Anda di halaman 1dari 14

Tipe Emulsi

 RPS 18th : 298


Suatu emulsi dimana minyak terdispersi sebagai tetesan ke dalam fase berair diistilahkan sebagai
tipe emulsi minyak dalam air, m/a. Saat air adalah fase terdispersi dan minyak sebagai fase
pendisersi, emulsi tersebut adalah tipe air dalam minyak (a/m). Kebanyakan emulsi farmasetik
dibuat untuk pemberian oral dalam m/a, pengemulsi lotio dan krim adalah m/a maupun dalam
a/m tergantung dari penggunaannya, mentega dan krem salad adalah emulsi a/m.
Akhir-akhir ini ada yang disebut sebagai pengemulsi ganda, telah dikembangkan dengan sedikit
memperlambat pelepasan bahan aktif. Dalam tipe ini ada 3 fase yaitu emulsi yang memiliki
bentuk a/m/a atau m/a/m. dalam hal ini emulsi beberapa obat ada dalam fase yang paling dalam
yang harus memiliki dua fase disekelilingnya untuk mencapai fase eksternal, kontinyu.
Kesimpulan :
a. Jika dalam emulsi minyak terdispersi sebagai tetesan dalam fase cair disebut emulsi minyak
dalam air, o/w
b. Jika air merupakan fase terdispersi dan minyak medium pendispersi emulsi atau air dalam
minyak, w/o
c. Banyak emulsi farmasi dirancang untuk penggunaan oral adalah tipe w/o lotio pengemulsi
dan krem juga tipe o/w atau w/o tergantung pada penggunaannya, mentega dan krem salad
atau emulsi a/m
d. Baru-baru ini, dikenal emulsi ganda yang dibuat dan menunda sedikit pelepasan zat aktif.
Pada emulsi tipe ini ada 3 fase yaitu emulsi yang terbentuk m/a/m atau a/m/a

2. Ukuran partikel
 RPS 18th : 298 : 0,1 – 100 μm
 DOM Martin : 508 : > 0,1 μm
 Lachman : 503 : 0,25 – 10 μm
 Parrot : 334 : 0,2 – 50 μm
 Physphar : 527 : 0,1 – 100 μm
Kesimpulan : 0,1 – 100 μm
 Mikroemulsi (DOM Martin ; 509) : < 0,05 μm atau lebih kecil lagi

Komponen Dasar

 Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi, biasanya terdiri
dari :
 1. Fase dispers / fase internal / fase diskontinyu
 Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.
 2. Fase kontinyu / fase eksternal / fase luar
 Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi
tersebut.
 3. Emulgator
 Adalah bagian Berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
 v Komponen Tambahan
 Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang
lebih baik. Misalnya corrigen saporis,odoris, colouris, preservatif (pengawet),
antoksidant.
 Preservatif yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam
sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetat, dll.
 Antioksidant yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocoperol, asam sitrat, propil
gallat dan asam gallat.

Pembentukan dan Pemecahan Tetesan Cair Terdispersi (RPS 18th ; 299)


