_______________________________________________________ I. PENDAHULUAN
Telah menjadi ketentuan umum bahwa yang disebut sebagai sediaan ‘emulsi’ adalah menunjukkan pada
sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan oral. Emulsi untuk pengunaan eksternal biasanya
langsung disebut sebagai cream (sediaan semisolid), lotion atau liniment (sediaan liquid). (TPC, hal 82).
I.1 Definisi
a. FI IV, Hal 6:
Emulsi adalah sistem dua fasa, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain,
dalam bentuk tetesan kecil.
b. Ansel, Hal 376:
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fasa terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair
yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. Dalam batasan emulsi, fasa
terdispersi dianggap sebagai fasa dalam dan medium pendispersi dianggap sebagai fasa luar atau
fasa kontinu.
c. Lachman, Hal 502:
Secara kimia fisika: emulsi adalah campuran yang secara termodinamika tidak stabil, yang terdiri
dari dua cairan yang tidak tercampurkan.
Secara teknologi farmasi: emulsi adalah campuran homogen yang terdiri dari dua cairan yang
tidak tercampurkan yang stabil pada sekitar suhu kamar.
d. Martin, Hal 486:
Emulsi adalah sistem yang secara termodinamika tidak stabil dan mengandung paling sedikit dua
cairan yang tidak bercampur, dimana salah satu cairan terdispersi (fase terdispersi) dalam cairan
lainnya (fase kontinu/pendispersi) dalam bentuk globul-globul dan distabilkan oleh emulgator.
e. RPP: hlm ??
Emulsi adalah sistem heterogen yang terdiri dari tetesan-tetesan cairan yang terdispersi dalam
cairan lain.
f. RPS, Hal 1534:
Emulsi adalah sistem 2 fase yang merupakan gabungan 2 cairan yang tidak tercampurkan, dimana
salah satunya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk globul-globul yang mempunyai
ukuran sama atau lebih besar daripada partikel koloidal tersebesar.
Emulsi adalah sistem 2 fase dimana satu cairan terdispersi dalam bentuk droplet-droplet kecil
dalam cairan lainnya lainnya. Cairan yang terdispersi disebut fase internal/ diskontinu, sedang
medium pendispersinya disebut fase eksternal/ kontinu.
1
Teori Sediaan EMULSI - Apoteker 2004/2005
Pemakaian pada kulit sebagai obat luar. Tipe emulsi yang digunakan adalah M/A
atau A/M tergantung pada berbagai faktor:
- Sifat terapeutik zat yang akan dimasukan dalam emulsi.
- Keinginan untuk mendapatkan efek pelembut (emolient).
- Keadaan permukaan kulit.
Catatan:
- Zat obat yang mengiritasi kulit umumnya akan kurang mengiritasi kulit
jika pada fasa luar yang langsung kontak dengan kulit.
- Pada kulit yang tidak luka, emulsi A/M biasanya dapat dipakai lebih rata
karena kulit akan dilapisi oleh suatu lapisan sebum.
- Jika akan membuat preparat yang mudah tercuci air dipilih M/A.
- Absorpsi melalui kulit (perkutan) bila ditambah dengan mengurangi
ukuran partikel dari fasa dalam.
Multiple emultion adalah: jika sebagai emulgator digunakan surfaktan dapat terjadi emulsi dengan
sistem kompleks, dimana sistem tersebut mirip jenis emulsi A/M atau M/A/M.
Dual emulsian adalah: emulsi yang strukturnya tidak dapat dikenali karena fasa air dan fasa minyak
sangat homogen.
Mikroemulsion (emulsi miselar) adalah: umumnya dengan ukuran globul kurang dari 0,15 mikron dan
berpenampilan transparan (umumnya berpenampilan seperti susu).
Emulsi dikatakan stabil jika tidak terjadi koalesen fasa internal, creaming dan perubahan penampilan,
bau, warna, serta sifat fisik yang lain.
jika ρ1 < ρ2 maka V menjadi negatif terjadi creaming. Pada keadaan ini fase
pendispersinya lebih berat daripada fase terdispersi, biasanya ini terjadi di emulsi
minyak air.
