PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya tedispersi dalam
cairan lain dalam bentuk tetesan kecil (Dirjen POM, 1995; 6).
tercampur biasanya mengandung air dan minyak, dimana cairan yang saat
terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan lain (Purwatiningrum, 2012; 1).
Sediaan emulsi selain dikenal sebagai sediaan cair juga dapat berupa
sediaan setengah padat. Penggunaan sediaan ini, pada saat ini makin populer
karena dapat digunakan untuk pemakaian dalam maupun untuk pemakaian luar.
Emulsi merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari dua cairan yang tidak
mau bercampur, dimana cairan yang lain dalam bentuk butir-butir halus karena
karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase
terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air
dalam minyak. Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase
terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa,
sistem ini disebut sistem emulsi air dalam minyak (Syamsuni, 2006; 67).
dibutuhkan oleh semua emulsi. Oleh karena itu, sering digunakan emulgator
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
surfaktan yang cocok. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang
tidak tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi
menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dalam praktikum ini akan
tetesan dalam fase air dan diistilahkan emulsi minyak dalam air.
2. A/M (air/minyak) Jika air adalah fase terdispersi dan minyak adalah medium
aktif.
Dalam tipe emulsi ini, dihadirkan 3 fase yang disebut bentuk emulsi
A/M/A atau M/A/M. Emulsi mana yang terjadi, tergantung dari emulgatornya.
Jika emulgator larut dalam air, maka terbentuk emulsi O/W. Jika emulgator larut
dalam minyak maka terbentuk emulsi W/O. Sedangkan tipe-tipe emulsi menurut
fase air, fase kontinyu, maka emulsi disebut minyak dalam air (M/A). Jika minyak
merupakan fase kontinyu, emulsi merupakan tipe air dalam minyak (Lachman,
1994; 1030).
A/M atau sebaliknya (inversi). Dua tipe emulsi tambahan yang digolongkan
sebagai emulsi ganda, tampaknya diterima oleh para ahli kimia. Secara
keseluruhan memungkinkan untuk membuat emulsi ganda dengan karakteristik
minyak dalam air dalam minyak (M/A/M) atau air dalam minyak dalam air
(A/M/A).
zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain.
2. Fase eksternal/fase kontinu/fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair dalam
emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi tersebut.
emulsi.
dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis,
cracked (pecahan) dan bagian terdistribusi di dalam fase internal adalah bahan
yang harus selalu dikocok dalam mikstura. Sedangkan, menurut Ansel (1989:
sebagai berikut:
yang dihasilkan pada dispersi. Peranan zat pengemulsi sebagai batang antarmuka
adalah yang paling penting. Ini dapat dilihat dengan jelas bila seseorang
memperhatikan bahwa banyak polimer dan padatan yang terbagi halus, tidak
yang baik sekali, bertindak untuk mencegah penggabungan dan berguna sebagai
zat pengemulsi.
2. Pembentuk Lapisan Antarmuka
tetesan air atau minyak tidak dipelajari secara terperinci. Pengertian dari suatu
molekul amfifilik untuk mengatur dirinya pada suatu antarmuka air, minyak dan
bagian hidrofilik pada fase air. Juga sudah ditetapkan dengan baik bahwa zat aktif
3. Penolakan Elektrik
emulsi W/O, maka gugus hidrofil akan ke fase air sedangkan gugus lipofil akan ke
fase minyak, sehingga HLB besar artinya surfaktan bersifat hidrofil,dan HLB
stabilitas fisik. Hal ini dapat menyebabkan padatan dapat bekerja sebagai
indikator, zat ini larut dalam air, bila emulsi terwarnai seragam maka termasuk
emulsi tipe o/w karena mediumnya berupa air. Untuk emulsi dengan emulgator
kombinasi tween 80 dan span 80 didapatkan hasil warna seragam biru ini
menunjukkan bahwa emulsi ini termasuk emulsi tipe o/w. Sedangkan untuk
saring dan membentuk cincin air disekeliling tetesan maka termasuk emulsi tipe
o/w karena medium dispersnya berupa air sehingga jumlah air lebih banyak
dibanding jumlah air sehingga bisa membentuk cincin. Baik untuk emulsi dengan
emulsi tipe o/w. Ada hasil yang berbeda pada emulsi dengan emulgator Na-CMC
dari metode pewarnaan dengan metode cincin, hal ini bisa disebabkan emulsi
yang belum homogen dan stabil saat dilakukan pengamatan (Lachman, 1994;
1036-1037).
