Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah suatu profesi yang berkaitan dengan kesehatan yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan kesehatan dan kimia. Farmasi adalah suatu profesi di
bidang kesehatan yang meliputi kegiatan-kegiatan di bidang penemuan,
pemgembangan, produksi, pengolahan, peracikan, dan distribusi obat. Dalam ilmu
farmasi ada empat bidang yang di pelajari, yaitu farmasi klinik, farmasi industry,
farmasi sains, dan farmasi tradisional. Kemampuan penunjang yang harus dimiliki
adalah senang dan familiar dengan fisika, kimia, biologi, dan matematika, ketelitian
dan kecermatan, hapalan dan kemampuan analisa, dan suka bekerja di laboraturium.
Farmasi Fisika merupakan suatu ilmu yang menggabungkan antara ilmu
Fisika dengan ilmu Farmasi. Ilmu Fisika mempelajari tentang sifat-sifat fisika suatu
zat baik berupa sifat molekul maupun tentang sifat turunan suatu zat. Sedangkan ilmu
Farmasi adalah ilmu tentang obat-obat yang mempelajari cara membuat,
memformulasi senyawa obat menjadi sebuah sediaan jadi yang dapat beredar di
pasaran. Gabungkan kedua ilmu tersebut akan menghasilkan suatu sediaan farmasi
yang berstandar baik, berefek baik, dan mempunyai kestabilan yang baik pula. Suatu
sediaan dibuat untuk memenuhi persyaratan dengan memperhatikan penggunaan obat
oleh pasien. Kebanyakan pasien sulit dalam mengonsumsi obat yang memiliki rasa
yang pahit oleh karena itu dibuatlah suatu sediaan farmasi yang cair dan tidak
memiliki rasa pahit salah satunya yaitu sediaan emulsi.
Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamik yang
mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak saling bercampur, dimanasatu
diantaranya sebagai bola-bola dalam fase cair lain. Sistem dibuat satabil dengan
adanya suatu zat pengemulsi (Martin, A. 2008 ).
Emulsifikasi banyak digunakan dalam pembuatan produk obat dan kosmetik
untuk penggunaan luar, khususnya pada losion dan krim dermatologikdan kosmetik
karena produk yang diinginkan adalah produk yang mudah menyebar dan benar-
benar menutupi area yang dioleskan. Dalam produkaerosol, emulsifikasi digunakan

1
untuk menghasilkan busa. Propelan yangmerupakan fase cair terdispersi didalam
wadah akan menguap jika emulsi dikeluarkan dari wadah. Hal ini menghasilkan
pembentukan busa dengan cepat (Sinko, 2015)
Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang
mencegah koalesensi. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan juga mengurangi
tegangan permukaan antar fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi. Emulsi
terdiri dari dua fase yang tidak dapat bercampur (pada umumnya air dan minyak),
dengan satu fase terdispersi sebagai droplet kecil di fase lainnya. Emulsi tidak dapat
dibentuk begitu saja dengan menghomogenisasi air dan minyak bersama, karena
kedua fase tersebut dapat memisah dengan cepat. Hal ini dikarenakan droplet minyak
cenderung menyatu satu sama lain ketika saling bertumbukan, yang pada akhirnya
menyebabkan pemisahan fase secara total. Pembentukan emulsi yang stabil
memungkinkan apabila menggunakan pengemulsi, ( Dirjen POM, 1995)
Ketidakstabilan emulsi sangatlah penting bagi ahli farmasi, ketidak stabilan
dari emulsi dapat mempengaruhi sediaan tersebut. Berdasarkan latar belakan diatas
maka dilakukan percobaan pembuatan emulsi dengan menggunakan emulgator dari
golongan surfaktan yakni twin 80 dan span 80 dengan tipe O/W (oil in water) serta
menggunakan air dan minyak zaitu. Pemilihan emulgator merupakan faktor yang
paling penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak
dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan.
1.2 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan kali ini yaitu agar mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami cara pembuatan sediaan emulsi
1.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari dari percobaan kali ini yaitu :
1. Agar mahasiswa dapat memahami pengertian dan ketidakstabilan sediaan
emulsi.
2. Agar mahasiswa dapat memahami dan membuat sediaan emulsi.
1.4 Prinsip Percobaan