Jika ρ1 > ρ2 terjadi creaming ke bawah pada keadaan ini fase terdispersinya
lebih berat daripada fase pendispersinya, maka globulnya akan kebawah. Biasanya
terjadi diemulsi air minyak.
3
Teori Sediaan EMULSI - Apoteker 2004/2005
- meningkatkan konsentrasi fasa terdispersi
- menambah emulgator
- menambaha thickening agent atau viscocity improver
1.4.2. Coalesence dan breaking (Modul Praktikum Farmasi Fisika, hal 51)
Coalecence merupakan proses bergabungnya droplet yang akan diikuti dengan breaking
yaitu pemisahan fasa terdispersi dari fasa kontinu. Prosesnya irreversibel karena lapisan
emulgator yang mengelilingi cairan sudah tidak ada.
Faktor-faktor yang sedapat mungkin dihindari dalam upaya mempertahankan kestabilan emulsi
adalah:
a. Cahaya.
b. Suhu yang ekstrim menyebabkan emulsi menjadi kasar dan kadang-kadang breaking.
c. Oksidasi dan hidrolisis menyebabkan minyak menjadi tengik.
d. Pembekuan dan pengenceran emulsi menjadi kasar dan kadang-kadang breaking .
4
Teori Sediaan EMULSI - Apoteker 2004/2005
b.Cara kasar
Cara: surfaktan dimasukkan ke dalam air dan dikocok. (Lachman hlm. 515 th 1986).
c. Cara Moore dan Bell
Untuk surfaktan tipe nonionik:
Dimana, H/L = HLB
Eo = Σ etilen oksida dalam molekul.
II. 1. 1. Emulgator
Untuk mencegah penggabungan kembali globul-globul diperlukan suatu zat yang dapat
membentuk lapisan film diantara globul-globul tersebut sehingga proses penggabungan menjadi
terhalang, zat tersebut adalah zat pengemulsi (emulgator).
6
Teori Sediaan EMULSI - Apoteker 2004/2005
Emulgator yang dipilih harus memenuhi persyaratan:
a. Dapat tercampurkan dengan bahan formulatif lain.
b. Tidak mengganggu stabilitas atau efikasi dari zat terapetik.
c. Harus stabil.
d. Harus tidak toksik pada penggunaan yang dimaksud jumlahnya.
e. Harus berbau, berasa, dan berwarna lemah.
Dasar pemilihan dalam menggunakan zat pengemulsi :
(Lachman, The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 1970, hlm. 469)
a. Toksisitas yang mungkin timbul bila dipaparkan.
b. OTT kimia.
c. Harga
d. Tipe emulsi yang diinginkan
e. Stabilitas (shelf life yang diinginkan)
f. Tujuan penggunaan / rute pemberian.
Jenis-jenis surfaktan:
Berdasarkan Jenis surfaktan
Secara kimiawi surfaktan terdiri dari gugus hidrofilikdan lipofilik. Gugus lipofilik
(umumnya) berupa rantai hidrokarbon dan gugus hidrofilik menentukan jenis surfaktan:
- Surfaktan anionik
Gugus hidrofil : anion
Contoh : Na-lauril sulfat, Na-oleat, Na-stearat.
- Surfaktan Kationik
Gugus hidrofil : kation
Contoh : Zehiran klorida, Setil trimetil amonium bromida.
