zat aktif dengan efek farmakologis sebagai antipiretik dan
analgetik. Tablet parasetamol dibuat dengan cara metode granulasi basah karena
parasetamol mempunyai sifat alir yang kurang baik serta tahan terhadap
pemanasan dan stabil terhadap lembab. Selain itu, dengan menggunakan metode
granulasi basah, akan dihasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lebih
lama dibanding dengan cara granulasi kering. Ada 2 cara teknik pembuatan granul
pada metode granulasi basah, yaitu pembuatan dengan cara basah dan cara kering.

26
Perbedaan pada kedua cara pembuatan tersebut adalah penambahan larutan
pengikatnya. Pada cara basah, pengikat dilarutkan terlebih dahulu kedalam pelarut
pengikat kemudian ditambahkan kedalam komponen fasa dalam tablet. Pada cara
kering, pengikat dicampurkan dengan komponen fasa dalam lainnya, kemudian
ditambahkan pelarut pengikat kedalamnya. Pada praktikum kali ini dilakukan
dengan menggunakan metode granulasi basah dengan cara kering. Pada proses
pembuatan tablet diperlukan zat tambahan. Zat tambahan pada tablet dapat berupa
pengisi, penghancur, pengikat, glidan dan lubrikan. Pada formula tablet dengan
cara granulasi terbagi menjadi 2 fasa yaitu fasa dalam dan fasa luar. Fasa dalam
biasanya terdiri dari zat aktif, pengikat, penghancur dalam, pengisi, yang tahan
terhadap suhu tinggi dalam waktu lama, karena dilakukan pengeringan dalam
oven untuk menghilangkan air dalam granul yang terbentuk. Sedangkan fasa luar
adalah zat tambahan yang berfungsi untuk membantu proses pengempaan tablet,
biasanya terdiri dari penghancur luar, glidan dan lubrikan.
Zat tambahan/eksipien yang digunakan pada formula kali ini adalah
amprotab, PVP, etanol 95%, laktosa, Mg. Stearat dan Talkum. Amprotab terdiri
dari amilosa linier dan amilopektin bercabang, dua polisakarida yang didasarkan
pada a-(D)-glucose. Kedua polimer disusun dalam struktur semikristalin, dan
dalam granula pati, amilopektin membentuk bagian kristal dan memiliki fungsi
sebagai penghancur tablet. Amprotab adalah salah satu penghancur tablet yang
paling umum digunakan pada konsentrasi 3-25% b/b konsentrasi lazimnya sampai
15% (Rowe, 2009). Bahan penghancur dalam formulasi tablet dapat mempercepat
waktu hancur dan mudah melarutkan bahan tambahan lain dalam tablet. Bahan
penghancur yang digunakan yaitu amprotab (amilum pro tablet) karena memiliki
sifat aksi kapiler yang dapat menyebabkan cairan tertarik ke dalam tablet sehingga
cairan medium menembus tablet. Mekanisme ini berlawanan dengan mekanisme
dari bahan pengikat yang akan membantu tablet untuk hancur. Amprotab juga
merupakan bahan yang mudah didapatkan dan ekonomis (Voigt, 1994).
PVP digunakan sebagai bahan pengikat dengan konsentrasi 0,5-5%. PVP
memberikan gaya kohesif yang cukup pada serbuk antar partikel eksipien
sehingga membentuk struktur tablet yang kompak dan kuat setelah pencetakan.