1. Maksud Percobaan
yang baik dan benar, hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pembuatan
2. Tujuan Percobaan
C. Prinsip Percobaan
menggunakan zat aktif oleum ricini, gom arab sebagai emulgator, sorbitol sebagai
pemanis dan natrium benzoat sebagai pengawet, dan aqua destilata sebagai bahan
FORMULASI
A. Formula Asli
Oleum Ricini
B. Rancangan Formula
Nama Produk : ERICIN
Jumlah Produk : 10 botol
Tanggal Formulasi : 17 Oktober 2019
Tanggal Produksi : 17 Oktober 2020
No. Registrasi : DBL 1902300332
No. Batch : E 20023003
Komposisi : Tiap 10 ml mengandung
Oleum Ricini 36 ml
Gom Arab 10 %
Natrium Benzoat 0,1 %
BHT 0,2 %
Sorbitol 20%
Na-CMC 0,25 %
Aquadest ad 100 ml
C. Master Formula
Diproduksi Tanggal Formulasi Tanggal Dibuat Disetujui
oleh Produksi Oleh Oleh
Nur
PT. K-Girls 17/10/2019 17/10/2020 KLP 1
Rahmadani
Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Perbotol Perbatch
01 – Ol.RI Oleum Ricini Zat aktif 36 ml 360 ml
02 – GOM Gom Arab Emulgator 11, 98 g 119, 85 ml
03 – Nat.Ben Natrium Benzoat Pengawet 0,1 g 1 ml
04 – BHT Butylhidroxytoluena Antioksidan 0,2 g 2 ml
05 - NaCMC Na – CMC Pemviskos 0,25 g 2,5 g
06 – SRB Sorbitol Pemanis 20 ml 200 ml
07 - AQS Aquadest Pelarut 31, 47 ml 314, 644 ml
D. Alasan Pembuatan Produk
Emulsi dibuat untuk mendapatkan preparat atau sediaan yang stabil dan
merata atau homogen dari campuran dua cairan yang saling tidak bercampur
Emulsi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase cairan yang
tidak tercampur tetapi cairan yang satu terdispersi dengan baik pada cairan yang
antara emulsi cairan, yang ditentukan oleh kebutuhan dalam dan emulsi
merangsang otot polos sehingga meningkatkan peristaltik dan sekresi lendir usus
polos usus yang lumpuh, misalnya pada megakolon conginetal dan gangguan
Minyak jarak adalah minyak yang diperoleh dengan cara memeras laju
2007; 524.
Minyak jarak adalah minyak yang diperoleh dengan cara diubah dalam
usus halus menjadi asam risinoleat yang sangat inkatif terhadap usus dan segera
gliserol dan asam risinoleat. Asam risinoleat inilah yang merupakan bahan aktif
yang memiliki afek stimulasi terhadap usus halus (Tan, 2002: 207).
1. BHT (Butylhidroxytoluena)
kosmetik, dan obat-obatan seperti juga pada sistem emulsi minyak utuh, reaksi
oksidasi lipid juga dapat terjadi dalam sistem emulsi minyak air, bahkan
dilaporkan sistem emulsi lebih mudah mengalami oksidasi atau stabilitas oksidatif
toksik yang diikuti penurunan kualitas gizi serta untuk memperpanjang masa
Sekarang ini dan diakui sebagai alternatif antioksidan (Dagestu, 2018; 14).
2. Sorbitol
diabetes. Nilai kalori makanan yang mengandung sorbitol sama dengan gula, tapi
gula harus memenuhi syarat seperti mempunyai rasa manis, tidak toksik, tidak
mahal, tidak bisa diragikan oleh bakteri plak gigi. Dari penjelasan penggolongan
pengganti yang sesuai harus berasal dari gula alkohol. Sorbitol golongan gula
Salah satu bahan pengawet yang banyak digunakan adalah asam benzoat.
kelarutannya lebih baik daripada bentuk asamnya. Bentuk garam dari asam
benzoat yang banyak digunakan adalah natrium benzoat. Benzoat dan turunannya
pada makanan atau minuman yang bersifat asam (Winarno, 2013: 04).
maupun manusia, sehingga saat ini benzoat dipandang tidak memiliki efek
2015; 528).
4. Na-CMC
dipakai dalam industri makanan untuk mendapatkan tekstur yang baik. Fungsi
5. Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe o/m dan untuk obat minum. Emulsi yang
terbentuk sangat stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat
dengan gom arab berdasarkan pada duafaktor, yaitu kerja gom sebagai koloid
pengendapannya cukup kecil, tetapi massa masih dapat dituang dalam botol
6. Aquadest
Pelarut merupakan cairan yang dapat melarutkan zat aktif atau biasa
disebut zat pembawa. Contoh pelarut adalah air (Fikri, 2018; 16).