2
Pembuatan Emulsi minysk dalam air dengan menggunakan variasi HLB butuh
1o,11,12 dan penetuan kestabilan yang didasarkan pada penampakan fisik dari emulsi
misalkan perubahan volume, perubahan warna, dan pemisahan terdispersi dalam
jangka waktu tertentu pada kondisi yang dipaksakan (Stress condition).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
2.1.1 Pengertian Emulsi
Emulsi merupakan sediaan berupa campuran yang terdiri dari dua fase cairan
yang satu terdispersi di dalam suatu larutan sangat halus dan merata dalam fase cairan
lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi. Sifat fisika dari suatu emulsi dan
kestabilannya tidak dapat dipertimbangkan secara terpisah. Oleh karena itu, bagian
ini berkenaan dengan sifat-sifat fisika yang lebih penting dari emulsi, perubahan-
perubahannya terhadap pengaruh luar dan hubungannya dengan kestabilan emulsi
(Lachman, 1994).
Emusi ada dua macam yaitu air dalam lemak atau emulsi water in oil (w/o)
dan emulsi lemak dalam air atau emulsi oil in water (o/w). jika minyak yang
merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pendispersi, maka sistem
ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air merupakan fase terdispersi
dan minyak merupakan fase pendispersi, maka sistem ini disebut emulsi air dalam
minyak. Untuk menstabilkan sistem biasanya ditambahkan emulsifier.(Nasution et al.
2005)
Emulsifier atau zat pengemulsi adalah zat-zat yang dapat mempertahankan
sistem emulsi atau zat untuk membantu menjaga kestabilan emulsi minyak dan air.
Umumnya emulsifier merupakan senyawa organik yang memiliki dua gugus fungsi
baik yang polar maupun nonpolar sehingga kedua zat tersebut dapat bercampur.
Gugus nonpolar emulsifier akan mengikat minyak (partikel minyak dikelilingi)
sedangkan air akan terikat kuat oleh gugus polar pengemulsi tersebut. Bagian polar
kemudian akan terionisai menjadi bermuatan negatif. Hal ini menyebabkan minyak
juga menjadi bermuatan negatif. Partikel minyak kemudian akan tolak menolak
sehingga dua zat yang pada awalnya tidak dapat larut tersebut kemudian menjadi
stabil (Kurniasari 2009).

4
2.1.2 Komponen Emulsi
         Komponen emulsi menurut Syamsuni, (2006), yaitu:
1.   Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam
emulsi, terdiri atas:
a. Fase dispers/fase internal/fase diskontinu/fase terdispersi/fase dalam, yaitu
zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain.
b. Fase eksternal/fase kontinu/fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair dalam
emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi
tersebut.
c. Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi.
2. Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahakan
kedalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya
corrigen saporis, odoris, colouris, pengawet (preservative), dan anti oksidan
(Syamsuni, 2006).
2.1.3 Jenis-jenis emulsi
Jenis-jenis emulsi menurut Gennaro, (1969) yaitu:
1.    M/A (minyak/air) Suatu emulsi dimana minyak terdispersi sebagai tetesan-
tetesan dalam fase air dan diistilahkan emulsi minyak dalam air.
2.    A/M (air/minyak) Jika air adalah fase terdispersi dan minyak adalah medium
pendispersi, maka emulsi disebut emulsi air dalam minyak.
3.    Emulsi Ganda Dikembangkan berdasarkan pencegahan pelepasan bahanaktif.
Dalam tipe emulsi ini dihadirkan 3 fase yang disebut bentuk emulsi A/M/A
atau M/A/M atau disebut “emulsi dalam emulsi”.Emulsi mana yang terjadi,
tergantung dari emulgatornya. Jika emulgator larut dalam air, maka terbentuk
emulsi O/W. Jika emulgator larut dalam minyak maka terbentuk emulsi W/O.