 Suatu emulsi ada sebagai hasil dari dua proses yang berlawanan, yaitu dispersi dari salah
satu cairan yang lain dalam bentuk tetesan-tetesan dan dengan kombinasi dari tetesan ini
untuk membentuk kembali cairan massa awal, proses pertama meningkatkan energi
bebas sistem, sementara yang kedua untuk menurunkan energi bebas. Karena itu, proses
kedua terjadi secara spontan dan berlanjut hingga pemecahan sempurna atau fase massa
terbentuk kembali.
 Hal ini sedikit digunakan unrtuk membentuk emulsi yang terdispersi dengan baik jika
pemecahannya cepat. Demikian pula, kecuali perhatian cukup diberikan untuk mencapai
dispersi yang optimal selama penyediaan, kestabilan dari sitem emulsi dapat
dikompromikan dari awal. Dispersi dibuat dengan mesin yang didesain dan dioperasikan
dngan baik, mampu mengahasilkan tetsan dalam periode waktu yang relatif pendek.
1. Cara perkiraan tipe emulsi
 Lachman Indonesia ; 1033
Untuk memperkirakan tipe emulsi yang terlibat pada kondisi yang diberikan interaksi
dari berbagai parameter harus dipertimbangkan pendekatan ini dapat secara pasti dan secara
umum hanya sedikit dan beberapa aturan empirik dapat diberikan :
1. Jika ampifil, pada dasarnya larutan air (contoh : sabun kalium atau polioksietilen alkali eter
dengan lebih dari 5 unit etilen oksida), ini biasanya akan membentuk emulsifikasi m/a jika
surfaktan yang umumnya larut dalam berbagai lemak (Ca, sabun, polioksietilen alkil eter
dengan <5 unit etilen oksida) ini dapat menghasilkan emulsi a/m jika kondisi yang sama
diberikan
2. Bagian-bagian polar di molekul-molekul pengemulsi, biasanya penghalang koalesensinya
lebih baik daripada bagian hidrokarbonnya oleh karena itu mungkin untuk membuat emulsi
m/a dengan volume fase dalam yang relatif tinggi. Selain itu emulsi a/m (yang mana
penghalangnya adalah bahan hidrokarbon) dibatasi pada anggapan ini akan menginversi
secara mudah, jika jumlah air yang ada signifikan. Sebagai contoh. System air mineral,
sorbiton monooleat, air secara alami diharapkan untuk membentuk emulsi a/m, karena
mengurangi unit etilen oksida, begitu pula jumlah dari air yang ada < dari 40 % hanya
membentuk emulsi m/a.
3. Walaupun pada 20 % dan 30 % air, emulsi a/m hanya terbentuk jika air ditambahkan ke
dalam minyak dengan pengadukan. Penambahan ke dalam fase bersama-sama diikuti dengan
pengadukan membentuk emulsi m/a pada konsentrasi air di atas 10 %
4. Terakhir tipe emulsi yang terbentuk dipengaruhi oleh adanya viskositas dari tiap fase
penongkatan viskositas dari fase membantu pembuatan fase tersebut menjadi fase luar.
2. Penentuan tipe emulsi
- Lachman Indonesia ; 1040

Uji Pengamatan Keterangan


Uji pengencer Emulsi dapat diencerkan hanya Hanya digunakan untuk
dengan fase luar emulsi cairan
Uji warna Zat warna padat yang larut dalam Bisa gagal jika ada
air hanya mewarnai emulsi m/a pengemulsi nonionic
dan sebaliknya
CaCl2?Kertas saring Kertas saring dijenuhkan dengan Bisa gagal jika emulsi
CaCl2 dan dikeringkan (biru) tidak stabil/pecah
berubah menjadi merah madu bila dengan adanya
emulsi m/a ditambahkan elektrolit
Karena minyak berfluoresensi
dibawah sinar uv, emulsi m/a Tidak terlalu dapat
Flouresense menunjukkan titik. Emulsi m/a ditercipkan
berfouresense seluruhnya
Aliran listrik dihantarkan oleh
emulsi m/a, karena adanya zat Gagal dalam emulsi
Daya hantar ionic dalam air m/a anionik

Syarat-syarat pengemulsi (RPS 18th; 300)


Beberapa sifat yang dipertimbangkan dari bahan pengemulsi harus :
1. Harus aktif pada prmukaan dan mngurangi tegangan permukaan sampai di bawah 10
dyne/cm.
2. Diabsorbsi secara tepat disekitar tetesan terdisprsi sebagai lapisan kental, monoadehren
dimana akan mencegah koalesen.
3. Harus meningkatkan viskositas emulsi.
4. Harus efektif pada konsentrasi yang tinggi.
5. Memberikan tetesan-tetsan yang potensial listriknya cukup sehingga terjadi saling tolak
menolak.

Kestabilan Emulsi

Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :

1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu mengandung fase
dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya bila
dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
2. Koalesen dan cracking (breaking) yaitu pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel
rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya irreversibel (tidak bisa diperbaiki).
Hal ini dapat terjadi karena:

 Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan PH, penambahan CaO / CaCL 2
 Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan dan pengadukan.
 Inversi yaitu peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi W/O menjadi O/W
atau sebaliknya dan sifatnya irreversible.

