Anda di halaman 1dari 26

AMINOGLIKOSIDA DAN

MAKROLIDA
AMINOGLIKOSIDA

Aminoglikosida adalah salah satu antibiotik pilihan untuk


menangani infeksi serius.
Penggunaan antibiotik ini diindikasikan karena memiliki
spectrum luas terutama terhadap infeksi kuman aerob gram negatif,
dan berefek sinergis terhadap gram positif bila dikombinasikan
dengan antibiotik lain.
Penggolongan

Penggolongan Aminoglikosida dapat dibagi atas dasar rumus kimianya sebagai


berikut:
•• Streptomisin yang mengandung satu molekul gula-amino dalam molekulnya
•• Kanamisin dengan turunan amikasin, dibekasin, gentamisin,, dan turunannya
netilmisin dan tobramisin, yang semuanya memiliki dua molekul gula yang
dihubungkan oleh sikloheksan
••  Neomisin, framisetin dan paramomisin dengan tiga gula-amino
INDIKASI
Walaupun spektrum luas, jangan digunakan untuk setiap infeksi karena:
- Resistensi cepat berkembang
- Toksisitas relatif tinggi
- Tersedianya antibiotika lain yang efektif tapi toksisitasnya
rendah.
Streptomisin SO4:
Tuberkulosis, pneumonia, bruselosis. Bentuk bubuk ,
Larutan
Neomisin SO4 :
Infeksi mata, telinga, kulit, diare krn E.coli.
Bentuk salep, krem, larutan, tablet, bubuk steril untuk i.m.
Kanamisin:
Enteritis dan sirosis hati
Gentamisin dan tobramisin;
Infeksi abdomen, jaringan halus, tulang, sendi, sal.kemih,
pneumonia dan meningitis
MEKANISME KERJA

Aminoglikosida menghambat sintesi protein dengan cara:


1. Berikatan dengan subunit 30s ribosom (di bagian start codon) dan
mempengaruhi inisiasi sintesis protein
2. Ketika terjadi kompleks 30s-50s ribosom, akan terjadi insiasi
abnormal (streptomycin monosomes) sehingga menghambat
translasi lebih lanjut.
3. Aminoglikosida yang berikatan dengan subunit 30s akan
menyebabkan kesalahan pembacaan mRNA sehingga terjadi
terminasi translasi yang bersifat prematur atau penggabungan
asam amino yang tidak tepat, sehingga protein yang terbentuk
abnormal atau nonfungsional.
PENGGUNAAN TERAPI

Streptomisin dan kanamisin hanya digunakan parenteral pada tuberkulosa,


dikombinasikan rifampisin, INH dan pirazinamid.
Gentamisin dan tobramisin sering digunakan bersamaan suatu penisilin
atau sefalosporin, gentamisin dan tobramisin sering digunakan bersamaan
suatu penisilin atau sefalosporin pada infeksi pseudomonas. Amikasin
terutama dicadangkan untuk kasus pada mana terdapat resistensi bagi
aminoglikosida lainnya.
Kombinasi Interaksi

Aminoglikosida dg as. etakrinat Ototoksik meningkat

Aminoglikosida dg furosemid Ototoksik meningkat

Aminiglikosida/antikoagulan Produksi vit K di usus berkurang

Neomisin/Penisilin V Absorpsi penisilin berkurang

Aminoglikosida/relaksan otot rangka Efek relaksan meningkat


INTERAK
Aminoglikosida/aminoglikosid Ototoksik dan nefrotoksik aditif SI
Gentamisin/Karbenisilin Inaktivasi gantamisin

Tobramisin/Heparin Aritmia jantung

Aminoglikodida/karbenisilin Nefrotoksik meningkat

Aminoglikosida/sefalodporin Nefrotoksik meningkat


UJI KUALITATIF
UJI KUANTITATIF
Streptomisin, dengan Pereaksi Roux

50-150 mg Ditambah 2 ml NaOH, Setelah dingin + 4 ml


streptomisin sulfat dipanaskan selama 5 asam sulfat + air ad
dalam 25 ml air menit 100 ml

Titrasi dengan 0,01 N Ditambahkan 2 tetes


ammonium seri(IV) larutan besi (III)klorida Campuran didiamkan 7
nitrat (1/200 mmol) (1 g/100 ml air + 5 ml 6 menit
sampai tidak berwarna N HCl)
UJI KUANTITATIF

Streptomisin, secara spektrofotometri visibel

Larutan 0,1-0,5 mg
mg Dicelupkan dalam
Dicelupkan dalam
Larutan 0,1-0,5
streptomisin basa 5 5mL
mL larutan
larutan + 1+mL
1 penangas air
penangas air
streptomisin basa mLNaOH
NaOH
tiap mL 1 N1 N mendidih selama 44
mendidih selama
tiap mL
menit, didinginkan
menit, didinginkan