5
2.1.4 Cara Menentukan Tipe Emulsi
Menurut Martin, (1990), cara menentukan tipe emulsi adalah sebagai berikut:
1.    Tes Pengenceran Tetesan
Metode ini berdasarkan prinsip bahwa emulsi bercampur dengan luar
akibatnya, jika air ditambahkan ke dalam emulsi M/A, air akan terdispersi
cepat dalam emulsi. Jika minyak ditambahkan tidak akan terdispersi tanpa
pengadukan yang kuat. Begitu pula dengan emulsi A/M.
2.    Uji Kelarutan Cat
Uji ini berdasarkan prinsip bahwa dispersi cat secara seragam melalui
emulsi jika cat larut dalam fase luar. Pewarna padat yang larut dalam air dapat
mewarnai emulsi minyak dalam air (M/A), contohnya methylane blue.
3.    Uji Arah Creaming
Creaming adalah fenomena antara 2 emulsi yang terpisah dari cairan
aslinya dimana salah satunya mengapung pada permukaan lainnya.
Konsentrasi fase terdispersi adalah lebih tinggi dalam emulsi yang terpisah.
Jika berat jenis relatif tinggi dari kedua fase diketahui, maka arah creaming
dari fase terdispersi menunjukkan adanya tipe emulsi M/A. jika cream emulsi
menuju ke bawah berarti emulsi A/M. hal ini berdasarkan asumsi bahwa
mimyak kurang padat daripada air.
4.    Uji Hantaran Listrik
Uji hantaran listrik berdasarkan pada prinsip bahwa air menghantarkan
arus listrik sedangkan minyak tidak. Jika elektrode ditempatkan pada emulsi
menghantarkan artus listrik, maka emulsi M/A. jika sistem tidak
menghantarkan arus listrik, maka emulsi adalah A/M.
5.   Tes Fluoresensi
Banyak minyak jika dipaparkan pada sinar UV berfluoresensi, jika
tetesan emulsi dibentangkan dalam lampu fluoresensi di bawah mikroskop
dan semuanya berfluoresensi, menunjukkan emulsi A/M. Tapi jika emulsi
M/A, fluoresensinya berbintik-bintik.

6
2.1.5 Macam-macam emulgator
Menurut Syamsuni, (2006), macam-macam emulgator yaitu:
1.    Emulgator Alam
Emulgator alam, yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang
rumit. Dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu:
a.      Emulgator dari tumbuh-tumbuhan (Gom arab, tragakan, agar-agar,
chondrus, emulgator lain).
b.     Emulgator hewani (Kuning telur dan adeps lanae).
c.      Emulgator dari mineral (Magnesium Aluminium Silikat (Veegum),
Bentanoit).
2.   Emulgator Buatan atau Sintetis
a.      Sabun
b.      Tween 20, 40, 60, 80.
c.      Span 20, 40, 80.
2.1.6   Sifat-Sifat Emulgator
Beberapa sifat yang dipertimbangkan dari bahan pengemulsi menurut
Gennaro, (1996) yaitu:
1.   Harus efektif pada permukaan dan mengurangi tegangan antar muka sampai
di bawah 10 dyne/cm.
2.   Harus diabsorbsi cepat di sekitar tetesan terdispersi sebagai lapisan kental
mengadheren yang dapat mencegah koalesensi.
3.   Memberikan tetesan-tetesan yang potensialnya listriknya cukup sehingga
terjadi saling tolak-menolak.
4.   Harus meningkatkan viskositas emulsi.
5.   Harus efektif pada konsentrasi rendah.
2.1.7 Mekanisme Kerja Emulgator
Menurut Lachman, (1994), mekanisme kerja emulgator adalah sebagai
berikut:
1.   Penurunan Tegangan Permukaan