Pengertian emulgator
 - Parrot : 313
 Emulgatornya adalah bahan aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan antarmuka antara
minyak dan air, dan mengelilingi tetesan terdispersi dengan membentuk lapisan yang kuat atau
mencegah koalesensi dan pemisahan fase terdispersi.
 - Rps 18 Th :300
 Bahan pengemulsi adalah bahan aktif permukaan yang membantu emulsifikasi dan mengontrol
umur sediaan dengan cara menurunkan tegangan antarmuka antara minyak dan air dan sekitarnya
untuk membentuk lapisan yang kuat untuk membentuk lapisan yang kuat untuk mempercepat
kloesensi.
12. Mekanisme emulgator
- RPS 18th ; 300-301
Bahan pengemulsi dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis lapisan yang dibentuk pada
antarmuka antara dua fase :
a. Lapisan monomolekuler
Bahan dua aktif permukaan yang mampu menstabilkan emulsi dengan cara membentuk
lapisan tunggal dari ion atau molekul teradsorpsibeda antarmuka minyak cair. Berdasarkan
hokum Gibbs adanya kelebihan antarmuka membutuhkan penurunan tegangan antarmuka, hal
ini menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena pengurangan sebagai energi bebas
permukaan. Penguranagn ini bukan merupakan factor utama yang meningkatkan stabilitas
yang lebih penting adalah kenyataan bahwa tetesan-tetean dikelilingi oleh lapisan tunggal
(monoplayer) terionisasi, adanya muatan yang kuat dan tetesan yang saling tolak-menolak
mengakibatkan stabilits system. Dengan bahan aktif permukaan nonionic yang tidak
terionisasi, partikel masih dapat membawa muatan, hal ini timbul dari absorpsi dan ion-ion
atau ion spesifik dari larutan.
b. Lapisan multimolekuler
Koloid lipofilik terhidrasi membentuk lapisan multimolekuler disekitar tetesan minyak
terdispersi. Penggunaan bahan-bahan ini menurun pada tahun-tahun belakangan ini karena
besarnya jumlah bahan aktif permukaan sintetik yang tersedia yang memiliki sifat-sifat
pengemulsi yang baik ketika koloid hidrofilik diabsorpsi pada suatu permukaan (dan tidak
dapat disregarded kemudian sebagai bahan aktif permukaan), lapisan monomolekuler tidak
menyebabkab suatu penurunan tegangan permukaan yang berarti, tetapi efisiensinya
tergantiung kemampuannya untuk membentuk lapisan multimolekuler sejenis yang kuat.
Aksinya sebagai pelindung disekitar tetesan-tetesan menyebabkab resistensi terhadap
koalesen yang tinggi, bahkan dalam adanya pengembang potensial permukaan yang baik.
Lebih lanjut, kebanyakan hidrokoloid yang diabsorbsi pada antarmuka meningkat viskositas
fase kontinyu berair, hal ini meningkatkan stabilitas emulsi.
c. Lapisan partikel padat
Partikel-partikel padat yang kecil membasahi beberapa serabut oleh fase cair berair dan tidak
berair bertindak sebagai bahan pengemulsi. Jika partikel-partikel sebagai hidrofilik, partikel-
partikel tetap dalam fase air. Jika sangat hidrofobik partikel-partikel yang memiliki ukuran
partikel yang lebih kecil daripada tetesan pada fase terdispersi.

Lapisan monomolekuler

Lapisan multimolekuler

Lapisan partikel padat

Keterangan : = minyak
= air

JENIS-JENIS PENGEMULSI (RPS 18 th ; 301)


Bahan-bahan pengemulsi dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur kimianya .Ada
hubungan antara klasifikasi ini yang didasarkan pada mekanisme aksi. Sebagai contoh :
kebanyakan bahan pengemulsi yang membentuk lapisan monomolekular adalah sintetik, bahan-
bahan organik. Kebanyakan dari bahan pengemulsi yang membentuk lapisan multimolekuler
diperoleh dari sumber-sumber atom, adalah organik. Kelompok ketiga tersusun dari partikel
padat termasuk inorganik, yang membentuk lapisan yang tersusun dari partikel–partikel padat
terbagi halus. Klasifikasi yang diambil membagi dalam bahan pengemulsi ke dalam sintetik,
natural, dan padatan terdispersi halus. Kelompok keempat bahan-bahan khusus adalah bahan
pengemulsi lemah. Bahan-bahan yang tertera menggambarkan tipe-tipe yang tresedia, bahan-
bahan ini tidak dijelaskan secara mendalam.
Tabel : Klasifikasi bahan pengemulsi.
Tipe Tipe lapisan Contoh
Sintetik (bahan Monomolekuler Anionik :
aktif permukaan) Sabun
Kalium laurat, trietanolamin starat sulfat
Sodium lauril sulfat, alkil polioksietilen sulfat
Sulfonat
Dioktil sodium sulfosuksinat
Kationik :
Campuran amonium kuartrner
Setil trimetil amonium bromida
Lauril dimetil benzil amonium klorida
Non ionik :
Lemak polioksi etilen alkohol eter
Ester asam lemak sorbitan
Polioksietilen ester asam sorbitan
Alami Multimolekuler Koloidihidrofilik : Akasia,gelatin
Lecithin, kolsterol
Monomolekuler Lecithin, koloid
Padat terbagi Partikel padat Tanah liat koloid, bentonit, veegum
halus Hidroksida logam, Mg - OH

INTERMITTEN SHAKING / PENGOCOKAN BERSELANG (RPS18th; 299)