27
dapat membentuk ikatan kompleks dengan bebagai molekul obat sehingga banyak
obat-obat yang kelarutannya meningkat dengan adanya PVP, dimana ikatan PVP
lebih lemah sehingga lebih mudah melepaskan obatnya. Tidak mengeras selama
penyimpanan (Anwar, 2012).
Laktosa digunakan sebagai pengisi untuk membuat bobot tablet sesuai
dengan yang tercantum pada formula. Laktosa memiliki rasa yang manis,
sehingga bisa digunakan untuk menutupi rasa pahit dari zat aktif. (Dirjen POM,
2014).
Etanol 95% digunakan sebagai pelarut pengikat PVP, karena PVP sangat
mudah larut dalam etanol 95%. Selain itu, kelebihan dari etanol ini mudah
menguap dan memiliki toksisitas yang rendah dibanding pelarut lain. (Dirjen
POM, 2014).
Magnesium stearat banyak digunakan dalam kosmetik, makanan, dan
formulasi farmasi. Ini terutama digunakan sebagai lubrikan dalam pembuatan
kapsul dan tablet pada konsentrasi antara 0,25% dan 5,0% b/b (Rowe, 2009).
Karena memiliki gaya adhesi yang baik sehingga mengurangi gesekan antar
partikel antara permukaan tablet dengan di dinding die dan mempermudah
pengeluaran tablet dari alat cetak. Memiliki mekanisme lubrikan dengan
menyelimuti antar partikel yang dihasilkan oleh sifat menempel pada gugus polar
molekul dengan karbon rantai panjang pada permukaan logam dinding dies
(Anwar, 2012).
Talk digunakan sebagai glidan dengan konsentrasi 1-10% (Rowe, 2009)
untuk meningkatkan daya alir dari hoper ke cetakan sehingga mengurangi gesekan
antar partikulat dari sistem secara menyeluruh. Seperti lubrikan, glidan diperlukan
pada permukaan partikel sehingga harus dalam keadaan halus dan secara tepat
dimasukkan ke dalam campuran massa tablet.
Formula yang digunakan untuk pembuatan tablet parasetamol adalah untuk
fase dalam ada parasetamol 250 mg sebagai zat aktif, acdisol 5% sebagai
penghancur tablet, PVP 5% sebagai pengikat tablet, etanol 95% qs sebagai
pelarut, dan laktosa qs sebagai pengisi. Sedangkan untuk fase luar, Talcum 2%

28
sebagai glidan, Mg Stearat 1% sebagai lubrikan dan amprotab 5% sebagai
penghancur luar.
Percobaan dilakukan dengan pertama-tama parcetamol digerus terlebih
dahulu hingga halus. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses pengayakan
dimana diharapkan dapat menjadi seragamnya ukuran partikel dari semua bahan.
Dilakukan pengayakan, hal ini bertujuan agar tidak ada bahan yang menggumpal
dan seragamnya ukuran partikel dari bahan. Kemudian ditimbang semua bahan
fase dalam yang akan digunakan sesuai dengan perhitungan yaitu parasetamol
yang sudah digerus sebanyak 75 gram, acdisol 7,5 gram, dan laktosa 48 gram.
Setelah ditimbang parasetamol, acdisol, dan laktosa dimasukkan kedalam baskom
lalu dicampur dan diaduk hingga homogen. Setelah homogen dimasukkan larutan
pengikat kedalam campuran serbuk sedikit demi sedikit hingga terbentuk massa
basah atau massa granul yang dapat dikempal dan dipatahkan. Setelah terbentuk,
massa granul diayak dengan mesh no.16 hingga terbentuk butir-butir granul.
Kemudian granul dikeringan dengan menggunakan oven dengan suhu 60°C
selama 5 menit yang merupakan suhu optimal yang digunakam. Setelah 5 menit,
granul dikeluarkan dari oven kemudian dilakukan evaluasi granul yang pertama
yaitu uji kelembapan untuk menentukan kadar airnya. Apabila granul telah
memenuhi persyaratan, selanjutnya granul diayak kembali menggunakan mesh
no.16. Setelah itu dilakukan evaluasi granul lainnnya seperti uji sifat alir, uji
granulometri dan uji Bj mampat. Setelah dilakukan evaluasi, granul ditimbang
untuk mengetahui jumlah fase luar yang akan digunakan. Diketahui fase luar yang
akan digunakan yaitu amprotab 7,125 gram, talk 2,85 gram dan Mg stearat 1,425
gram. Selanjutnya dilakukan proses pencampuran kembali dengan mencampurkan
granul dengan fase luar yang telah ditimbang, lalu campuran diaduk hingga
homogen. Setelah homogen siap dilakukan pencetakan tablet. Pencetakan tablet
dilakukan dengan menggunakan mesin pencetak tablet. Campuran granul dan fase
luar dimasukkan ke dalam Hopper sampai penuh. Sebelum tablet mulai dicetak,
mula-mula ukuran tablet diatur dengan memutar tuas yang ada di belakang mesin.
Setelah tuas diputar, katrol diputar untuk menentukan besar kecilnya ukuran tablet
yang akan dibuat. Memutarnya ke arah bawah akan memperbesar ukuran tablet,