- Surfaktan Non Ionik
Gugus hidrofil : non ionik
Contoh : Tween-80, Span-80
Berdasarkan HLB (Hidrophyl-Lipophyl-Balance)
Klasifikasi fungsi surfaktan menurut HLB-nya
HLB Penggunaan
1-3 Anti busa
3-8 Emulgator emulsi air dalam minyak
7-9 Zat pembasah (wetting agent)
8-16 Emulgator emulsi minyak dalam air
13-16 Detergen
16-19 “Solubilizing agent” (meningkatkan kelarutan zat)
Nilai HLB butuh beberapa minyak (Lachman hlm 516 tahun 1986)
Minyak O/W Emulsion W/O Emulsion
(Fluid) (Fluid)
Cetyl alcohol 15 -
Stearyl alcohol 14 -
Stearic acid 15 -
Lanolin anhydrous 10 8
Mineral oil, light and heavy 12 -
Cotton seed oil 10 5
Pecidatum 12 5
Beeswax 12 4
Parafin wax 11 4
Nilai HLB beberapa emulgator: (Modul Praktikum Farmasi Fisika, hlm. 53-54)
Emulgator HLB
7
Teori Sediaan EMULSI - Apoteker 2004/2005
Parsial ester asam lemak dari sorbitan:
Sorbitan mono laurat (Span 20) 8,6
Sorbitan mono palmitat (Span 40) 6,7
Sorbitan mono stearat (Span 60) 4,7
Sorbitan tri stearat (Span 65) 2,1
Sorbitan mono oleat (Span 80) 4,3
Sorbitan tri oleat (Span 85) 1,8
Parsial ester asam lemak dari polioksi etilensorbitan:
Polioksietilen sorbitan (20) mono laurat (Tween 20) 16,7
Polioksietilen sorbitan (4) mono laurat (Tween 21) 13,3
Polioksietilen sorbitan (20) mono palmitat (Tween 40) 15,6
Polioksietilen sorbitan (20) mono stearat (Tween 60) 14,9
Polioksietilen sorbitan (4) mono oleat (Tween 61) 9,6
Polioksietilen sorbitan tri stearat (Tween 65) 10,5
Polioksietilen sorbitan (20) mono oleat (Tween 80) 15,0
Polioksietilen sorbitan (5) mono oleat (Tween 81) 10,0
Polioksietilen sorbitan (20) tri oleat (Tween 85) 11,0
Natrium lauril sulfat 40,0
Natrium oleat 18,0
Asam oleat 1,0
Setostearil alkohol 1,2
Eter alkohol lemak dari polioksietilen:
Polioksietilen eter laurat (Brij 30) 9,7
Polioksietilen eter laurat (Brij 35) 16,9
Polioksietilen eter setil (Brij 52) 5,3
Polioksietilen eter setil (Brij 56) 12,9
Polioksietilen eter setil (Brij 58) 15,7
Polioksietilen eter stearat (Brij 72) 4,9
Polioksietilen eter stearat (Brij 76) 12,4
Polioksietilen eter stearat (Brij 78) 15,3
Polioksietilen eter oleat (Brij 92) 4,9
Polioksietilen eter oleat (Brij 96) 12,4
Polioksietilen eter oleat (Brij 98) 15,3
Sorbitan seskui oleat (Arlacel 83) 3,7
Gliseril mono stearat 3,8
Ester asam lemak dari polioksietilen:
Polioksietilen eter stearat (Myrij 45) 11,1
Polioksietilen eter stearat (Myrij 49) 15,0
Polioksietilen eter stearat (Myrij 51) 16,0
Polioksietilen eter stearat (Myrij 52) 16,9
Polioksietilen eter stearat (Myrij 53) 17,9
Polioksietilen eter stearat (Myrij 59) 18,8
Polioksietilen eter -400-mono-stearat (Cremophor AP 11,6
padat) 13,3
Polioksietilen eter risinoleat (remophor EL)
B. Berdasarkan sumbernya:
a. Bahan alam (Natural Product)
- Polisakarida: acasia (gom arab), tragakan, Na-alginat, Starch/amilum, caragen, pektin dan
agar.
- Senyawa yang mengandung sterol: Beeswax, Wool-fat.
a. 1. Gom Arab
Keuntungan: Penampilan bagus, rasa enak, relatif stabil pada pH 2-11.