Cairan diaduk atau dikocok dengan beberapa maksud. Pngocokan umumnya dilakukan
untuk bahan dengan viskositas rendah. Pngocokan berselang lebih efisien daripada pengocokan
terus menerus, mungkin karena interval waktu yang singkat sehingga kekuatan menyilang antar
muka untuk memecah kedalam tetesan-tetesan kemudian dijerat pada fase yang berlawanan.
Selanjutnya, pengadukan tepat tergantung dari pemecahan ini kedalam bentuk tetesan. Lumpang
dan alu sering digunakan dalam penyiapan emulsi. Ini adalah teknik yang sangat tidak efisien
dan tidak dapat digunakan dalam skala besar. Peningkatan dispersi diterima dengan penggunaan
mikser dngan kecepatan tinggi, blendere, melalui koloid dan penghomogn teknik ultrasonik juga
telah dilakukan.

(DOM :530)
1. Metode gum basah (Metode Inggris)
Teknik pembuatan emulsi ini sesuai untuk pembuatan emulsi dengan mucilage atau gum
yang dilarutkan sebagai bahan pengemulsi. Ini penting untuk menggunakan metode ini, walaupun
metode ini lambat dan tidak sebaik metode kontinental.Jika bahan pengemulsi hanya tesedia dalam
bentuk cairan atau jika harus dilarutkan sebelum digunakan seperti kuning telur, chondrus, dan
mungkin metal selulosa. Dalam metode ini mucilage kental dari gum dibuat dengan sejumlah kecil
air dan minyak ditambahkan dalam jumlah kecil, dengan pencampuran cepat, dapat
ditambahkansejumlah air pada seluruh waktu hingga semua minyak digabungkan.
2. Metode gum kering (Metode Kontinental) 4 : 2: 1
Metode kontinental secara khusus sesuai untuk pembuatan emulsi dari pengemulsi gum
kering. Emulsi utama dibentuk dengan menggunakan keseluruhan jumlah minyak gum kering,
dalam jumlah sama untuk 1 – 4 dari jumalh minyak, didispersikan dalam minyak. Karena
konsentrasi tidak sangat penting, satu dapat menggunakan cairan atau ukuran kering yang
dibutuhkan dalam penentuan sejumlah emulsi. Sebagai contoh, jika resep menginginkan 2 ons
minyak, ½ ons akasia dapat digunakan. Jika gum terdispersi dalam minyak, jumlah air sama atau ½
volume minyak yang ditambahkan , pada waktu bersamaan, dicampur dengan cepat. Kemudian
perbandingan 4 bagian minyak, 2 air dan 1 emulgator. Pencampuran dilanjutkan dengan kecepatan
tinggi menggunakan gerakan memutar dari alu sampai emulsi utama kental terbentuk. Bunyi khas
terdengar ketika emulsi stabil telah terbuat.
3. Metode botol
Dalam pembuatan emulsi dari minyak menguap dan minyak tidak kental lainnya, metode
botol sering tersedia dalam kebanyakan prosedur yang efisien, karena metode ini mencegah
percikan yang secara normal ditemukan dalam lumpang dan alu dengan cairan yang konsistensinya
rendah. Metode ini hanya merupakan variasi dari metode gum kering yang telah dijelaskan di atas.
Selain itu, minyak yang diletakkan dalam botol yang besar atau labu dan serbuk gum kering
ditambahkan dan didispersikan secara cepat. Ini penting bahwa air yang ditambahkan segera setelah
disperse gum, untuk menjaga gum menyerap minyak dan menjadi tahan air. Emulsi utama dibentuk
dengan pengocokan yang kuat dan kemudian dilarutkan dengan fase luar. Dalam metode yang telah
dijelaskan sebelumnya, terlihat bahwa tidak diduga pengemulsi selalu digunakan dalam jumlah
yang sama dengan ¼ minyak. Dan ada pengecualian untuk metode ini, berdasarkan dari komposisi
minyak dan emulgator utama yang digunakan. Akan diingat bahwa tragakan digunakan dalam
jumlah 1/10 dari akasia dan karena minyak menguap, cairan petrolatum , dan minyak biji rami
membutuhkan sejumlah emulgator yang lebih besar dari minyak murni, penyesuaian yang tepat
dibutuhkan. Umumnya perbandingan rekomendasi terlihat dalam table di bawah.