7
Walaupun pengurangan tegangan permukaan energi bebas antar muka
yang dihasilkan pada dispersi. Peranan zat pengemulsi sebagai batang
antarmuka adalah yang paling penting. Ini dapat dilihat dengan jelas bila
seseorang memperhatikan bahwa banyak polimer dan padatan yang terbagi
halus, tidak efisien dalam menurunkan tegangan antarmuka, membentuk
pembatas antarmuka yang baik sekali, bertindak untuk mencegah
penggabungan dan berguna sebagai zat pengemulsi.
2.   Pembentuk Lapisan Antarmuka
Pembentukan lapisan-lapisan oleh suatu pengemulsi pada permukaan
tetesan air atau minyak tidak dipelajari secara terperinci. Pengertian dari suatu
lapisan tipis monomolekuler yang terarah dari zat pengemulsi tersebutpada
permukaan fase dalam suatu emulsi. Cukup beralasan untuk mengharapkan
molekul amfifilik untuk mengatur dirinya pada suatu antarmuka air, minyak
dan bagian hidrofilik pada fase air. Juga sudah ditetapkan dengan baik bahwa
zat aktif permukaan cenderung berkumpul pada antarmuka, dan pengemulsi
diabsorbsi pada antar muka minyak dan air sebagai lapisan monomolekuler.
Jika kensentrasi zat pengemulsi cukup tinggi, pengemulsi membentuk suatu
lapisan yang kaku antara fase-fase yang tidak saling bercampur tersebut, yang
bertindak sebagai suatu penghalang mekanik. Baik terhadap adhesi maupun
menggabungnya tetesan-tetesan emulsi.
3.   Penolakan Elektrik
Telah digambarkan bagaimana lapisan antarmuka atau kristal cair
lamellar mengubah laju penggabungan tetesan dengan bertindak sebagai
pembatas. Disamping itu, lapisan yang sama atau serupa dapat menghasilkan
gaya listrik tolak antara tetesan yang mendekat. Penolakan ini disebabkan oleh
suatu lapisan listrik rangkap yang dapat timbul dari gugus-gugus bermuatan
listrik yang mengarah pada permukaan bola-bola yang teremulsi M/A yang
distabilkan dengan sabun Na. Molekul-molekul surfaktan tidak hanya
berpusat pada antarmuka tetapi karena sifat polarnya, molekul-molekul
tersebut terarah juga. Bagian bawah hidrokarbon dilarutkan dalam tetesan

8
minyak, sedangkan kepala (ioniknya) menghadap ke fase kontinu (air). Akibat
permukaan tetesan tersebut ditabur dengan gugus-gugus bermuatan, dalam hal
ini gugus karboksilat yang bermuatan negatif. Ini menghasilkan suatu muatan
listrik pada permukaan tetesan tersebut menghasilkan apa yang dikenal
sebagai lapisan listrik rangkap.
Potensial yang dihasilkan oleh lapisan rangkap tersebut menciptakan
suatu pengaruh tolak menolak antara tetesan-tetasan minyak, sehingga
mencegah penggabungan. Walaupun potensial listrik tolak tidak dapat diukur
secara langsung untuk membandingkan dengan teori. Toeri kuantitas yang
behubungan, potensial zet dapat ditentukan. Potensial zeta untuk suatu emulsi
yang distabilkan dengan surfaktan sebanding dengan dengan potensial lapisan
rangkap hasil perhitungan. Tambahan pula, perubahan dalam potensial zeta
parallel dengan perubahan potensial lapisn rangkap jika elektrolit ditaburkan.
Hal ini dan data yng berhubungan dengan besarnya potensial pada antarmuka
dapat digunakan untuk menghitung penolakan total atara tetes-tetes minyak
sebagai suatu fungsi dari jeruk antara tetesan tersebut.
4.   Padatan Terbagi Halus
Bagian emulgator ini membentuk lapisan khusus disekeliling tetesan
terdispersi dan menghasilkan emulsi yang meskipun berbutir kasar,
mempunyai stabilitas fisik. Hal ini dapat menyebabkan padatan dapat bekerja
sebagai emulgator.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46,07 g/mol
Rumus Struktur :

9
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas dan mudah
terbakar
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom P dan
dalam eter P
Khasiat : Anti septic dan Disenfektan
Kegunaan : Sebagai pembersih alat-alat agar steril
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya,
ditempat sejuk, dan jauh dari nyala api
2.2.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air Suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 g/mol

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak


mempunyai rasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Khasiat : Sebagai sumber energi
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup2
2.2.3 Span 80 (Ditjen POM 1979: 714)
Nama Resmi :  SORBOTIN MONOOLEAT
Nama lain : Span 80
Rumus molekul : C24H44O6