29
dan memutarnya ke arah atas akan memperkecil ukuran tablet. Pencetakan tablet
dapat dilakukan secara otomatis atau manual. Cara otomatis dapat dilakukan
dengan menekan tombol coklat untuk mengatur kecepatan pencetakan tablet dan
cara manual dapat dilakukan dengan cara memutar tuas yang ada di sebelah kiri
mesin. Tablet yang sudah jadi kemudian dievaluasi.
Tahap selanjutnya dilakukan uji evaluasi guna mengetahui kelayakan suatu
formula, ada pun evaluasi yang di lakukan adalah uji kelembaban, uji sifat alir, uji
granulometri, dan uji bobot jenis.
Uji kelembaban memiliki tujuan untuk mengetahui kadar air atau
kelembaban pada massa granul, persen kadar air pada massa serbuk sangat
mempengaruhi sifat stabilitas dari zat aktif saat proses pembuatan tablet. Kadar air
yang rendah menyebabkan granul akan mudah rapuh dan mudah hancur.
Sedangkan kadar air yang tinggi dapat menyebabkan granul akan menjadi terlalu
basah, granul menempel pada mesin dan meningkatkan resiko pertumbuhan
mikroba. (Kalalo, 2019). Pada uji kelembaban terbentuknya jembatan padat, yang
dapat terjadi pada saat granul basah atau penambahan bahan tambahan yang
mempunyai titik lebur rendah. Prinsip dari uji kelembaban adalah menetapkan
kadar air dalam kandungan massa granul ini melalui proses pemanasan
menggunakan alat yaitu Moisture Analytical Balance. Pada formula 1 diperoleh
kadar air sebesar 1,8%, formula 2 diperoleh kadar air sebesar 1,51% dan formula
3 diperoleh kadar air sebesar 0,8%. Kadar air yang baik adalah 1-3%, maka
formula 1 dan 2 memenuhi persyaratan uji kelembaban, sedangkan formula 3
tidak memenuhi persyaratan uji kelembaban karena kadar air yang diperoleh < 1%
(Murtini, 2018). Pengukuran kadar air dipengaruhi oleh suhu pengeringan.
Semakin tinggi suhu pengeringan granul, maka kadar airnya semakin kecil.
Sebaliknya, semakin rendah suhu pengeringan granul maka kadar airnya semakin
besar (Kalalo, 2019)
Uji sifat alir terdiri dari uji sifat alir dan uji sudut baring. Uji sifat alir
memiliki tujuan untuk mengetahui karakteristik sifat alir dari massa granul. Sifat
alir granul sangat berpengaruh pada proses masuknya granul ke alat kempa,
apabila sifat alirnya buruk akan menyebabkan aliran granul dari hopper ke dalam