Perbandingan komponen untuk pembuatan emulsi utama

Emulgator Minyak murni Minyak menguap


(kecuali biji rami dan mineral) (minyak biji rami dan minyak mineral
Akasia 4 : 2 : 1 3 : 2 : 1 atau 2 : 2 : 1
Tragakan 40 : 20 : 1 30 : 20 : 1 atau 20 : 20 : 1

4. Metode Beker
Tiga metode pembuatan emulsi yang dijelaskan di atas dapat digunakan utamanya untuk
pembentukan emulsi dari emulgator alam, misalnya gum dan kuning telur. Bagaimanapun juga,
ketika emulgator sintetik digunakan , perbandingan yang dijelaskan di atas tidak berarti. Metode
yang paling tepat untuk pembuatan emulsi dari surfaktan sintetik adalah membagi pembuatan
komponen yang larut air dan komponen yang larut lemak, dan kemudian melarutkan emulgator
dalam fase dimana emulgator tersebut lebih larut. Jika perlu untuk melebihkan berbagai bahan,
komponen dari dua fase ditempatkan dalam beker yang berbeda pada pengangas air dan dipanaskan
sampai sekitar 700C. Ketika kedua fase telah mencapai kira-kira suhu yang sama, fase dalam
ditambahkan dalam fase luar dengan pengadukan. Adalah penting bahwa emulsi diaduk selama
seluruh pendinginan. Sebaliknya lapisan berminyak dapat muncul ke atas campuran dan memadat
sbagai cake pada permukaan , membuatnya tidak mungkin untuk mendispersi minyak secara
seragam dalam sediaan akhir.

MEKANISME AKSI (RPS 18th; 300 – 301)


Bahan pengemulsi dapat diklasifikasi berdasarkan jenis lapisan yang dibentuk pada
antarmuka antara dua fase :
 Lapisan monomolekuler
Bahan 2 aktif permukaan yang mampu menstabilkan emulsi dengan cara membentuk lapisan
tunggal dari ion atau molekul teradsorpsi beda antarmuka minyak cair. Berdasarkan hukum
Gibbs adanya kelebihan antaramuka membutuhkan penurunan tegangan antarmuka, hal ini
menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena pengurangan sebagai energi bebas permukaan.
Pengulangan ini bukan merupakan faktor utama yang meningkatkan stabilitas yang lebih
penting adalah kenyataan bahwa tetesan-tetesan dikelilingi oleh lapisan tunggal
(monoplayer) terionisasi, adanya muatan yang kuat dan tetesan yang saling tolak menolak
mengakibatkan stabilitas sistem. Dengan bahan aktif permukaan nonionik yang tidak
terionisasi, partikel masih dapat membawa muatan, hal ini timbul dari absorpsi dan ion-ion
atau ion spesifik dari larutan.
 Lapisan multimolekuler
Koloid lipofilik terhidrasi membentuk lapisan multimolekuler disekitar tetesan minyak
terdispersi. Penggunaan bahan-bahan ini menurun pada tahun-tahun belakangan ini karena
besarnya jumlah bahan aktif permukaan sinttik yang tersedia yang memiliki sifat-sifat
pengemulsi yang baik ketika koloid hidrofilik ini tidak menyebabkan suatu penurunan
tegangan permukaan, yang berarti. Tetapi efisiensinya tergantung kemampuannya untuk
membentuk lapisan multimolekuler sejenis yang kuat. Aksinya sebagai pelindung disekitar
tetesan menyebabkan resistensi terhadap koalesen yang tinggi, bahkan dalam tidak adanya
pengembang potensial permukaan yang baik. Lebih lanjut, kebanyakan hidrokoloid yang
tidak diadsorpsi pada antarmuka meningkatkan viskositas fase kontinyu berair, hal ini
meningkatkan stabilitas emulsi.
 Lapisan partikel padat
Partikel-partikel padat yang kcil yang membasahi beberapa serabut oleh fase cair berair dan
tidak berair bertindak sebagai bahan pengmulsi. Jika partikel-partikel
sangat hidrofilik, partikel-partikel tetap dalam fase air. Jika sangat hidrofobik partikel-partikl
yang memiliki ukuran partiekl yang lebih kecil daripada tetesan pada fase terdispersi.
Definisi Shampo (Balsam II;74)
Harry (3) mendefinisikan shampoo sebagai “sediaan dari surfaktan” (bahan aktif permukaan) dalam bentuk yang sesuai-cair,padat,
atau serbuk, dimana jika digunakan di bawah kondisi khusus dapat menghilangkan lemak, kotoran dan kulit terkelupas pada permukaan dari
rambut dan kulit kepala tanpa menimbulkan efek merugikan bagi rambut, kulit kepala atau kesehatan dari yang menggunakan.