10
Rumus struktur :

Pemerian : Larutan berminyak, tidak berwarna, bau


karakteristik dari asam lemak.
Kelarutan : Praktis tidak larut, tetapi terdispersi dalam air, dapat
bercampur dengan alcohol, sedikit larut dalam minyak
kapas.
Peyimpanan  :  Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan  :  Sebagai emulgator tipe minyak
2.2.4 Tween 80 (Ditjen POM 1979: 509)
Nama Resmi  :  POLYSORBATUM
Nama lain  :  Tween 80
Rumus molekul : C64H24O26
Rumus struktur :

Pemerian  : Cairan kental, minyak, kuning dan bau karakteristik dari


asam lemak.
Kelarutan  : Mudah larut dalam air, dalam etanol 95 % P, dalam
etanol P, sukar larut dalam parafin cair P dan dalam
minyak biji kapas P.
Peyimpanan  :  Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai emulgator tipe air P

11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan Emulsifikasi yaitu: Batang
pengaduk, Cawan porselen, Gelas kimia, Gelas ukur , Lap kasar, Lap halus, Pipet
tetes, Spatula,Ultraturax, Wadah sediaan, Waterbath.
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan Emulsifikasi yaitu : Alkohol
70%, Aquadest, Aluminium Foil, Minyak zaitun, Span 80, Tween 80, dan tisu.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Cara kerja HLB butuh 10
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat dan bahan menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang tween 80 sebanyak 2,65 gram dan span 80 sebanyak 2,4 gram.
Sesuai dengan perhitungan bahan untuk membuat emulsi HLB 10,11,12.
4. Diukur aquades sebanyak 90 mL berdasarkan perhitungan bahan
5. Dimasukkan aquades dan tween 80 ke dalam gelas kimia untuk membuat fase
cair.
6. Diaduk dan dipanaskan aquades dan tween 80 pada penangas air sampai suhu
70oC
7. Diukur minyak zaitun sebanyak 5 mL
8. Dimasukkan minyak zaitun dan dan span 80 kedalam gelas kimia untuk
membuat fase minyak
9. Dicampur dan dipanaskan minyak zaitun dan span 80 pada penangas sampai
suhu 70oC
10. Dihentikan pemanasan setelah mencapai suhu 70oC
11. Dimasukkan fase minyak ke dalam fase air sedikit demi sedikit lalu di aduk
dengan menggunakan ultraturax (Intermitten shaking).
12. Dimasukkan emulsi kedalam gelas ukur 100 mL
13. Dilakukan pengamatan selama selama 3 hari dibawah kondisi stress condition

12
14. Ditentukan kestabilan emulsi berdasarkan parameter fase, perubahan warna
dan perubahan volume.
3.3.2 Cara kerja HLB butuh 11
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat dan bahan menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang tween 80 sebanyak 3,05 gram dan span 80 sebanyak 1,94 gram.
Sesuai dengan perhitungan bahan untuk membuat emulsi HLB 10,11,12.
4. Diukur aquades sebanyak 90 mL berdasarkan perhitungan bahan
5. Dimasukkan aquades dan tween 80 ke dalam gelas kimia untuk membuat fase
cair.
6. Diaduk dan dipanaskan aquades dan tween 80 pada penangas air sampai suhu
70oC
7. Diukur minyak zaitun sebanyak 5 mL
8. Dimasukkan minyak zaitun dan dan span 80 kedalam gelas kimia untuk
membuat fase minyak
9. Dicampur dan dipanaskan minyak zaitun dan span 80 pada penangas sampai
suhu 70oC
10. Dihentikan pemanasan setelah mencapai suhu 70oC
11. Dimasukkan fase minyak ke dalam fase air sedikit demi sedikit lalu di aduk
dengan menggunakan ultraturax (Intermitten shaking).
12. Dimasukkan emulsi kedalam gelas ukur 100 mL
13. Dilakukan pengamatan selama selama 3 hari dibawah kondisi stress condition
14. Ditentukan kestabilan emulsi berdasarkan parameter fase, perubahan warna
dan perubahan volume.
3.3.2 Cara kerja HLB butuh 12
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat dan bahan menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang tween 80 sebanyak 3,54 gram dan span 80 sebanyak 1,45 gram.
Sesuai dengan perhitungan bahan untuk membuat emulsi HLB 10,11,12.
4. Diukur aquades sebanyak 90 mL berdasarkan perhitungan bahan