G. Uraian Bahan
1. Zat Aktif
Rumus Struktur :
Pemerian : Cairan kental, transparan kuning pucat atau
pengoksidasi kuat)
Indikasi : Laksativum
hipotensi
cepat.
2 – 12 tahun (5 – 15 ml PO/sekali)
Omeprazole
2. Zat Tambahan
menitol.
Rumus Struktur :
Range : 20 – 35 %
PH : 4,5 – 7
Kegunaan : Pemanis
benzeic acid
Rumus struktur :
kuanter kampount.
PH : 8,0
Kegunaan : Pengawet
Rumus Struktur :
higroskopik.
PH : 6,5 – 8,5
Kegunaan : Pemviskos
mimasae.
Rumus Struktur :
Pemerian : Hampir tidak berbau, rasa tawar seperti lendir.
Range : 10- 20 %
Kegunaan : Emulgator
Rumus Struktur : O
H H
mempunyai rasa.
PH : 5 -7
Kegunaan : Pelarut
H. Perhitungan Bahan
1. Perbotol
a) Oleum Ricini : 36 ml
: 100 – 68,53 ml
: 31, 47 ml
2. Perbatch
e) BHT : 0,2 g x 10 : 2 ml
f) Sorbitol : 20 ml x 10 : 200 ml
3. Penambahan 10%
I. Cara Kerja
BHT 0,22 ml
Sorbitol 22 ml
air panas 2,75 ml. Gerus kuat hingga terbentuk mucilago (Campuran 1).
dengan aquadest 1,7 ml. Gerus kuat hingga terbentuk mucilago (Campuran
2).
secukupnya
10. Dimasukkan Na. Benzoat yang telah larut dalam campuran mucilago,
J. Evaluasi
1. Evaluasi Organoleptis
Untuk mengetahui kesesuaian produk akhir dalam hal bau, rasa dan
2. Volume Terpindahkan
sama dengan volume yang sudah tertera di etiket pada saat dipindahkan ke
wadah lain. Dituang ke botol dari tiap botol secara perlahan ke dalam gelas
pengukuran volume tiap wadah. Volume rata-rata tiap wadah sebesar tidak
kurang dari 100%, dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari
jenis dihitung dengan berat jensi yang telah ditentukan (Depkes RI, 1995).
Digunakan piknometer bersih, kering dan telah dikase untuk menetapkan bobot
piknometer kosong dan bobot didalam piknometer pada suhu 25 oC. Zat uji
25oC dengan sisa zat uji dituang lalu ditimbang. Bobot jenis dihitung dengan
rumus.
4. Uji Homogenitas
lebih dikocok (bagian atas, tengah, bawah). Sampel diteteskan di helas objek
dan diratakan dengan kaca/gelas objek lain sehingga terbentuk lapisan tipis.
5. Uji Penetapan pH
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Ph meter.
emulsi yang sudah jadi hingga pH sesuai dengan rentang yang diharapkan.
yang sesuai.
Digunakan zat warna yang larut air, seperti metilen blue/biru brilliant
CFC, Zat warna diteteskan pada permukaan emulsi. Apabila zat warna
berdifusi homogen pada fase eksternal berupa air maka tipe emulsi adalah o/w.
Jika zat warna tampak sebagai tetsan difase internal maka tipe emulsi w/o. Hal
sebaliknya akan terpadu apabila digunakan zat warna sudan III (larut lemak).
7. Uji Kejernihan
zat uji dan zat padanan yang sesuai secukupnya, yang dibuat segar dengan
volume larutan dalam tabung reaksi setinggi tepat 40 mm. Bandingkan kedua
isi tabung setelah 5 menit dengan latar belakang hitam. Pengamatan dilakukan
dibawah cahaya terdifusi, tegak lurus kearah bawah tabung. Difusi cahaya
harus sedemikian rupa sehingga suspensi padanan II. Sehingga suatu cairan
dinyatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
1989
Anief, M. A. Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktik. Yogyakarta: UGM Press.
2006
Goeswin, Agoes. Sediaan Farmasi Likuida Semisolid. Bandung: ITB Press. 2012
Lachman, L., et al. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI Press.1957
Tjay, T.H., Rahardja, K. Obat-obat Penting Edisi ke 7. Jakarta: Penerbit PT. Elex
Media Komputindo.2002
SKEMA KERJA