Menurut Balsam II;75

Fungsi utama dari shampo adalah membersihkan rambut dan kulit kepala, kotoran rambut termasuk sekresi alami dari kulit, kulit kepala
yang terkelupas, penumpukan kotoran dari lingkungan dan sisa dari produk perawatan rambut yang digunakan oleh konsumen. Setelah aksi
pembersihan sempurna dapat memberikan kepuasan bagi pemakai. Shampo akan menghasilkan rambut yang lembut, berkilau, dan mudah
diatur. Formulasi dari shampo dapat pula berupa campuran yang ditekankan untuk beberapa kemampuan khusus seperti meminimalkan rasa
perih pada mata, mengontrol ketombe atau memberikan keharuman yang menarik untuk bau wangi yang dapat diterima.

1. Shampo cair jernih (Jellineck;247)


2. Shampo Krim
3. Sabun shampoo
4. Shampo Gel
5. Shampo Kering
Anatomi Rambut
Rambut adalah bagian tubuh yang terdiri dari satu bagian muncul dalam kulit
(akarnya), dan satu bagian keluar dari kulit (batang rambut), dimulai dari luar, penampang
melintang dari rambut dapat dilihat mengandung tiga lapis:
(1) Kutikula terdiri dari sel keratin tipis pada sebelah dalam dan bekerja sebagai
proteksi/pelindung untuk mencegah kekeringan dan penetrasi dari bahan-bahan
asing. Kutikula dapat rusak oleh tekanan mekanik.
(2) Korteks, terdiri dari serta yang tersusun secara longitudinal yang berikatan bersama.
Menurut Astbury, serat ini terjadi secara normal dalam bentuk lipatan alfa. Jika
rambut dilembutkan dan direnggangkan, rambut ini dapat tertarik menjadi bentuk
beta dan jika ini dilakukan secara lambat suatu serat dapat diperpanjang 1,5 dari
panjang aslinya. Lapisan ini mengandung bagian utama dari pigmen rambut dan
ruang udara. Korteks dapat ada pada bagian utama rambut, strukturnya menentukan
tipenya (luirus, keriting, ikal).
(3) Medula disusun atas 3-4 lapisan seperti sel kubus yang mengandung keratohialin,
granul lemak, dan ruang udara. Lapisan tipis tidak mempunai medulla.
Bahan Utama (Balsam II)
Karena komponen utama dalam shampoo adalah surfaktan (sabun dan deterjen sintetik)
maka tepat untuk mengulang kegunaan masing-masing, poerbedaan,dan keuntungannya.
Sabun, Umumnya didefinisikan sebagai garam dari asam lemak. Asalnya sabun
diperoleh dengan saponifiksi lemak alamimhewan dan lemak tumbuhan/nabati dan
minyak dengan alkali, seperti NaOH dan KOH. Baru-baru ini alkanolamida telah
digunakan.
Setelah beberapa tahun mungkin untuk memformulasikan shampoo sabun yang
didasarkan campuran dari minyak, sehingga diperoleh bagian yang meragukan dari asam
lemak.
Deterjen sintetik, Kecenderungan dari shampoo sabun untuk membentuk garam yang
tidak larut karena adanya gugus karboksilat terikat pada ujung rantai panjang
hidrokarbon. Dengan menghilangkan gugus ini,m bayak surfaktan yang mencegah
pembusaan dan pembersihan negatif dari sabun yang telah dikembangkan.
Zat tambahan Shampo
Peningkatan jumlah senyawa yang telah dikembangkan memperbesar pada penampilan
dari shampoo. Ini dapat mempengaruhi busa, perasaan, konsistensi atau hasil akhir yang
diberikan untuk shampoo. Kebanyakan dilindungi oleh hak paten, dan ilmu pengetahuan lainnya
dirahasiakan. Beberapa zat tambahan yang paling dikenal adalah sebagai berikut menurut
fungsinya:
Pembentuk busa
Bahan pelembut
Bahan pengopak
Bahan penjernih
Bahan sequestrant
Bahan anti ketombe
Bahan pengental
Pengawet
Bahan penstabil lainnya
Zat tambahan kosmetik lain
Emolient Lotio
1. Defenisi Emolient
(Balsam I : 27)
Emolien adalah bahan yang digunakan untuk mencegah atau mengurangi kekeringan dan untuk
melindungi kulit.
(RPS 18th : 760)
Emolien adalah suatu bahan yanglunak /lembut, berlemak atau substansi yang mengandung lemak
dimana penggunaannya secara local, trutama pada kulit dan juga membrane mukosa atau jaringan
yang rusak.
Penggolongan bahan-bahan emolien (Balsam I :34)
- Lilin dan minyak hidrokarbon. Minyak mineral, petrolatum, paraffin, ceresin,ozokerit, lilin
mikrokristal, polietilen,perhidrosqualen (squalen).
- Minyak silicon. Dimetilpolisiloxane, metilfenil polisiloxane, isoplimer silikonglikol yang larut
air dan larut alcohol
- Ester trigliserida. Lemak hewani dan minyak tumbuhan
- Ester asetogliserida. Monogliserida terasetilasi
- Gliserida etoksilat. Gliserida monostearat terasetilasi
- Alkil ester. Metal, isopropyl dan butyl ester dari asam lemak; hexil laurat, isohexil laurat,
isohexil palmitat, decyl oleat, isodesil oleat, hexadecyl (isocetyl) stearat, diisopropil adipat,