Absorbansi pada
Absorbansi pada Diencerkan dengan
Diencerkan dengan Larutan++22mL
Larutan mL
540
540 nm terhadap
nm terhadap air ad 10
air ad 10 mL,
mL, pereaksi
pereaksi
blanko berisi
blanko berisi didiamkan selama
didiamkan selama besi(III)ammonium
besi(III)ammonium
pereaksi besi (III)
pereaksi besi (III) 10 menit
10 menit sulfat
sulfat
UJI KUANTITATIF
Jika larutan mengandung streptomisin basa dalam jumlah kecil
Maka, lebih baik digunakan pereaksi fenol dengan cara

Sebanyak 1mL Setelah 2 menit


pereaksi fenol +5 mL larutan ditambah 3
larutan dingin hasil
hidrolisis mL NaHCO3 2%

Warna yang terjadi


diukur pada 660 nm Didiamkan selama 10
terhadap blanko yang menit
berisi perekasi fenol.
MAKROLIDA
Makrolida adalah salah satu kelas poliketida. Makrolida merupakan
sekelompok obat yang aktivitasnya disebabkan karena keberadaan
cincin makrolida, cincin lakton besar yang berikatan dengan satu atau
lebih gula deoksi,  biasanya cladinose dan desosamine. Cincin laktonnya
biasanya tersusun dari 14-, 15-, atau 16- atom. Antibiotik makrolida
digunakan untuk menyembuhkan infeksi yang disebabkan oleh bakteri-
bakteri Gram positif seperti Streptococcus Pnemoniae dan Haemophilus
influenzae.
SIFAT
Mempunyai 3 karakteristik kimia umum : Mempunyai 3 karakteristik kimia umum :
1. Cincin lakton besar (mempunyai 12, 14 atau 16 atom dan Cincin lakton besar (mempunyai 12,
14 atau 16 atom dan seringkali tidak jenuh) seringkali tidak jenuh)
2. Gugus keton Gugus keton
3. Gula amino yang terikat secara glikosidik Gula amino yang terikat secara glikosidik
 Makrolida Makrolida merupakan merupakan basa basa → → memiliki memiliki gugus
gugus dimetilamino pada bagian gula dimetilamino pada bagian gula
 Nilai pKa : 6,0 - 9,0 nilai pKa : 6,0 - 9,0
 Basa bebas sangat sukar larut dalam air Basa bebas sangat sukar larut dalam air
 Larut dalam pelarut organik Larut dalam pelarut organik
 Stabil dalam larutan air pada atau dibawah suhu kamar Stabil dalam larutan air pada
atau dibawah suhu kamar
SUMBER
Antibiotik makrolida dihasilkan oleh beberapa bakteri:
eritromisin berasal dari streptomyces erythreus,
sacccharopolyspora erythraea dan sarcina lutea. Oleando
misin berasal dari dari streptomyces antibioticus, karbamisin
berasal dari streptomyces halstedii dan spiramisin berasal dari
streptomyces ambofaciens.
MEKANISME KERJA

Antibiotik makrolida dapat menghambat biosintesis protein bakteri


dengan cara mencegah peptidiltransferase melekatkan peptidil dengan tRNA
pada asam amino  berikutnya. Makrolida juga dapat menghambat translokasi
ribosom. Mekanisme lainnya adalah dengan berikatan secara reversible
dengan subunit 50S ribosom  bakteri sehingga mengganggu sintesis protein
atau menghambat sintesis protein  bakteri.
Antibiotik makrolida bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung
dari  jenis bakteri dan kadar obat Makrolida.
CONTOH OBAT Eritromisin
Antibiotik eritromisin yang termasuk dalam golongan
antibiotik makrolida adalah antibiotik spektrum luas yang
sangat efektif, mempunyai toksisitas yang rendah  pada
manusia untuk pengobatan penyakit akibat bakteri Gram
positif khususnya Staphylococcus dan Diphtheroids, serta
beberapa bakteri yang sudah resisten terhada penisilin.
Obat ini sering diresepkan sebagai pengganti penisilin.
Obat ini merupakan obat pilihan untuk pneumonia akibat
mikroplasma dan penyakit legionnaire. Sediaan dari
Eritromisin berupa kapsul/ tablet, sirup/suspensi, tablet
kunyah dan obat tetes oral. Dosis oral sebesar 2 g/hari
menghasilkan konsentrasi basa ertromycin serum dan
konsentrasi ester sekitar 2 mg/mL.
CONTOH OBAT

Spiramisin

Spiramisin adalah antibiotika golongan


Makrolida yang dihasilkan oleh Streptomyces
ambofaciens. Secara in vitro (tes laboratorium)
aktivitas antibakteri Spiramisin lebih rendah
daripada Eritromisin.
Sediaan yang tersedia dari spiramisin adalah
bentuk tablet 500 mg. Seperti Eritromisin,
Spiramisin digunakan untuk terapi infeksi rongga
mulut dan saluran nafas
CONTOH OBAT

Roksitromisin

Roksitromisin adalah derivat Eritromisin yang


diserap dengan baik pada pemberian oral. Obat ini
lebih jarang menimbulkan iritasi lambung
dibandingkan dengan Eritromisin. Bioavailabilitas
atau kadar obat yang tersedia juga tidak banyak 
terpengaruh oleh adanya makanan dalam
lambung. Kadar obat dalam darah dan  plasma
lebih tinggi dari Eritromisin. Bentuk sediaan yang
beredar adalah tablet atau kapsul 150 mg dan 300
mg.
CONTOH OBAT Azitromisin