Kerugian: Mahal, pada penyimpanan musilago gom arab akan bersifat asam karena adanya
aktifitas enzim yaitu enzim oksidase yang akan menguraikan zat aktif yang
sensitif terhadap oksidase.
8
Teori Sediaan EMULSI - Apoteker 2004/2005
Penggunaan: a. Bentuk serbuk
1 gr serbuk dalam 4 mL minyak biasa
1 gr serbuk dalam 2 mL minyak atsiri
Menghasilkan emulsi yang lebih stabil
b. Bentuk musilago
1 gr musilago dalam 2 mL (umum)
a.2. Tragakan
Jarang digunakan sendiri karena membentuk emulsi yang keruh karena globul minyak
akan besar.
Menyebabkan meningkatnya viskositas,sehingga menjadi lebih stabil
Digunakan perbandingan 1 : 50 dengan minyak (lebih murah dari gom arab).
Penambahan alkali, natrium borat, alkohol dan larutan garam alkali harus ditambahkan
secara hati-hati, untuk mencegah cracking.
Biasanya emulgator golongan karbohidrat membentuk emulsi minyak dalam air.
Emulsi stabil dalam asam, netral dan tidak dalam alkali.
Penggunaan utama sebagai pengental dengan akasia dengan perbandingan 0,1 gr tragakan
untuk 1 gr akasia.
a.3. Agar
Terkadang dipakai sebagai emulgator untuk minyak mineral
Sebagai pengental dan biasa digunakan bersama akasia untuk meningkatkan stabilitas dan
mencegah creaming
Agar musilago disiapkan dengan melarutkan agar pada air mendidih.
Caranya :
1. emulsi utama yang mengandung minyak mineral, akasia dibentuk dahulu
2. dengan stirring konstan, 2 % agar musilago ditambah untuk membentuk 30-50% dari
volume akhir.
a.4. Male Extract
Terutama untuk emulsi cod-liver oil
Minyak ditambah perlahan-lahan dengan triturasi konstan, untuk membentuk ekstrak
semisolid pada mortar hangat.
Akan menghasilkan emulsi bewarna coklat yang bisa terpisah menjadi lapisan tapi tidak
menjadi crack bila minyak telah diemulsikan secara baik.
Polisakarida Semisintetik
Contoh: Metyl selulosa, Na-Carboxymethylselulosa (CMC).
b.1. Metyl Selulosa
Terutama digunakan dan efektif untuk penstabil emulsi minyak dalam air.
pH optimum 3-11.
Bersifat nonionik.
Larut baik dalam air dingin.
Terkoagulasi oleh elektrolit dengan konsentrasi tinggi.
b.2. CMC
Viskositas sangat tinggi sehinggga digunakan untuk penstabil emulsi.
Konsentrasi yang digunakan 0,5-1%.
pH 5-10.
Stabil pada air dingin.
c. Emulgator sintetik : Surfaktan, sabun &alkali (kerugian : inkompatibel terhadap asam), alkohol
(cetyl alkohol, glyceril), carbowaxes (PEG), lesitin (fosfolipid)
II. 1. 2. Pengawet
Pengawet diperlukan dalam sediaan emulsi karena:
- Fasa air merupakan media tumbuh yang baik bagi bakteri/mikroorganisme
Pengawet terutama diperlukan pada saat sediaan M/A, karena air merupakan fasa yang
jumlahnya lebih besar (fasa eksternal).
Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air mempermudah pertumbuhan
mikroorganisme….(FI IV hal 7)
- Penggunaan emulgator alam yang mudah terurai oleh mikroorganisme.
- Kontaminasi dari mikroba selama proses, baik dari udara, peralatan, maupun dari personel.
- Menghindari perubahan yang tidak diinginkan dari sediaan emulsi yang disebabkan oleh
organisme (≈stabiltas) <Martin, hal 494>
Persyaratan pengawet:
- Larut dalam kedua fasa (terutama dalam fasa air).
- Tercampurkan dengan komponen lain dalam sediaan.