13
5. Dimasukkan aquades dan tween 80 ke dalam gelas kimia untuk membuat fase
cair.
6. Diaduk dan dipanaskan aquades dan tween 80 pada water bath sampai suhu
70oC
7. Diukur minyak zaitun sebanyak 5 mL
8. Dimasukkan minyak zaitun dan dan span 80 kedalam gelas kimia untuk
membuat fase minyak
9. Dicampur dan dipanaskan minyak zaitun dan span 80 pada water bath pada
suhu 70oC
10. Dihentikan pemanasan setelah mencapai suhu 70oC
11. Dimasukkan fase minyak ke dalam fase air sedikit demi sedikit lalu di aduk
dengan menggunakan ultraturax (Intermitten shaking).
12. Dimasukkan emulsi kedalam gelas ukur 100 mL
13. Dilakukan pengamatan selama selama 3 hari dibawah kondisi stress condition
14. Ditentukan kestabilan emulsi berdasarkan parameter fase, perubahan warna
dan perubahan volume.

14
BAB 4
HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Gambar sediaan Emulsi
Gambar Sediaan Emulsi
HLB 10 HLB 11 HLB 12

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan

15
Perubahan yang terjadi
Hari 1 Hari 2 Hari 3
No HLB Waktu
Pada suhu Pada suhu Pada suhu
ruang dingin ruang
1.

Warna putih Warna masih Warna tetap


10 17.00-17.00 dan sudah tetap putih, putih, dan
WITA terdapat namun sudah ketinggian
creaming terdapat creaming
setinggi 0,1 creaming 0,2 tetap sama
cm 0,2 cm

2.

11 17.00-17.00
Warna putih, Warna masih Masih putih,
WITA
dan sudah putih, ketinggian
terdapat ketinggian creaming
creaming creaming kembali
dengan bertambah berkurang
ketinggian menjadi 1,3 menjadi 1,2
1,2 cm cm cm
3.

12 17.00-17.00
WITA Warna putih, Warna putih, Warna putih,
dan sudah terdapat ketinggian
terdapat creaming creaming
creaming dengan meningkat
dengan ketinggian 1,0 yaitu 16
ketinggian cm mencapai
0,8 1,2cm
4.2 Perhitungan bahan
Tween 80 HLB tween 15
Span 80 HLB span 4,3
Minyak zaitun 5%
a. Perhitungan HLB butuh 10
Tween 80 = 15 5,7
10
Span 80 = 4,3 5
+
10,7
5 ,7
Tween 80 = = 0.53 x 5 = 2,65 gram
10,7
5
Span 80 = = 0,48 x 5 = 2,4 gram
10,7
Aquadest = 100-5-2,65- 2,4
= 90 mL
Minyak Zaitun = 5%
= 5 mL
b. Perhitungan HLB butuh 11
Tween 80 = 15 6,3
11
Span 60 = 4,7 4 +
10,3
6,3
Tween 80 = = 0.611 x 5 = 3,05 mL
10,3
4
Span 80 = = 0,388 x 5 = 1,94 mL
10,3
Aquadest = 100-5-3,055- 1,94
= 90 mL
Minyak Zaitun = 5%
= 5 mL

17
c. Perhitungan HLB butuh 12
Tween 80 = 15 7,3
` 12
Span 80 = 4,7 3 +
10,3
7,3
Tween 80 = = 0.709 x 5 = 3,54 mL
10,3
3
Span 80 = = 0,291 x 5 = 1,45mL
10,3
Aquadest = 100-5-3,54- 1,45 mL
= 90 mL
Minyak Zaitun = 5%
= 5 mL