diisohexil adipat, dihexadecyl adipat, diisopropil sebacate, lauril laktat, myristil laktat, dan setil
laktat
- Alkenil ester. Oleil miristet, oleil stearat dan oleil oleat
- Asam lemak. Pelargonik, laurik, miristik, palmitik, stearik, isosteraik, hidroksistearik, oleic,
linoleat, ricinoleat, arachioleat, behenic, erucie dan asam lanolin
- Alkohol lemak. Lauril, miristil, cetil, hexadecyl (isosetil), stearit, isostearil, hidroksistearil,oleil,
ricinoleil, behenil, enicil, 2-oktil dodekanoat, dan lanolin alcohol
- Ester asam lemak. Etoksilasi lauril, cetil, stearil, isostearil, oleil, kolesterol, dan lanolin alcohol
propoksilasi cetil, oleil dan lanolin alcohol
- Ester-ester. Asam lemak ester dari etoksilasi lemak alcohol
- Lanolin dan turunannya. Lanolin, minyak lanolin, lilin lanolin, lanolin alcohol , lanolin asam
lemak,isopropyl lanolat, etoksilasi lanolin, lanolin alcohol teretoksilasi, kolesterol teretoksilasi,
lanolin alcohol propoxilasi, lanolin terasetilasi, lanolin alcohol terasetilasi, lanolin alcohol
linoleat, lanolin alcohol ricinoleat, asetat dari lanolin alcohol ricinoleat, asetat dari ester alcohol
teretoksilasi, hidrogenolisis (hidrogenasi) dari lanolin, ester-ester alcohol teretoksilasi, lanolin
terhidrogenasi teretoksilasi, sorbitol lanolin teretoksilasi dan padatan dan cairan dari lanolin
yang mengabsorbsi basa.
- Alkohol polihidrik(poliols) dan derivate polieter. Propilenglikol, dipropilenglikol,
polipropilengliko 2000,4000, polioksietilen polioksipropilenglikol, polioksipropilen
polioksietilen glikol, gliserol, etoksilasi gliserol, propoksilasi gliserol, sorbitol, etoksilasi
sorbitol, hidroksipropil sorbitol, polietilen glikol 200-6000, metoksi polietilen glikol 350, 550,
750, 2000, 5000, polieteilen oksiel homopoliemer (berat molekul 100.000 – 5 juta), polialkilen
glikol dan derivatnya, heksilen glikol (2- metal-1,3- heksanediol) C15-C18 ricinol glikol dan
polioksipropilen derivate dari trimetilolpropane
- Ester polihidrik alcohol (poliol). Etilen glikol dari ester asam lemak mono dan di; dietilen
glikol mono dan di ester asam lemak, ester asam lemak mono dan di polietilen glikol (200-
6000), mono dan di ester asam lemak propilen glikol, monooleat propilen glikol 2000,
monostearat propilen glikol 2000, monostearat propilen glikol teretoksilasi, mono dan diester
asam lemak gliseril, polester asam lemak poligliserol, monostearat gliseril teretoksilasi,
monostearat 1,3 butilen glikol, polyester asam lemak polioksietilen, ester asam lemak dan
polioksietilen sorbitum ester asam lemak
- Ester-ester lilin. Lanolin (fraksi lilin berminyak), beeswax, spermaceti, miristil miristat, stearil
stearat
- Derivat beeswax. Beeswax poloksietilen sorbiol. Ini adalah hasil reaksi dari beeswax dengan
sorbitol etoksilasi dari variasi kandungan etilen oksida, membentuk suatu campuran ester eter
- Lilin nabati. Carnauba, candelilla
- Fosfolipid. Lecitin dan turunannya
- Sterol-sterol. Aasm lemak amida, etoksilasi asam lemak amida, padatan asam lemak
alkanolamid
2. Mekanisme emolien (Balsam I : 32)
Flesch menunjukkan 3 cara berikut dimana emolien berfungsi yaitu melembutkan permukaan kulit,
dapat terjadi dengan masuknya air ke dalam lapisan tanduk.
a. Meningkatkan difusi air dari sel-sel hidup dari epidermis ke dalam lapisan tanduk melalui
pembatas (barier). Secara teoritis, hal ini dapat dicapai dengan pemecahan kimia (gangguan
kimia) penghalang epidermal dalam lapisan tanduk paling bawah. Dasr kimia dari metode ini
tidak cukup dimengerti dan tidak dapat dipakai pada penggunaan kosmetik secara tetap.
b. Dengan menambahkan air secara langsung dari bagian luar atau dengan memperkuat lapisan
lipid dalam stratum corneum yang menahan air agar tetap teikat. Pemakaian yang tidak
sempurna dari susunan dalam lapisan tanduk atau bagaimana bahan berlemak teradsorbsi
mengubah kerangka lipid dari corneum atau bagaimana bahan berlemak mempengaruhi
higroskopisitas lapisan tanduk, menghalangi penggunaan mekanisme ini.
c. Dengan menutupi permukaan untuk mencegah penguapan air. Flesh menekankan bahwa
penutupan adalah menguntungkan dalam mengurangi kekeringan hanya ketika komponen
lapisan tanduk berfungsi cukup higroskopis untuk menahan air dari lapisan epidermal yang
lebih bawah. Dalam patologik lapisan tanduk, tahanan kapasitas air dirusak/ dihalangi dank
arena penutupan sendiri menyelesaikannya sedikit kecil dalam mengelupaskan penyakit kulit