- Efektif dalam konsentrasi rendah.
9
Teori Sediaan EMULSI - Apoteker 2004/2005
- Tidak toksik dan tidak merangsang.
- Tidak menimbulkan rasa, warna, dan bau yang tidak enak/tidak sesuai.
Adanya kemungkinan antaraksi antar pengawet dan komponen lain, terutama surfaktan, menyebabkan
harus dilakukan pemilihan konsentrasi yang tepat. Keefektifan pengawet lebih ditentukan dari konsentrasi
pengawet yang tidak terikat/bebas yang terdapat dalam fasa air.
Contoh pengawet:
Menurut FI IV, hal 7, pengawet yang biasa digunakan dalam emulsi adalah: metil-, etil-, propil-,
dan butil paraben, asam benzoat, dan senyawa amonium quartener.
a. Asam organik
Asam benzoat, digunakan pada pH 5, konsentrasi 0,1% digunakan CHCl 3 untuk emulsi
parafin cair.
Asam sorbat, digunakan pada pH 6,5, dapat mengiritasi kulit dan kurang efektif,
konsentrasi 0,1 – 0,2%.
b. Ester dari asama p-hidroksi benzoat
Stabil, inert, tidak toksik, tidak berasa, efektif pada pH 7 – 9, terdispersi pada kedua fasa,
konsentrasi 0,1 – 0,2%. Contoh metil paraben, etil paraben, propil paraben, butil paraben, dan
garam-garam natriumnya.
c. Senyawa amonium quarterner
Konsentrasi 0,002 – 0,01%. Contoh: benzal konium klorida, setilpiriinium klorida, dll.
d. Senyawa merkuri organik
Konsentrasi 0,004 – 0,01%
Catatan:
Untuk setiap penggunaan 1% emulgator non ionik sangat menguntungkan bila dilakukan
penambahan 0,01% nipagin (propil paraben) dan 0,05% nipasol (metil paraben).
II. 1. 3. Antioksidan
Antioksidan diperlukan terutama untuk mencegah terjadinya ketengikan dari fasa minyak (konsentrasi
0,01-0,1%).
Syarat antioksidan:
- Dapat segera terdispersi pada sediaan.
- Syarat lain sama dengan pengawet.
Contoh: BHT (butil hidroksi toluat), BHA (butil hidroksi anisol), tokoferol/vit E.
II. 1. 4. Flavor/Pemanis
Pemanis perlu ditambahkan untuk menutup bau yang tidak enak, oleh karena itu dipilih bau yang tahan
lama tetapi tidak terlalu merubah fasa sediaan. Flavour ditambahklan pada fasa luar setelah sediaan jadi.
Contoh: sorbitol (pemanis fasa air), vanilin (fasa air).
II. 2. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Penyusunan Formula
a. Pemilihan emulgator
b. Mendapatkan konsistensi yang tepat
Konsistensi suatu sediaan emulsi kadang-kadang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Untuk meningkatkan konsistensi emulsi cair, yaitu:
- Meningkatkan kekentalan fasa luar.
- Meningkatkan persentase volume fasa terdispersi.
- Memperkecil ukuran partikel, meningkatkan homogenitasnya.
- Menambah jumlah emulgator.
- Menambah pengental atau emulagator hidrofob.
c. Persiapan mengatasi kemungkinan terjadinya oksidasi atau reaksi mikrobiologi (pemilihan
antioksidan dan pengawet yang cocok)
d. Cara pembuatan, termasuk alat yang digunakan.