30
die tidak sempurna sehingga bobot tablet yang dihasilkan tidak kostan. Prinsip
dari uji sifat alir adalah menetapkan bobot serbuk yang keluar dari alat uji per
satuan waktu (gram/detik) menggunakan alat Flow Tester berdasarkan pada
kecepatan alir, dimana ditentukan dari bobot serbuk yang keluar dari alat uji per
satuan waktu (g/s). Pengukuran laju alir dilakukan dengan memasukan granul ke
dalam corong yang dipastikan pada bawah penutup corong dalam keadaan
tertutup, kemudian ketika massa serbuk dikeluarkan dari dalam corong dihitung
waktu keluarnya granul dari dalam corong dengan menggunakan stopwatch dari
terbukanya corong hingga serbuk mengalir seluruhnya. Hasil pengujian pada
formula 1 memiliki laju alir 16,667 g/s; formula 2 memiliki laju alir 14,16 g/s; dan
formula 3 memiliki laju alir 16,077 g/s. Granul yang baik memiliki laju alir
maksimal 10 g/s, maka formula 1, 2, dan 3 tidak memenuhi persyaratan laju alir.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bentuk partikel, ukuran
partikel, dan kadar air. Laju alir dapat diperbaiki melalui penambahan bahan
pelican yang menurunkan gesekan antar partikel (Aulton, 1988). Selanjutnya
dilakukan pengujian sudut baring yang dilihat dari jari-jari dan tinggi granul pada
milimeter blok di bawah corong. Sudut baring merupakan sudut yang terbentuk
dari timbunan granul terhadap suatu bidang datar. Sudut baring biasanya
dipengaruhi oleh gaya tarik dan gaya gesek antar partikel campuran pada waktu
alir, jika gaya tarik dan gesek kecil maka sudut diamnya akan kecil. Hasil
pengujian pada formula 1 memiliki sudut baring 27,022°; formula 2 memiliki
sudut baring 29,25°; dan formula 3 memiliki sudut bering 29,423°. Granul yang
baik memiliki sudut baring < 38° maka formula 1, 2 dan 3 telah memenuhi
persyaratan karena memiliki sudut baring pada rentang 25-30º dengan granul
sangat mudah mengalir (Murtini, 2018; Voigt, 1995).
Uji distribusi ukuran partikel bertujuan untuk menentukan keseragaman
dan distribusi dari ukuran granul. Ukuran partikel dapat mempengaruhi
kemampuan laju alir suatu serbuk. Semakin halus ukuran partikel maka laju alir
akan berkurang. Hal ini disebabkan karena daya kohesivitas antarpartikel semakin
besar (Lachman, 2008). Distribusi ukuran partikel berpengaruh pada proses
pencetakan tablet, apabila ukuran granul terlalu beragam akan menyebabkan

31
bobot tablet juga akan beragam. Prinsip dari uji distribusi granul adalah persentase
granul pada setiap ayakan menggunakan ayakan bertingkat. Hasil pengujian pada
formula 1 persentase granul terbanyak ada pada mesh 20 yaitu 47,82%; formula 2
persentase granul terbanyak ada pada mesh 20 yaitu 38,8%; dan formula 3
persentase granul terbanyak ada pada mesh 40 yaitu 19,86%. Ukuran partikel
granul yang baik harus memiliki persentase terbanyak pada mesh 60 dan 80
sebanyak ≥ 40%, maka formula 1, 2, dan 3 tidak memenuhi persyaratan ukuran
partikel karena ukuran partikel terlalu besar. Hal ini terjadi karena proses
granulasi dilakukan dengan menggunakan ayakan mesh 20 sehingga granul yang
terbentuk dominan berada pada ukuran rentang tersebut. Namun granul yang
terbentuk tidak terdistribusi merata. Sehingga perlu dilakukan pengayakan ulang
untuk memperkecil ukuran partikel (Kurniati, 2017).
Uji bobot jenis terdiri dari uji bobot jenis nyata, bobot jenis mampat, dan
bobot jenis sejati, untuk mendapatkan nilai kadar pemampatan, perbandingan
haussner, dan persen kompresibilitas. Uji bobot jenis bertujuan untuk menentukan
pemampatan atau kompresibilitas dari granul. Prinsip pengujian dengan
menentukan nilai kemampatan dan kompresibilitas dengan menentukan densitas
atau kerapatan massa granul per satuan volume (g/mL) berdasarkan pengujian BJ
sejati, BJ nyata, dan BJ mampat dengan menggunakan alat Tapped Density Tester.
Bobot jenis nyata didapatkan dari perbandingan bobot granul dan volume granul
sebelum dilakukan pemampatan, hasil yang didapatkan pada formula 1 adalah
0,441 g/mL, formula 2 adalah 0,428 g/mL, dan formula 3 adalah 0,422 g/mL.
Semakin besar konsentrasi bahan pengikat maka ukuran partikel menjadi kecil.
Partikel yang besar akan menghasilkan kerapatan yang kecil, sedangkan partikel
dengan ukuran yang lebih kecil akan membentuk massa dengan kerapatan yang
lebih besar (Kalalo, 2019).
Bobot jenis mampat didapatkan dari perbandingan bobot granul dan
volume granul sebelum dilakukan pemampatan atau diketuk sebanyak 500 kali,
hasil yang didapatkan pada formula 1 adalah 0,5 g/mL (500×), formula 2 adalah
0,491 g/mL (500×), dan formula 3 adalah 0,5 g/mL (500×). Tujuan dari
perhitungan bobot jenis mampat yaitu untuk mengetahui kompresibilitas granul