 Perbedaan lotio dan krim


 (DOM : 822)
Lotio adalah istilah reologi atau sediaan cair yang menunjukkan karakteristik aliran
Newtonian secara spesifik. Jika digunakan pada kulit, lotion tidak memberikan nilai yield
dan alirannya dibawah pengaruh gravitasi.
Krim adalah sediaan setengah padat yang menunjukkan sifat aliran pseudoplastik
secara spesifik jika digunakan, krim mempunyai nilai yield yang kecil tetapi tetap mengalir
dibawah pengaruh gaya gravitasi. Bagaimanapun penambahan sejumlah kecil gaya akan
menghasilkan aliran.
 Humektan
 Balsam I : 198
Humektan adalah bahan yang mengatur (mengontrol) pertukaran uap air antara produk dan udara, baik
dalam wadah maupun pada kulit. Humektan telah digunakan secara lebih ekstensif dalam krim dan lotion
tangan dibandingkan dalam kosmetik lain.

 Ketthler : 300
Humektan adlaah bagian yang sangat penting dari lotion tangan. Polihidrik alcohol
semuanya menunjukkan sifat humektan yang bervariasi dengan struktur dari alcohol. Gliserin
tentunya sangat luas penggunaannya, tetapi karena biayanya maka telah digantikan, terutama
pada tahun-tahun terakhir ini. Untuk beberapa keberadaannya oleh sorbitol, manitol dan beberapa
glikol.berdasarkan penelitian terkini, banyak ahli telah melaporkan dan menjadikan suatu opini
yang mengatakan bahwa gula alcohol seperti sorbitol adalah superior ( lebih besar
penggunaannya). Untuk gliserin dan glikol, yang kemudian menghasilkan produk seperti lotion
tangan. Tidak masalah dengan pemilihan humektan, tapi sebaiknya tidak digunakan dalam jumlah
yang berlebihan. 3 – 4% biasanya cukup. Jumlah yang besar dari komponen higroskopis ini,
mencegah krim dari kekeringan yang smepurna dan juga menegaskan aksi dehidrasi yang sedikit
pada kulit.
16. Bahan tambahan dalam emulsi
1. Pengawet
2. Pengaroma
3. Pewarna
17. Pengertian HLB (Hidrofilik Lifofilik Balance)
1. Rps 18th : 304
Sistem HLB adalah keseimbangan antara sejumlah emulgator hidrofilik dan lipofilik.

2. Prescription : 221
HLB adalah nilai perbandingan antara sejumlah molekul lepofilik dan hidrofilik.
d. Manfaat atau kegunaan HLB (prescription : 221)
Nilai HLB dari fase minyak suatu emulsi, misalnya minyak, lilin dan lain-lain
harus dipertimbangkan pertama adalah penentuan HLB apa yang cocok dari emulgator
atau campuran emulgator yang dibutuhkan untuk menghasilkan emulsi yang stabil.

Anda mungkin juga menyukai