e. Pemilihan wadah
10
Teori Sediaan EMULSI - Apoteker 2004/2005
Prosedur pembuatan sediaan diantaranya dijelaskan pada dua pustaka:
1. The art of Compounding, 1957, 9th ed., Hlm 327-329 & Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,
Howart C. Ansel, ed. 4, 1989
2. RPS, 18th ed., Hlm. 1535-1536
III. 1. Menurut The art of Compounding, 1957, 9th ed., Hlm 327-329 & Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi, Howart C. Ansel, ed. 4, 1989
Ada 3 cara, yaitu:
III. 1. 1. Metode Kontinental (Gom kering) prosesnya cepat
1. Membuat emulsi primer/awal/utama terlebih dahulu dengan perbandingan
minyak : air : emulgator = 4 : 2 : 1. Cara membuatnya sbb : Masukkan emulgator/gom
dalam mortir, tambahkan minyak. Aduk hingga tercampur baik. Tambahkan sekaligus air,
aduk cepat hingga terbentuk emulsi utama yang encer, stabil dan mengeluarkan bunyi khas
pada pergerakan alu.
2. Tambahkan bahan formulatif lain (zat pengawet, penstabil, perasa, dll
dilarutkan dahulu dalam sedikit fase luar baru dicampur dengan emulsi utama).
3. Zat yang mengganggu stabilitas emulsi ditambahkan terakhir (misalnya
elektrolit, garam logam, alkohol).
4. Bila semua bahan sudah ditambahkan, emulsi dipindahkan ke gelas ukur dan
sisa fase luar ditambah hingga volume yang diinginkan.
11
Teori Sediaan EMULSI - Apoteker 2004/2005
d. Masukkan sisa air kedalam emulsi yang telah terbentuk
IV. 4. Penentuan Ukuran Globul (Martin hal 430431; Lachman Practice ed III, hal 531)
Metode ini cukup banyak digunakan untuk evaluasi emulsi. Yang ditetapkan adalah ukuran droplet
rata-rata berikut distribusinya pada selang waktu waktu tertentu. Diasumsikan terjadi pembesaran ukuran
droplet. Analisis ukuran droplet ini dapat dilakukan dengan mikroskop (mengukur diameter) atau
penghitung elektronik (electronic counter), yang mengukur volume droplet.
Caranya: untuk mempermudah penentuan ukuran droplet, sediaannya diencerkan dulu dengan
gliserin. Dari sediaan yang telah diencerkan tadi, diambil 1-2 tetes, disimpan di atas kaca objek, lalu
diberi beberapa tetes larutan Sudan III, diaduk sampai rata. Setelah diberi kaca penutup, dilihat di bawah
mikroskop bermikrometer. Partikel yang diukur paling sedikit berjumlah 300.
Studi menggunakan emulsi yang stabil menunjukkan bahwa pada awalnya akan terjadi perubahan
ukuran droplet yang sangat cepat, yang menunjukkan kekurangsempurnaan pelapisan permukaan droplet
oleh emulgator selama proses emulsifikasi. Selanjutnya perubahan ukuran droplet yang lambat
menunjukkan adanya koalesensi droplet sampai tercapai kondisi yang relatif lebih stabil.
13
Teori Sediaan EMULSI - Apoteker 2004/2005
Untuk mengetahui sifat aliran emulsi dapat dilakukan dengan pengukuran viskositas pada
berbagai rate of shear. Aspek flokulasi diamati pada rate of shear yang rendah, sedangkan kehilangan
viskositas dapat diamati pada rate of shear yang tinggi.
Cara kerja :
1. Isi mangkuk dengan cairan yang akan diukur viskositasnya.
2. Naikkan alas sedemikian rupa sehingga selinder berada tepat di tengah-tengah mangkuk.
3. atur skala sehingga menunjukkan angka nol.
4. berikan beban tertentu dan lepaskan kunci sehingga bandul turun dan mengakibatkan
silinder berputar sampai mencapai skala tertentu.
5. catat waktu yang diperlukan oleh bandul untuk mencapai skala tersebut. Hitung RPM.
6. dengan menaikkan dan menurunkan beban maka di dapat pengukuran pada berbagai
RPM.
Perhatian : setiap kali pengukuran harus dimulai dari skala nol.