32
yang memenuhi kekerasan dan kerapuhan tablet. Bobot jenis mampat tergantung
pada bentuk partikel, bentuk granul yang seragam dapat memudahkan granul
menjadi bentuk mampatnya karena rongga antar granul semakin sedikit. Bila
ukuran granul bertambah besar, maka kecepatan bulk menurun. Granul lebih kecil
dapat dengan mudah membentuk massa yang kompak daripada granul yang besar
(Kalalo, 2019).
Bobot jenis sejati adalah bobot jenis granul sebenarnya yaitu bobot granul
dibagi volume granul tanpa adanya pori granul sehingga hanya didapatkan bobot
jenis dari granul saja. Perhitungan bobot jenis sejati dilakukan untuk mengetahui
apakah granul mengapung, melayang atau tenggelam dalam suatu pelarut. Pelarut
yang digunakan yaitu paraffin cair karena merupakan pelarut yang tidak dapat
melarutkan granul yang dibuat sehingga granul tersebut bisa dilihat apakah
mengapung, melayang, atau tenggelam. Hasil yang didapatkan pada formula 1
adalah 1,148 g/mL, formula 2 adalah 0,867 g/mL, dan formula 3 adalah 1,417
g/mL (Wahyuni, 2016). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dari ketiga
formulasi hanya formula 1 dan 3 yang tenggelam karena bobot jenis sejati yang
didapatkan lebih besar dari bobot jenis air yaitu 1 g/ml. Perbedaan nilai bobot
jenis sejati yang diperoleh dari masing-masing formula disebabkan karena
perbedaan jumlah ruang kosong intra partikel. Semakin tinggi bobot jenis sejati
yang diperoleh maka semakin banyak ruang intra partikelnya (Kalalo, 2019).
Dari hasil bobot jenis nyata dan bobot jenis mampat dapat dicari kadar
pemampatan, angka Haussner, dan persen kompresibilitas. Penentuan kadar
pemampatan dilakukan untuk mengetahui persentase kemampatan granul terhadap
volume awal, hasil yang didapatkan pada formula 1 adalah 11,765% (500×),
formula 2 adalah 12,857% (500×), dan formula 3 adalah 15,493% (500×). Kadar
pemampatan granul yang baik adalah ≤ 20%, maka formula 1, 2 dan 3 memenuhi
syarat karena karena kadar pemampatan yang diperoleh ≤ 20%. (Voight, 1994).
Selanjutnya dilakukan penentuan angka Haussner untuk mengetahui
perbandingan bobot jenis setelah pemampatan dan bobot jenis sebelum
pemampatan, hasil yang didapatkan pada formula 1 adalah 1,134 (500×), formula
2 adalah 1,139 (500×), dan formula 3 adalah 1,182 (500×). Angka Haussner