Azitromisin digunakan untuk mengobati infekti


tertentu yang disebabkan oleh  bakteri seperti
bronkitis, pneumonia, penyakit akibat hubungan
seksual dan infeksi dari telinga, paru-paru, kulit dan
tenggorokan.
Satu dosis Azitromisin 500 mg dapat menghasilkan
konsentrasi serum yang lebih rendah, yaitu sekitar 0,4
µg/mL. Akan tetapi Azitromisin dapat melakukan
penetrasi ke sebagian besar jaringan dapat melebihi
konsentrasi serum sepuluh hingga seratus kali lipat.
Obat dirilis perlahan dalam jaringan-jaringan (waktu
paruh jaringan adalah 2-4 hari) untuk menghasilkan
waktu paruh eliminasi mendekati 3 hari.
CONTOH OBAT

Klaritromisin

Klaritromisin juga digunakan untuk indikasi


yang sama denga Eritromisin. Secara in vitro (di
laboratorium), obat ini adalah Makrolida yang
paling aktif  terhadap Chlamydia trachomatis.
Absorpsinya tidak banyak dipengaruhi oleh adanya
makanan dalam lambung.
Dosis 500 mg menghasilkan konsentrasi
serum sebesar 2-3 mg/mL. Waktu paruh
Klaritromycin (6 jam) yang lebih panjang
dibandingkan dengan eritromycin memungkinkan
pemberian dosis 2 kali sehari.
Antibiotik makrolida digunakan untuk menyembuhkan infeksi yang

PENGGUNAAN disebabkan oleh bakteri-bakteri Gram positif seperti Streptococcus


Pnemoniae dan Haemophilus influenzae. Penggunaannya merupakan pili!an
TERAPI pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk mengobati infeksi saluran
nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi
saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan
jaringan lunak untuk sifilis dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit
yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien
yang alergi terhadap penisilin. Spektrum antimikrobial makrolida sedikit
lebih luas dibandingkan penisilin. Sekarang ini antibiotik Makrolida yang
beredar di pasaran obat Indonesia adalah Eritromisin, Spiramisin,
Roksitromisin, Klaritromisin dan Azithromisin.
 Dalam dosis rendah sampai sedang : Dalam dosis rendah sampai
sedang : mempunyai efek bakteriostatik mempunyai efek bakteriostatik
 Dosis tinggi : efek Dosis tinggi : efek bakterisidal
UJI KUALITATIF
UJI KUANTITATIF
500 mg Sebanyak 5 ml dipipet

 
eritromisin
dalam 100 ml air
ke labu bersumbat kaca
+ 1 ml NaOH 1 N
dibiarkan 20 menit

Ditambah 5 ml dapar (5
Ditambah 1 ml HCl 1
ml asam asetat 12% + 5
1. Eritromisin, Metode Iodometri N + 10 iodium 0,01 N,
dibiarkan 20 menit
ml natrium asetat + 15
ml air)

Dititrasi dengan baku Titrasi blanko: 5 ml


natrium tiosulfat 0,01 larutan yang sama,
N menggunakan masukkan ke erlenmeyar
indicator kanji bersumbat kaca

Titrasi dengan baku Ditambah 5 ml larutan


natrium tiosulfat 0,01 dapar + 10 ml iodium 0,01
N dengan indicator N, dibiarkan selama 20
menit dan terlindung cahaya
kanji

Selisih vol. larutan baku


tiosulfat blanko dgn vol.
tiosulfat awal = jumlah iodium
yang bereaksi dgn eritromisin
UJI KUANTITATIF
Ditambah 25 ml
Zat dalam 25
kloroform
ml aquadest dikocok
Azithromisin,
Metode internal standar Lapisan kloroform +
anhidrat sodium sulfat + Lapisan
kertas saring whatmann kloroform dan air
no.42

Ulangi langkah
Evaporasi larutan
sebelumnya dgn 25 ml
kloroform sebanyak 5x kloroform

Titrasi dengan 0,02 M Masukkan asam asetat


asam perklorat glasial pada zat yang
menggunakan indicator telah dievaporasi,
methyl violet diaduk, dilarutkan

1 ml 0,02 asam
perklorat = 7,4898mg
Azithromisin
UJI KUANTITATIF
Dengan plat silica gel F254
menggunakan solvent
isopropanol:n-
Memberika
Spiramisin, Metode KLT
heksan:ammonia 23% (8:12:3
v/v/v) n spot

Analisis densitometri
dengan menyemprot
Rf Spiramisin
H2SO4:etOH (1:4) = 0,22

Dipanaskan suhu Deteksi UV


100oC selama 5
menit 478 nm

LOQ untuk
 
Spiramisin
adalah 12spot
Click here to
add the
caption
Thank U

Anda mungkin juga menyukai