Untuk menghitung viskositas digunakan persamaan sebagai berikut :
Aliran Newton : = Kv x
Aliran Plastik : = Kv x
Kv = konstanta
W = beban yang diberikan
Wf = beban pada yield value
RPM = jumlah putaran per menit
Untuk menghitung K biasanya digunakan cairan pembanding yang telah diketahui
viskositasnya. Untuk mengetahui sifat alirannya, digambarkan kurva antara RPM vs beban
yang diberikan.
14
Teori Sediaan EMULSI - Apoteker 2004/2005
Cara kerja :
1. Pasang spindel pada gantungan spindel.
2. Turunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup ke dalam cairan yang
akan diukur viskositasnya.
3. pasang stop kontak.
4. nyalakan motor sambil menekan tombol.
5. biarkan spindel berputar dan lilatlah jarum merah pada skala.
6. bacalah angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut. Untuk menghitung viskositas, maka
angka pembacaan tersebut dikalikan dengan suatu faktor yang dapat dilihat pada tabel
yang terdapat pada brosur alat.
7. dengan mengubah-ubah RPM, maka didapat viskositas pada berbagai RPM.
Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara RPM dan usaha yang dibutuhkan untuk memutar
spindel. Usaha dapat dihitung dengan mengalikan angka yang terbaca pada skala dengan 7,187 dyne cm
(untuk viskometer Brookfield tipe RV)
15
Teori Sediaan EMULSI - Apoteker 2004/2005
IV. 9. Pengujian Stabilita Dipercepat
Stabilitas sediaan emulsi dapat dilihat setelah penyimpanan sediaan selama waktu simpannya
(shelf-life); namun cara ini membutuhkan waktu yang lama. Sehingga digunakan pengujian stabilita
dipercepat untuk memperoleh data stabilitas jangka panjang. Pengujian stabilita dipercepat dilakukan
dengan cara memberikan tekanan tertentu pada sediaan; dengan agitasi, sentrifugasi, atau teknik
manipulasi suhu. (The Pharmaceutical Codex, 12th ed, hal 83)
Agitasi dapat meningkatkan kecepatan dimana globul bertemu sehingga menurunkan skala waktu
stabilitasnya. Sentrifugasi data menginduksi creaming atau koalesensi pada sistem yang tidak stabil.
Kondisinya harus dipertimbangkan baik-baik untuk mencegah distorsi globul atau kerusakan lapisan film.
Manipulasi suhu, seperti merubah suhu tinggi ke suhu rendah dan sebaliknya terus menerus, adalah
metode yang paling sering digunakan. Suhu yang ekstrim harus dihindari. (The Pharmaceutical Codex,
12th ed, 83)
Metode yang dianjurkan : dengan sentrifugasi (Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan
Semi Solid, revisi 2003, hal 38). Sentrifugasi pada 3750 RPM dalam tabung sentrifuga setinggi 10 cm
selama 5 jam dapat dikatakan ekivalen dengan pengaruh gravitasi selama + 1 tahun. Sedangkan
sentrifugasi pada kecepatan yang sangat tinggi (25.000 RPM) dapat memprediksi penyebab
ketidakstabilan emulsi, yang tidak terlihat pada penyimpanan normal.
V. 3. Lachman
Emulsi Oral (Hal: 203)
R/ Cottonseed oil winterrized 460,0 g
Sulfadiazin 200,0 g
Sorbitan monostearat 84,0 g
Polyoxyetylene (20) sorbitan 36,0 g
Monostearat 2,0 g
Sweetener qs
Water potebel 1000g
Flavour oil qs
16
Teori Sediaan EMULSI - Apoteker 2004/2005
V. 5. BP 2001
Liquid paraffin (2298)
Liquid paraffin and Magnesium hidroksida (22999)
Emulsi Parenteral
R/ Cotton seed oil 15,0 g
PEG 200 monopalmitat 1,2 g
Ester asam tartrat 0,3 g
Polyoxyetylene polyoxypropyllen
blok polimer 0,3 g
Isotonis glukosa 83,2 g
17