33
granul yang baik adalah mendekati 1 dengan batas atas dan bawah 0,5; maka
formula 1, 2 dan 3 memenuhi syarat karena angka Haussner kurang dari 1,5
(Voight, 1994).
Selanjutnya dilakukan penentuan persen kompresibilitas untuk mengetahui
kemampuan granul untuk dikompres menjadi sediaan tablet juga berkaitan dengan
sifat alir karena semakin tinggi kemampuan granul saat dikempa maka akan
semakin buruk sifat alirnya, hasil yang didapatkan pada formula 1 adalah
13,360%, formula 2 adalah 16,59%, dan formula 3 adalah 15,4%. Persen
kompresibilitas granul yang baik adalah ≤ 20, maka formula 1, 2 dan 3 memenuhi
persyaratan karena persen kompresibilitas < 20 (Murtini, 2018; Wahyuni, 2016).
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ketiga formula mempunyai aliran baik
hingga cukup baik (Aulton, 2007).
Dari pemaparan hasil evaluasi granul tersebut tablet dengan formula 1
lebih baik dibandingkan formula 2 dan 3. Pada formula 1 evaluasi yang memenuhi
syarat terdiri dari kadar air, sudut baring, kadar pemampatan, angka Haussner, dan
persen kompresibilitas. Pada formula 2 evaluasi yang memenuhi syarat terdiri dari
kadar air, sudut baring, kadar pemampatan, angka Haussner, dan persen
kompresibilitas. Formula 1 memiliki hasil evaluasi lebih baik dibandigkan
formula 2 dilihat dari angka hasil evaluasi. Pada formula 3 evaluasi yang
memenuhi syarat terdiri dari sudut baring, kadar pemampatan, angka Haussner,
dan persen kompresibilitas.

3.2 Kesimpulan
1. Prinsip pembuatan granul dan tablet parasetamol dengan metode granulasi
basah yaitu dengan melakukan pencampuran zat aktif dan eksipien dengan
penambahan cairan pengikat sehingga menghasilkan aglomerat atau
granul. Pada proses pembentukkan granul maka akan terbentuk jembatan-
jembatan kristalin dan struktur oleh pengikat selama proses pengeringan
dan terjadinya proses penghancuran juga pengikatan partikel-partikel
selama proses kompaksi

34
2. Proses pembuatan granul parasetamol dilakukan dengan mencampurkan
semua fase dalam dengan larutan pengikat, sedangkan proses pembuatan
tablet parasetamol dilakukan dengan mencampurkan granul dan fase luar
yang dicetak menjadi tablet
3. Dari ketiga formula yang ada, bahwaformula yang paling baik adalah
formula 1, karena dilihat dari evaluasi granul yaitu pada formula 1
evaluasi yang memenuhi syarat terdiri dari kadar air, sudut baring,
kadar pemampatan, angka Haussner, dan persen kompresibilitas telah
memenuhi persyaratan, sedangkan formula 2 dan 3 memiliki hasil
granul yang kurang baik apabila dibandingkan dengan formula 1.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Penerjemah: F. Ibrahim.


Edisi ke-4. Universitas Indonesia, Jakarta.
Anwar, dan Effionora. (2012). Eksipien dalam Sediaan Farmasi. Dian Rakyat,
Jakarta.
Aulton, M. E. (1988). Aulton’s Pharmaceutic: The Science of Dosage Form
Design, Second Edition. Churchill Livingstone, New York.
Aulton, M. E. (2007). Aulton’s Pharmaceutic: The Science of Dosage Form
Design, Third Edition. Churchill Livingstone, New York.
BPOM RI. (2018). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2018 tentang Penerapan 2D
Barcode Dalam Pengawasan Obat dan Makanan. Badan Pengawas Obat
dan Makanan, Jakarta.
Dirjen POM. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi V. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Dirjen POM. (2020). Farmakope Indonesia, Edisi VI. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Kalalo, T., Yamlean, P. V. Y., dan Citraningtyas, G. (2019). Pengaruh
Penggunaan Pati Kulit Nanas (Ananas comosus (L.,) Merr.) Sebagai Bahan
Pengikat Pada Granul CTM. PHARMACON, Vol. 8 No. 1.
Kurniati, D. E., Ardana, M., dan Rusli, R. (2017). Formulasi Sediaan Tablet
Parasetamol Dengan Pati Buah Sukun (Artocaprus communis) Sebagai
Pengisi. Proceeding of the 5th Mulawarman Pharmaceuticals Conferences,
Vol. 5, p. 88-99.