18
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahn obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalm cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan
yang cocok. Dalam sediaannya emulsi memiliki dua tipe yaitu :oil in water (o/w)
atau minyak dalam air, dan water in oil (w/o) atau air dalam minyak. Emulsi dapat
distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang disebut emulgator. Pada
praktikum kali ini tipe emulsi yang dibuat yitu oil in water dengan menggunakan
metode gom basah.
Hal yang pertama yang dibuat dalam sediaan emulsi yaitu menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan. Alat yang digunakan dalam percobaan Emulsifikasi
yaitu: Batang pengaduk, Cawan porselen, Gelas kimia, Gelas ukur , Lap kasar, Lap
halus, Pipet tetes, Spatula,Ultraturax, Wadah sediaan, Waterbath. Adapun bahan yang
digunakan dalam percobaan Emulsifikasi yaitu : alkohol 70%, aquadest, Aluminium
Foil, Minyak zaitun, Span 80, Tween 80, dan tisu.
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan pembuatan sediaan emulsi
yaitu menghitung HLB butuh 10,11, dan HLB butuh 12, kemudian membersihkan
alat yang digunakan menggunakan alkhol 70%. menurut Handoko (2007) efektifitas
alkohol 70% sebagai disenfektan terhadap kuman pada membran stetoskop, dengan
menyemprot dan menggenangi membrane stetoskop selama 10 menit terbukti mampu
memproduksi jumlah koloni kuman sampai 91% tiap membrane stetoskop.
Menimbang twen 80 dan span 80 sesuai dengan perhitungan HLB butuh 10,11 dan
12.
Kemudian mengukur aquades sebanyak 90 mL, memasukan aquadest dan
twin 80 kedalam gelas kimia untuk membuat fase cair. Menurut Rowe et al., (2009),
Tween 80 merupakan surfaktan non-ionik hidrofilik yang digunakan secara luas
sebagai agen pengemulsi pada emulsi minyak dalam air. Selain itu tween 80 juga

19
digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kelarutan dari minyak esensial dan
vitamin yang larut dalam minyak juga digunakan sebagai agen pembasah pada
suspensi oral dan parenteral. Kadar yang digunakan sebagai agen pengemulsi jika
dikombinasikan dengan pengemulsi hidrofilik lain dalam emulsi minyak dalam air
adalah 1-10%.
Diaduk dan dipanaskan aquadest dan tween pada water bath pada suhu 700c.
Digunakannya water bath karena water bath memiliki Fungsi untuk menciptakan
suhu yang konstan, menginkubasi pada analisis mikrobiologi. melebur basis,
menguapkan ekstrak untuk mereaksikan zat diatas suhu ruangan dan aktifitas enzim .
menurut Ayu Karuniawan (2007), dipanaskan sediaan emulsi optimal pada 65-70 0C
karena pada suhu itu baik untuk sediaan emulsi dan juga dapat membunuh bakteri
yang terkandung dalam larutan yang dipanaskan. Kemudian mengukur minyak zaitun
sebanyak 5 ml, dimasukan minyak zaitun da span 80 kedalam gelas kimia untuk
membuat fase minyak. Menurut Allen (2002), Tween dan span merupakan surfaktan
non ionik yang merupakan pengemulsi yang aman untuk digunakan.
Span 80 dan Tween 80 merupakan emulgator nonionik yang memiliki gugus
alkohol. Gugus alkohol akan berikatan lemah dengan air dan akan menurunkan
tegangan permukaan dari air. Span 80 dan Tween 80 dipilih karena tidak bersifat
karsinogenik dan potensi yang rendah terhadap iritasi pada kulit serta sensititasi. Span
80 mampu membentuk emulsi minyak dalam air bila dikombinasikan dengan
emulgator hidrofilik pada rentang konsentrasi 1-10% dalam formula. Begitu juga
dengan Tween 80, mampu membentuk emulsi minyak dalam air bila dikombinasikan
dengan emulgator lipofilik pada rentang konsentrasi 1-10% dalam formula (Kibbe,
2000).
Mencampurkan dan memanaskan minyak zaitu dan span 80 kedalam water
bath sampai suhu 700c, menghentkan pemanasan setelah mencapai 700c. karena
menurut Ayu Karuniawan (2007), dipanaskan sediaan emulsi optimal pada 65-70 0C
karena pada suhu itu baik untuk sediaan emulsi dan juga dapat membunuh bakteri
yang terkandung dalam larutan yang dipanaskan. kemudian dimasukan fase minyak
kedalam fase cair sedikit demi sedikit lalu diaduk mengguakan ultra turax selama 3