35
Lachman, L., Lieberman, H. A., dan Kanig, J. L. (2008). Teori dan Praktek
Farmasi Industri. Edisi III. UI Press, Jakarta.
Lusiana, Darsono. (2002). Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan
Parasetamol. Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
Murtini, G. dan Yetri, E. (2018). Bahan Ajar Farmasi Teknologi Sediaan Solid.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Pubchem. (2021). (https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Croscarmellose)
(Diakses pada 5 April 2021).
Rowe, R. C. et al. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.
Rowe, R. C, et al. (2017). Handbook of Pharmaceutical Excipients, 8th Ed. The
Pharmaceutical Press, London.
Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V. Penerjemah:
Soendari Noerono. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V. Penerjemah:
Soendari Noerono. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Wahyuni. (2016). Pemanfaatan Pati Umbi Tire (Amorphophallus anchopillus)
Sebagai Bahan Pengikat Tablet Parasetamol Dengan Metode Granulasi
Basah. Skripsi. Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Islam Negeri Aluddin Makassar.

36
LAMPIRAN

A. Kemasan Sekunder
A.

FIYUNADOLTablet

KOMPOSISI : ATURAN PAKAI :


Tiap tablet mengandung - Dewasa dan anak >12 tahun :
1 tablet 3-4 kali sehari
Paracetamol…………250mg
- Anak-anak 6-12 tahun : ½ - 1
INDIKASI : tablet 3-4 kali sehari
FIYUNADOL Meringankan sakit kepala, FIYUNADOL - Atau sesuai petunjuk dokter
PARACETAMOL 250 sakit gigi, dan menurunkan PARACETAMOL 250
mg TABLET mg ATURAN SIMPAN :
demam TABLET Simpan pada suhu dibawah 30o
3 Blisters @ 10 tablet KONTRA INDIKASI : 3 Blisters @ 10 tablet dan terlindung dari cahaya
Tidak boleh digunakan untuk No. Reg : GKL4136800099A1
Batch no : 2140099A
penderita gangguan fungsi
Mfg. Date : Juli 2021
hati yang berat dan penderita
Exp. Date : Juli 2022
hipersensitif terhadap ini
Diproduksi oleh
PT. PHARMA CARE
BANDUNG-INDONESIA

PT. PHARMA CARE PT. PHARMA CARE


BANDUNG-INDONESIA BANDUNG-INDONESIA

FIYUNADOL Tablet

B. Etiket

ATURAN PAKAI :
KOMPOSISI :
- Dewasa dan anak >12 tahun : 1
Tiap tablet mengandung
Paracetamol………………250mg
FIYUNADOL tablet 3-4 kali sehari
- Anak-anak 6-12 tahun : ½ - 1 tablet 3-
INDIKASI : 4 kali sehari
Atau sesuai petunjuk dokter
Meringankan sakit kepala,
ATURAN SIMPAN :
sakit gigi, dan menurunkan
Simpan pada suhu dibawah 30o dan
demam terlindung dari cahaya
No. Reg : GKL4136800099A1
KONTRA INDIKASI : Batch no : 2140099A
Netto
Tidak boleh digunakan untuk
penderita gangguan fungsi 3 Blisters @ 10 tablet
Diproduksi oleh
hati yang berat dan penderita
PT. PHARMA CARE
hipersensitif terhadap ini BANDUNG-INDONESIA
BANDUNG-INDONESIA

37
C. Brosur

PERINGATAN DAN PERHATIAN :

- Hati hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit ginjal

BANDUNG-INDONESIA

38
Pembagian Laporan
1. Nama dan kekuatan sediaan, prinsip percobaan, tujuan percobaan,
preformulasi zat aktif, preformulasi zat tambahan = Rise
2. Preformulasi wadah kemasan, analisis pertimbangan formula, formula =
Ulfah
3. Perhitungan dan penimbangan, prosedur pembuatan = Anindi
4. Evaluasi dan data pengamatan = Diva
5. Pembahasan dan Kesimpulan = Alpha, Akbar, Nursetia
6. Kemasan, etiket, brosur = Riske

39

Anda mungkin juga menyukai