20
menit dengan jeda waktu 20 detik dan diulangi hingga 3 kali pengadukan. Adanya
waktu jeda dalam pengadukan karena pengadukan berselang lebih efektif dan efisien
untuk memastikan apakah sediaanya sudah tercampur secara homogeny. Di
masukkan masing-masing emulsi ke dalam wadah dan beri tanda sesuai nilai HLB
masing-masing, dicatat waktu memasukan sediaa kedalam wadah dan amati
ketidakstabilan yang terjadi selama 3 hari pada suhu yang berbeda. Jenis
ketidakstabilan emulsi yang terjadi selama 3 hari, bila terjadi creaming, diukur tinggi
emulsi yang membentuk cream, kemudian tentukan pada nilai HLB berapa emulsi
tampak relatif paling stabil.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama 3 hari pada kondisi suhu yang
berbeda-beda sediaan emulsi mengalami creaming pada hari pertama dan ketinggian
creaming pada setiap HLB 10,11, dan 12 berbeda-beda hal ini menunjukan adanya
ketidakstabilan sediaan emulsi.
Creaming yang terbentuk pada hari pertma untuk HLB butuh 10 yaitu dengan
ketinggian 0,1 cm pada suhu ruang, pada hari kedua ketinggian dari creaming
meningkat menjadi 0,2 cm pada suhu dingin, dan untuk hari ketiga ketinggian
creaming tidak meningkat lagi dimana ketinggiannya sama dengan ketinggian di hari
kedua yaitu 0,2 cm pada suhu ruang.
Creaming yang terbentuk pada HLB butuh 11 pada hari pertama yaitu dengan
ketinggian 1,2 cm pada suhu ruang, dan meningkat pada hari ke dua pada suhu dingin
dengan ketinggian 1,3, untuk hari ketiga tinggi creaming kembali seperti tinggi
creaming pada hari pertama yaitu 1,2 cm di suhu ruang.
Untuk HLB butuh 12 ketinggian creaming yang terbentuk pada hari pertama
yaitu 0,8 cm pada suhu ruang, pada hari kedua mengalami kenaikan tinggi creaming
pada suhu dingin yaitu 1,0 cm, dan pada hari ketingga emulsi juga mengalai kenaikan
ketinggia creaming pada suhu ruang yaitu 1,2 cm
Adapun faktor kesalahan dalam penlitian ini adalah kurangnya ketelitian
praktikan dalam mengukur bahan dan mencampurkannya sehingga volume yang
emulsi setelah di mixer tidak sesuai dengan seharusnya.

21
22
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum tentang pengujian kadar air dan kadar abu
maka dapat disimpulkan bahwa :
Emulsi merupakan sediaan berupa campuran yang terdiri dari dua fase
cairan yang satu terdispersi di dalam suatu larutan sangat halus dan merata
dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi. ketidak
stabilan dari emulsi dapat mempengaruhi sediaan tersebut. Contoh
ketidakstabilan emulsi yakni Jika tetesan minyak didispersikan didalam suatu
fase air kontinyu, emulsi tersebut merupakan tipe minyak dalam air, dan jika
minyak merupakan fase kontinyu, emulsi tersebut merupakan tipe air dalam
minyak. Perubahan tipe minyak ini disebut inversi.
Pada praktikum kali ini pembuatan emulsi, kami menggunakan
surfaktan tween 80 dan span 60, dengan sampel minyak zaitun dibuat dengan
metode pengadukan menggunakan ultraturax.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil praktikum, pembahasan dan kesimpulan diatas maka
dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut ;
6.2.1 Saran untuk jurusan
Diharapkan agar fasilitas lebih menunjang pada saat kegiatan
pratikum kimia organik agar pratikum berjalan dengan maksimal.
6.2.2. Saran untuk asisten
Diharapkan agar asisten dan pratikan tidak ada missed communication
selama pratikum berjalan agar hubungan asisten dan pratikan terjalin dengan
baik untuk terciptannya suatu keberhasilan dalam mengikutinpratikum kimia
organik ini.
6.2.3. Saran untuk pratikan
Diharapkan agar pratikan senantiasa belajar dengan baik untuk
mempersiapkan pratikum yang akan dilaksanakan , dapat mengikuti
pratikum dengan baik dan senantiasa selalu mengikuti arahan dan aturan

23
yang sudah ditetapkan. Selain itu, pratikan juga diharapkan agar fokus dan
serius mengikuti pratikum .

24

Anda mungkin juga menyukai